Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pembimbing:
Disusun oleh:
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat,
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas referat yang berjudul “Otitis Media
Supuratif Kronis” dapat selesai tepat pada waktunya. Referat ini diajukan untuk memenuhi
tugas dalam rangka menjalani kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung,
Tenggorokan dan Kepala, Leher Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya/RSUD Sidoarjo.
A. dr. Moh. Ibnu Malik, Sp.THT-KL sebagai dokter pembimbing yang telah memberikan
waktu, bimbingan, serta ilmu kepada penulis untuk meyelesaikan referat ini.
B. dr. Rini Ardiana Rahayu, Sp.THT-KL, dr. Puji Kurniawan, Sp.THT-KL sebagai dokter
yang mendampingi dan memberikan ilmu selama di SMF THT-KL.
C. Untuk tenaga paramedis yang telah membantu kelancaran penulis dalam menjalankan
kepaniteraan klinik di Poli THT RSUD Sidoarjo.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna. Dengan demikian penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kemajuan karya penulis di masa yang
akan datang. Semoga referat ini bermanfaat untuk menambah wawasan para pembaca dan
dokter muda yang melaksanakan kepaniteraan klinik di Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung,
Tenggorokan dan Kepala, Leher. Terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
TUJUAN PENULISAN
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
ANATOMI
EPIDEMIOLOGI
KLASIFIKASI
PATOGENESIS
FAKTOR RISIKO
GEJALA KLINIS
DIAGNOSIS
PENATALAKSANAAN
KOMPLIKASI
BAB 3. PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PENATALAKSANAAN
Terapi konservatif untuk otitis media kronik pada dasarnya berupa nasihat untuk
menjaga telinga agar tetap kering, serta pembersihan telinga dengan penghisap secara
berhati-hati di tempat praktek. Untuk membersihkan dapat digunakan hidrogen
peroksida atau alkohol dengan menggunakan aplikator kawat berujung kapas untuk
mengangkat jaringan yang sakit dan supurasi yang tak berhasil keluar. Kemudian dapat
diberikan bubuk atau obat tetes yang biasanya mengandung antibiotik dan steroid.
Perhatian harus diberikan pada infeksi regional sistem pernapasan atas. Antibiotik
dapat membantu dalam mengatasi eksaserbasi akut otitis media kronik. Namun,
antibiotik tidak sepenuhnya berguna untuk mengobati penyakit ini, sebab dari
definisinya, otitis media kronik berarti telah ada perubahan patologi yang membandel,
dan antibiotika tidak terbukti bermanfaat dalam penyembuhan kelainan ini. Jika
direncanakan tindakan bedah, maka pemberian antibiotik sistemik beberapa minggu
sebelum operasi dapat mengurangi atau menghentikan supurasi aktif dan memperbaiki
hasil pembedahan.
Salah satu kelainan patologi yang dapat ditemukan pada otitis media dan
mastoiditis kronik adalah kolesteatoma, yaitu epitel skuamosa yang mengalami
keratinisasi ("kulit") yang terperangkap dalam rongga telinga tengah dan mastoid.
Kolesteatoma biasanya terbentuk sekunder dari invasi sel-sel epitel liang telinga
melalui attic ke dalam mastoid. Adakalanya, timbul kongenital akibat terperangkapnya
sel-sel epitel di belakang suatu membrana timpani yang utuh. Kolesteatoma dalam
telinga tengah dapat disebut sebagai kista epidermis, suatu lesi yang terkadang
ditemukan pula pada sudut serebelo-pontin. Epitel membesar perlahan, seolah-olah
terperangkap dalam suatu botol berleher sempit. Pelepasan enzim dan produk
degradasi, serta adanya tekanan menyebabkan erosi tulang di dekatnya. Suatu
kolesteatoma dapat mencapai ukuran yang cukup besar sebelum terinfeksi atau
menimbulkan gangguan pendengaran, dengan akibat hilangnya tulang mastoid, osikula,
dan pembungkus tulang saraf fasialis. Perubahan patologi lain yang tampak pada otitis
media kronik adalah jaringan granulasi, yang dapat pula menyebabkan destruksi tulang
dan perubahan-perubahan hebat dalam telinga tengah dan mastoid. Jaringan granulasi
dapat matur atau imatur (fibrosa). Sejenis jaringan granulasi khusus adalah granuloma
kolesterol, di mana dijumpai celah-celah kolesterin dalam suatu palung jaringan
granulasi dengan sel-sel raksasa yang tersebar. Kelainan ini selalu diatasi dengan
pembedahan dan memerlukan mastoidektomi.
Pembedahan
KOMPLIKASI
Komplikasi penyakit telinga tengah dan mastoiditis akut dan kronik dapat
melibatkan perubahan-perubahan langsung dalam telinga tengah dan mastoid, atau
infeksi sekunder pada struktur di sekitarnya. Struktur-struktur di sekitar mastoid
diperlihatkan pada Gambar 2-2. Terdapat jalur-jalur perluasan infeksi ke daerah-
daerah tersebut, demikian pula proses perluasan penyakit melalui destruksi tulang
akibat erosi seperti pada kolesteatoma atau pada telinga tengah dan mastoid oleh
jaringan granulasi kronik. Erosi selubung tulang yang melindungi labirin dan tegmen
dapat terjadi pada infeksi kronik. Jalur-jalur perluasan infeksi di sepanjang saluran-
saluran ini cenderung merupakan rute penyebaran infeksi pada proses-proses akut.
Abses Otak. Sebagai komplikasi otitis media dan mastoiditis, abses otak dapat
timbul pada serebelum di fosa kranii posterior, atau pada lobus temporal di fosa kranii
media. Abses otak biasanya terbentuk sebagai akibat perluasan langsung infeksi telinga
atau tromboflebitis. Suatu abses ekstradural biasanya terbentuk mendahului abses otak.
Gejala-gejala abses serebelum umumnya lebih hebat daripada abses lobus temporal.
Abses serebelum dapat bermanifestasi sebagai ataksia, disdiadokokinesis, intention
tremor, dan past pointing. Gejala-gejala fokal termasuk toksisitas, nyeri kepala, demam,
muntah, dan keadaan letargi yang memberi kesan keterlibatan serebrum. Denyut yang
lambat dan bangkitan kejang merupakan tanda yang bermakna. Dapat pula ditemukan
papiledema. CT scan kontras dan MRI memungkinkan penentuan lokasi lesi.
Pengobatan terutama dengan pembedahan, dan abses harus didrainase dengan cara-cara
tradisional atau dengan aspirasi jarum, serta diberi dalam antibiotika yang intensif.
Menyusul kesembuhan setelah bedah saraf abses otak, mungkin diperlukan pendekatan
gabungan otologi dan bedah saraf untuk mencegah kekambuhan.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Adams GL, Boies LR dan Higler PA. 1997. BOIES: Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6 Alih