Anda di halaman 1dari 6

Electrostatic Precipitator: Teknologi

Mengendalikan Polusi Abu (Fly Ash) Dari


Boiler

Abu adalah material padat yang tersisa setelah terjadinya proses pembakaran. Dalam
jumlah banyak, abu menjadi salah satu polutan yang sangat berbahaya jika bercampur
dengan atmosfer. Salah satu penghasil polusi abu yang cukup tinggi adalah boiler.
Setiap boiler yang menggunakan bahan bakar fosil (kecuali gas alam) pasti
menghasilkan emisi abu. Bahan bakar fosil yang paling banyak mengandung abu
adalah batubara. Kandungan abu di dalam batubara berkisar antara 5-30% tergantung
dari jenisnya serta proses penambangannya.

Ada dua jenis abu yang dihasilkan dari pembakaran batubara di dalam boiler, yakni fly
ash dan bottom ash. Fly ash adalah abu yang berukuran cukup kecil, sehingga ia
bercampur dengan gas-gas hasil pembakaran (flue gas) dan akan keluar melalui
cerobong asap boiler. Sebagian dari abu yang dihasilkan dari proses pembakaran akan
menempel pada dinding-dinding pipa boiler, terakumulasi, memadat, dan suatu saat ia
akan jatuh ke bagian bawah boiler. Abu yang jatuh ini dikenal dengan sebutan bottom
ash. Kuantitas terbentuknya kedua jenis abu ini tergantung dari jenis batubara yang
digunakan, serta jenis boiler itu sendiri. Boiler yang menggunakan pulverizer batubara
(baca artikel berikut), 70-90% abu akan keluar bersamaan dengan gas buang dan
sisanya berupa bottom ash. Boiler kecil berjenis stoker-fired, 40% abu akan keluar
sebagai fly ash. Pada boiler dengan tipe pembakaran tangensial, akan menghasilkan fly
ash hanya 15-40% dari keseluruhan abu. Sedangkan boiler yang menggunakan
sistem fluidized-bed, keseluruhan abu akan ikut terbawa oleh flue gas tanpa terjadi
pembentukan bottom ash. Jenis boiler yang digunakan juga mempengaruhi bentuk
serta ukuran dari abu yang dihasilkan boiler. Boiler dengan pulverizer menghasilkan
abu yang halus dengan ukuran 7-12 mikron. Pada boiler dengan metode pembakaran
tangensial, akan dihasilkan bentuk abu yang bulat. Boiler tipe stoker-fired akan
menghasilkan abu dengan ukuran yang paling besar jika dibandingkan dengan boiler
tipe lain.

Berdasarkan penelitian, komponen abu boiler tersusun atas berbagai senyawa oksida
beracun diantaranya silikon oksida, titanium oksida, ferit oksida, aluminium oksida,
kalsium oksida, magnesium oksida, sodium oksida, potasium oksida, sulfur trioksida,
difosfor pentoksida, serta beberapa senyawa lain. Proporsi jumlah dari senyawa-
senyawa penyusun abu dapat bervariasi tergantung dari jenis dan lokasi penambangan
batubara yang digunakan.
Abu yang dihasilkan dari Boiler dengan Pulverized Fuel; Pembesaran 1000x

Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 30 Tahun 2009, fly ash atau abu
yang dihasilkan oleh proses pembakaran dari boiler, dikategorikan sebagai Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3). Sehingga penanganan abu ini harus sesuai dengan
regulasi pemerintah agar tidak mencemari lingkungan.

Ada beberapa teknologi yang dapat digunakan untuk mengontrol emisi fly ash yang
dihasilkan dari proses pembakaran boiler. Alat pengontrol emisi abu ini bertugas untuk
menghilangkan kandungan abu dari gas buang boiler, menjaga abu tersebut agar tidak
masuk kembali bercampur dengan udara pembakaran, serta mengontrol proses
pembuangannya agar sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku. Ada beberapa
jenis teknologi yang dapat digunakan untuk mengontrol fly ash, diantaranya
adalah electrostatic precipitator, sistem filter, kolektor abu mekanik, dan venturi
scrubbers. Masing-masing jenis teknologi tersebut memiliki ciri khas dan fungsi sendiri-
sendiri. Namun yang paling umum digunakan pada boiler di dunia industri
adalah electrostatic precipitator (ESP) tipe kering. Teknologi ini akan menjadi fokus
pembahasan pada kesempatan kali ini.

Electrostatic Precipitator (ESP) adalah sebuah teknologi untuk menangkap abu hasil
proses pembakaran dengan jalan memberi muatan listrik padanya. Prinsip kerja ESP
yaitu dengan memberi muatan negatif kepada abu-abu tersebut melalui beberapa
elektroda (biasa disebut discharge electrode). Jika abu tersebut dilewatkan lebih lanjut
ke dalam sebuah kolom yang terbuat dari plat yang memiliki muatan lebih positif (biasa
disebut collecting electrode), maka secara alami abu tersebut akan tertarik oleh plat-plat
tersebut. Setelah abu terakumulasi pada plat tersebut, sebuah sistem rapper khusus
akan membuat abu tersebut jatuh ke bawah dan keluar dari sistem ESP. Untuk lebih
jelasnya, silahkan Anda perhatikan ilustrasi sistem ESP berikut ini.

Prinsip Kerja Electrostatic Precipitators

Proses-proses yang terjadi pada ESP sehingga abu (fly ash) dapat terkumpul adalah
sebagai berikut:

1. Charging. ESP menggunakan listrik DC sebagai sumber dayanya, dimana Collecting


Electrode (CE) terhubung dengan kutub positif dan ter-grounding, sedangkan
untuk Discharge Electrode terhubung dengan kutub negatif yang bertegangan 55-85
kilovolt DC. Medan listrik terbentuk diantara DE dan CE, pada kondisi ini timbul
fenomena korona listrik yang berpendar pada sisi DE. Pada saat gas buang batubara
melewati medan listrik ini, fly ash akan terkena muatan negatif yang dipancarkan oleh
kutub negatif pada DE. Proses pemberian muatan negatif pada abu tersebut dapat
terjadi secara difusi atau induksi, tergantung dari ukuran abu tersebut. Beberapa
partikel abu akan sulit dikenai muatan negatif sehingga membutuhkan medan listrik
yang lebih besar. Ada pula partikel yang sangat mudah dikenai muatan negatif, namun
muatan negatifnya juga mudah terlepas, sehingga memerlukan
proses charging kembali.
2. Pengumpulan. Abu yang sudah bermuatan negatif, akan tertarik untuk menuju ke CE
atau bergerak menurut aliran gas yang ada. Kecepatan aliran gas buang
mempengaruhi proses pengumpulan abu pada CE. Kecepatan aliran gas yang rendah
akan memperlambat gerakan abu untuk menuju CE. Sehingga umumnya desain ESP
biasanya digunakan beberapa seri CE dan DE yang diatur sedemikian rupa sehingga
semua abu yang terkandung di dalam gas buang boiler dapat tertangkap.
3. Rapping. Lapisan abu yang terkumpul pada permukaan CE harus secara periodik
dirontokan. Metode yang paling umum digunakan adalah dengan jalan memukul bagian
CE dengan sebuah sistem mekanis. Sistem rapper mekanis ini terdiri dari
sebuah hammer, motor penggerak, serta sistem gearbox sederhana yang dapat
mengatur gerakan memukul agar terjadi secara periodik. Sistem rapper tidak hanya
terpasang pada sisi CE, pada DE juga terdapat sistem rapper. Hal ini karena ada
sebagian kecil dari abu yang akan bermuatan positif karena ia ter-charging oleh CE
yang bermuatan positif.
4. Abu yang rontok dari CE akan jatuh dan terkumpul di hopper yang terletak di bawah
sistem CE dan DE. Hopper ini harus didesain dengan baik agar abu yang sudah
terkumpul tidak masuk kembali ke dalam kompartemen ESP. Selanjutnya dengan
menggunakan udara bertekanan, kumpulan abu tersebut dipindahkan melewati pipa-
pipa ke tempat penampungan yang lebih besar.

Gas buang yang keluar dari boiler mengandung banyak senyawa yang bersifat sangat
korosif, jika senyawa-senyawa tersebut bereaksi dengan uap air yang terkandung di
dalam gas buang itu pula. Pada temperatur rendah uap air hasil pembakaran
hidrokarbon batubara dapat terkondensasi dan bereaksi dengan SO 2 atau NOx dan
menghasilkan larutan asam yang sangat korosif. Larutan tersebut jika melewati ESP
akan sangat mungkin dapat merusak komponen-komponennya. Maka pada prakteknya,
pengoperasian ESP pada berbagai sistem boiler, baru dinyalakan jika temperatur gas
buang boiler sudah mencapai nilai tertentu. Hal ini bertujuan selain untuk menghindari
bahaya korosi, juga untuk menghindari terjadinya short circuit akibat adanya senyawa-
senyawa asam tersebut.

Bagian-bagian Electrostatic Precipitators


Secara umum bagian-bagian dari Electrostatic Precipitators (ESP) adalah sebagai
berikut:

1. Casing. Casing dari ESP umumnya terbuat dari baja karbon berjenis ASTM A-36 atau
yang serupa. Casing ini didesain untuk kedap udara sehingga gas buang boiler yang
berada di dalam ESP tidak dapat bocor keluar. Selain itu ia didesain memiliki ruang
untuk pemuaian karena pada operasional normalnya ESP bekerja pada temperatur
cukup tinggi. Oleh karena itu pula sisi luar casing ini dipasang insulator tahan panas
demi keselamatan kerja. Discharge electrode dan collecting electrode didesain
menggantung dengan sisi support (penyangga) berada pada sisi casing bagian atas.
Dan pada sisi samping casingterdapat pintu akses masuk untuk keperluan perawatan
sisi dalam ESP.
2. Hopper. Hopper terbuat dari bahan yang sama dengan casing. Ia berbentuk seperti
piramida yang terbalik dan terpasang pada sisi bawah ESP. Hopper berfungsi sebagai
tempat berkumpulnya abu fly ash yang dijatuhkan dari collecting
electrode dan discharge electrode. Abu hanya sementara berada di dalam hopper,
karena selanjutnya ia akan dipindahkan menggunakan sebuah sistem transport khusus
ke tempat penampungan yang lebih besar. Namun, hopper ini didesain untuk mampu
menyimpan abu sedikit lebih lama apabila terjadi kerusakan pada sistem transport fly
ash yang ada di bawahnya.
3. Collecting Electrode. Seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya, CE menjadi
tempat terkumpulnya abu bermuatan negatif sebelum jatuh ke hopper. Jarak antar CE
pada sebuah ESP didesain cukup dekat yakni 305-406 mm dengan kedua sisi plat
(depan-belakang) yang sama-sama berfungsi untuk menangkap abu. CE dibuat dari
plat yang didukung dengan baja penyangga untuk menjaga kekakuannya. Ia dipasang
dengan suppot yang berada di atas dan menggantung pada casing bagian atas. Untuk
mendapatkan medan listrik yang seragam pada CE, serta untuk meminimalisir
terjadinya loncatan bunga api elektron, maka CE harus dipasang dengan ketelitian yang
sangat tinggi.
4. Discharge Electrode. DE menjadi komponen paling penting di ESP. DE terhubung
dengan sumber tegangan DC tinggi hingga berpendar menciptakan korona listrik. Ia
berfungsi untuk men-charging abu sehingga abu menjadi bermuatan negatif. DE
dipasang pada tiap tengah-tengah CE dengan jarak 152-203 mm tergantung jarak antar
CE yang digunakan. Untuk mencegah short circuit, pemasangan DE harus dipasang
juga insulasi yang memisahkan DE dengan casing dan CE yang bermuatan netral.
Discharge Electrode

5. Sistem Kontrol Aliran Gas Buang. Efisiensi ESP sangat tergantung dengan distribusi
aliran gas buang boiler yang melintasinya. Semakin merata pendistribusian gas buang
tersebut ke seluruh kolom CE dan DE, maka akan semakin tinggi angka efisiensi ESP.
Oleh karena itu dipasang sebuah sistem vane atau sudu pada sisi masuk gas buang ke
ESP agar gas tersebut dapat lebih merata didistribusikan ke setiap kolom.
6. Rapper. Seperti yang sudah saya jelaskan di atas, sistem rapperberfungsi untuk
menjatuhkan abu yang terkumpul pada permukaan CE ataupun DE agar jatuh
ke hopper. Biasanya motor penggerak rapperterletak di bagian atas ESP, dan
dihubungkan ke bagian pemukul dengan sebuah poros yang terinsulasi untuk
menghindari short circuit.
7. Sumber Energi Listrik. Alat yang berfungsi untuk men-supply energi listrik ke sistem
ESP disebut dengan Transformer Rectifier (TR). Sumber energi listrik berasal dari listrik
AC bertegangan 480 Volt, yang ditingkatkan menjadi 55.000 sampai 75.000 Volt
sebelum diubah menjadi tegangan DC negatif yang akan dihubungkan
dengan discharge electrode. Karena secara elektris ESP merupakan beban kapasitif,
maka sumber tegangannya didesain untuk menahan beban kapasitif tersebut. Selain
itu, sumber tegangan ini didesain harus tahan terhadap gangguan arus yang terjadi
akibat adanya loncatan listrik (sparking) dari abu fly ash

Anda mungkin juga menyukai