Pameran yang dilangsungkan di distrik Molenbeek, Brussels itu diprakarsai oleh kelompok
pendukung korban CAW dan mengambil judul 'Is it my fault?'.
Dalam pameran tersebut dipajang berbagai pakaian, mulai dari piyama, pakaian lari, gaun, serta
pakaian-pakaian yang tampak biasa. Pakaian-pakaian tersebut adalah milik para korban
pelecehan dan kekerasan seksual yang sengaja dipinjam untuk eksebisi itu. Sesuai dengan
judulnya, pameran tersebut ingin menunjukkan apa yang dirasakan para korban setelah mereka
dilecehkan.
Pameran itu juga ingin menggugah para pengunjung dan membuka mata mereka bahwa tidak
selamanya perkosaan terjadi karena pakaian yang dikenakan korbannya.
"Apa yang dapat langsung Anda sadari ketika melihat pameran ini. Ini semua adalah pakaian
yang biasa dikenakan siapapun."
"Di antara pakaian yang dipajang bahkan ada kaos anak-anak dengan gambar karakter My Little
Pony, yang menunjukkan kenyataan yang kejam," kata Liesbeth Kennes dari CAW kepada radio
lokal VRT1.
Kennes menambahkan, korban perkosaan masih kerap menjadi pihak yang disalahkan, ketika
mereka diberi pertanyaan dengan asumsi setidaknya ada peran dari korban sehingga terjadi
kekerasan seksual terhadap mereka.
Pada 2015, Kennes mengatakan hanya 10 persen kejadian perkosaan di seluruh negeri yang
dilaporkan kepada pihak berwajib.
Dan dari jumlah itu hanya satu dari sepuluh yang sampai pada dijatuhkannya hukuman.
"Masyarakat kita kerap menekan para korban, membuat mereka tak mau melapor dan
mengungkapkan apa yang telah mereka alami," kata Kennes.
"Hanya ada satu orang yang bertanggung jawab dan dapat mencegah terjadinya perkosaan, yaitu
pelaku perkosaan itu sendiri," tambahnya.