Anda di halaman 1dari 12

A.

Pengertian
Menurut Daniel Bell(1973), Profesi adalah aktivitas intelektual yang dipelajari
termasuk pelatihan yang diselenggarakan secara formal ataupun tidak formal dan
memperoleh sertifikat yang dikeluarkan oleh sekelompok / badan yang bertanggung jawab
pada keilmuan tersebut dalam melayani masyarakat, menggunakan etika layanan profesi
dengan mengimplikasikan kompetensi mencetuskan ide, kewenangan ketrampilan teknis
dan moral serta bahwa perawat mengasumsikan adanya tingkatan dalam masyarakat.
Menurut Siti Nafisah, Profesi adalah suatu pekerjaan yang dikerjakan sebagai
sarana untuk mencari nafkah hidup sekaligus sebagai sarana untuk mengabdi kepada
kepentingan orang lain (orang banyak) yang harus diiringi pula dengan keahlian,
ketrampilan, profesionalisme, dan tanggung jawab.
Menurit Doni Koesoema, Profesi merupakan pekerjaan, dapat juga berwujud
sebagai jabatan di dalam suatu hierarki birokrasi, yang menuntut keahlian tertentu serta
memiliki etika khusus untuk jabatan tersebut serta pelayananan baku terhadap masyarakat.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Etika adalah ilmu tentang apa
yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral atau akhlak.
Sedangkan profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendididkan serta keahlian,
yang meliputi keterampilan, dan kejuruan tertentu.
B. Ciri – Ciri
Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi, yaitu :
1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini dimiliki
berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap pelaku
profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus
meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu
berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa
keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk
menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.
5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.
C. Macam – Macam Profesi
Berikut 46 Jenis/ Macam-Macam Profesi & Pekerjaan dan Tugasnya. Berikut ulasanya:

1. Arsitek, bangunan - bangunan yang megah atau gedung bertingkat pencakar langit,
itu adalah hasil karya dari seorang arsitek, tugasnya adalah merancang desain suatu
bangunan.
2. Apoteker, para apotekerlah yang membuat dan menganalisa obat yang di resepkan
oleh dokter. Selain itu, pekerjaan dar apoteker yaitu melayani dan mengawasi
peracikan dan penyerahan obat, memberikan informasi yang berkaitan dengan
penggunaan obat.
3. Akuntan, pekerjaan dari ankuntan adalah melakukan pembukuan keuangan.
4. Aktor (laki-laki) / Aktris (perempuan), para pemain film tersebut disebut aktor &
Aktris.tugas mereka adalah memerankan suatu tokoh dalam film, sinetron, ataupun
sebagai bintang iklan.
5. Atlet, adalah orang – orang yang bertanding dalam suatu turnamen atau pertandingan
olahraga.
6. Bidan, tugas utama dari seorang bidan adalah merawat ibu hamil, membantu
persalinan, dan merawat bayi yang baru lahir.
7. Dokter, tugas dari dokter adalah memeriksa pasien, memberikan obat yang sesuai,
memberi arahan, imbauan dan larangan kepada pasien agar pasien cepat sembuh.
8. Dosen, adalah sebutan Guru bagi mahasiswa. Tugasnya adalah mengajar mahasiswa
di perguruan tinggi.
9. Direktur, tugas memimpin atau memberikan arahan kepada karyawannya dalam
melakukan pekerjaan dalam suatu perusahaan, melakukan evaluasi, serta
memberikan motivasi bagi karyawannya.
10. Desainer, adalah seseorang yang tugasnya adalah membuat desain atau rancangan
baju.
11. Guru, adalah seseorang yang pekerjaannya adalah mengajar atau mendidik siswa atau
murid di sekolah.
12. Hakim, tugas membuat keputusan untuk menjatuhkan hukuman atau membebaskan
seorang terhadap terdakwa / termohon dalam persidangan sesuai hukum yang
berlaku.
13. Jaksa, tugas mengajukan tuntutan kepada terdakwa (terdakwa = orang yang diduga
melakukan pelanggaran hukum)
14. Kasir, tugasnya adalah melayani pembayaran atas pembelian barang atau jasa seperti
di toko, kafe, rumah sakit, dll.
15. Kondektur, membantu sopir dalam pengoperasian angkutan umum.
16. Koki, tugasnya memasak di suatu rumah makan, restoran, kafe, hotel ataupu tempat
lainya.
17. Karyawan, melakukan pekerjaan sesuai bidangnya di suatu perusahaan tempatnya
bekerja.
18. Masinis, orang yang menjalankan kereta tersebut disebut masinis, tugas menjalankan
atau mengendarai kereta api.
19. Model, tugas memperagakan atau menampilkan dan mempromosikan pakaian mode
atau produk lainnya untuk tujuan iklan atau promosi atau yang berpose untuk karya
seni.
20. Nelayan, kegiatannya yaitu mencari dan menangkap ikan untuk dijual.
21. Novelis, menulis novel.
22. Nakhoda, tugas menjalankan kapal.
23. Pegawai Negeri Sipil, tugas melakukan pelayanan publik atau tugas lainnya sesuai
dengan instansi masing-masing.
24. Penyanyi, bernyanyi dalam suatu pertunjukan musik atau dalam studio (perekaman
lagu)
25. Pengacara, memberikan bantuan hukum atau melakukan pembelaan kepada seorang
terdakwa dalam persidangan.
26. Programmer, tugas membuat suatu program atau software atau perangkat lunak atau
aplikasi dalam komputer.
27. Polisi, tugas menjaga ketertiban dalam lingkungan, mengatur lalu lintas, mencegah
dan menangani suatu tindak kejahatan, dll.
28. Pramugari, tugas melayani atau membantu dan mengarahkan penumpang dalam
pesawat terbang.
29. Programmer, tugas membuat program atau aplikasi atau software komputer.
30. Perawat, tugas membantu dokter dalam merawat pasien.
31. Penerjemah, tugas menerjemahkan suatu bahasa tertentu ke dalam bahasa lainnya.
32. Pilot, Orang yang menerbangkan pesawat tersebut disebut pilot, tugas menjalankan
pesawat terbang.
33. Pramusaji, tugas menghidangkan makanan/minuman di restoran/rumah makan.
34. Presiden, memimpin pemerintahan dalam suatu negara.
35. Penari, tugas menari dalam suatu pertunjukan.
36. Pemadam Kebakaran, memadamkan api jika terjadi kebakaran.
37. Pelayan, tugas melayani tamu.
38. Petani atau Pekebun, tugas menggarap lahan atau tanah pertanian atau perkebunan
untuk menghasilkan produk pertanian/perkebunan seperti padi, jagung, teh, kopi,
sayuran, dll.
39. Resepsionis, tugas menerima tamu.
40. Satpam, tugas menjaga keamanan suatu area, misal rumah, kantor, kompleks ataupun
tempat lainnya.
41. Seniman, berkreasi dalam bidang seni, mengadakan pertunjukan atau pameran seni.
42. Sopir, tugas menjalankan kendaraan darat, seperti mobil, bus, truk, dan lain – lain.
43. Sekretaris, membantu pimpinan dalam melakukan pekerjaan dalam suatu
perusahaan.
44. Tentara, tugas menjaga keamanan negara, berperang, membantu penanganan bila
terjadi bencana bila diperlukan.
45. Video-editor, pekerjaannya adalah mengedit video.
46. Wartawan, tugas mencari dan melaporkan berita atau suatu peristiwa yang penting
atau menarik

D. Prinsip – Prinsip Etika Profesi


Tuntutan profesional sangat erat hubungannya dengan suatu kode etik untuk
masing-masing profesi. Kode etik itu berkaitan dengan prinsip etika tertentu yang berlaku
untuk suatu profesi. Di sini akan dikemukakan empat prinsip etika profesi yang paling
kurang berlaku untuk semua profesi pada umumnya. Tentu saja prinsip-prinsip ini sangat
minimal sifatnya, karena prinsip-prinsip etika pada umumnya yang paling berlaku bagi
semua orang, juga berlaku bagi kaum profesional sejauh mereka adalah manusia.
1. Pertama, prinsip tanggung jawab. Tanggung jawab adalah satu prinsip pokok bagi
kaum profesional, orang yang profesional sudah dengan sendirinya berarti orang
yang bertanggung jawab. Pertama, bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
pekerjaannya dan terhadap hasilnya. Maksudnya, orang yang profesional tidak hanya
diharapkan melainkan juga dari dalam dirinya sendiri menuntut dirinya untuk bekerja
sebaik mungkin dengan standar di atas rata-rata, dengan hasil yang maksimum dan
dengan moto yang terbaik. Ia bertanggung jawab menjalankan pekerjaannya sebaik
mungkin dan dengan hasil yang memuaskan dengan kata lain. Ia sendiri dapat
mempertanggungjawabkan tugas pekerjaannya itu berdasarkan tuntutan
profesionalitasnya baik terhadap orang lain yang terkait langsung dengan profesinya
maupun yang terhadap dirinya sendiri. Kedua, ia juga bertanggung jawab atas
dampak profesinya itu terhadap kehidupan dan kepentingan orang lain khususnya
kepentingan orang-orang yang dilayaninya. Pada tingkat dimana profesinya itu
membawa kerugian tertentu secara disengaja atau tidak disengaja, ia harus
bertanggung jawab atas hal tersebut, bentuknya bisa macam-macam. Mengganti
kerugian, pengakuan jujur dan tulus secara moral sebagai telah melakukan kesalahan:
mundur dari jabatannya dan sebagainya.
2. Prinsip kedua adalah prinsip keadilan. Prinsip ini terutama menuntut orang yang
profesional agar dalam menjalankan profesinya tidak merugikan hak dan
kepentingan pihak tertentu, khususnya orang-orang yang dilayaninya dalam rangka
profesinya demikian pula. Prinsip ini menuntut agar dalam menjalankan profesinya
orang yang profesional tidak boleh melakukan diskriminasi terhadap siapapun
termasuk orang yang mungkin tidak membayar jasa profesionalnya .prinsip “siapa
yang datang pertama mendapat pelayanan pertama” merupakan perwujudan sangat
konkret prinsip keadilan dalam arti yang seluas-luasnya .jadi, orang yang profesional
tidak boleh membeda-bedakan pelayanannya dan juga kadar dan mutu pelayanannya
itu jangan sampai terjadi bahwa mutu dan itensitas pelayanannya profesional
dikurangi kepada orang yang miskin hanya karena orang miskin itu tidak membayar
secara memadai. Hal ini dapat kita lihat dari beberapa kasus yang sering terjadi di
sebuah rumah sakit, yang mana rumah sakit tersebut seringkali memprioritaskan
pelayanan kepada orang yang dianggap mampu untuk membayar seluruh biaya
pengobatan, tetapi mereka melakukan hal sebaliknya kepada orang miskin yang
kurang mampu dalam membayar biaya pengobatan. Penyimpangan seperti ini sangat
tidak sesuai dengan etika profesi, profesional dan profesionalisme, karena
keprofesionalan ditujukan untuk kepentingan orang banyak (melayani masyarakat)
tanpa membedakan status atau tingkat kekayaan orang tersebut.
3. Prinsip ketiga adalah prinsip otonomi. Ini lebih merupakan prinsip yang dituntut oleh
kalangan profesional terhadap dunia luar agar mereka diberi kebebasan sepenuhnya
dalam menjalankan profesinya. Sebenarnya ini merupakan kensekuensi dari hakikat
profesi itu sendiri. Karena, hanya kaum profesional ahli dan terampil dalam bidang
profesinya, tidak boleh ada pihak luar yang ikut campur tangan dalam pelaksanaan
profesi tersebut. ini terutama ditujukan kepada pihak pemerintah. Yaitu, bahwa
pemerintah harus menghargai otonomi profesi yang bersangkutan dan karena itu
tidak boleh mencampuri urusan pelaksanaan profesi tersebut. Otonomi ini juga
penting agar kaum profesional itu bisa secara bebas mengembangkan profesinya, bisa
melakukan inovasi, dan kreasi tertentu yang kiranya berguna bagi perkembangan
profesi itu dan kepentingan masyarakat luas. Namun begitu tetap saja seorang
profesional harus diberikan rambu-rambu / peraturan yang dibuat oleh pemerintah
untuk membatasi / meminimalisir adanya pelanggaran yang dilakukan terhadap etika
profesi, dan tentu saja peraturan tersebut ditegakkan oleh pemerintah tanpa campur
tangan langsung terhadap profesi yang dikerjakan oleh profesional tersebut. Hanya
saja otonomi ini punya batas-batasnya juga. Pertama, prinsip otonomi dibatasi oleh
tanggung jawab dan komitmen profesional (keahlian dan moral) atas kemajuan
profesi tersebut serta (dampaknya pada) kepentingan masyarakat. Jadi, otonomi ini
hanya berlaku sejauh disertai dengan tanggung jawab profesional. Secara khusus,
dibatasi oleh tanggung jawab bahwa orang yang profesional itu, dalam menjalankan
profesinya secara otonom, tidak sampai akan merugikan hak dan kewajiban pihak
lain. Kedua, otonomi juga dibatasi dalam pengertian bahwa kendati pemerintah di
tempat pertama menghargai otonom kaum profesional, pemerintah tetap menjaga,
dan pada waktunya malah ikut campur tangan, agar pelaksanaan profesi tertentu tidak
sampai merugikan kepentingan umum. Jadi, otonomi itu hanya berlaku sejauh tidak
sampai merugikan kepentingan bersama. Dengan kata lain, kaum profesional
memang otonom dan bebas dalam menjalankan tugas profesinya asalkan tidak
merugikan hak dan kepentingan pihak tetentu, termasuk kepentingan umum.
Sebaliknya, kalau hak dan kepentingan pihak tertentu dilanggar, maka otonomi
profesi tidak lagi berlaku dan karena itu pemerintah wajib ikut campur tangan dengan
menindak pihak yang merugikan pihak lain tadi. Jadi campur tangan pemerintah
disini hanya sebatas pembuatan dan penegakan etika profesi saja agar tidak
merugikan kepentingan umum dan tanpa mencampuri profesi itu sendiri. Adapun
kesimpangsiuran dalam hal campur tangan pemerintah ini adalah dapat dimisalkan
adanya oknum salah seorang pegawai departemen agama pada profesi penghulu,
yang misalnya saja untuk menikahkan sepasang pengantin dia meminta bayaran jauh
lebih besar daripada peraturan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah.
4. Prinsip integritas moral. Berdasarkan hakikat dan ciri-ciri profesi di atas terlihat jelas
bahwa orang yang profesional adalah juga orang yang punya integritas pribadi atau
moral yang tinggi. Karena, ia mempunyai komitmen pribadi untuk menjaga
keluhuran profesinya, nama baiknya dan juga kepentingan orang lain dan
masyarakat. Dengan demikian, sebenarnya prinsip ini merupakan tuntutan kaum
profesional atas dirinya sendiri bahwa dalam menjalankan tugas profesinya ia tidak
akan sampai merusak nama baiknya serta citra dan martabat profesinya. Maka, ia
sendiri akan menuntut dirinya sendiri untuk bertanggung jawab atas profesinya serta
tidak melecehkan nilai yang dijunjung tinggi dan diperjuangkan profesinya. Karena
itu, pertama, ia tidak akan mudah kalah dan menyerah pada godaan atau bujukan apa
pun untuk lari atau melakukan tindakan yang melanggar niali uang dijunjung tinggi
profesinya. Seorang hakim yang punya integritas moral yang tinggi menuntut dirinya
untuk tidak mudah kalah dan menyerah atas bujukan apa pun untuk memutuskan
perkara yang bertentangan dengan prinsip keadilan sebagai nilai tertinggi yang
diperjuangkan profesinya. Ia tidak akan mudah menyerah terhadap bujukan uang,
bahkan terhadap ancaman teror, fitnah, kekuasaan dan semacamnya demi
mempertahankan dan menegakkan keadilan. Kendati, ia malah sebaliknya malu
kalau bertindak tidak sesuai dengan niali-nilai moral, khususnya nilai yang melekat
pada dan diperjuangkan profesinya. Sikap malu ini terutama diperlihatkan dengan
mundur dari jabatan atau profesinya. Bahkan, ia rela mati hanya demi
memepertahankan kebenaran nilai yang dijunjungnya itu. Dengan kata lain, prinsip
integritas moral menunjukan bahwa orang tersebut punya pendirian yang teguh,
khususnya dalam memperjuangjan nilai yang dianut profesinya. Biasanya hal ini
(keteguhan pendirian) tidak bisa didapat secara langsung oleh pelaku profesi
(profesional), misalnya saja seorang yang baru lulus dari fakultas kedokteran tidak
akan langsung dapat menjalankan seluruh profesi kedokterannya tersebut, melainkan
dengan pengalaman (jam terbang) dokter tersebut dalam melayani masyarakat.
E. Tinjauan Dalam Islam
Dalam melakukan bisnis atau usaha tentulah seseorang perlu bekerja. Bekerja adalah
sebuah aktivitas yang menggunakan daya yang dimiliki oleh manusia yang merupakan
pemberian Allah. Secara garis besar ada empat daya pokok yang dimiliki manusia, pertama
daya fisik yang menghasilkan kegiatan gerak tubuh dan keterampilan, kedua daya fikir
yang mendorong manusia untuk melakukan telaah atas apa yang ada dialam semesta dan
menghasilkan ilmu pengetahuan, ketiga daya Qalbu yang menjadikan manusia mampu
berimajinasi, beriman, merasa serta berhubungan dengan manusia lain dan sang Khaliq,
dan keempat daya hidup yang mengahasilkan daya juang, kemampuan menghadapi
tantangan dan kesulitan.
a. Bekerja Sebagai IbadahBekerja dalam pandangan Islam memilki nilai ibadah, firman
allah dalam surat Adzariyat:56: “sesungguhnya tidak aku ciptakan Jin dan Manusia
kecuaali agar beribadah kepada-Ku”, kata Li Ya’budun dalam surat tersbut
mengandung arti dampak atau akibat atau kesudahan, bahakan dalam melaksanakan
shalat kita selalu bersumpah dan berpasrah bahwa hidupku, matiku lillahi rabbil
‘alamiin. Kerja bernilai ibadah apabila ia didasari keikhlasan dan menjadikan si
pekerja tidak semata-mata mengharapkan ibalan duniawi saja tetapi ia juga berharap
akan balasan yang kekal diyaumil akhirah. Dengan niatan bahwa bekerja untuk
mendapatkan harta yang di jadikan sebagai sarana bagi dirinya untuk menyelamatkan
dirinya dan keluarganya sehingga dapat melakukan perintah allah yang lain.
b. Bekerja sebagai sebuah Amanah
Kata amanah,aman dan iman berasal dari akar kata yang sama. Seorang disebut
beriman bila ia telah menunaikan amanat. Tidak disebut beriman orang yang tidak
menunaikan amanat. Seorang yang menunaikan amanat akan melahirkan rasa aman
bagi dirinya dan orang lain. Di dalam al Qur’an banyak ayat yang memerintahkan agar
manusia menunaikan amanat yang telah dipercayakan kepadanya. Diantaranya:
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-
gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu
amat zalim dan amat bodoh,(QS. al Ahzab/33:72)
Menurut Murtadha Muthahhari amanat dalam ayat ini artinya taklif, tanggung jawab.
Artinya amanat manusia harus dibangun berdasarkan tugas dan tanggung jawab.
Pendapat senada dikemukakan juga oleh Muhammad Ali al Shobumi, amanah dalam
ayat ini adalah taklif syari’at, keharusan menta’atinya dan meninggalkan kemaksiatan.
Dan kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan
suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan (QS ali
Imron/3:83). Berbeda dengan makhluk Allah SWT yang lain, manusia diberi potensi
berupa akal. Dengan akal itu manusia sanggup dan mampu menerima amanat yang
ditawarkan kepadanya. Sebagaimana dikemukakan oleh Abdul Wahab Kholaf bahwa
seluruh aktivitas manusia, baik yang berkaitan dengan ibadah, muamalah, jinayat atau
berbagai transaksi lainnya mempunyai konsekuensi hukum. Dan manusia mempunyai
hak untuk memilih dan mengikuti atau tidak melaksanakan apa yang ditawarkan
kepadanya. Setelah manusia menerima amanah itu, manusia mempunyai tanggung
jawab dan konsekuensi dari semua yang diperbuatnya. Apabila menunaikan amanat
dengan menggunakan akalnya, dia termasuk manusia yang cerdas, tetapi sebaliknya
bila ia tidak sanggup menggunakan akal pikirannya untuk menunaikan amanat itu,
maka manusia disebut sebagai menzalimi dirinya sendiri dan bersikap bodoh.
Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk disisi Allah adalah orang-orang
yang pekak dan tuli yang tidak mau menggunakan akalnya. (QS. al Anfal/8:22)
c. Bekerja Dengan Bersungguh-sungguh
Katakanlah: "Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya akupun
berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan
memperoleh hasil yang baik dari dunia ini. Sesungguhnya, orang-orang yang zalim
itu tidak akan mendapat keberuntungan. Ayat diatas menunjukkan kepada kita bahwa
dalam melakukan sesuatu haruslah dengan kesungguhan dan kemampuan, hal ini
berlaku bukan hanya bagi pribadi namun juga akan berlaku juga dalam kelompok atau
dengan kata lain sebuah organisasi atau perusahaan.Sebuah kata bijak (atsar)
mengatakan bahwa : “kebaikkan yang tidak terencana/terorganisasi /didasari oleh
kemampuan akan dapat dikalahkan oleh kejahatan yang terencana/ terornaisasi dengan
baik”. Rasulullah SAW pernah bersabda:”sesungguhnya allah senang apabila salah
seorang dianatara kamu mengerjakan suatu pekerjaan, bila dikerjakan dengan
baik(jitu)”
d. Menghargai WaktuIslam sangat istimewa dalam membicarakan tentang waktu, bahkan
salah satu surat dalam Al-qur’an khusus menuliskan bagaiman apabila kita tidak
mengahargai waktu, yaitu dalam surat Al-Ashr. Dalam surat ini Allah dengan jelas
memperingatkan kepada manusia (pribadi/kelompok) apabila ia tidak betul-betul
memperhatikan waktu, dengan ancaman kerugian (dalam hal ini kerugian mencakup
secara materi maupun immaterial) dan hal tersbut dapat terhindari apbila ia mampu
menjaga komitmen (amanu) dengan konsekwen menjalankan aturan dan kewajiban
(amilu Ash-sholihat) Imam Ali mengatakan “Waktu adalah Pedang, apabila ia tidak
tepat dimanfaatkan maka ia dapat melukai/membunuh diri sendiri”
e. Kerjasama
Dalam ibadah shalat kita selalu membaca “iyyaka na’budu….” Ayat tersebut
dikemukakan secara jamak yang berati “hanya kepadaMu kami menyembah…”, Islam
begitu mengutamakan sesuatu yang dilakukan secara berjamaah. Dalam kesehariannya
rasululahpun selalu mengingatkan untuk saling bekerjasama. “.. Dan tolong-
menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS:Al-Maidah:2)
f. Bekerja dengan pengetahuan (Ilmu)
Dalam melakukan sebuah pekerjaan seharusnyalah seseorang memiliki pengetahuan
atas apa yang akan ia kerjakan, hal ini akan berdampak pada apa yang akan dihasilkan
dari pekerjaan itu. Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.(QS:Al-Isra:36). Dalam surah
yang lain allah menjanjikan bahwa orang yang memliki pengetahuan lebih mulia
beberapa derajat. Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS:Al-Mujaadilah:11)
g. Bekerja dengan memiliki keahlian
Selain Ilmu yang dimiliki kita juga harus memliki keahlian(spesialisasi) dalam bekerja
yang juga akan berdampak pada hasil yang kita dapatkan. Rasulullah SAW
bersabda:“Apabila suatu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya maka tunggulah
saat kehancurannya”(HR. Bukhori)
h. Pengendalian Mutu
Setelah pekerjaan dilakukan dengan amanah, berdsarakan ilmu dan keahlian maka
tugas terakhir dalam pekerjaan tersebut adalah melakukan pengendalian mutu dari apa
yang kita kerjakan.karena hal tersbut harus dipertanggung jawabkan apakah itu kepada
manusia lain atu sang khaliq. Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan
Rasul-Nya serta orang-orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu
diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan".(QS:At-Taubah:105)

Daftar Pustaka

http://prinsip-prinsipetikaprofesi.blogspot.co.id/
M. Quraish Shihab, Prof. DR, Secercah Cahaya Ilahi, Mizan, h.22
Murtahda Muthahhari, Islam dan Tantangan Zaman, (Pustaka Hidayah: Bandung), hal.19
Muhammad Ali al Shobumi, Shofwah al Tafasir, (Daar al Fikr: Bairut), jilid. Ke-2, hal. 540
Abdul Wahab Kholaf, Ilmu Ushul al Fiqh, (maktabah al dakwah al Islamiyah:Kairo), hal.11

Anda mungkin juga menyukai