SKRIPSI
Disusun Oleh :
Prima Sukmaraga
NIM. C2B605142
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
Hidup layak merupakan hak asasi manusia yang d iakui secara universal.
Konstitusi Indonesia UUD’45, secara ek mengamanatkan bahwa tugas pokok
pemerintah Republik Indonesia adalah “memajukan kesejahteraan umum,
mencerdmewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Ind hidup bebas
dari kemiskinan atau menikmati kehidupan yang layak merupakan hak asasi setiap
warga negara adalah tugas pemerintah untuk menjamin terwujudnya hal itu.
Pembangunan nasional pada dasarnya ialah meningkatkan kesejahteraan umum
yang adil dan merata bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan demikian
pengentasan kemiskinan merupakan prioritas uta ma pembangunan.
Tabel 1.1
Jumlah Penduduk Miskin
Menurut Provinsi dan Daerah di Indonesia
Tahun 2008 (Jiwa)
Perkotaan Pedesaan
Propinsi K+D
(K) (D)
Nanggroe Aceh Darussalam 189.300 773.000 962.300
Sumatera Utara 721.600 889.900 1.611.500
Sumatera Barat 124.200 349.500 473.700
Riau 260.100 324.600 584.700
Jambi 120.000 141.200 261.200
Sumatera Selatan 498.200 756.100 1.254.300
Bengkulu 116.100 212.700 328.900
Lampung 375.200 1.222.700 1.597.800
Bangka Belitung 33.300 47.000 80.300
Kepulauan Riau 64.500 67.300 131.800
DKI Jakarta 342.500 - 342.500
Jawa Barat 2.645.900 2.603.600 5.249.500
Jawa Tengah 2.523.500 3.599.100 6.122.600
DI Yogyakarta 324.800 284.100 608.900
Jawa Timur 2.308.800 4.240.200 6.549.000
Banten 367.300 463.100 830.400
Bali 107.200 98.500 205.700
Nusa Tenggara Barat 548.400 520.500 1.068.800
Nusa Tenggara Timur 115.300 990.500 1.105.800
Kalimantan Barat 120.100 382.700 502.800
Kalimantan Tengah 41.700 152.600 194.300
Kalimantan Selatan 76.400 134.700 211.100
Kalimantan Timur 85.600 173.900 259.500
Sulawesi Utara 68.700 149.500 218.200
Sulawesi Tengah 58.200 467.000 525.200
Sulawesi Selatan 145.500 896.700 1.042.200
Sulawesi Tenggara 28.500 408.600 437.100
Gorontalo 29.700 153.200 182.900
Sulawesi Barat 47.400 109.500 156.900
M aluku 43.100 345.700 388.800
M aluku Utara 9.300 98.500 107.900
Papua Barat 12.000 225.300 237.300
Papua 34.100 675.200 709.300
Su mber: BPS, Data dan Informasi Kemiskinan Tahun 2008
Dari Tabel 1.1 dapat terlihat bahwa jumlah penduduk miskin terbesar di
Indonesia berada di Propinsi Jawa Timur dengan proporsi penduduk kota sebesar
2.308.800 jiwa dan penduduk desa sebesar 4.240.200 jiwa sehingga totalnya
sebesar 6.549.000 jiwa. Sedangkan Propinsi Jawa Tengah memiliki jumlah
penduduk miskin terbesar kedua di Indonesia dengan proporsi penduduk kota
sebesar 2.523.500 jiwa dan penduduk desa sebesar 3.599.100 jiwa sehingga
totalnya sebesar 6.122.600 jiwa.
Tabel 1.2
Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Miskin
Kabupate n/Kota di Jawa Tengah
Tahun 2006-2008
Dari Tabel 1.2 terlihat bahwa jumlah penduduk miskin pada beberapa
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah mengalami fluktuasi setiap tahunnya.
Di sebagian besar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah menunjukkan adanya
kecenderungan pertumbuhan jumlah penduduk miskin yang semakin menurun
selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2008. Namun demikian masih ada
beberapa Kabupaten/Kota yang menunjukkan kecenderungan pertumbuhan
jumlah penduduk miskin yang semakin meningkat selama periode ters ebut, yaitu
pada Kabupaten Banyumas, Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara, Kabupaten
Pemalang, Kota Magelang, Kota Surakarta, Kota Semarang, Kota Pekalongan dan
Kota Tegal.
Penyebab kemiskinan bermuara pada teori lingkaran kemiskinan (vicious
circke of poverty) dari Nurkse 1953. Yang dimaksud lingkaran kemiskinan adalah
suatu rangkaian kekuatan yang saling mempengaruhi suatu keadaaan dimana
suatu negara akan tetap miskin dan akan banyak mengalami kesukaran untuk
mencapai tingkat pembangunan yang lebih baik. Adanya keterbelakangan, dan
ketertinggalan SDM (yang tercermin oleh rendahnya IPM), ketidaksempurnaan
pasar, dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktifitas. Rendahnya
produktifitas mengakibatkan rendahnya pendapatan yang mereka terima (yang
tercermin oleh rendahnya PDRB per kapita). Rendahnya pendapatan akan
berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi. Rendahnya investasi
berakibat pada rendahnya akumulasi modal sehingga proses penciptaan lapangan
kerja rendah (tercemin oleh tingginya jumlah pengangguran). Rendahnya
akumulasi modal disebabkan oleh keterbelakangan dan seterusnya (Mudrajad
Kuncoro, 1997).
Tabel 1.4
Perkembangan dan Pertumbuhan PDRB per kapita
Kabupate n/Kota di Jawa Tengah
Tahun 2006-2008
Dari Tabel 1.4 terlihat bahwa PDRB per kapita seluruh Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2006 sampai tahun 2008 mengalami
kecenderungan yang meningkat. Selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2008
Selain faktor- faktor di atas, adapula indikator lain yang digunakan untuk
mengukur jumlah penduduk miskin pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
Tengah yaitu seberapa besar jumlah pengangguran yang ada pada Kabupaten/Kota
di Provinsi Jawa Tengah terseb ut. Pengangguran bisa disebabkan oleh
bertambahnya angkatan kerja baru yang terjadi tiap tahunnya, sementara itu
penyerapan tenaga kerja tidak bertambah. Selain itu adanya industri yang
bangkrut sehingga harus merumahkan tenaga kerjanya. Hal ini berarti, semakin
tinggi jumlah pengangguran maka akan meningkatkan jumlah penduduk miskin.
Berikut ini disajikan data jumlah dan pertumbuhan pengangguran pada
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah :
Tabel 1.5
Jumlah dan Pertumbuhan Pengangguran
Kabupate n/Kota di Jawa Tengah
Tahun 2006-2008
Jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah pada tahun 2008 relatif lebih
tinggi dibanding provinsi lain di Indonesia. Hal ini tampak pada Tabel 1.1 yang
menunjukkan bahwa Jawa Tengah menempati peringkat kedua penduduk miskin
terbesar di Indonesia setelah Jawa Timur. Kondisi jumlah penduduk miskin di
Jawa Tengah menunjukkan adanya kecenderungan pertumbuhan jumlah penduduk
miskin yang semakin menurun. Namun demikian masih ada beberapa
Kabupaten/Kota yang menunjukkan kecenderungan pertumbuhan jumlah
penduduk miskin yang semakin meningkat, yaitu pada Kabupaten Banyumas,
Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara, Kabupaten Pemalang, Kota Magelang, Kota
Surakarta, Kota Semarang, Kota Pekalongan dan Kota Tegal (Tabel 1.2).