A. Nutrisi
Mikroba sangat bergantung pada nutrisi untuk bertahan hidup. Mampu atau tidaknya
mikroba bertahan hidup akan terlihat dari kecukupan nutriennya. Gordon (1994) menjelaskan
bahwa nutrien – nutrien merupakan pendukung untuk hidup, berkembang biak dan menghasilkan
enzim – enzim untuk mendegradasi hidrokarbon. Nutrien yang dibutuhkan oleh mikroba
bervariasi menurut jenis mikrobanya, namun seluruh mikroba memerlukan nitrogen, fosfor dan
karbon.
Selain itu, ada bebrapa mineral – mineral lain yang dibutuhkan dalam jumlah kecil seperti
potassium, mangan, kalsium, besi, tembaga, kobalt, dan seng. Senyawa – senyawa tersebut
biasanya berbentuk garam – garam inorganik dan biasanya sudah terdapat dalam jumlah yang
cukup di lingkungan baik tanah maupu air sehingga tidak memerlukan perhatian khusus pada
pencanaan proses bioremidiasi.
B. Kondisi Lingkungan
Selain membutuhkan nutrient, mikroba membutuhkan kondisi lingkungan terrentu untuk
hidup, karena pertumbuhan mikroba dan aktivitas enzim dipengaruhi oleh factor – factor
lingkungan yang pada akhirnya mempengaruhi laju degradasi. Beberapa di antaranya adalah:
Oksigen
Biodegradasi didominasi oleh proses oksidasi. Enzim – enzim bakteri akan
mengkataliskan pemasukan oksigen ke dalam hidrokarbon sehinggga molekul dapat
dikonsumsi untuk metabolism sel. Karena itu, oksigen adalah kebutuhan terpenting
dalam proses biodegradasi minyak bumi. Menurut Athlas dan Bartha(1985) oksigen
sangat penting dalam degradasi hidrokarbon karena jalur utama untuk hidrokarbon
baik hidrokarbon jenuh ataupun aromatic melibatkan molekul oksigen atau
oksigenase. Secara perhitungan teori 3,5 gram dari minyak bumi dapat dioksidasi
dengan setiap gram oksigen yang hadir.
Ph
Kemampuan bakteri untuk mendegradasi hidrokarbon dipengaruhi oleh pH
lingkungannya. Bakteri yang hidup di lingkungan hidrokarbon mempunyai kisaran
pH yang sempit untuk bertahan hidup. Jika pH terlalu asam atau basa maka bakteri
pendegradasi hidrokarbon perlahan-lahan berkurang (Walsh 1999). Tingkat keasaman
atau pH yang optimum untuk pertumbuhan bakteri pemecah hidrokarbon adalah
antara 6,5 - 7,5. Tingkat keasaman atau pH dapat mempengaruhi kerja enzim
sehingga dalam suatu kegiatan bioremediasi pH selalu diatur pada kondisi 6 – 9,
pengaturan dilakukan dengan penambahan zat kapur bila terlalu asam (Al-Anazi
1996).
Temperatur
Suhu berperan penting dalam proses biodegradasi. Biodegradasi hidrokarbon terjadi
pada suhu yang rangenya luas dari 0oC sampai 70oC, degradasi optimum terjadi pada
range menengah (Desai & Vyas 2006). Menurut Walsh (1999) bahwa suhu
mempengaruhi kemampuan mikrob untuk bertahan hidup dan bereproduksi. Jika suhu
tinggi melebihi batas yang diizinkan maka enzim akan mengalami denaturasi dan
menghambat reproduksi dan terjadi kematian. Jika suhu terlalu rendah, keberadaan
organisme akan berhenti. Suhu yang ideal untuk mikrob pada range yang kecil
memungkinkan organisme ini bertahan hidup.
Kelembaban
Dalam proses biodegradasi hidrokarbon, kandungan air sangat penting untuk hidup,
tumbuh dan aktivitas metabolism bakteri. Tanpa air bakteri tidak dapat hidup dalam
limbah, karena bakteri hidup aktif pada interfase antara minyak dan air. Air yang ada
dalam minyak mengandung substansi organik yang menambah ketebalan minyak dan
air serta membuatnya bercampur lebih baik sehingga menstimulasi aktivitas mikrob
pemecah hidrokarbon. Air dibutuhkan untuk aktivitas metabolisme dan pertumbuhan
bakteri serta untuk melarutkan nutrient, karena untuk dapat memasuki bakteri,
nutrient harus dalam bentuk larutan (Pelczar & Chan 2005).
C. Mikroba
Venosa (2002) menyataqkan bahwa ada dua pendekatan utama dalam pemanfaatan
mikroba sebagai salah satu syarat berlangsungnya bioremediasi minyak bumi, yaitu
bioaagumentasi (penambahan mikroba pendegradasi minyakk bumi untuk membantu proses
degradasi) dan biostimulasi (penambahan nutrient untuk menstimulisasi pertumbuhan mikroba
indigenous). Biostimulasi dilakukan karena proses biodegredasi hidrokarbon hanya dapat
terpenuhi bila seluruh kebutuhan dasar mikroba terpenuhi.