Anda di halaman 1dari 6

NCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

( RPP )

Mata Kuliah : Teknologi Pendidikan


Semester : II (Dua)
Dosen Pengampu : Drs. Heru Susilo, MA dan Tim
Beban Studi/Alokasi Waktu : 2 SKS (2T) / 2 x 50 menit
Disusun oleh : 1. Rizki Dewi
2. Siti Suryani
3. Uus Yuliastutik

A. Tujuan Instruksional Umum


Pada akhir perkuliahan diharapkan siswa dapat memahami teori pengelolaan kelas
B. Tujuan Instruksional Khusus
Pada akhir perkuliahan diharapkan siswa dapat memahami teori-teori pengelolaan kelas,
menyebutkan tentang masalah-maslah dalam pengelolaan kelas serta pemecahan masalahnya,
dan dapat mengetahui tentang pendekatan-pendekatan yang dilakukan dalam pengelolaan
kelas menurut para ahli.
C. Pokok Bahasan
Teori Pengelolaan Kelas
D. Sub Pokok Bahasan
1. Definisi pengeloaan kelas
2. Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan kelas
3. Pendekatan dalam pengelolaan kelas

E. Materi
Materi terlampir
F. Metode Pembelajaran
1. Metode : – Ceramah
- Tanya jawab

G. Alat/sarana dan Sumber Belajar :


Alat/sarana
LCD, laptop, whiteboard, spidol
Sumber belajar
Majid, Abdul. 2005. Perencanaan pembelajaran. Bandung: Rosda Karya.Setiawan, Conny
dkk. 1985. Pengelolaan kelas. Jakarta: Gramedia.

H. Penilaian : Afektif , kognitif


Aspek Afektif
1. Pendahuluan 10 menit
Guru :
• Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam
• Guru menggali pengetahuan siswa dengan memberikan pertanyaan tentang teori
pengelolaan kelas.
Siswa :
• Siswa menjawab salam
• Siswa menjawab pertanyaan guru.
2. Kegiatan Inti 80 menit
Guru :
• Guru menjelaskan tentang definisi pengeloaan kelas
• Guru menjelaskan tentang permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan kelas
• Guru menjelaskan tentang pendekatan kelas
• Guru memberikan umpan balik kepada siswa.” Ada yang mau ditanyakan?”
• Guru langsung menjawab pertanyaan siswa dan memberikan umpan balik lagi.

Siswa :
• Siswa mendengarkan penjelasan guru.
• Siswa memperhatikan dan mencatat penjelasan guru.
• Salah seorang siswa kepada guru.
• Siswa memperhatikan dan mencatat penjelasan guru.
3. Penutup 10 menit
Guru :
• Guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran
• Guru memberikan latihan soal kepada siswa.
• Guru memberikan tugas rumah kepada siswa
• Guru menutup pelajaran dan mengucapkan salam.
Siswa :
• Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran.
• Siswa menjawab soal.
• Siswa mencatat tugas rumah yang disuruh oleh guru.
• Siswa menjawab salam dari guru.
Aspek Afektif
Deskriptor
1. Tidak berbuat keramaian saat proses pembelajaran 1 2 3
2. Menjawab pertanyaan guru atau bertanya kepada guru 1 2 3
3. Mengemukakan pendapat 1 2 3
4. Menanggapi pendapat orang lain 1 2 3
Aspek Afektif
1. Keberanian bertanya
• Tidak pernah 1
• Jarang 2
• Pernah 3

2. Mengemukakan pendapat
• Tidak tepat 1
• Kurang tepat 2
• Tepat 3

Kriteria

A : 80 – 100
B+ : 75.1 – 79.9
B : 70 – 75
C+ : 65.1 – 69.9
C : 60 – 65
D : 50 – 59.9
E : < 50
Aspek kognitif
SOAL
Jawablah dengan singkat dan benar!
1. Apa definisi pengelolaan kelas menurut pemahaman Anda?
2. Sebutkan permasalahan individu dalam pengelolaan kelas?
3. Pendekatan apa saja yang digunakan dalam pengelolaan kelas?

KUNCI JAWABAN

1. Pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan guru dalam mengelola anak didiknya di
kelas dengan menciptakan atau mempertahankan suasana atau kondisi kelas yang mendukung
program pengajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Attention getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian), Power seeking behaviors
(pola perilaku menunjukkan kekuatan), Revenge seeking behaviors (pola perilaku
menunjukkan balas dendam), Helplessness (peragaan ketidakmampuan)
3. Behavior-Modification Approach (Behaviorism Approach), Socio-Emotional Climate
Approach (Humanistic Approach), Group Process Approach

I. Acuan Pustaka
PENGELOLAAN KELAS
Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolaan pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi dan tindak lanjut dalam suatu pembelajaran. Sedangkan pengelolaan kelas lebih
berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang
optimal bagi terjadinya proses belajar (pembinaan rapport, penghentian perilaku peserta didik
yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta
didik secara tepat waktu, penetapan norma kelompok yang produktif), didalamnya mencakup
pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas.
Untuk memahami pengertian tentang pengelolaan kelas secara mendalam, maka akan
dikemukakan beberapa pendapat dari para ahli diantaranya :
a. Menurut Made Pidarta
Pengelolaan kelas ditinjau dari pengertian lama dan pengertian baru sebagai berikut:
1. Pengertian lama, Pengelolaan kelas adalah mempertahankan ketertiban kelas
2. Pengertian baru, Pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan menggunakan alat-alat yang
tepat terhadap problem dan situasi pengelolaan kelas. Guru bertugas menciptakan,
memperbaiki, dan memelihara organisasi kelas sehingga individu dapat memanfaaatkan
kemampuannya, bakatnya, dan energinya pada tugas-tugas individual
b. Menurut Suharsimi Arikunto
Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan
belajar mengajar dengan maksud agar dicapai kondisi yang optimal sehingga dapat terlaksana
kegiatan belajar mengajar seperti yang diharapkan.
c. Menurut Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan
Pengelolaan kelas adalah usaha yang dilakukan guru untuk menata kehidupan kelas dimulai
dari perencanaan kurikulumnya, penataan prosedur dan sumber belajarnya, pengaturan
lingkungannya untuk memaksimalkan efisiensi, memantau kemajuan siswa, dan
mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin timbul.
d. Menurut Muljani A. Nurhadi
Pengelolaan kelas merupakan upaya mengelola siswa di kelas yang dilakukan untuk
menciptakan dan mempertahankan suasana (kondisi) kelas yang menunjang program
pengajaran dengan jalan menciptakan dan mempertahankan motivasi siswa untuk selalu
terlibat dan berperan serta dalam proses pendidikan di sekolah.
Dari semua uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah upaya yang
dilakukan guru dalam mengelola anak didiknya di kelas dengan menciptakan atau
mempertahankan suasana atau kondisi kelas yang mendukung program pengajaran untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
PERAN GURU DALAM STRATEGI PENGELOLAAN KELAS
Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan, diantaranya guru merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan
berhasilnya proses belajar mengajar di dalam kelas. Oleh karena itu guru dituntut untuk
meningkatkan peran dan kompetensinya, guru yang kompeten akan lebih mampu
menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya
sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal. Adam dan Decey (dalam
Usman, 2003) mengemukakan peranan guru dalam proses belajar mengajar adalah sebagai
berikut: (a) guru sebagai demonstrator, (b) guru sebagai pengelola kelas, (c) guru sebagai
mediator dan fasilitator dan (d) guru sebagai valuator.
Masalah Pengelolaan Kelas dan Cara Menghadapi Masalah Pengelolaan Kelas
Kegiatan guru di dalam kelas meliputi dua hal pokok, yaitu mengajar dan mengelola kelas.
Kegiatan mengajar dimaksudkan secara langsung menggiatkan siswa mencapai tujuan-tujuan
seperti menelaah kebutuhan-kebutuhan siswa, menyusun rencana pelajaran, menyajikan
bahan pelajaran kepada siswa, mengajukan pertanyaan kepada siswa, menilai kemajuan siswa
adalah contoh-contoh kegiatan mengajar.
Kegiatan mengelola kelas bermaksud menciptakan dan mempertahankan suasana (kondisi)
kelas agar kegiatan mengajar itu dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Memberi
ganjaran dengan segera, mengembangkan hubungan yang baik antara guru dan siswa,
mengembangkan aturan permainan dalam kegiatan kelompok adalah contoh-contoh kegiatan
mengelola kelas. Guru-guru harus mampu membedakan kedua permasalahan itu dan
menemukan pemecahannya secara tepat.
Sering terjadi guru-guru menangani masalah yang bersifat pengajaran dengan pemecahan
yang bersifat pengelolaan dan sebaliknya. Misalnya, seorang guru berusaha membuat
penyajian pelajaran lebih menarik agar siswa yang sering tidak masuk menjadi lebih tertarik
untuk menghadiri pelajaran itu, padahal siswa tersebut tidak senang berada di kelas itu karena
dia merasa tidak diterima oleh kawan-kawannya. Pemecahan seperti ini tentu saja tidak tepat.
“Membuat pelajaran lebih menarik” adalah permasalahan pengajaran, sedangkan “diterima
atau tidak diterima oleh kawan” adalah permasalahan pengelolaan.
Masalah pengajaran harus ditangani dengan pemecahan yang bersifat pengajaran dan masalah
pengelolaan harus ditangani dengan pemecahan yang bersifat pengelolaan. Dalam kenyataan
sehari-hari kedua jenis kegiatan itu menyatu dalam kegiatan atau tingkah laku guru sehingga
sukar dibedakan. Namun demikian, pembedaan seperti itu amat perlu, terutama apabila kita
ingin menanggulangi secara tepat permasalahan yang berkaitan dengan kelas.
Untuk dapat menangani masalah-masalah pengelolaan kelas secara efektif guru harus
mampu:
1. Mengenali secara tepat berbagai jenis masalah pengelolaan kelas baik yang bersifat
perorangan maupun kelompok
2. Memahami pendekatan mana yang cocok dan tidak cocok untuk jenis masalah tertentu
3. Memilih dan menetapkan pendekatan yang paling tepat untuk memecahkan masalah yang
dimaksud.
Ada dua jenis masalah pengelolaan kelas, yaitu yang bersifat perorangan dan yang bersifat
kelompok. Penggolongan masalah perorangan ini didasarkan atas anggapan dasar bahwa
tingkah laku manusia itu mengarah pada pencapaian suatu tujuan. Setiap individu memiliki
kebutuhan dasar untuk memiliki dan untuk merasa dirinya berguna. Jika seorang individu
gagal mengembangkan rasa memiliki dan rasa dirinya berharga maka dia akan bertingkah
laku menyimpang.
1. Ada empat Masalah Individual, yaitu:
• Attention getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian).
• Power seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan kekuatan)
• Revenge seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan balas dendam)
• Helplessness (peragaan ketidakmampuan)
Keempat masalah individual tersebut akan tampak dalam berbagai bentuk tindakan atau
perilaku menyimpang, yang tidak hanya akan merugikan dirinya sendiri tetapi juga dapat
merugikan orang lain atau kelompok.
Sedangkan Masalah Kelompok, dikenal adanya tujuh masalah kelompok dalam kaitannya
dengan pengelolaan kelas:
1. Kekurang-kompakan
2. Kekurang-mampuan mengikuti peraturan kelompok
3. Reaksi negatif terhadap sesama anggota kelompok
4. Penerimaan kelas (kelompok) atau tingkah laku yang menyimpang
5. Kegiatan anggota atau kelompok yang menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan,
berhenti melakukan kegiatan atau hanya meniru-niru kegiatan orang (anggota) lainnya saja
6. Ketiadaan semangat, tidak mau bekerja, dan tingkah laku agresif atau protes
7. Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan. Salah satu cara yang
tepat dalam menghadapi suatu permasalahan pengelolaan kelas terutama dengan anak-anak
didik adalah dengan menggunakan suatu pendekatan.
Pendekatan pertama ialah dengan menerapkan sejumlah “larangan dan anjuran” misalnya:
1. Jangan menegur siswa di hadapan kawan-kawannya
2. Dalam memberikan peringatan kepada siswa janganlah mempergunakan nada suara yang
tinggi
3. Bersikaplah tegas dan adil terhadap semua siswa
4. Jangan pilih kasih
5. Sebelum menghukum siswa, buktikanlah terlebih dahulu bahwa siswa itu bersalah
6. Patuhlah pada aturan-aturan yang sudah anda tetapkan.
Dalam menghadapi masalah-masalah pengelolaan kelas, pemakaian pendekatan proses
kelompok didasarkan atas pertimbangan bahwa tingkah laku yang menyimpang pada
dasarnya bukanlah peristiwa yang menimpa seorang individu yang kebetulan menjadi
anggota kelompok kelas tertentu, namun adalah peristiwa sosial yang menyangkut kehidupan
kelompok dimana individu itu menjadi anggotanya.
Teori pengubahan tingkah laku berpendapat bahwa penguasaan tingkah laku tertentu sejalan
dengan usaha belajar yang hasil-hasilnya akan memperoleh ganjaran, bahwa penampilan
tingkah laku yang dimaksudkan itu akan menghasilkan penguatan tertentu. Teori ini pada
dasarnya mengatakan bahwa semua tingkah laku, baik tingkah laku yang disukai ataupun
yang tidak disukai, adalah hasil belajar.
Mereka yang percaya pada teori ini berpendapat bahwa:
1. Penguatan (reinforcement) positif, penguatan negatif, hukuman dan penghilangan
(extinction) berlaku bagi proses belajar pada semua tingkatan umur dan dalam semua
keadaan.
2. Proses belajar sebagian atau bahkan seluruhnya dipengaruhi (dikontrol) oleh kejadian-
kejadian yang berlangsung di lingkungan. Penguatan dipandang sebagai kejadian yang
meningkatkan kemungkinan diulanginya penampilan perbuatan (tingkah laku) tertentu,
dengan demikian perbuatan atau tingkah laku diperkuat. Tingkah laku yang diperkuat itu
boleh berupa tingkah laku yang disukai ataupun yang tidak disukai. Dengan kata lain, jika
tingkah laku tertentu diberi ganjaran, maka tingkah laku itu cenderung diteruskan.
Tujuan utama bagi guru yang menangani tingkah laku yang menyimpang itu ialah membantu
kelompok itu bertanggungjawab atas perbuatan anggota-anggotanya dan pengelolaan
kegiatan kelompok itu sendiri. Kelompok yang berfungsi secara efektif dapat melakukan
kontrol yang mantap terhadap anggota-anggotanya.

Pendekatan (teknik) dalam Pengelolaan Kelas:


1. Behavior-Modification Approach (Behaviorism Approach)
Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa perilaku “baik” dan
“buruk” individu merupakan hasil belajar. Upaya memodifikasi perilaku dalam mengelola
kelas dilakukan melalui pemberian positive reinforcement (untuk membina perilaku positif)
dan negative reinforcement (untuk mengurangi perilaku negatif). Kendati demikian, dalam
penggunaan reinforcement negatif seyogyanya dilakukan secara hati-hati, karena jika tidak
tepat malah hanya akan menimbulkan masalah baru.
2. Socio-Emotional Climate Approach (Humanistic Approach)
Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa proses belajar mengajar
yang baik didasari oleh adanya hubungan interpersonal yang baik antara peserta didik dengan
guru dan atau peserta didik dengan peserta didik dan guru menduduki posisi penting bagi
terbentuknya iklim sosio-emosional yang baik.
Dalam hal ini, Carl A. Rogers mengemukakan pentingnya sikap tulus dari guru (realness,
genuiness, congruence); menerima dan menghargai peserta didik sebagai manusia
(acceptance, prizing, caring, trust) dan mengerti dari sudut pandangan peserta didik sendiri
(emphatic understanding).
Sedangkan Haim C. Ginnot mengemukakan bahwa dalam memecahkan masalah, guru
berusaha untuk membicarakan situasi, bukan pribadi pelaku pelanggaran dan
mendeskripsikan apa yang ia lihat dan rasakan; serta mendeskripsikan apa yang perlu
dilakukan sebagai alternatif penyelesaian.
Hal senada dikemukakan William Glasser bahwa guru seyogyanya membantu mengarahkan
peserta didik untuk mendeskripsikan masalah yang dihadapi; menganalisis dan menilai
masalah; menyusun rencana pemecahannya; mengarahkan peserta didik agar committed
terhadap rencana yang telah dibuat; memupuk keberanian menanggung akibat “kurang
menyenangkan”; serta membantu peserta didik membuat rencana penyelesaian baru yang
lebih baik.
Sementara itu, Rudolf Draikurs mengemukakan pentingnya Democratic Classroom Process,
dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat memikul tanggung jawab;
memperlakukan peserta didik sebagai manusia yang dapat secara bijak mengambil keputusan
dengan segala konsekuensinya; dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
menghayati tata aturan masyarakat.
3. Group Process Approach
Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa pengalaman belajar
berlangsung dalam konteks kelompok sosial dan tugas guru adalah membina dan memelihara
kelompok yang produktif dan kohesif. Richard A. Schmuck & Patricia A. Schmuck
mengemukakan prinsip – prinsip dalam penerapan pendekatan group proses, yaitu :
(a) mutual expectations;
(b) leadership;
(c) attraction (pola persahabatan);
(c) norm;
(d) communication;
(e) cohesiveness.

Anda mungkin juga menyukai