potensi yang perlu dieksplorasi salah satunya adalah karang lunak. Karang lunak memiliki peta
distribusi yang luas di perairan Indonesia contohnya perairan Kepulauan Seribu, perairan Tegal, ,
perairan Malayang, dan perairan Bangka Belitung. Karang lunak merupakan organisme yang
mampu memproduksi senyawa bioaktif dan digunakan sebagai antibakteri, antikanker dan
antifouling. Senyawa tersebut merupakan hasil dari metabolit sekunder dari karang lunak.
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui potensi senyawa bioaktif yang terdapat dalam karang
Eksplorasi kandungan senyawa bioaktif karang lunak dimulai dengan pengambilan sampel
karang lunak di alam. Menurut Setyaningsih et. al (2012) pengambilan sampel karang lunak di
alam dapat dilakukan pada kedalaman 2-14 m dengan menggunakan bantuan alat selam. Sampel
karang lunak yang didapat dimasukkan dalam kantong plastik dan disimpan dalam icebox agar
sampel tetap segar dan tidak rusak (Huda et. al, 2012). Sebelum dilakukan ekstraksi perlu
dilakukan identifikasi dimana menurut Soedharma dkk (2005) identifikasi contoh karang lunak
Ekstraksi senyawa bioaktif dari karang lunak dapat dilakukan menggunakan berbagai
macam pelarut tergantung pada uji yang digunakan pada senyawa bioaktif. Uji antibakteri pada
karang lunak digunakan senyawa seperti methanol, etil asetat, dan heksana (Rumengan, 2012).
Penggunaan pelarut methanol memiliki aktivitas antibakteri yang lebih tinggi dibandingkan
menggunakan pelarut etil asetat dan heksana (Setyaningsih et. al, 2012). Pada uji antioksidan
metode yang digunakan yaitu dengan ekstrasi rendemen serta analisis fitokimia dengan uji
alkaloid, uji flavonoid, uji triterpenoid dan steroid, uji saponin, uji fenol hidrokuinon dan uji tannin
Aktivitas antibakteri pada karang lunak dapat dilakukan dengan menggunakan media agar
yang telah ditumbuhi bakteri Escherichia coli (Rumengan, 2012), Staphylococcus aureus
(Soedharma dkk, 2005), P. aeruginosa, A. hydrophila, dan V. harveyi (Setyaningsih et. al, 2012).
Metode tersebut dikenal dengan metode difusi agar yang diindikasikan terbentuknya zona bening
disekitar paper disk (Huda et. al, 2012). Dari karang lunak yang terdapat di Indonesia yang
diketahui memiliki kandungan senyawa antibakteri adalah Nephtea sp. (Rumengan, 2012),
Lobophytum sp., Sarcophyton sp., Dendronephthya sp. (Soedharma dkk, 2005), Sarcophyton sp.
(Huda et. al, 2012), Xenia sp. (Setyaningsih et. al, 2012). Selain aktivitas antibakteri biopotensi
karang lunak lainnya adalah sebagai senyawa antioksidan hal tersebut dibuktikan dengan adanya
senyawa Alkaloid, Flavonoid, Phenol Hidroquinon , Steroid, Triterpenoid, dan Saponin dalam
Potensi senyawa bioaktif yang terdapat dalam karang lunak di perairan Indonesia dapat
Apri, Rezi, Neviaty P Zamani, Hefni Effendi. Eksplorasi Karang Lunak Sebagai Antioksidan di
Pulau Pongok, Bangka Selatan. Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 4(2): 211-
217.
Huda, Chairul, Salni, Melki. 2012. Penapisan Aktivitas Antibakteri dari Bakteri yang Berasosiasi
dengan Karang Lunak Sarcophyton sp. Maspari Journal,. Vol 4(1) : 69-76.
Rumengan, Antonius P. 2013. Antibakteri dari Ekstrak Karang Lunak Nephtea sp. Jurnal Pesisir
dan Laut Tropis. Vol 3 (1) : 31-35.
Setyaningsih, Iriani, Tati Nurhayati, Roni Nugraha dan Indra Gunawan. 2012. Comparative
Evaluation of The Antibacterial Activity of Soft Corals Collected from the Water of
Panggang Island, Kepulauan Seribu. International Journal of Comprehensive Pharmacy.
Vol 6(3) : 1-3.
Soedharma, Dedi, Mujizat Kawaroe dan Abdul Haris. 2005. Kajian Potensi Bioaktif Karang Lunak
(Octorallia: Alcyonacea) di Perairan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Jurnal Ilmu-ilmu
Perairan dan Perikanan Indonesia. Vol. 12(2): 121-128.
Nama : Rois Ferdinansyah
NIM : H1K014024
Prodi : Ilmu Kelautan
Comparative Evaluation of The Antibacterial Activity of Soft Corals Collected from the
Water of Panggang Island, Kepulauan Seribu
Kebutuhan akan senyawa antibiotik akhir-akhir ini meningkat seiring dengan kekebalan
bakteri pathogen terhadap antibiotik yang ada. Penelitian tentang eksplorasi obat baru khususnya
dari organisme laut sedang dikembangkan salah satu contohnya adalah obat dari karang lunak.
Karang lunak memiliki potensi yang tinggi dimana memiliki kandungan senyawa bioaktif yang
tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karang lunak dari perairan Pulau
Karang lunak yang digunakan dalam penelitian ini yaitu genus Sinularia sp., Sarcophyton
sp., Xenia sp., Dendronephthya sp., dan Nephthea sp. Kelima karang lunak tersebut diekstraksi
menggunakan 3 pelarut dengan polaritas yang berbeda yaitu methanol, etil asetat dan heksana.
Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan menggunakan metode difusi agar. Ekstrak dari
masing-masing karang lunak diteteskan pada paper disc kemudian paper disk tersebut diletakan
pada agar yang sebelumnya di tumbuhi oleh bakteri E. coli, P. aeruginosa, A. hydrophila, and V.
harveyi. Kontrol positif pada penelitian ini adalah penggunaan antibiotik Chloramphenicol dan uji
aktivitas antibakteri didasarkan pada zona bening (inhibition zone) pada sekitar paper disc.
Hasil yang didapat pada penelitian ini menunjukan bahwa Sinularia sp. memiliki aktivitas
antibakteri yang paling efektif dimana ditunjukan dengan adanya zona bening yang signifikan pada
semua bakteri yang diujikan. Hal tersebut dikarenakan dalam genus Sinularia sp. Memiliki
senyawa terpenoid. Sementara itu genus Nepthea sp., Xenia sp. Dendronephthya sp. dan
Sarchopyton sp. Memiliki aktivitas antibakteri yang lebih lemah yang mana hanya berlaku pada
bakteri E.coli. Selain itu hasil yang didapat berdasarkan kategori pelarut menunjukan bahwa
pelarut methanol yang diteteskan pada masing-masing sampel memiliki aktivitas antibakteri yang
Keanekaragaman hayati laut Indonesia sangat tinggi dan memiliki potensi penting dalam
perekonomian Negara (Supriharyono, 2000). Para peneliti berupaya untuk mendapatkan berbagai
bahan hayati dalam bentuk senyawa bioaktif yang dapat dimanfatkan bagi kehidupan manusia
antifouling, antifeedant dan analgesic (Faulkener, 1992: Satari 1998). Menurut La Barre dkk.
(1996), Karang lunak merupakan salah satu jenis biota laut dari daerah terumbu karang dan
memiliki senyawa kimia untuk antipredasi, salah satu sumber protein, kabohidrat terutama lemak
yang potensial dan beberapa diantaranya telah diteliti mengandung substansi yang bersifat toksik
(Coll et all. 1982, Scheuer, 1978). Dalam penelitian ini, telah aktivitas bakteri dari karang lunak
Nephtea sp. ini merupakan bagian dari langkah awal dalam pencarian antibakteri baru yang dapat
Metode penelitian diawali dengan pengambilan sampel menggunakan alat selam dan
selanjutnya diekstraksi. Lalu dikeringkan sehingga diperoleh etanolik setelah itu ditimbang, lalu
dipartisi sehingga didapat fraksi larut kloroform. Lalu setiap fraksi diuji aktifitas antibakterinya
terhadap bakteri Escherichia coli. Setelah itu dilakukan Penyiapan bakteri uji, Penyiapan antibiotik
diperoleh ekstrak metalonik sebanyak 18, 16 g selanjutnya ekstrak metalonik sebanyak 16,16 g
dipartisi dengan etil asetat dan dikeringkan diperoleh 2,7 g fraksi larut etil asetat. Sisa fraksi larut
etil asetat 2,4 g selanjutnya dipartisi dengan heksan lalu diuapkan, diperoleh fraksi larut air-
metanol dan 1,84 g fraksi larut heksan. Fraksi larut air methanol selanjutnya dipartisi dengan
kloroform lalu diuapkan sehingga diperoleh 0,29 g fraksi larut kloroform hasil pengujian dari
ekstrak etanolik, fraksi larut etil asetat dan fraksi heksan dengan masing-masing kosentrasi 0,01
mg/ml dan 1 mg/ml menunjukkan tidak adanya aktivitas antibakteri yang baik dengan
terbentuknya zona hambat terhadap Escherichia coli. Control positif tetra dengan kosentrasi 0,01
mg/ml menunjukan zona hambat yang jauh lebih baik dari ketiga fraksi. Tabel 1 ditampilkan
Kesimpulan
Fraksi etanolik ekstrak karang lunak Nephtea sp. Memiliki aktivitas antibakteri dengan
daya yang jauh lebih kecil dari kontrol positif sementara itu, fraksi heksan dan fraksi etil asetat
didak menunjukkan zona hambat. Hal ini menunjukkan tidak adanya aktivitas antibakteri.
Nama : Ike Yuliana Farida
NIM : H1H014027
Prodi : BDP
Penapisan Aktivitas Antibakteri dari Bakteri yang Berasosiasi dengan Karang Lunak
Sarcophyton sp.
(Chairul Huda, Salni, Melki)
Terumbu karang merupakan ekosistem yang memiliki keanekaragaman jenis biota yang
tinggi. Salah satu biota penyusun terumbu karang yang juga memiliki bentuk dan koloni yang
bervariasi adalah karang lunak (Soft Coral). Sesuai dengan namanya, karang lunak memiliki
bentuk tubuh yang lunak dan lentur. Berbeda dengan karang keras, sebagai alat pertahanan diri,
karang lunak mengeluarkan zat tertentu dari tubuhnya. Sarcophyton sp. adalah salah satu jenis
karang lunak yang mampu menghasilkan bahan bioaktif. Menurut Tursch et al., (1978), bahan
bioaktif yang terdapat pada Sarcophyton sp. adalah sarcophine. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan Harpeni & Hasani (2005), diketahui bahwa bakteri yang berasosiasi dengan karang
lunak memiliki potensi menghasilkan senyawa antibakteri. Perlunya penelitian lanjutan untuk
mengetahui potensi dari isolat bakteri yang berasosiasi dengan karang lunak Sarcophyton sp. yang
bakteri patogen Escherichia coli dan Staphylococcus aureus, serta mengetahui sifat biokimia
bakteri yang memiliki aktivitas antimikroba tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan
isolasi dari bakteri yang berasosiasi dengan karang lunak terlebih dahulu, kemudian dilakukan
pemurnian isolat bakterinya dan dilakukan uji aktivitas antibakteri serta karakterisasi bakterinya.
Berdasarkan hasil isolasi dan pemurnian bakteri didapat 10 isolat bakteri yang diisolasi
dari karang lunak Sarcophyton sp., sedangkan pada pengujian aktivitas antibakteribya, hanya
tedapat 2 isolat yang memiliki aktivitas anibakteri, yang diindikasikan terbentuknya zona bening
disekitar paper disk. Dari hasil pengukuran kode isolate D1.1 terhadap E. coli membentuk zona
bening sebesar adalah 24 mm, sedangkan kode isolat D2.2 terhadap bakteri S. aureus terbentuk
zona bening sebesar 20 mm. Berdasarkan hasil tersebut Isolat bakteri dengan kode D1.1
menunjukkan adanya aktivitas antibakteri (+) terhadap E. coli dan isolat bakteri dengan kode D2.2
Pengujian karakterisasi bakteri yang memiliki aktivitas antibakteri dilakukan dengan uji
pengamatan gram dilakukan dengan menggunakan 3% KOH, hasilnya menunjukkan bahwa kedua
isolat bakteri baik D1.1 maupun D2.2 merupakan bakteri gram negatif (-), yang diketahui dengan
terbentuk lendir, setelah satu ose bakteri yang diletakkan diatas kaca objek dan ditetesi dengan
menggunakan 3% KOH. Pada uji biokimia, yang dilakukan meliputi uji katalase, oksidase, urea,
sitrat dan fermentasi karbohidrat, menujukkan hasil bahwa kedua isolat bakteri baik D1.1 maupun
D2.2 sama-sama memberikan reaksi yang positif. Dalam uji Methyl Red kedua isolat juga sama-
sama menjukkan reaksi negatif. Sedangkan pada uji Voges Proskauer isolate bakteri D1.1
menunjukkan reaksi positif dan D2.2 negatif. Sebaliknya, pada uji gelatin isolat D1.1
Berdasarkan hasil aktivitas antibakteri dan karakteristik bakteri dari isolat bakteri yang
bersimbiosis dengan karang lunak Sarcophyton sp., mampu dimanfaatkan sebagai bahan
antibakteri terhadap bakteri patogen E. coli dan S. aureus yang sering menyebabkan masalah
kesehatan dalam masyarakat, namun dalam mengekplorasi karang lunak ini haruslah dilakukan
Karang lunak merupakan salah satu bagian dari kelompok hewan invertebrata dari
ekosistem terumbu karang. Karang lunak termasuk dalam keluarga Cnidaria (hewan laut yang
mempunyai sengat), kelas Alcyonaria dan famili Alcyoniidae. Distribusi karang lunak tersebar
dari Afrika timur sampai barat Samudera Pasifik (Radjasa et al, 2007). Kelompok karang yang
dapat memproduksi senyawa bioaktif adalah karang lunak yang mempunyai kemampuan sebagai
antibakteria, antikanker, antibakteri, antifouling dan lain-lain (Mayer, 2010). Senyawa atau
substansi kimia tersebut merupakan hasil metabolit sekunder organisme hidup yang sering dikenal
dengan natural producty yang umumnya berupa terpenoid (Harper et al, 2001; Murniasih, 2005).
Penelitian ini dilakukan pada bulan agustus 2012-April 2013, berlokasi di perairan Pulau
Pongok, Bangka Belitung. Tujuan dari penelitian ini untuk untuk melihat senyawa-senyawa yang
Pulau Pongok, Bangka Selatan sebagai anti Antioksidan pada kedalaman 3 meter dan 9 meter.
Metode yang digunakan yaitu dengan ekstrasi rendemen dan analisis komponen utama
menggunakan program statistica versi 8 serta analisis fitokimia dengan uji alkaloid, uji flavonoid,
uji triterpenoid dan steroid, uji saponin, uji fenol hidrokuinon dan uji tanin.
Berdasarkan hasil penelitian ini, sampel karang lunak yang didapatkan pada perairan Pulau
Pongok Bangka Selatan terdapat 2 jenis karang lunak yaitu jenis Sinularia sp. dan Lobophytum sp.
karang lunak yang didapatkan hanya pada stasiun 2 dan stasiun 3. Sedangkan pada kedua stasiun
yang lain tidak diperoleh sampel karang lunak. Hal ini dikarenakan pada stasiun 1 dan stasiun 4
cenderung lebih dekat dengan daratan dan pemukiman penduduk, yaitu Pulau Celagen dan Pulau
Pongok. Selain itu pada kedua stasiun ini merupakan jalur kapal nelayan dan dermaga tempat kapal
berlabuh serta bongkar muat, sehingga kondisi substrat hanya berupa karang-karang mati yang
rusak karena aktivitas manusia. Pada stasiun 2 dan stasiun 3 relatif lebih jauh dari pemukiman
penduduk, sehingga ekosistem karang lunak lebih memungkinkan untuk berkembang biak. Hasil
uji fitokimia kedua jenis karang lunak, sampel uji mengandung senyawa Alkaloid, Flavonoid,
Sumberdaya karang lunak yang ada di Kepulauan Seribu diperkirakan mencapai 103
spesies dari 4 famili (Manuputty, 1992). karang lunak sebagai biota terumbu yang memiliki bahan
bioaktif dari golongan senyawa terpenoid, yang bersifat sitoksik, antikanker, algisida, dan
antipredator. Dengan demikian, kegiatan penelitian dan pengkajian ilmiah terhadap jenis-jenis
karang lunak yang ada di perairan Indonesia yang diketahui memiliki luas wilayah terumbu karang
terluas di dunia perlu ditingkatkan (UNEP, 2002). enelitian ini dilakukan di beberapa pulau di
Kepulauan Seribu, yaitu Pulau Pari, Pulau Pramuka, dan Pulau Kotok sebagai lokasi pengambilan
Identifikasi contoh karang lunak didasarkan pada ukuran dan bentuk skleritnya. Prosedur
identifikasi contoh dilakukan dengan jalan mengambil sedikit jaringan contoh karang lunak pada
bagian-bagian tertentu dengan memakai scalpel dan pinset. Potongan contoh tersebut selanjutnya
diletakkan pada cawan petri, lalu diberi larutan natrium hipoklorit sesuai kebutuhan dan dibiarkan
selama sekitar 5 menit. Setelah itu diaduk-aduk sampai kelihatan skleritnya yang penampakannya
berupa kristal-kristal putih yang kecil. Setelah itu kemudian ditetesi air suling secukupnya, dan
diaduk-aduk kembali agar skleritnya semakin bersih dan terang. Setelah bersih, sklerit yang
terdapat di cawan petri disedot dengan pipet tetes dan dipindahkan di gelas obyek, kemudian
ditutup dengan gelas untuk dilakukan pengamatan di mikroskop (Tomasouw, 1998). Identifikasi
berdasarkan ukuran dan bentuk sklerit ini didasarkan pada petunjuk Verseveldt (1966, 1980, 1982,
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Uji bioaktivitas ini menggunakan metode cawan
sebar yaitu sebanyak 0.1 ml bakteri yang telah diketahui OD-nya disebar ke dalam cawan petri
yang telah dituang media dan dibiarkan memadat pada suhu kamar. Kemudian diletakkan cakram
kertas (paper disc) yang telah mengandung ekstrak uji sebanyak 20 µl, pelarutnya sebagai kontrol
negatif, dan amphisilin trihidrat sebagai kontrol positif. Setelah itu, kemudian diinkubasi pada suhu
37 °C selama 24 jam. Zona terang di sekitar cakram kertas (paper disc) menunjukkan adanya
Ekstraksi
Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menurut petunjuk Rachmaniar (1994, 1995),
yang mengikuti prosedur berikut: karang lunak dipotong-potong kecil, dikeluarkan bahan-bahan
pengotornya lalu ditimbang sebanyak 25 g bobot segar dan selanjutnya diblender sampai halus,
kemudian dimaserasi dengan metanol p.a 80% sebanyak 35 ml. Setelah dimaserasi selama 24 jam,
suspensi pekat di-sentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 3500 rpm. Setelah itu, ekstrak
yang didapatkan disaring dengan kertas saring kemudian dicukupkan volumenya. Ekstrak
Uji Aktivitas
Bakteri Pembuatan Media Agar Sebanyak 10 g NaCl, 10 g yeast ekstract dan 5 g tripton-
pepton dilarutkan dalam 1 l akuades, ditambah 15 g agar bacto kemudian dipanaskan dan diaduk
hingga larut. Kemudian larutan dimasukkan ke dalam cawan petri sekitar 17 ml, dibiarkan
Pembiakan Bakteri
Uji Bakteri dari media agar miring diambil satu ose secara aseptik ke dalam erlenmeyer
yang berisi medium Nutrient Broth (NB) steril dan diseker selama 24 jam. Optical Density (OD)
diukur dengan spektronik-20 pada panjang gelombang 680 nm untuk mengetahui rapatan bakteri
melalui hubungan: OD T
Uji Bioaktifitas
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Uji bioaktivitas ini menggunakan metode cawan
sebar yaitu sebanyak 0.1 ml bakteri yang telah diketahui OD-nya disebar ke dalam cawan petri
yang telah dituang media dan dibiarkan memadat pada suhu kamar. Kemudian diletakkan cakram
kertas (paper disc) yang telah mengandung ekstrak uji sebanyak 20 µl, pelarutnya sebagai kontrol
negatif, dan amphisilin trihidrat sebagai kontrol positif. Setelah itu, kemudian diinkubasi pada suhu
37 °C selama 24 jam. Zona terang di sekitar cakram kertas (paper disc) menunjukkan adanya
Selama penelitian, kegiatan ini berhasil mendata 39 spesies (12 genera, 4 famili) karang
lunak yang tersebar di Pulau Pari, Pulau Pramuka, dan Pulau Kotok. Genus Lobophytum
mendominasi perairan dangkal (3 m), sedangkan genera Sarcophyton dan Dendronephthya lebih
kerap ditemukan di perairan dalam (10 m). Dari ke-39 spesies tersebut, ekstrak dari 30 jenis karang
lunak menunjukkan bioaktivitas terhadap keberadaan bakteri patogen Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus. Ditinjau dari lokasi pengambilan contoh terhadap daratan utama,
kandungan bioaktif karang lunak semakin tinggi bila semakin jauh dari daratan utama. Hal yang
serupa berlaku untuk karang lunak yang hidup di kedalaman yang lebih dalam.