Anda di halaman 1dari 38

LABORATORIUM FIBER OPTIK

LAPORAN PRATIKUM AKHIR MATA KULIAH INSTALASI FIBER OPTIK

KELAS / GROUP : JTD 3D / 5


NAMA KETUA : M. Dicky Nasrulloh (1541160065)
NAMA ANGGOTA : 1. Dina Ayu Tri Maryana (1541160056)
2. Ganner Antero (1541160101)
NILAI :
DOSEN : SEPTRIANDI WIRA YOGA ST., MT.

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


PROGRAM STUDI JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2018
FIBER OPTIK SINYAL ANALOG

I. TUJUAN
1. Mengamati dan menguji pengiriman sinyal analog melalui fiber optik.
2. Mengukur pengaruh panjang saluran terhadap redaman pada transmisi fiber optik.
3. Membandingkan input dan output sinyal analog melalui fiber optik.
4. Menguji fiber optik dengan OTDR

II. DASAR TEORI


2.1 Rugi-rugi Fiber Optik
Dalam pentransmisian sinyal pada teknologi komunikasi, fiber optik makin
banyak menggantikan saluran transmisi kawat. Hal ini disebabkan saluran fiber optik
memberikan beberapa keuntungan dibandingkan dengan saluran kawat. Pertama,
dikarenakan cahaya secara efektif adalah sama seperti radiasi radio frekuensi yang jauh
lebih tinggi, maka dalam teori kapasitas pembawaan informasi dari suatu fiber adalah
jauh lebih besar dari pada sistem-sistem radio gelombang mikro. Berikutnya, bahan
yang digunakan dalam fiber adalah gelas silika atau dioksida silikon, yang merupakan
salah satu dari bahan-bahan yang paling banyak terdapat di bumi kita, sehingga
nantinya biaya saluran-saluran semacam ini pasti akan jauh lebih rendah, baik dari
saluran-saluran kawat maupun sistem-sistem gelombang mikro.
Fiber optik tidak bersifat menghantarkan listrik, sehingga dapat digunakan di
daerah-daerah dimana isolasi listrik dan interferensi merupakan masalah berat. Dan
karena kapasitas informasinya yang tinggi, rute-rute saluran majemuk dapat diringkas
menjadi kabel-kabel yang jauh lebih kecil, sehingga dapat mengurangi kemacetan pada
channel yang sudah sangat padat. Dengan teknologi yang telah dikuasi pada saat ini,
sistem komunikasi fiber optik masih sedikit lebih mahal daripada sistem kawat atau
radio yang setara, tetapi keadaan ini dapat berubah dengan cepat. Sistem fiber optik
dengan cepat akan mampu bersaing dengan sistem-sistem lain dalam harga, dan dengan
kelebihan-kelebihannya yang lain, makin lama akan makin banyak sistem lain yang
menggantikannya.
Rugi-rugi dalam fiber optic adalah sebagai berikut:
a. Rugi-rugi penyebaran Rayleigh
Gelas dalam fiber optik adalah suatu benda pada amorphous (tidak berbentuk kristal
atau noncrystalline), yang dibentuk dengan cara membiarkan gelas itu mendingin
dari keadaan cairnya pada suhu tinggi hingga dia membeku, sementara masih dalam
keadaan plastik, gelas itu ditarik dengan menggunakan tegangan kedalam bentuk
fiber yang panjang. Selama dalam proses pembentukan ini, variasi-variasi sub
mikroskopis dalam kerapatan gelas dan dalam campuran-campuran di dalamnya
ikut dibekukan di dalam gelas, dan kemudian menjadi facet-facet yang
memantulkan dan membiaskan serta menyebarkan sebagian kecil cahaya yang
lewat melalui gelas tersebut. Meskipun teknik pembuatan yang teliti dapat
mengurangi anomali-anomali ini hingga minimum, hal tersebut tidak dapat
sepenuhnya dihilangkan.
b. Rugi-rugi penyerapan
Terdapat tiga macam, yaitu penyerapan ultraviolet, penyerapan infra merah, dan
penyerapan resonansi ion.
c. Rugi-rugi penggandengan
Cacat-cacat kecil pada inti atau pada interface inti pelapis, seperti misalnya variasi
kecil pada diameter inti, bentuk penampang atau gelembung-gelembung dalam
gelas dapat menyebabkan penggandengan yang tidak sempurna.
d. Rugi-rugi pembengkokan
Terdapat dua macam, yaitu pembengkokan mikro dan pembengkokan radius
konstan.

2.2 Komunikasi dan Transmisi data Fiber Optik


Gambar 1 adalah contoh pengaplikasian fiber optik dalam sistem komunikasi.

Gambar 1 Blok Diagram Komunikasi data menggunakan Fiber Optik

Prinsip-prinsip dasar dari komunikasi fiber optic ialah sinyal itu lewat dari fase
seperti pada bentuk gelombang analog. Kemudian, melalui pengubah analog menjadi
digital yang mngubah gelombang analog menjadi rangkaian pulsa digital. Lalu, sinyal
digital itu melewati sumber sinyal yang mungkin laser atau LED, yang mengubah pulsa
digital elektronik menjadi pulsa sinar yang ekuivalen. Pada akhir penerimaan suatu
detector menangkap pulsa sinar dan menerjemahkannya dalam pulsa digital, yang
kemudian terus melalui pengubah analog menghubungkan dengan kabel fiber optik
yang mengeluarkan sinar digital, seperti misal komputer, konversi anaog menjadi
digital tidak diperlukan. Dalam banyak sirkuit fiber optik teresterial, repeater yang
untuk membuat sinyal ditempati kira-kira setiap 40 km. Supaya dibuat, pulsa sinar itu
pertama tama harus diubah lagi menjadi pulsa elektrik. Kemudian, sinyal itu dibuat dan
diubah lagi dalam pulsa sinar.
Berlainan dengan telekomunikasi yang mempergunakan gelombang
electromagnet, maka pada fiber optik gelombang cahayalah yang bertugas membawa
sinyal informasi. Pertama-tama microphone merubah sinyal suara menjadi sinyal
listrik. Kemudian, sinyal listrik ini dibawa oleh gelombang pembawa cahaya melalui
fiber optik dari pengirim (transmitter) menuju alat penerima (receiver) yang terletak
pada ujung lainnya dari fiber. Modulasi gelombang cahaya ini dapat dilakukan dengan
merubah sinyal listrik termodulasi menjadi gelombang cahaya pada transmitter dan
kemudian merubahnya kembali menjadi sinyal listrik pada receiver. Pada receiver
sinyal listrik dapat dirubah kembali menjadi gelombang suara. Tugas untuk merubah
sinyal listrik ke gelombang cahaya atau kebalikannya dapat dilakukan oleh komponen
elektronik yang dikenal dengan nama komponen optoelectronic pada setiap ujung fiber
optik.

III. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN


1. OTDR

2. Fiber Optik Single Mode


3. Fusion Splicer

4. Cleaver

5. Tang Stripper

6. Alcohol >96%
7. Optical Power Meter

8. Light Source

9. Laser ( Visual Fault Locator )

10. Connector Adapter


11. Pelindung plastik

12. Papan bending

IV. PROSEDUR MELAKUKAN PERCOBAAN


4.1. Menggunakan Splicer
a) Pertama mengupas jacket/ cladding pada fiber optic

b) Memotong ujung core menggunakan cleaver

c) Membersihkan core dengan alcohol 96% menggunakan tisu


d) Meletakan kedua ujung fiber optic yang akan disambung pada Splicer
e) Menutup bagian atas splicer lalu menekan tombol SET

f) Menunggu proses splicing sehingga tersambung dengan redaman 0,01 dB

g) Memasang pelindung plastic pada bagian fiber yang disambung


h) Meletakan fiber optic yang dilindungi plastic pelindung pada heater
i) Menekan tombol HEAT hingga lampu indicator mati
4.2 Memasang konektor
a. Membuka pengunci konektor
b. Memasukan kabel fiber optic pada lubng konektor hingga ke ujung
c. Memasang pengunci kembali dan tekan hingga terdengar suara “klik”
d. Menguji ketesambungan kabel fiber optic yang sudah dipasang konektor dengan
Visual Fault Locator (Laser).
4.3 Menghitung rugi-rugi pada kabel fiber optik terhadap bending
a. Memasang kedua ujung fiber optic yang telah dipasang konektor pada light source
dan power meter menggunakan adaptor SC to FC
b. Mengukur redaman dengan mengatur λ = 1310 nm dan λ = 1550 nm
c. Mengubah frekuensi di setiap λ dengan menggunakan frekuensi 0 Hz, 270 Hz, 1000
Hz dan 2000 Hz
d. Mengulangi langkah b dan c dengan menggunakan 3 jenis diameter 5 cm, 4 cm dan
3 cm
e. Mencatat setiap hasil pengukuran
4.4 Mengukur kualitas kabel fiber optic menggunakan OTDR
a. Memasang salah satu ujung fiber optic FC dengan adaptor SC to FC lalu memasang
ke OTDR
b. Melakukan pengukuran dengan memasang salah satu ujung lainnya ke port 1-12
secara bergantian pada panjang λ = 1310 nm
c. Melakukan pengukuran dengan memasang salah satu ujung lainnya ke port 1-12
secara bergantian pada panjang λ = 1550 nm
d. Menekan tombol SETUP untuk mengganti panjang λ dan menekan tombol TEST
untuk melakukan pengukuran
e. Mencatat setiap hasil pengukuran
4.5 Mengukur rugi rugi antar port fiber optic
a. Memasang salah satu ujung fiber optic pada OTDR dengan adaptor SC to FC
b. Memasang salah satu ujung fiber optic lainnya ke port 1-12
c. Mengamati dan mencatat rugi rugi antar port fiber optic dari port 1-12
menggunakan optical power meter
V. DATA HASIL PERCOBAAN
A. Rugi-Rugi Pada Kabel Fiber Optik Terhadap Bending
Panjang gelombang dan Frekuensi yang Digunakan:
λ= 1310 nm dan 1550 nm
Frekuensi= 0 Hz, 270 Hz, 1000 Hz dan 2000 Hz
1310nm , frekuensi= 0 Hz, 270 Hz, 1000 Hz, 2000Hz
1550, no bending frekuensi= 0 Hz, 270 Hz, 1000 Hz, 2000Hz
λ= 1310 nm, frekuensi= 0 Hz, 270 Hz, 1000 Hz, 2000Hz (Diameter: 5cm)
λ= 1550 nm, frekuensi= 0 Hz, 270 Hz, 1000 Hz, 2000Hz (Diameter: 5cm)
λ= 1310 nm, frekuensi= 0 Hz, 270 Hz, 1000 Hz, 2000Hz (Diameter: 4 cm)
λ= 1550 nm, frekuensi= 0 Hz, 270 Hz, 1000 Hz, 2000Hz (Diameter: 4 cm)
λ= 1310 nm, frekuensi= 0 Hz, 270 Hz, 1000 Hz, 2000Hz (Diameter: 3cm)
λ= 1550 nm, frekuensi= 0 Hz, 270 Hz, 1000 Hz, 2000Hz (Diameter: 3cm)
B. Kualitas Kabel Fiber Optic Menggunakan OTDR
λ= 1310 nm (port 1) λ= 1310 nm (port 5)

λ= 1310 nm (port 2) λ= 1310 nm (port 6)

λ= 1310 nm (port 3) λ= 1310 nm (port 7)

λ= 1310 nm (port 4) λ= 1310 nm (port 8)


λ= 1310 nm (port 9)

λ= 1310 nm (port 10)

λ= 1310 nm (port 11)

λ= 1310 nm (port 12)


λ= 1550 nm (port 1) λ= 1550 nm (port 5)

λ= 1550 nm (port 2) λ= 1550 nm (port 6)

λ= 1550 nm (port 3) λ= 1550 nm (port 7)

λ= 1550 nm (port 4) λ= 1550 nm (port 8)


λ= 1550 nm (port 9)

λ= 1550 nm (port 10)

λ= 1550 nm (port 11)

λ= 1550 nm (port 12)


C. Rugi Rugi Antar Port Fiber Optic

A. Hasil Data Power Meter

λ= 1310 nm (port 1) λ= 1310 nm (port 2)

λ= 1310 nm (port 3) λ= 1310 nm (port 4)


λ= 1310 nm (port 5) λ= 1310 nm (port 6)

λ= 1310 nm (port 7) λ= 1310 nm (port 8)


λ= 1310 nm (port 9) λ= 1310 nm (port 10)

λ= 1310 nm (port 11) λ= 1310 nm (port 12)


λ= 1550 nm (port 1) λ= 1550 nm (port 2)

λ= 1550 nm (port 3) λ= 1550 nm (port 4)


λ= 1550 nm (port 5) λ= 1550 nm (port 6)

λ= 1550 nm (port 7) λ= 1550 nm (port 8)


λ= 1550 nm (port 9) λ= 1550 nm (port 10)

λ= 1550 nm (port 11) λ= 1550 nm (port 12)


B. Hasil Data Pada OTDR
λ= 1310 nm (port 1) λ= 1310 nm (port 2)

λ= 1310 nm (port 3) λ= 1310 nm (port 4)

λ= 1310 nm (port 5) λ= 1310 nm (port 6)

λ= 1310 nm (port 7) λ= 1310 nm (port 8)

λ= 1310 nm (port 9) λ= 1310 nm (port 10)


λ= 1310 nm (port 11) λ= 1310 nm (port 12)

λ= 1550 nm (port 1) λ= 1550 nm (port 2)

λ= 1550 nm (port 3) λ= 1550 nm (port4)

λ= 1550 nm (port 5) λ= 1550 nm (port 6)

λ= 1550 nm (port 7) λ= 1550 nm (port 8)


λ= 1550 nm (port 9) λ= 1550 nm (port 10)

λ= 1550 nm (port 11) λ= 1550 nm (port 12)


VI. ANALISA HASIL PERCOBAAN PRAKTIKUM
6.1.1. Rugi-Rugi Pada Kabel Fiber Optik Terhadap Bending
Pada praktikum ini dilakukan pengamatan loss serat optik terhadap bending yang
terdapat pada serat optik. Dari data pengukuran yang dilakukan maka didapatkan
loss dari bending serat optik adalah sebagai berikut:
Tanpa Bending (dBm)
No Frequency λ = 1310 λ = 1550

1 0 Hz 16,44 dBm 17,25 dBm

2 270 Hz 19,23 dBm 20,46 dBm

3 1000 Hz 21,64 dBm 20,75 dBm


4 2000 Hz 22,26 dBm 21,01 dBm

Bending ( diameter = 5cm ) (dBm)


No Frequency λ = 1310 λ = 1550

1 0 Hz 18,09 dBm 18,24 dBm

2 270 Hz 21,24 dBm 21,49 dBm

3 1000 Hz 21,15 dBm 21,61 dBm

4 2000 Hz 21,63 dBm 21,87 dBm

Bending ( diameter = 4 cm ) (dBm)


No Frequency λ = 1310 λ = 1550

1 0 Hz 18,64 dBm 17,09 dBm


2 270 Hz 22,07 dBm 20,00 dBm

3 1000 Hz 22,20 dBm 20,39 dBm


4 2000 Hz 21,41 dBm 20,58 dBm

Bending (diameter – 3 cm ) (dBm)


No Frequency λ = 1310 λ = 1550
1 0 Hz 18,20 dBm 18,03 dBm

2 270 Hz 21,43 dBm 21,38 dBm


3 1000 Hz 21,38 dBm 21,42 dBm

4 2000 Hz 21,24 dBm 21,67 dBm


A. Tanpa Bending
 Dari data percobaan saat λ= 1330 nm dan saat frekuensiya disesuaikan dengan
percobaan (0 Hz, 270 Hz, 1000Hz, 2000 Hz) didapatkan hasil secara berturut-
turut 16,44 dBm; 19,23 dBm; 21,64 dBm; dan 22,26 dBm. Dari nilai tersebut
membuktikan bahwa semakin besar frekuensi yang digunakan maka losses yang
dihasilkan juga semakin besar.
 Dari data percobaan saat λ= 1550 nm dan saat frekuensiya disesuaikan dengan
percobaan (0 Hz, 270 Hz, 1000Hz, 2000 Hz) didapatkan hasil secara berturut-
turut 17,25 dBm; 20,46 dBm; 20,75 dBm; dan 21,01 dBm. Dari nilai tersebut
membuktikan bahwa semakin besar frekuensi yang digunakan maka losses yang
dihasilkan juga semakin besar.
 Dari data percobaan saat λ= 1550 nm maka nilai losses-nya cenderung lebih
besar daripada saat menggunakan λ= 1310 nm.

B. Pada serat optik single mode dilakukan percobaan pengaruh bending


 Saat Diameter Bending: 5 cm
 Dari data percobaan saat λ= 1330 nm dan saat frekuensiya disesuaikan dengan
percobaan (0 Hz, 270 Hz, 1000Hz, 2000 Hz) didapatkan hasil secara berturut-
turut 18,09 dBm; 21,24 dBm; 21,15 dBm; dan 21,63 dBm. Dari nilai tersebut
membuktikan bahwa semakin besar frekuensi yang digunakan maka losses yang
dihasilkan juga cenderung semakin besar.
 Dari data percobaan saat λ= 1550 nm dan saat frekuensiya disesuaikan dengan
percobaan (0 Hz, 270 Hz, 1000Hz, 2000 Hz) didapatkan hasil secara berturut-
turut 18,29 dBm; 21,49 dBm; 21,61 dBm; dan 21,87 dBm. Dari nilai tersebut
membuktikan bahwa semakin besar frekuensi yang digunakan maka losses yang
dihasilkan juga semakin besar.
 Dari data percobaan saat λ= 1550 nm maka nilai losses-nya cenderung lebih
besar daripada saat menggunakan λ= 1310 nm.
 Saat Diameter Bending: 4 cm
 Dari data percobaan saat λ= 1330 nm dan saat frekuensiya disesuaikan dengan
percobaan (0 Hz, 270 Hz, 1000Hz, 2000 Hz) didapatkan hasil secara berturut-
turut 18,64 dBm; 22,07 dBm; 22,20 dBm; dan 21,41 dBm. Dari nilai tersebut
membuktikan bahwa semakin besar frekuensi yang digunakan maka losses yang
dihasilkan juga semakin besar.
 Dari data percobaan saat λ= 1550 nm dan saat frekuensiya disesuaikan dengan
percobaan (0 Hz, 270 Hz, 1000Hz, 2000 Hz) didapatkan hasil secara berturut-
turut 17,09 dBm; 20,00 dBm; 20,39 dBm; dan 20,58 dBm. Dari nilai tersebut
membuktikan bahwa semakin besar frekuensi yang digunakan maka losses yang
dihasilkan juga semakin besar.
 Saat Diameter Bending: 3 cm
 Dari data percobaan saat λ= 1330 nm dan saat frekuensiya disesuaikan dengan
percobaan (0 Hz, 270 Hz, 1000Hz, 2000 Hz) didapatkan hasil secara berturut-
turut 18,20 dBm; 21,43 dBm; 21,38 dBm; dan 21,24 dBm. Dari nilai tersebut
membuktikan bahwa semakin besar frekuensi yang digunakan maka losses yang
dihasilkan juga cenderung semakin besar.
 Dari data percobaan saat λ= 1550 nm dan saat frekuensiya disesuaikan dengan
percobaan (0 Hz, 270 Hz, 1000Hz, 2000 Hz) didapatkan hasil secara berturut-
turut 18,03 dBm; 21,38 dBm; 21,42 dBm; dan 21,67 dBm. Dari nilai tersebut
membuktikan bahwa semakin besar frekuensi yang digunakan maka losses yang
dihasilkan juga semakin besar.
 Dari data percobaan saat λ= 1550 nm maka nilai losses-nya cenderung lebih
besar daripada saat menggunakan λ= 1310 nm.
 Perbandingan saat bending tanpa diameter, diameter 5 cm, diameter 4 cm dan
diameter 3 cm
 Dari hasil data percobaan bending yang dilakukan sebanyak 4 kali yaitu pada
saat tanpa diameter, diameter 5 cm, diameter 4 cm dan diameter 3 cm
membuktikan bahwa semakin kecil diameter (semakin banyak bending) maka
losses yang dihasilkan juga semakin besar.
6.1.2. Kualitas Kabel Fiber Optic Menggunakan OTDR
Panjang PORT Distance T Loss (dB) Loss Simbol
Gelombang (Km) (dB)
(nm)
1310 nm 1 0,045 - 2,08

2 0,499 6,598 1,66

3 0,499 6,684 2,53

4 0,499 6,901 2,13

5 0,486 - 2,38

6 0,499 6,932 2,87

7 0,499 6,614 2,38

8 0,499 6,913 3,77

9 0,499 6,619 3,01

10 0,0475 - 3,14

11 0,500 6,614 3,14

12 0,077 10,959 3,77

1550 nm 1 0,059 - 1,22

2 0,178 ; 0,320 0,052 ; 2,152 0,88

3 0,18 ; 0,314 0,054 ; 2,113 0,96

4 0,498 4,706 0,96

5 0,059 - 0,63

6 0,498 4,638 0,96

7 0,499 4,724 0,57

8 0,499 5,105 0,73


9 0,499 4,778 0,63

10 0,117 7,945 0,63

11 0,499 4,629 0,8

12 0,077 8,808 1,11

 λ 1310 nm
 Pada λ 1310 nm, redaman terbesar 3.77 dB terjadi pada port 12 dan 8.
Sedangkan redaman terkecil 1.66 dB terjadi pada port 2. Dari semua hasil
pengukuran menggunakan OTDR didapatkan bahwa kabel fiber optic
memiliki kualitas yang cukup baik, karena pada semua pengukuran
menunjukkan jumlah bending hanya 1 saja. Dan redaman hanya pada range
1,66 dB – 3,77 dB.
 λ 1550 nm
 Pada λ 1550 nm, redaman terbesar 1.22 dB terjadi pada port 1. Sedangkan
redaman terkecil 0.57 dB pada port 7. Dibandingkan dengan penggunaan λ
1310 nm, penggunaan λ 1550 nm menghasilkan redaman yang lebih kecil,
namun bisa dilihat pada OTDR bahwa pada beberapa port terjadi bending
>1, seperti apa yang terjadi pada port 2 dan port 3.
 Reflective Event

Pada hasil percobaan dengan λ= 1310 nm dan λ= 1550 nm didapatkan


simbol reflective event pada semua port. Peristiwa reflektif muncul sebagai
lonjakan jejak fiber. Hal ini disebabkan oleh diskontinuitas mendadak
dalam indeks pembiasan. Peristiwa reflektif dapat mengindikasikan adanya
konektor, percikan mekanis, atau bahkan penyambungan yang buruk pada
fusion splicer (terjadi retakan).
 Non- Reflective Event

Pada hasil percobaan dengan λ= 1550 nm pada port 2 dan port 3 didapatkan
simbol non- reflective event. Kejadian ini ditandai dengan penurunan
sinyal-sinyal backscatter Rayleigh yang mendadak. Hal ini tampak sebagai
diskontinuitas di lereng bawah jejak sinyal. Kejadian ini sering disebabkan
oleh splices, macrobends, atau microbends pada fiber.

6.1.3. Rugi Rugi Antar Port Fiber Optic


Pada percobaan pengukuran rugi-rugi antar port to port, kita menggunakan
OTDR sebagai light source (sumber cahaya) dan OPM sebagai pengukuran
redaman yang terjadi.

Panjang Port dBm Panjang Port dBm


Gelombang Gelombang
1 -50 1 -50
2 -34,09 2 -34
3 -40,29 3 -37,46
4 -34,97 4 -33,86
5 -50 5 -50
6 -40,64 6 -33,36
1310 nm 1550 nm
7 -33,40 7 -42,74
8 -33,82 8 -36,60
9 -39,70 9 -39,02
10 -50 10 -50
11 -41,30 11 -42,36
12 -50 12 -50

 λ 1310 nm
Pada pengukuran menggunakan λ 1310 nm, terukur bahwa redaman terkecil
terjadi pada port 7, yaitu sebesar 33.40 dBm. Dan redaman terbesar terjadi
pada port 11 yaitu 41.30 dBm. Pada beberapa pengukuran ada yang
menunjukkan redaman sebesar 50 dBm, hal itu disebabkan karena hubungan
antar port to port terputus. Seperti yang terjadi pada port 1, 5, 10 dan 12.
 λ 1550 nm
Pada pengukuran menggunakan λ 1550 nm, terukur bahwa redaman terkecil
terjadi pada port 6, yaitu sebesar 33.36 dBm. Dan redaman terbesar terjadi
pada port 42.74 dBm. Pada beberapa pengukuran ada yang menunjukkan
redaman sebesar 50 dBm, hal itu disebabkan karena hubungan antar port to
port terputus. Seperti yang terjadi pada port 1, 5, 10 dan 12.
VII. KESIMPULAN
 Semakin kecil diameter pada bending, semakin besar kemungkinan bending
dan juga memperbesar nilai redaman yang terjadi pada kabel fiber optik. Dan
mode λ=1550nm memberikan redaman yang lebih besar dari mode λ=1310nm
pada praktikum bending.
 Kabel fiber optik memiliki kualitas yang cukup baik pada mode λ=1310 nm
karena memiliki error/bending yang relatif kecil. Namun ada kemungkinan
terjadinya error/bending yang lebih besar jika menggunakan mode λ=1550 nm.
 Hasil pengukuran pada OTDR didapatkan indikasi berupa simbol reflective
event dan non- reflective event untuk mengetahui kondisi dari fiber.
 Pada λ =1310 nm, redaman terkecil antara port to port terjadi pada port 7 dan
pada λ=1550 nm terjadi pada port 6. Terdapat hubungan port to port yang tidak
tersambung pada port 1, 5, 10 dan 12.

VIII. REFERENSI
https://www.scribd.com/document/357024411/Laporan-Resmi-Praktikum-
Optik
https://www.scribd.com/doc/65370008/OTDR-Events

Anda mungkin juga menyukai