Oleh :
Novrianto Albertino, SKH B94154328
Sefi Maulida, SKH B94154339
Kelompok G
PPDH Angkatan III Tahun 2015/2016
Dibawah bimbingan:
Drh Abdul Zahid Ilyas, MSi
Latar Belakang
Tujuan
Tingkat Kerentanan
Sapi yang terkena antraks tidak mengalami fase subklinis dikarenakan antraks
merupakan penyakit yang bersifat perakut.
Kekebalan tubuh hewan atau kondisi hewan saat terkena atau terinfeksi spora
tersebut mempengaruhi bentuk penyakit antraks. Pada ternak terdapat tiga bentuk
penyakit antraks, yaitu perakut, akut dan kronis. Kondisi perakut ditandai dengan
onset yang cepat dan mendadak. Hewan menujukkan kematian mendadak. Pada
kondisi akut, gejala yang muncul dapat berupa demam, ruminasi berhenti, depresi,
kesulitan napas, gerakan inkoordinasi, konvulsi, dan kematian serta adanya darah
yang keluar dari lubang kumlah. Selama penyakit berlangsung, demam dapat
mencapai 41.5 °C. Gejala klinis lain dapat berupa penurunan produksi susu.
Sedangkan antraks bentuk kronis umumnya terdapat pada babi, tetapi juga terdapat
pada ternak lainnya. Gejala klinis yang muncul dapat berupa oedema faring dan
lingual serta sering terlihat cairan berbusa pada mulut. Hewan mati karena tidak dapat
bernafas.
1. Agen
Antraks disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis yang merupakan bakteri
Gram positif berbentuk batang dengan ukuran panjang 3 – 5 µm dan lebar 1 – 2
µm, non motil, dan non hemolitik (OIE 2000). Bakteri ini memiliki dua bentuk,
yaitu bentuk vegetatif dan bentuk spora. Bentuk vegetatif dari B. anthracis relativ
lemah dan dapat dibunuh menggunakan desinfektan. Namun dalam bentuk spora,
B. anthracis dapat bertahan terhadap suhu ekstrim lingkungan, pengeringan dan
disinfektan, serta dapat hidup bertahun-tahun di tanah yang terkontaminasi. B.
anthracis akan membentuk spora jika terjadi kontak dengan oksigen, sehingga
hewan yang diduga antraks tidak diperbolehkan untuk dinekropsi (Wahyuni
2008).
2. Sumber
Sumber pencemaran penyakit antraks berasal dari lingkungan yang
terkontaminasi spora antraks. Penularan antraks dapat terjadi ketika hewan
terpapar spora antraks yang mencemari pakan, tanah atau karkas yang
mengandung bakteri antraks. Spora Antraks terbentuk bila terekspos dengan
oksigen, dan relatif tahan terhadap panas, dingin, pH, radiasi, dan desinfektan
sehingga sulit dihilangkan apabila terjadi kontaminasi (Adji & Natalie 2006).
Pada kondisi yang menguntungkan spora akan melakukan germinasi, multiplikasi,
dan resporulasi di luar tubuh inang rentan, yaitu pada suhu 8 - 45 °C, pH antara
5 - 9, kelembapan di atas 95%, dan adanya sumber zat pakan yang cukup bagi
spora tersebut.
3. Cara Keluar
Hewan yang terinfeksi antraks akan mengeluarkan eksudat hemoragik dari
lubang-lubang kumlah seperti mulut, hidung, dan anus. Eksudat tersebut
mengandung bakteri antraks yang akan membentuk endospora ketika terekspos
dengan oksigen. Sporulasi tidak akan terjadi jika bangkai dalam keadaan tertutup.
Spora antraks dapat bertahan hidup selama puluhan tahun di tanah atau produk
hewan kering seperti kulit dan wol. Spora juga bisa bertahan selama dua tahun di
dalam air, 10 tahun dalam susu dan sampai 71 tahun pada benang sutra.
Organisme vegetatif diperkirakan akan hancur dalam beberapa hari selama
dekomposisi bangkai belum dibuka (CFSPH 2007).
4. Cara Transmisi
Penularan antraks biasanya tidak menular secara langsung dari hewan ke
hewan lainnya, tetapi penularan dapat terjadi ketika hewan terpapar spora antraks
yang mencemari pakan, tanah atau karkas yang mengandung bakteri antraks.
Kemudian spora tersebut tertelan atau terhirup oleh hewan, atau masuk melalui
luka di kulit. Spora yang sudah berada di dalam tubuh akan menyebar ke seluruh
tubuh melalui sistem sirkulasi darah. Darah hewan yang terinfeksi kadang-kadang
gagal menggumpal dan dapat keluar dari lubang kumlah, sehingga serangga dapat
menyebarkan bakteri ke hewan lain. Serangga seperti lalat Tabanus sp dan
Stomoxys sp dapat bertindak sebagai vektor mekanik, namun peranan serangga
tersebut tidak begitu besar dalam kejadian wabah (DEPTAN 2011).
Penularan antraks pada manusia terjadi secara langsung melalui kontak
dengan spora yang berada di tanah, tanaman, bahan asal hewan yang menderita
antraks seperti kulit, daging, tulang, atau darah hewan tersebut. Penularan yang
sering terjadi dengan mengonsumsi produk pangan asal hewan yang menderita
antraks, atau dapat melalui udara yang mengandung spora antraks seperti pada
pekerja di rumah potong hewan, pabrik wool atau kulit hewan (Weyant et al.
2001)
5. Cara Masuk
Spora dapat masuk ke dalam tubuh melalui oral dan pada kondisi yang
menguntungkan spora akan mengalami germinasi, multiplikasi pada sistem limfe
dan limpa, menghasilkan toksin sehingga menyebabkan kematian (dalam satu
milliliter darah setidaknya mengandung satu miliar endospora) (OIE 2000).
Infeksi pada kulit hewan dapat terjadi oleh spora yang menempel akibat kandang
atau tanah yang terkontaminasi. Spora akan menyebar di dalam jaringan tubuh
melalui sistem sirkulasi darah.
Manusia terinfeksi penyakit antraks dapat terjadi melalui tiga kemungkinan
yaitu kulit, inhalasi, dan digesti. Antraks kulit atau cutaneous anthrax dapat
terjadi apabila terjadi kontak langsung dengan hewan terinfeksi, atau pekerja yang
menangani produk hewan misalnya pada penyortir bulu domba, sehingga sering
disebut sebagai wool-sorter’s disease melalui lesi pada kulit (Weyant et al. 2001).
Penularan melalui inhalasi dapat terjadi apabila spora terhirup sehingga
menyebabkan antraks bentuk pernafasan yang dapat menyebabkan sesak nafas
yang berujung kematian. Antraks dalam bentuk pencernaan terjadi akibat
mengonsumsi pangan asal hewan yang terinfeksi dan ditandai dengan gejala sakit
perut, nausea, vomit dan diare, bahkan dapat terjadi haematemesis dan diare
berdarah akibat ulcerasi pada mucosa gastrointestinal. Walaupun dapat
mengakibatkan kehilangan banyak cairan darah sehingga terjadi schock dan
kematian tetapi pada manusia bentuk ini merupakan yang paling jarang terjadi
(Chin 2006).
6. Inang Rentan
Penyakit ini menyerang hewan dan manusia. Kerentanan berbagai jenis
hewan terhadap penyakit antraks berbeda-beda. Hewan yang termasuk sangat
rentan adalah ruminansia besar (sapi dan kerbau), ruminansia kecil (domba dan
kambing) serta kuda, sedangkan babi, dan manusia dikategorikan rentan terhadap
penyakit ini (Hardjoutomo 1986). Hewan yang tidak rentan dapat terinfeksi pula
seperti pada anjing, kucing, tikus, dan burung.
Determinan Penyakit
Determinan Ekstrinsik
Determinan Determinan Determinan
Intrinsik Unsur Tidak Intrinsik Ekstrinsik
Unsur Hidup
Hidup
Inang Rentan Bakteri B. Lingkungan yang Kekebalan tubuh Menejemen
Anthracis tercemar spora (imunitas) pemeliharaan
(pakan, tanah, air, (pakan dan
udara, feses, urin, minum)
kandang) Pengawasan
penjualan hasil
produk hewan
RANCANGAN SURVEI
Tujuan
Tujuan dilakukannya survei untuk menentukan status penyakit dengan tingkat
prevalensi dan faktor resiko penyebab penyakit antraks pada kecamatan-kecamatan di
Kabupaten Sumbawa Barat.
Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan pada saat survei adalah data prevalensi dan data
faktor resiko kejadian antraks di Kabupaten Sumbawa Barat. Data faktor resiko
diperoleh dari koesioner yang diisi oleh para peternak meliputi manajemen
pemeliharaan dan perkandangan, biosekuriti, kesehatan ternak, serta pengetahuan
peternak mengenai penyakit antraks.
Populasi Target
Populasi target yang digunakan adalah populasi peternakan sapi potong yang
berada di Kabupaten Sumbawa Barat. Jumlah populasi sapi potong di seluruh
kecamatan yang ada di Kabupaten Sumbawa Barat menjadi acuan dan perhatian yang
terperinci pada Tabel 1.
Tabel 1 Jumlah Populasi Ternak Sapi Potong di Kabupaten Sumbawa Barat Tahun
2014.
No Kecamatan Populasi Ternak Sapi potong
1 Taliwang 11 105
2 Sekongkang 4 231
3 Jereweh 3 454
4 Maluk 10 040
5 Brang Ene 3 961
6 Brang Rea 4 366
7 Seteluk 11 979
8 Poto Tano 11 992
TOTAL 61 128
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumbawa Barat 2014
Metode
𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖
𝐾=
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑝𝑖𝑙𝑖ℎ
61 128
𝐾= = 15 282
4
Contoh pertama dipilih secara acak dari selang 1 – 15282 menggunakan Ms.
Excel. Nilai yang diperoleh adalah 12927. Nilai ini selanjutnya dijumlahkan dengan
nilai sampling interval untuk menentukan contoh kedua dan seterusnya hingga
diperoleh 4 sampel, yaitu dimulai dengan gerombol 1 sebesar 12927, dilanjutkan
28209, 43391, dan 58673. Sehingga kecamatan yang dibuat sampel berdasarkan
rentang nilai gerombol yang telah didapatkan, yaitu Sekongkang, Maluk, Seteluk, dan
Poto Tano. Data kecamatan terpilih berdasarkan metode tersebut disajikan pada Tabel
2.
4𝑝𝑞
𝑛=
𝐿²
Keterangan:
n : jumlah sampel yang diperlukan
p : prevalensi dugaan
q :1–p
L : tingkat kesalahan
Dengan asumsi:
Nilai dugaan prevalensi ternak : 50 %
Asumsi tingkat kesalahan maksimum :5%
Asumsi tingkat kepercayaan : 95 %
4 (0.05).(0.05)
𝑛= = 400
(0.05)²
Sampling yang dilakukan sebanyak 3 tahap maka jumlah sampel total = 3 x 400 =
1200
1200 ekor. Jumlah sampel yang diambil pada setiap kecamatan adalah = 300.
4
Dari empat kecamatan dilakukan penentuan desa yang akan dilakukan survei
dengan menggunakan metode Probability Proportion to Size (PPS) dan didapatkan
12 desa yang terpilih. Jumlah contoh yang diambil di tiap desa dihitung berdasarkan
proporsional. Di setiap desa, pemilihan ternak dilakukan dengan menggunakan
metode penarikan contoh acak sederhana (Simple random sampling). Desa yang
digunakan sebagai wilayah pengambilan sampel dijabarkan pada Tabel 4.
Tabel 4 Desa yang diambil sampel di setiap kecamatan
Kecamatan Desa Jumlah Ternak (ekor) Sampel yang di ambil (ekor)
Sekongkang Ai Kangkung 750 24
Talonang 1000 159
Tongo 731 117
Maluk Benete 2000 80
Maluk 2740 109
Mantun 2800 111
Seteluk Air Suning 1300 81
Lamusung 1500 94
Seran 2000 125
Poto Tano Kokarlian 2100 158
Senayan 900 68
Tebo 1000 75
Uji Diagnostik
Sampel yang digunakan untuk mendiagnosa penyakit antraks adalah darah yang
diambil dari ujung telinga sapi yang diduga terinfeksi. Pemeriksaan atau pengujian
sampel dilakukan di laboratorium untuk menetapkan diagnosa. Pengujian dilakukan
untuk mendeteksi adanya agen penyakit dan deteksi antibodi. Pemeriksaannya dapat
dilakukan dengan melakukan preparat ulas darah dan uji diagnostik Enzyme Linked
Immunosorbent Assay (ELISA). Preparat ulas darah tersebut difiksasi dengan
menggunakan metil alkhohol dan diwarna dengan polychrome methylene blue.
Apabila pengujian preparat ulas darah ini diperoleh hasil yang negatif maka
dilanjutkan dengan uji diagnostik berupa ELISA, namun bila hasil preparat ulas darah
menunjukan hasil yang positif maka tidak perlu dilakukan pengujian diagnostik. Hal
ini dilakukan dengan mempertimbangkan faktor biaya.
Kuesioner
Kuesioner dibuat dan diisi oleh petugas survei (enumerator) serta digunakan
untuk memperoleh faktor-faktor risiko yang mempengaruhi kejadian penyakit antraks
di peternakan sapi potong pada Kabupaten Sumbawa Barat (Lampiran 1). Data
kuesioner diperoleh melalui wawancara terhadap respoden pada masing-masing
peternakan yang dijadikan sampel. Responden yang diwawancarai adalah para
peternak sapi potong atau anak kandang yang berada di lingkungan peternakan yang
dipilih.
Pretest
Pretest dilakukan dengan memilih beberapa daerah di luar daerah sampel. Di
daerah ini dilakukan wawancara kepada peternak atau anak kandang untuk menguji
kuesioner yang akan digunakan untuk kuesioner di daerah sampel.
Manajemen Data
Data yang diperoleh dari hasil kuesioner dan hasil uji diagnostik di
laboratorium di input ke perangkat lunak untuk diolah dan diinterpretasikan secara
statistik untuk mengetahui faktor resiko berkaitan dengan prevalensi kejadian antraks
di Kabupaten Sumbawa Barat. Data hasil uji diagnostik akan menentukkan besaran
prevalensi dari kejadian antraks di Kabupaten Sumbawa Barat.
Analisis Statistika
Analisis statistik yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang
berasosiasi dengan keberadaan penyakit antraks di peternakan adalah dengan Logistic
Regression, kemudian dilakukan juga uji odds ratio untuk mengetahui derajat
asosiasi berbagai kovariat dengan kejadian penyakit.
Aspek Keorganisasian
Aspek Logistik
Waktu Pelaksanaan
Kegiatan survei akan dilakukan selama 12 hari yang akan dimulai pada tanggal 9-
20 Januari 2017. Kegiatan persiapan dan pelatihan dilakukan selama 2 hari, kemudian
survei yang terdiri dari pengambilan sampel dan pengisian kuesioner dilanjutkan dengan
pemasukan hasil data kuesioner dan pengujian laboratorium, dikuti dengan kegiatan
analisis hasil data. Jadwal kegiatan survei penyakit antraks di Kabupaten Sumbawa Barat
dapat dilihat pada Tabel 5.
Anggaran Dana
Total anggaran dana yang diperlukan untuk melakukan survei kasus antraks di
Kabupaten Sumbawa Barat sebesar Rp. 1.061.790.000, dengan rincian anggaran
disajikan pada Tabel 6, sedangkan rincian proyeksi biaya program pengendalian
penyakit antraks di Kabupaten Sumbawa Barat periode tahun 2017-2020 disajikan
pada Lampiran 2.
Tabel 6 Rincian biaya kegiatan survei kasus antraks pada sapi potong
Kabupaten Sumbawa Barat
Pengeluaran Harga Jumlah Satuan Hari Total (Rp)
Komisi
Supervisor 200000 4 tim 12 9600000
Dokter hewan 300000 4 orang 12 14400000
Enumerator 100000 8 orang 12 9600000
Paramedis 150000 8 orang 12 14400000
Administrasi 100000 1 orang 12 1200000
Pengolah data 150000 2 orang 12 3600000
Bendahara 170000 1 orang 12 2040000
Logistik 150000 8 orang 12 14400000
Total Komisi 69240000
Operasional
Bensin motor pegawai dinas 95000 5 liter 12 5700000
Bensin mobil pegawai dinas 12500 15 liter 12 2250000
Komunikasi 30000 40 orang 12 14400000
Total Biaya Operasional 22350000
Logistik
Pengujian ELISA 150000 1200 sampel 1 180000000
Pulpen 2000 1200 kotak 1 2400000
Kertas HVS 30000 1200 Rim 1 36000000
Tinta printer 50000 1200 botol 1 60000000
Kertas label 10000 1200 pak 1 12000000
Kapas 20000 1200 kotak 1 24000000
Alkohol 70% 35000 1200 botol 1 42000000
Glove 60000 1200 kotak 1 72000000
Vacumtainer tube 3000 1200 sampel 1 3600000
Masker 55000 1200 kotak 1 66000000
Selotip 6000 1200 1 7200000
Syringe 10 ml 2000 1200 syring 1 2400000
Jarum 18 G 3000 1200 jarum 1 3600000
Tissue 25000 1200 kotak 1 30000000
Plastik 10000 1200 pak 1 12000000
Ice pack 30000 1200 1 36000000
Cooling box 300000 1200 1 360000000
Total Biaya Logistik 949200000
Biaya Lainnya
Biaya pelatihan 400000 40 2 1600000
Konsumsi selama survei 30000 40 12 14400000
Biaya tak terduga 5000000 5000000
Total Biaya Lainnya 21000000
Total 1061790000
PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN ANTRAKS
1. Vaksinasi
Vaksinasi pada ternak yang umum digunakan di Indonesia yaitu vaksin spora hidup
atau live spora vaccine, yang mengandung Bacillus anthracis galur 34F2 yang bersifat
toksigenik dan tidak berkapsul. Pemberian vaksin antraks (Anthravet®) dilakukan 2 kali
dalam setahun (Arsani 2010). Beberapa hal yang harus diperhatikan selama pemberian
vaksinasi pada ternak pertama adalah pemberian antibiotik, hewan yang telah divaksin
kemudian memproleh pengobatan antibiotik, maka hewan tersebut harus dilakukan
vaksinasi ulang 10 hari setelah pemberian antibiotik. Kemudian waktu pemberian vaksin,
ternak yang telah divaksinasi tidak boleh disembelih untuk keperluan konsumsi sebelum
42 hari setelah vaksinasi (Evers 2009), dan selanjutnya penyimpanan vaksin, karena hal
tersebut mampu mempengaruhi efektifitas vaksin yang akan digunakan (WHO 2003).
2. Pengobatan Penyakit
Hewan yang terinfeksi antraks pada stadium awal dapat diobati dengan
pemberian Procain Penicillin G yang dilarutkan dalam aquades steril dengan dosis
untuk hewan besar sekita 6.000 – 20.000 IU/kg bobot berat badan secara IM setiap
hari. Jenis antibiotik lain yang dapat digunakan adalah Streptomycin sebanyak
10gram/400-600kg bobot badan setiap hari yang diberikan dalam dua dosis secara
IM. Pemberian kombinasi Streptomycin dan Penicillin merupakan kombinasi yang
baik. Antibiotik lain yang dapat digunakan adalah Oxytetracyclin.
3. Kontrol Lingkungan
Perbaikan manajemen pemeliharaan meliputi kandang, maupun peralatan
kandang perlu dilakukan sanitasi dan desinfeksi terkait dengan melakukan
pencegahan terhadap penularan penyakit melalui lingkungan yang terkontaminasi
hewan atau darah hewan yang terinfeksi. Kandang hewan penderita dan peralatannya
harus dicuci dan didesinfektan dengan seksama. Ternak baru yang datang tidak boleh
ditempatkan di kandang yang sama. Disinfektan yang digunakan harus memiliki
kandungan NaOH 10% yang dikombinasikan dengan formaldehyde 5%. Selain itu
pemberian pakan (rumput) harus memperhatikan cara pengambilannya. Pengambilan
rumput untuk pakan sapi dilakukan dengan mengambil rumput bagian atas, tidak
sampai membawa tanah atau mengkontaminasi rumput dengan tanah.
4. Strategi kimiawi melalui kontrol vektor
Vektor yang perlu dikendalikan adalah vektor penghisap darah seperti
Tabanus sp. Pencegahan terhadap vektor penghisap darah penting dilakukan untuk
menekan nilai penyebaran penyakit antraks akibat vektor tersebut (Kementan 2012).
Senyawa insektisida yang dapat digunakan adalah Lindane 0.03 - 0.05%.
6. Pengendalian Penyakit
Pengendalian khusus perlu diterapkan untuk mencegah perluasan penyakit
antraks, tindakan-tindakan pengendalian tersebut adalah:
ANALISIS EKONOMI
B/C = PVB/PVC
= 56.654.628.939/45.805.917.485
= 1.24
Suatu proyek diterima apabila B/C > 1. Rasio B/C merupakan kriteria yang
sangat berguna dalam menentukan urutan prioritas proyek. Proyek dapat diterima
karena B/C telah memenuhi syarat. Pada proyek ini setiap 1 rupiah yang dikeluarkan
untuk program pengendalian akan menghasilkan keuntungan sebesar 1.24 rupiah. Hal
ini menandakan bahwa proyek pengendalian antraks pada sapi potong memberikan
manfaat.
(𝐷𝑅 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖−𝐷𝑅 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ)𝑥 𝑁𝑃𝑉 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝐷𝑅 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ
IRR= 𝐷𝑅 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ +
[𝑁𝑃𝑉 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝐷𝑅 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ−𝑁𝑃𝑉 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝐷𝑅 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖]
IRR= 30.76%
Internal Rate of Return (IRR) merupakan kriteria yang lebih disukai dari pada
kriteria lain, karena menggambarkan persentase tingkat pengembalian yang diperoleh
(rate of return). Nilai IRR dari proyek ini adalah 30.76%. Nilai IRR lebih tinggi dari
discont rate sehingga proyek ini layak untuk dijalankan.
SIMPULAN
Tanggal Wawancara:
Nama Enumerator :
1. Nama peternak :
2. Umur :
3. Alamat :
4. Pendidikan Formal
o SD
o SMP
o SMA
o Perguruan Tinggi
o Lain-lain,sebutkan .....
5. Pekerjaan :
2. Asal sapi :
a. Pembibitan sendiri
b. Beli dari peternak lain di sekitar kabupaten
c. Beli dari peternak lain di luar kabupaten, sebutkan....
d. Lain-lain, sebutkan.....
3. Jika anda membeli ternak baru, biasanya apa yang anda lakukan ?
a. Langsung menempatkannya dengan kandang yang sama dengan hewan ternak
yang lama
b. Menempatkannya terpisah dengan ternak lama hingga kurang lebih dua minggu
kemudian ditempatkan di kandang yang sama
c. Menempatkan sapi baru di tempat terpisah selama 1 hari
d. Lain-lain, sebutkan.....
4. Apakah ternak sapi potong yang anda beli memiliki surat keterangan kesehatan
hewan (SKKH) ?
a. Ya b. Tidak
7. Jika jawaban no. 6 adalah (a), Bagaimana cara pengambilan rumput yang
dilakukan?
a. Diambil dari bagian pangkal rumput yang mendekati tanah hingga pucuk
rumput
b. Diambil hanya pada bagian pucuk
c. Diambil dari bagian akar sampai pucuk rumput
d. Lain-lain, sebutkan.............
9. Berasal dari manakah sumber air yang diberikan kepada hewan ternak Anda?
a. Air PAM
b. Air pegunungan
c. Air sumur
d. Lain-lain, sebutkan ………
II. Aspek Biosekuriti
9. Apakah dilakukan pembersihan sisa pakan dan minum maupun tempat makan dan
minum setiap hari?
a. Ya b. Tidak
10. Jika jawaban no.10 adalah (Ya), Bagimana cara anda membersihkannya?
a. Kotoran dan sisa pakan dibuang saja tanpa disikat
b. Tempat pakan dan minum dibilas dengan air bersih
c. Tempat pakan dan minum disikat terlebih dahulu lalu dibilas dengan air bersih
d. Lain-lain, sebutkan.....
12. Dibuang ke manakah limbah kotoran hewan yang berasal dari peternakan Anda?
a. Sungai yang ada di sekitar peternakan
b. Kebun yang ada di sekitar peternakan
c. Hutan yang ada di sekitar peternakan
d. Lain-lain, sebutkan ………
15. Apakah setiap orang yang ke kandang harus mencuci tangan, kaki, ataupun alas
kaki sebelum dan setelah memasuki kandang sapi?
a. Ya b. Tidak
18. Apakah dalam kandang anda pernah ada kematian ternak mendadak?
a. Ya b. Tidak
20. Adakah tanda berupa keluarnya darah dari lubang kumlah tubuh ?
a. Ya b. Tidak
21. Apakah anda akan melapor jika terdapat sapi yang mati mendadak dan terdapat
pengeluaran darah dari beberapa lubang kumlah tubuh?
a. Ya b. Tidak
22. Tindakan apa yang Anda lakukan jika ada hewan ternak yang mati secara
mendadak?
a. Dijual c. Dibuang
b. Dikubur d. Dikonsumsi
23. Jika terlihat ada ternak yang sakit, apa yang anda lakukan ?
a. Dilakukan pemisahan dengan kelompoknya dan menghubungi dokter hewan
atau mantri
b. Sapi segera dipotong untuk dikonsumsi
c. Sapi tidak diberi perlakuan apapun
d. Lain-lain, sebutkan.....
24. Apakah sapi anda pernah diberi vaksinasi antraks dalam satu tahun terakhir?
a. Pernah pada bulan...... b. Tidak pernah
27. Vaksinasi bakteri antraks pada ternak sehat secata teratur di daerah endemik dapat
melindungi ternak dari penyakit tersebut:
Benar ; Salah ; Tidak tahu
28. Kandang dan peralatan bekas hewan penderita antraks tidak perlu dimusnahkan
atau didesinfeksi:
Benar ; Salah ; Tidak tahu
29. Hewan yang menderita penyakit antraks perlu dipisahkan dari hewan sehat
lainnya:
Benar ; Salah ; Tidak tahu
30. Pemberian pakan rumput atau kulit singkong yang mengadung tanah tidak
memiliki risiko menulari antraks terhadap ternak :
Benar ; Salah ; Tidak tahu
31. Pemotongan hewan penderita antraks sangat berbahaya bagi manusia dan dapat
memperluas wilayah penularan antraks :
Benar ; Salah ; Tidak tahu
32. Hewan yang mati karena antraks harus segera dimusnahkan dengan cara dikubur
dalam-dalam :
Benar ; Salah ; Tidak tahu
33. Tidak boleh mengkonsumsi daging yang berasal dari sapi yang sakit antraks
Benar ; Salah ; Tidak tahu
Lampiran 2. Proyeksi biaya program pengendalian penyakit antraks di
Kabupaten Sumbawa Barat periode tahun 2017-2020
Waktu
Jenis Biaya Jumlah Harga Total
(Bulan)
Fixed Cost
Supervisor 4 12 2,000,000 96,000,000
Dokter hewan 4 12 2,500,000 120,000,000
Enumerator 8 12 1,000,000 96,000,000
Paramedis 8 12 1,500,000 144,000,000
Administrasi 1 12 1,000,000 12,000,000
Pengolah data 2 12 1,000,000 24,000,000
Bendahara 1 12 1,000,000 12,000,000
Logistik 8 12 1,000,000 96,000,000
Pembelian laptop 4 1 2,500,000 10,000,000
Pembelian Printer 4 1 600,000 2,400,000
Biaya Listrik 1 12 300,000 3,600,000
Biaya Air PAM 1 12 300,000 3,600,000
Biaya Sewa Bangunan 1 12 3,000,000 36,000,000
Pembelian Peralatan Kantor 1 1 1,000,000 1,000,000
Subtotal Biaya 656,600,000
Variabel Cost
Biaya Vaksinasi 61,128 2 80,000 9,780,480,000
Biaya survei dan pengambilan sampel 1 1 18,700,000 18,700,000
Pengobatan 61,128 1 50,000 3,056,400,000
Biaya pemusnahan dan penguburan bangkai 22,923 1 100,000 2,292,300,000
Pembelian kapur 500 12 50,000 300,000,000
Disinfektan 200 12 10,000 24,000,000
Leaflet dan brosur 1,200 1 200,000 240,000,000
Penyuluhan (Kecamatan) 8 1 10,000,000 80,000,000
Subtotal Biaya 15,791,880,000
Total Biaya 16,448,480,000
Biaya Pengendalian Anthraks Tahun ke-2
Waktu
Jenis Biaya Jumlah Harga Total
(Bulan)
Fixed Cost
Supervisor 4 12 2,000,000 96,000,000
Dokter hewan 4 12 3,000,000 144,000,000
Enumerator 8 12 1,000,000 96,000,000
Paramedis 8 12 1,500,000 144,000,000
Administrasi 1 12 1,000,000 12,000,000
Pengolah data 2 12 1,000,000 24,000,000
Bendahara 1 12 1,000,000 12,000,000
Logistik 8 12 1,000,000 96,000,000
Pembelian laptop 0 1 2,500,000 0
Pembelian Printer 0 1 600,000 0
Biaya Listrik 1 12 300,000 3,600,000
Biaya Air PAM 1 12 300,000 3,600,000
Biaya Sewa Bangunan 1 12 3,000,000 36,000,000
Pembelian Peralatan Kantor 1 1 1,000,000 1,000,000
Subtotal Biaya 668,200,000
Variabel Cost
Biaya Vaksinasi 61,434 2 80,000 9,829,440,000
Biaya survei dan pengambilan sampel 1 1 19,200,000 19,200,000
Pengobatan 61,434 1 50,000 3,071,700,000
Biaya pemusnahan dan penguburan bangkai 7,372 1 100,000 737,200,000
Pembelian kapur 300 12 50,000 180,000,000
Disinfektan 150 12 10,000 18,000,000
Leaflet dan brosur 1,200 1 200,000 240,000,000
Penyuluhan (Kecamatan) 8 1 10,000,000 80,000,000
Subtotal Biaya 14,175,540,000
Total Biaya 14,843,740,000
Biaya Pengendalian Anthraks Tahun ke-3
Waktu
Jenis Biaya Jumlah Harga Total
(Bulan)
Fixed Cost
Supervisor 4 12 2,000,000 96,000,000
Dokter hewan 4 12 3,000,000 144,000,000
Enumerator 8 12 1,000,000 96,000,000
Paramedis 8 12 1,500,000 144,000,000
Administrasi 1 12 1,000,000 12,000,000
Pengolah data 2 12 1,000,000 24,000,000
Bendahara 1 12 1,000,000 12,000,000
Logistik 8 12 1,000,000 96,000,000
Pembelian laptop 0 1 2,500,000 0
Pembelian Printer 0 1 600,000 0
Biaya Listrik 1 12 300,000 3,600,000
Biaya Air PAM 1 12 300,000 3,600,000
Biaya Sewa Bangunan 1 12 3,000,000 36,000,000
Pembelian Peralatan Kantor 1 1 1,000,000 1,000,000
Subtotal Biaya 668,200,000
Variabel Cost
Biaya Vaksinasi 61,802 2 80,000 9,888,320,000
Biaya survei dan pengambilan sampel 1 1 19,200,000 19,200,000
Pengobatan 61,802 1 50,000 3,090,100,000
Biaya pemusnahan dan penguburan bangkai 2,781 1 100,000 278,100,000
Pembelian kapur 250 12 50,000 150,000,000
Disinfektan 100 12 10,000 12,000,000
Leaflet dan brosur 1,200 1 200,000 240,000,000
Penyuluhan (Kecamatan) 8 1 10,000,000 80,000,000
Subtotal Biaya 13,757,720,000
Total Biaya 14,425,920,000
Biaya Pengendalian Anthraks Tahun ke-4
Waktu
Jenis Biaya Jumlah Harga Total
Bulan)
Fixed Cost
Supervisor 4 12 2,000,000 96,000,000
Dokter hewan 4 12 3,000,000 144,000,000
Enumerator 8 12 1,000,000 96,000,000
Paramedis 8 12 1,500,000 144,000,000
Administrasi 1 12 1,000,000 12,000,000
Pengolah data 2 12 1,000,000 24,000,000
Bendahara 1 12 1,000,000 12,000,000
Logistik 8 12 1,000,000 96,000,000
Pembelian laptop 0 1 2,500,000 0
Pembelian Printer 0 1 600,000 0
Biaya Listrik 1 12 300,000 3,600,000
Biaya Air PAM 1 12 300,000 3,600,000
Biaya Sewa Bangunan 1 12 3,000,000 36,000,000
Pembelian Peralatan Kantor 1 1 1,000,000 1,000,000
Subtotal Biaya 668,200,000
Variabel Cost
Biaya Vaksinasi 62,235 2 80,000 9,957,600,000
Biaya survei dan pengambilan sampel 1 1 19,200,000 19,200,000
Pengobatan 62,235 1 50,000 3,111,750,000
Biaya pemusnahan dan penguburan bangkai 778 1 100,000 77,800,000
Pembelian kapur 50 12 50,000 30,000,000
Disinfektan 50 12 10,000 6,000,000
Leaflet dan brosur 1,200 1 200,000 240,000,000
Penyuluhan (Kecamatan) 8 1 10,000,000 80,000,000
Subtotal Biaya 13,522,350,000
Total Biaya 14,190,550,000
Lampiran 3 Total Pendapatan dari program pengendalian penyakit antraks di
Kabupaten Sumbawa Barat periode tahun 2017-2020
TAHUN 1
Indikator Prevalensi Presentase Total Harga Jumlah
Jumlah total ternak 61128
Kenaikan populasi 0 0 800000 0
Populasi yang
0.5 0 800000 0
terselamatkan
Mortalitas 75 22923 800000 18338400000
Total Benefit Cost -18338400000
TAHUN 2
Indikator Prevalensi Pertumbuhan populasi Total Harga Jumlah
Jumlah total ternak 61434
Kenaikan populasi 0.5 30717 800000 24573600000
Populasi yang
0.2 18430 800000 14744160000
terselamatkan
Mortalitas 60 7372 800000 5897600000
Total Benefit Cost 33420160000
TAHUN 3
Indikator Prevalensi Pertumbuhan populasi Total Harga Jumlah
Jumlah total ternak 61802
Kenaikan populasi 0.6 37081 800000 29664960000
Populasi yang
0.1 6180 800000 4944160000
terselamatkan
Mortalitas 45 2781 800000 2224800000
Total Benefit Cost 32384320000
TAHUN 4
Indikator Prevalensi Pertumbuhan populasi Total Harga Jumlah
Jumlah total ternak 62235
Kenaikan populasi 0.7 43564.5 800000 34851600000
Populasi yang
0.05 3111.75 800000 2489400000
terselamatkan
Mortalitas 25 778 800000 622400000
Total Benefit Cost 36718600000
Lampiran 4 Analisis Biaya Program Pengendalian (Penghitungan NPV, B/C,
dan IRR) 12%.
12%
Tahun Total Biaya df PVC Total Pendapatan PVB NPV B/C
1 16448480000 0.892857143 14686142857 -18338400000 -16373571429 -31059714286 -1.11
2 14843740000 0.797193878 11833338648 33420160000 26642346939 14809008291 2.25
3 14425920000 0.711780248 10268084913 32384320000 23050519315 12782434402 2.24
4 14190550000 0.635518078 9018351068 36718600000 23335334114 14316983046 2.59
TOTAL 59908690000 3.037349347 45805917485 84184680000 56654628939 10848711454 1.24
31%
Tahun Total Biaya df PVC Total Pendapatan PVB NPV B/C
1 16448480000 0.763358779 12556091603 -18338400000 -13998778626 -26554870229 -1.11
2 14843740000 0.582716625 8649694074 33420160000 19474482839 10824788765 2.25
3 14425920000 0.444821851 6416964438 32384320000 14405253168 7988288730 2.24
4 14190550000 0.339558665 4818524213 36718600000 12468118795 7649594582 2.59
TOTAL 59908690000 2.13045592 32441274327 84184680000 32349076176 -92198151.75 1.00
30%
Tahun Total Biaya df PVC Total Pendapatan PVB NPV B/C
1 16448480000 0.769230769 12652676923 -18338400000 -14106461538 -26759138462 -1.11
2 14843740000 0.591715976 8783278107 33420160000 19775242604 10991964497 2.25
3 14425920000 0.455166136 6566190259 32384320000 14740245790 8174055530 2.24
4 14190550000 0.350127797 4968506005 36718600000 12856202514 7887696509 2.59
TOTAL 59908690000 2.166240678 32970651294 84184680000 33265229369 294578075 1.01