Anda di halaman 1dari 5

Minyak bumi tersusun dari komponen – komponen toksik dan mutagenetik, sehingga

diperlukan suatu teknologi dalam pembersihannya. Venosa, A. (2002) menjelaskan bahwa


bioremediasi dapat digunakan untuk menghilangkan minyak bumi yang tercecer pada kondisi
geografis dan iklim tertentu. Saat ini bioremediasi dianggap merupakan teknologi yang efektif
untuk mentransformasikan komponen – komponen toksik menjadi produk yang kurang toksik
tanpa adanya ganguan dari lingkungan sekitarnya. Penerapan bioremediasi pada proses ekplorasi
minyak bumi ini pada prinsipnya dapat diterapkan di Indonesia.

2.1 Definisi Bioteknologi, Bioremediasi dan Biodegradasi.


 Bioteknoligi
Didefinisikan sebagai penerapan ilmu biolgiuntuk memanipulasi dan memanfaatkan
makhluk hidup bagi kebutuhan manusia, sedangkan menurut Sheehan (1997) bioteknologi pada
dasarnya merupakan upaya pemanfaatan organisme hidup untuk memecahkan masalah atau
menghasilkan suatu produk yang berguna bagi kesejahteran manusia dan lingkungan secara
berkelanjutan. Salah satu bentuk penerapan bioteknologi adalah mekanisme bioremediasi dalam
proses ekplorasi minyak bumi
 Bioremediasi
Ray (1994) menyatakn bioremediasi adalah penggunaan mikroba (fungi atau bakteri)
untuk mendekomposisikan polutan – polutan toksik menjadi komponen – komponen yang
kurang toksik. Sedangkan Leisinger, dkk. (1981) menyebutkan bahwa bioremediasi adalah
proses penguraian atau degradasi secara biologi suatu polutan organic yang beracun menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan tidak beracun.
Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa bioremediasi bukan hanya
diaplikasikan pada lingkungan ekplorasi minyak bumi, tetapi juga dapat diterapkan untuk
mengendalikan pencemaran oleh bahan – bahan berbahaya lainnya seperti pestisida dan senyawa
xenobiotic lainnya.
 Biodegradasi
Diartikan sebagai proses penguraian oleh aktifitas mikroba, yang mengakibatkan
transformasi struktur suatu senyawa sehingga terjadi perubahan integritas molekuler. Agar
biodegradasi dapat berlangsung efektif, diperlukan kondisi lingkungan yang cocok untuk
menunjang pertumbuhan perkembangan mikroba (Leiseinger, 1981 ;Sheehan, 1997).
Gordon, Ray 91994) menjelaskan untuk memahami lebih dalam mengenai bioremediasi
minyak bumi, harus terlebih dahulu memahami biodegredasi. Biodegredasi merupakan proses
alami, yang melibatkan mikroba yang dapat mentranformasikan dan mendekomposisikan
hidrokarbon minyak bumi menjadi komponen – komponen lain yang lebih sederhana.
Bioremedasi merupakan optimasi dari proses biodegradasi.

2.2 Persyaratan Berlangsungnya Bioremediasi


Laju degradasi mikroba terhadap minyak bumi bergantung pada beberapa faktor, yaitu
faktor fisik dan lingkungan, faktor konsentrasi dan perbandingan berbagai struktur hidrokarbon
yang ada serta faktor kemampuan mikroba pendegradasi.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa Bioremediasi tidak hanya menggunakan mikroba aktif
tetapi juga menggunakan tumbuhan (phytoremediation) dan hewan (zooremediation) untuk
mendegradasi atau mengabsorpsi polutan. Di alam terdapat banyak mikroba dengan kekhasan
metabolism dan kemetabolismeannya yang dimanfaatkan dalam pengurai sutau polutan,
misalnya hidrokarbon yang terkandung dalam minyak bumi.
Gordon (1994) menyebutkan ada tiga factor yang mempengaruhi proses Bioremediasi,
yaitu mikroba, nutrient, dan fakto lingkungan. Ketiga factor tersebut di uraikan sebagai berikut :

A. Nutrisi
Mikroba sangat bergantung pada nutrisi untuk bertahan hidup. Mampu atau tidaknya
mikroba bertahan hidup akan terlihat dari kecukupan nutriennya. Gordon (1994) menjelaskan
bahwa nutrien – nutrien merupakan pendukung untuk hidup, berkembang biak dan menghasilkan
enzim – enzim untuk mendegradasi hidrokarbon. Nutrien yang dibutuhkan oleh mikroba
bervariasi menurut jenis mikrobanya, namun seluruh mikroba memerlukan nitrogen, fosfor dan
karbon.
Selain itu, ada bebrapa mineral – mineral lain yang dibutuhkan dalam jumlah kecil seperti
potassium, mangan, kalsium, besi, tembaga, kobalt, dan seng. Senyawa – senyawa tersebut
biasanya berbentuk garam – garam inorganik dan biasanya sudah terdapat dalam jumlah yang
cukup di lingkungan baik tanah maupu air sehingga tidak memerlukan perhatian khusus pada
pencanaan proses bioremidiasi.
B. Kondisi Lingkungan
Selain membutuhkan nutrient, mikroba membutuhkan kondisi lingkungan terrentu untuk
hidup, karena pertumbuhan mikroba dan aktivitas enzim dipengaruhi oleh factor – factor
lingkungan yang pada akhirnya mempengaruhi laju degradasi. Beberapa di antaranya adalah:
 Oksigen
Biodegradasi didominasi oleh proses oksidasi. Enzim – enzim bakteri akan
mengkataliskan pemasukan oksigen ke dalam hidrokarbon sehinggga molekul dapat
dikonsumsi untuk metabolism sel. Karena itu, oksigen adalah kebutuhan terpenting
dalam proses biodegradasi minyak bumi. Menurut Athlas dan Bartha(1985) oksigen
sangat penting dalam degradasi hidrokarbon karena jalur utama untuk hidrokarbon
baik hidrokarbon jenuh ataupun aromatic melibatkan molekul oksigen atau
oksigenase. Secara perhitungan teori 3,5 gram dari minyak bumi dapat dioksidasi
dengan setiap gram oksigen yang hadir.
 Ph
Kemampuan bakteri untuk mendegradasi hidrokarbon dipengaruhi oleh pH
lingkungannya. Bakteri yang hidup di lingkungan hidrokarbon mempunyai kisaran
pH yang sempit untuk bertahan hidup. Jika pH terlalu asam atau basa maka bakteri
pendegradasi hidrokarbon perlahan-lahan berkurang (Walsh 1999). Tingkat keasaman
atau pH yang optimum untuk pertumbuhan bakteri pemecah hidrokarbon adalah
antara 6,5 - 7,5. Tingkat keasaman atau pH dapat mempengaruhi kerja enzim
sehingga dalam suatu kegiatan bioremediasi pH selalu diatur pada kondisi 6 – 9,
pengaturan dilakukan dengan penambahan zat kapur bila terlalu asam (Al-Anazi
1996).
 Temperatur
Suhu berperan penting dalam proses biodegradasi. Biodegradasi hidrokarbon terjadi
pada suhu yang rangenya luas dari 0oC sampai 70oC, degradasi optimum terjadi pada
range menengah (Desai & Vyas 2006). Menurut Walsh (1999) bahwa suhu
mempengaruhi kemampuan mikrob untuk bertahan hidup dan bereproduksi. Jika suhu
tinggi melebihi batas yang diizinkan maka enzim akan mengalami denaturasi dan
menghambat reproduksi dan terjadi kematian. Jika suhu terlalu rendah, keberadaan
organisme akan berhenti. Suhu yang ideal untuk mikrob pada range yang kecil
memungkinkan organisme ini bertahan hidup.
 Kelembaban
Dalam proses biodegradasi hidrokarbon, kandungan air sangat penting untuk hidup,
tumbuh dan aktivitas metabolism bakteri. Tanpa air bakteri tidak dapat hidup dalam
limbah, karena bakteri hidup aktif pada interfase antara minyak dan air. Air yang ada
dalam minyak mengandung substansi organik yang menambah ketebalan minyak dan
air serta membuatnya bercampur lebih baik sehingga menstimulasi aktivitas mikrob
pemecah hidrokarbon. Air dibutuhkan untuk aktivitas metabolisme dan pertumbuhan
bakteri serta untuk melarutkan nutrient, karena untuk dapat memasuki bakteri,
nutrient harus dalam bentuk larutan (Pelczar & Chan 2005).
C. Mikroba
Venosa (2002) menyataqkan bahwa ada dua pendekatan utama dalam pemanfaatan
mikroba sebagai salah satu syarat berlangsungnya bioremediasi minyak bumi, yaitu
bioaagumentasi (penambahan mikroba pendegradasi minyakk bumi untuk membantu proses
degradasi) dan biostimulasi (penambahan nutrient untuk menstimulisasi pertumbuhan mikroba
indigenous). Biostimulasi dilakukan karena proses biodegredasi hidrokarbon hanya dapat
terpenuhi bila seluruh kebutuhan dasar mikroba terpenuhi.

2.3 Teknik Bioremediasi


Berdasarkan tempat berlangsungnya, teknik bioremediasi dapat diaplikasikan langsung
(in-situ) pada lingkungan yang tercemar. Mikroba yang digunakan adalah mikroba indigenous.
Sifat remediasinya secara alamiah dan proses biodegredasi bahan pencemar berlangsung sangat
lambat.
Teknik bioremediasi juga dapat dilakukan di lluar lingkungan yang tercemar (ex-situ),
yaitu dengan membawa media yang terkontaminasi tersebut ke lokasi pengolahan yang telah
ditetapkan.

2.3.1 Bioremidiasi In-situ


Menurut Sheehan (1995) jenis – jenis pengolahan in-situ adalah bioventing, liquid
delivery, dan air sparging, yang diuraikan sebagai berikut :
A. Bioventing
Cookson Jr, (1995) menyatan bioventing merupakan metode bioremediasi menggunakan
mikroba indigenouis dalam mendegradasi kontituen organic yang diadsorpsi oleh tanah pada
lapisan tidak jenuh (vadoze) dengan menambahkan laju udara untuk menyediakan okosigen agar
proses biodegradasi meningkat. Metode ini efektif dalam meremediasi minyak bumi di antaranya
kerosin, minyak diesel, bhan bakar jet, dan gasoline. Sistem bioventing dan penerpannya pada
lapangan (bioventing in-situ)
B. Liquid Delivery
Sistem ini didesain untuk mensirkulasikan sejumlah nutrisi dan oksigen pada zone yang
terkontaminasiuntuk memaksimalkan terjadinya biodegradasi. Sumur injeksi yang digunakan
untuk memasukkan nutrisi dan mensuplai oksigen ditempatkan pada atau didekat area yang
terkontaminasi.
Jika air diresirkulasikan, penyisihan karbon dan biomassaperlu dilakukan untuk
menghindari penyumbatan pada titik injeksi. Sistem rekurlasi ini didesain dengan tujuan dapat
mengisolasi area yang terkontaminasi sehingga kotaminan tidak keluar dari area.
C. Air Sparging
Pada prinsipnya, sistem air sparing menyediakan oksigen sebagai akseptor electron bagi
proses biodegradasi dan secara fisik menyisihkan senyawa volatile

Anda mungkin juga menyukai