Anda di halaman 1dari 4

PELECEHAN SEKSUAL DILIHAT DARI KACAMATA HUKUM ISLAM

“Pelecehan sekesual dirasakan sebagai perilaku intimidasi, karena perbuatan tersebut


memaksa seseorang untuk terlibat dalam suatu hubungan seksual atau menempatkan seseorang
sebagai objek perhatian seksual yang tidak diinginkannya.”
Menurut Beuvais, pelecehan seksual ini tidak hanya terjadi atau menimpa pada kaum
wanita saja, akan tetapi kaum laki laki juga bisa menjadi korban dari pelecehan seksual. Beuvais
juga mengelompokkan pelecehan seksual kedalam empat kelompok, yaitu:
1. laki laki yang melecehkan perempuan,
2. perempuan yang melecehkan laki laki,
3. heteroseksual melecehkan homoseksual,
4. homoseksual melecehkan heteroseksual.
Sasaran dari pelecehan seksual sendiri bukan hanya seorang wanita muda yang memiliki
paras yang cantik dan juga menggairahkan, akan tetapi wanita paruh baya yang mempunyai
kekurangan dalam fisiknya pun kerap kali menjadi sasaran korban perbuatan asusila tersebut.

A. Bentuk-bentuk dari pelecehan seksual, terdapat beberapa tingkatan yaitu:


1. Gender harassment, bersifat menghina atau merendahkan berdasarkan jeniss kelamin.
2. Seduction behavior, rayuan atau permintaan yang tidak senonoh bersifat merendahkan
tanpa adanya suatu ancaman.
3. Sexual bribery, ajakan melakukan hal-hal yang berkenaan dengan perhatian seksual
yang disertai dengan janji untuk mendapatkan imbalan tertentu.
4. Sexual coercion atau threat, adanya tekanan untuk melakukan hal hal bersifat sexual
disertai ancaman secara halus maupun secara langsung.
5. Sexual imposition, serangan atau paksaan bersifat seksual dilakukan secara kasar
maupun terang terangan.

B. Faktor faktor yang menyebabkan terjadinya pelecehan seksual


1. Dominasi hubungan laki laki dan perempuan yang tidak seimbang
Laki laki mempunyai hak “istimewa” dan dinilai mampu sebagai cakap hukum dan
perempuan dianggap sebagai makhluk yang pasif, lemah dan objek kehidupan. Akibatnya
tidak jarang jika banyak perempuan yang dijadikan “barang” milik laki laki yang berhak
diperlakukan dengan semena-mena.

2. Perempuan dipandang sebagai objek pelampiasan seksual


Sebagai objek, perempuan hanya dijadikan sebagai pemuas nafsu belaka bagi para kaum
laki laki. Hal ini tidak berbeda dengan zaman yang dikatakan telah modern. Pandangan
ini masih melekat meskipun sudah ada batasan batasan dan emansipasi terhadap hak dan
kedudukan perempuan.

C. Dampak pelecehan seksual terhadap korban


1. Korban merasa minder atau ingin menjauh dari orang lain dan mengurung diri.
Hal tersebut biasa terjadi karena pada diri korban muncul rasa malu, menyalahkan diri
sendiri, merasa minder dan direndahkan masyarakat, dan sebagainya. Tidak banyak yang
bisa dilakukan korban, kecuali hanya berusaha agar tidak kembali menjadi sasaran empuk
oleh para pelaku.
2. Dampak dalam kehidupan pribadi dan social biasanya korban merasa cemas dan
waswas, merasa direndahkan, bahkan untuk bisa kembali berkomunikasi dengan
keluarga sekali pun kadang masih terjadi kecanggungan sebab adanya rasa trauma yang
hebat yang sedang menimpa dirinya.

D. Pelecehan seksual dalam pandangan hukum menurut islam


Dalam agama islam sendiri, tindakan atau perilaku pelecehan seksual digolongkan dalam
tindakan yang tidak terpuji. Dalam makna pelecehan seksual sudah dipahami sebelumnya,
ketentuan aktifitas seksual hanya boleh dilakukan oleh jalur yang telah ditentukan yaitu melalui
jalur pernikahan yang sah, menurut ketentuan Allah SWT sebagaimana yang telah tercantum
dalam ayat berikut :
Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan pada apa apa yang diingini, yaitu
wanita, anak anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang binatang
ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan disisi Allah adalah tempat
kembali yang baik (surga) (QS Ali Imran :14)
Dengan kata lain, manusia tidak bisa terlepas dari unsur nafsu seksual karena adanya
unsur ini manusia dapat melanjutkan dan memperbanyak pada keturunannya. Tetapi bukan
berarti manusia boleh melalukan aktifitas ini sesuka hatinya. Bila aktifitas seksual diluar jalur
yang telah ditentukan, seperti yang telah dilakukan oleh orang orang yang hanya menuruti hawa
nafsu dan keinginan mereka, maka hubungan seksual tersebut disebut zina.
Pelecehan seksual timbul akibat masalah pergaulan sosial. Untuk itu ajaran agama islam
telah memberi peraturan dalam bergaul seperti harus bersikap sopan santun, etika dalam
berpakaian, dan memandang orang dalam berinteraksi atau dalam bergaul dengan lawan jenis.
Dengan demikian pelecehan seksual merupakan bentuk perbuatan yang dianggap bermoral
rendah, karena moral merupakan tata kelakuan seseorang yang berinteraksi dan bergaul.
 News Internasional
Rabu, 10 Januari 2018 | 23:01 WIB
Pakaian para korban perkosaan yang dipajang menunjukkan kesalahan
bukan dari apa yang mereka kenakan.
BRUSSELS, KOMPAS.com - Sebuah pameran yang tidak biasa digelar di ibu kota Belgia.
Memajang sejumlah pakaian yang ternyata merupakan milik para korban perkosaan.

Pameran yang dilangsungkan di distrik Molenbeek, Brussels itu diprakarsai oleh kelompok
pendukung korban CAW dan mengambil judul 'Is it my fault?'.

Dalam pameran tersebut dipajang berbagai pakaian, mulai dari piyama, pakaian lari, gaun, serta
pakaian-pakaian yang tampak biasa. Pakaian-pakaian tersebut adalah milik para korban
pelecehan dan kekerasan seksual yang sengaja dipinjam untuk eksebisi itu. Sesuai dengan
judulnya, pameran tersebut ingin menunjukkan apa yang dirasakan para korban setelah mereka
dilecehkan.

Pameran itu juga ingin menggugah para pengunjung dan membuka mata mereka bahwa tidak
selamanya perkosaan terjadi karena pakaian yang dikenakan korbannya.

"Apa yang dapat langsung Anda sadari ketika melihat pameran ini. Ini semua adalah pakaian
yang biasa dikenakan siapapun."

"Di antara pakaian yang dipajang bahkan ada kaos anak-anak dengan gambar karakter My Little
Pony, yang menunjukkan kenyataan yang kejam," kata Liesbeth Kennes dari CAW kepada radio
lokal VRT1.

Kennes menambahkan, korban perkosaan masih kerap menjadi pihak yang disalahkan, ketika
mereka diberi pertanyaan dengan asumsi setidaknya ada peran dari korban sehingga terjadi
kekerasan seksual terhadap mereka.

Pada 2015, Kennes mengatakan hanya 10 persen kejadian perkosaan di seluruh negeri yang
dilaporkan kepada pihak berwajib.

Dan dari jumlah itu hanya satu dari sepuluh yang sampai pada dijatuhkannya hukuman.

"Masyarakat kita kerap menekan para korban, membuat mereka tak mau melapor dan
mengungkapkan apa yang telah mereka alami," kata Kennes.

"Hanya ada satu orang yang bertanggung jawab dan dapat mencegah terjadinya perkosaan, yaitu
pelaku perkosaan itu sendiri," tambahnya.

Anda mungkin juga menyukai