Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
.
B. Tujuan
1. .

1
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Pneumonia dalam arti umum adalah peradangan parenkim paru yang
disebabkan oleh mikroorganisme bakteri, virus, jamur, parasit. Namun
pneumonia juga dapat disebabkan oleh bahan kimia ataupun karena paparan
fisik seperti suhu ataupun radiasi. Peradangan parenkim paru yang
disebabkan oleh penyebab selain mikroorganisme (fisik, kimiawi, alergi)
sering disebut sebagai pneumonitis (Djojodibroto, 2014). Pneumonia juga
dapat diartikan sebagai proses inflamasi parenkim paru yang terdapat
konsolidasi yang terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan benda – benda asing
(Muttaqin,2014).

B. Klasifikasi
Klasifikasi pneumonia dapat berdasarkan: anatominya, etiologinya,
gejala kliniknya, ataupun menurut lingkungannya. Berdasarkan lokasi
anatominya, pneumonia dapat terbatas pada segmen, lobis, atau menyebar.
Jika hanya melibatkan lobus, pneumonia sering mengenai bronkus dan
bronkiolus, sehingga sering disebut sebagai bronkopneumonia. Menurut
gejala kliniknya, pneumonia dibedakan menjadi pneumonia klasik dan
pneumonia atipik. Adanya batuk yang produktif adalah ciri pneumonia klasik,
sedangkan pneumonia atipik mempunyai ciri berupa batuk non produktif.
Secara garis besar, pneumonia digolongkan menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Pneumonia Bakterial
Pada Pneumonia Bakterial, mikroorganisme masuk ke dalam
paru melalui inhalasi udara dari atmosfer, juga dapat melallui aspirasi
dari nasofaring ayau orofaring. Faktor resiko yang berkaitan dengan
pneumonia yang disebabkan oleh mikroorganisme adalah usia lanjut,
penyakit jantung, alkoholisme, penggunaan ventilator mekanik, PPOK,
immune defect, serta terapi khusus. Pneumonia bakteri ini lebih lazim

2
terjadi, lebih parah, dan lebih sering mematikan di daerah tropis,
khususnya pada anak – anak.
Manifestasi klinis dari pneumonia bakterial ini didahului oleh
gejala infeksi saluran pernapasan akut bagian atas, nyeri ketika
menelan, kemudian demam dengan suhu sampai diatas 40o C,
menggigil. Batuk yang disertai dahak yang kental, kadang disertai pus
atau darah (blood streak).
Pneumonia bakterial sendiri dapat di klasifikasikan menjadi 3
jenis, yaitu:
a. Community Acquired Pneumonia
Pneumonia jenis ini sering diderita oleh anggota masyarakat
pada umumnya dan disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae
dan menimbulkan pneumonia lobar. Pneumonia jenis ini terjadinya
akut dan sering disertai dengan gejala menggigil dan diikuti demam
yang tinggi. Pada foto thoraks sering ditemukan konsolidasi.
Sputum biasanya purulen dan berwarna seperti karat besi.
Microorganisme lain penyebab CAP walau jarang adalah
Haemophilus influenzae, Klebsiella pneumoniae, Legionella
pneumophilae, dan bakteri gram negatif meskipun tidak terlalu
banyak. Onset pneumonia yang disebabkan oleh bakteri gram
negatif, bakteri anaerob, dan stafilokokus adalah subakut
sedangkan gambaran klinismya susah dibedakan karena sering
berkaitan dengan keadaan pasien yang telah memburuk walau
mortalitas CAP cukup rendah, British Thoracic Society (BTS)
tetap mengganggap perlu membuat penduga mortalitas CAP.
b. Hospital Acquired Pneumonia
Penyakit ini sering disebut sebagai pneumonia nosokomial,
yaitu pneumonia yang kejadiannya bermula di rumah sakit.
Penyakit ini merupakan penyebab kematian terbanyak pada pasien
rumah sakit. Mikroorganisme penyebabnya biasanya bakteri gram
negatif dan stafilokokus.

3
c. Pneumonia Aspirasi
Aspirasi dapat dikaitkan dengan menyebabkan obstruksi
saluran pernapasan, pneumonitis oleh bahan kimiawi (asam
lambung, enzim pencernaan), pneumonitis oleh infeksi, dan
tenggelam di air. Predisposisi pneumonia aspirasi dapat terjasi
pada seorang alkholisme, pasien epilepsi, pencandu obat narkotika,
anestesia umum, pemasangan NGT, penyakit gigi, dan periodontal.
Aspirasi sekret yang berasal dari nasofaring, walaupun
jumlahnya sedikit, dapat membawa serta sejumlah besar
mikroorganisme ke dalam paru. Predileksi bagian paru yang
terkena adalah pada segmen paru/ lobus paru bergantung
(dependent) terutama segmen superior lobus bawah kanan.
2. Pneumonia Pneumositis
Merupakan penyakit akut dan oportunistik yang disebabkan
oleh suatu protozoa bernama Pneumocystis jirovecii. Protozoa ini
dikenal sejak 1909. Gejala penyakit pneumonia pneumositis berupa
chest tightness, batuk, dan demam. Penyakit ini sering ditemukan pada
bayi premature, penderita keganasan dalam kondisi imunodefisiensi
terutama limfoma atau leukimia.
Perjalanan penyakit pneumonia pneumositis ini dapat lambat
dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat
dalam hitungan hari. Pada keadaan istirahat telah terjadi dispnea,
takipnea, batuk non produktif, dan tanpa demam. Pada penderita
pneumonia yang memiliki gejala ringan, dapat ditangani dengan
berobat jalan. Namun bila memiliki keadaan klinis yang berat hingga
mengalami penurunan kesadaran maka perlu dirawat di rumah sakit
dengan pemberian obat antibiotik yang disesuaikan dengan pola infeksi
yang diberikan. Obat antibiotik diberikan setidaknya lima hari atau dua
hari setelah gejala demam hilang.
3. Pneumonia Atipik (non-bakterial Pneumoni)

4
Yang termasuk dalam grup ini adalah pneumonia yang
disebabkan oleh Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia psittaci,
Legionella pneumophila, dan Coxiella burnetti. Beberapa sumber juga
menuliskan pneumonia yang disebabkan virus masuk kedalam
golongan pneumonia atipik.

C. Patofisiologi
Asal usul pneumonia berada pada kerusakan yang disebabkan oleh
masuknya partikel penyerang pada saluran pernapasan bawah. Jalan masuk
yang sering terjadi adalah inhalasi partikel partikel kecil, namun aspirasi
partikel infeksi yang lebih besar dari orofaring yang menyebar dari fokus
infeksi yang jauh atau menyebar langsung dari jaringan jaringan disekitarnya
dihgunakan sebagai jalan masuk oleh agen agen pneumonia. Partikel partikel
tersebut dapat menyebabkan kerusakan paru paru karena mengandung bahan
yang dapat menyebabkan infeksi, dan dapat disebarkan melalui udara saat
agen masih menular dan tetap aktif saat tersuspensi di udara kemudian masuk
ke jaringan, dimana partikel tersebut dapat menyebabkan infeksi.
Partikel yang tersuspensi di udara akan kehilangan volume akibat
penguapan, sehingga menjado nukleus droplet. Jika partikel memiliki
diameter kurang dari 5 micromili pada saat terhirup, maka partikel akan lebih
mudah masuk ke dalam jalan napas dan alveolus. Rehidrasi akan semakin
menambahkan ukuran partikel, sehingga dapat menghambat pernapasan
keluar. Partikel yang dikeluarkan melalui hembusan napas, batuk atau bersin
mengambil posisi lebih dekat ke titik asal usulnya dan membuat sejumlah
orang beresiko terkena infeksi. Partikel partikel kecil terus berjalan dan tetap
diudara dalam waktu yang lama. Sejumlah orang dianggap lebih efisien
sebagai sumber partikel infeksi dibandingkan orang lain, khususnya untuk
infeksi virus seperti influenza dan SARS. Inhalasi mikroorganisme dari orang
yang terinfeksi mengisi alveoli paru dengan cairan, sehingga oksigen tidak
sampai ke aliran darah. Gabungan antara kerusakan sel dan respons imun
menyebabkan gangguan pengangkutan oksigen.

5
Infeksi saluran pernapasan juga bisa terjadi ketika bakteri di dalam
darah menyebar ke paru paru dari daerah lain di dalam tubuh. Patogen
umumnya dikeluarkan melalui batuk atau dipertahankan posisinya oleh
sistem kekebalan tubuh. Jika microorganisme lolos dari sistem pertahanan
jalan napas atas setelah batuk, maka makrofag alveolus adalah pertahanan
berikutnya. Jika terlalu banyak organisme dan terlalu kuat untuk makrofag,
maka terjadi aktivasi mediator inflamasi, aktivasi imun dan infiltrasi sel
dalam sistem pertahanan tubuh.
Sel sel ini dapat menyebabkan kerusakan terhadap selaput lendir di
dalam bronki dan selaput alveolokapiler yang menyebabkan infeksi, debris
dan eksudat mengisi bronkiolus. Mikroorganisme juga melepaskan toksin
dari dinding – dinding sel sehingga lebih banyak jaringan paru yang rusak.

D. Pathway

Ada sumber infeksi di saluran pernapasan

Obstruksi mekanik Daya tahan saluran


saluran pernapasan pernapasan terganggu
karena aspirasi
bekuan darah, pus, dll

Aspirasi bakteri berulang

Peradangan pada bronkus menyebar ke parenkim paru

Terjadi konsolidasi dan pengisian rongga alveoli oleh eksudat

6
 Edema trakeal/ Penurunan jaringan Reaksi sistemis:
faringeal efektif paru dan bakterimia/ viremia,
 Peningkatan kerusakan membran anoreksia, mual, demam,
produksi sekret alveolar - kapiler penurunan BB,
kelemahan

 Batuk produktif Sesak napas,


 Peningkatan laju
 Sesak napas penggunaan otot metabolisme umum
 Penurunan bantu napas, pola  Intake nutrisi tidak
kemampuan batuk napas tidak efektif adekuat
efektif  Tubuh semakin kurus
 Ketergantungan aktivitas
 Kurangnya pemenuhan
Gangguan istirahat dan tidur
Ketidakefektifan pertukaran gas  Kecemasan
bersihan jalan  Kurangnya pemenuhan
informasi
napas

 Perubahan pemenuhan
gizi kurang dari
kebutuhan
 Gangguan pemenuhan
ADL
 Gangguan pemenuhan
istirahat dan tidur
 Kecemasan
 Hipertermi

7
E. Gejala Klinis
Gejala pneumonia yang paling sering terjadi adalah napas pendek,
nyeri dada (khusunya menghirup udara), batuk, napas dangkal dan cepat,
demam, dan menggigil. Batuk biasanya disertai dahak, pada kasus yang
serius bibir atau dasar kuku pasien terlihat membiru akibat kurngnya
oksigen. Pemeriksaan fisik dapat mendeteksi takipnea dan tanda tanda
gabungan, seperti bunyi gemericik disertai bunyi napas bronkial.
Menurut Muttaqin (2014) tanda dan gejala dari pneumonia berbeda
beda tergantung dari etiologinya. Berikut ini dijelaskan tanda dan gejala
pneumonia dilihat dari etiologi pneumonia tersebut.
No Etiologi Tanda dan Gejala
1 Streptococcus pneumonia, Onset mendadak dingin, menggigil,
tanpa penyulit. demam (39 – 40 oC), nyeri dada, batuk
Streptococcus pneumonia, produktif, sputum hijau dan purulen
dengan penyulit (empiema kadang mengandung bercak darah, hidung
penyebaran infeksi). kemerahan, retraksi interkostal,
penggunaan otot bantu napas, sianosis
2 Mycoplasma pneumonia Onset bertahap dalam 3 – 5 hari, malaise,
dan virus patogen nyeri kepala, nyeri tenggorokan, batuk
kering, nyeri dada karena batuk
3 Legionella pneumophilia Seperti diatas dan ditambah nyeri
abdomen, diare, suhu > 40oC, distress
pernapasan.
4 Pneumocystic carinii Gagal ginjal, hiponatremia,
hipofosfatemia, dispnea, batuk kering,
takipnea, hipoksemia.
5 Bakteri gram negatif, Mulanya onset perlahan, demam rendah,
Kleibsela, Pseudomonas, batuk, dan sputum produksi berbau.
Serratia, Enterobacter,
Escherichia
Bakteri gram positif.
6 Aspirasi zat inert: air, Gejala pulmonal timbul minimal jika
barium, bahan makanan dibandingkan gejala septikemia. Batuk
non produktif, dan nyeri pleuritik sama
seperti pada emboli paru merupakan
keluhan tersering.

8
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

B. Perumusan Masalah

C. Perencanaan
.
D. Evaluasi

9
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
.
B. Saran
.

10
DAFTAR PUSTAKA

11

Anda mungkin juga menyukai