Anda di halaman 1dari 2

PERAN EKONOMI PERTAHANAN BAGI SUATU NEGARA

Oleh : Setiadi Ariato

Dalam kurun waktu antara tahun 1980 hingga 2010, Indonesia mengalami jatuh bangun dari segi
perekonomian sehingga pengalokasian dana khususnya untuk pertahanan yang mengalami kembang-
kempis. Peran Ekonomi pertahanan lambat laun mulai disadari kebermanfaatannya. Hal ini berdampak
pada perkembangan ekonomi di ranah ini memiliki kecenderungan terkait sumber daya dan penerapan
ekonomi untuk menangani berbagai isu terkait ancaman baik militer dan nirmiliter. Sehingga muncul
berbagai tantangan yang harus dihadapi, diantaranya :

Tantangan ekonomi mengenai penganggaran militer. Di awal abad ke-19 di negara sekitar ASEAN
mengalami keterpurukan ekonomi sehingga berdampak pada pengaggaran yang terkonsentrasi untuk
mengefisienkan pengadaan persenjataan untuk membentuk kekuatan pertahanan. Negara mulai
dihadapkan pada 2 pilihan antara membangun kemandirian industri pertahanan dalam negeri ataukah
masih bergantung pada industri penyedia senjata dari luar negeri. Tantangan ini merambat ke ranah
yang lebih rinci seperti pilihan untuk mengganti tenaga kerja manusia dengan mesin, karyawan tetap
dengan karyawan tidak tetap, rasio pegawai laki-laki dengan perempuan hingga penyediaan logistik,
reparasi dan pemeliharaan persenjataan. Akibatnya, ditahun tersebut banyak perusahaan yang akhirnya
memutuskan untuk marger demi keberlangsungan perusahaan. Konsekuensinya, perusahaan akan lebih
konsen/terpusat dalam memproduksi suatu produk persenjataan (alpalhankam) seperti yang dialami
oleh perusahaan Airbus Military Industry yang konsen untuk memperoduksi pesawat militer.

Tantangan berikutnya mengenai sengketa Sumber Daya Alam (SDA) yang terjadi di wilayah perbatasan
antar 2 negara atu lebih seperti Thailand dengan Kamboja, Irak dengan Kuwait dsb. Konflik sengketa ini
kebanyakan terjadi akibat kelangkaan energi seperti minyak bumi dan jenis bahan tambang yang lain.
Konsekuensinya, negara yang berkonflik akan melakukan diplomasi untuk menjalin simbiosis
mutualisme (saling menguntungkan) berupa kesepakatan mengelola bersama-sama. Apabila tidak
menemui sepakat seperti konflik Irak dengan Kuwait maka peran pengadilan Internasional adalah jalan
terakhir untuk menyelesaikan konflik ini. Peran Ekonomi pertahanan dalam menganalisis untung-rugi
dilakukan secara komprehensif artinya tidak hanya menganalisis secara material (tangible) tetapi juga
secara nonmaterial (intangible) sehingga peran ini menjadi sangat penting dalam proses pengambila
keputusan.

Tantangan lain adalah pengalokasian dan distribusi dalam menemui menghadapi konflik. Konflik ini bisa
bersifat tradisional dan nontradisional seperti konflik horisontal, terorisme dan gerakan bersenjata.
Dalam menghadapi suatu konflik, penyediaan kekuatan pertahanan adalah upaya prefentif untuk
menciptakan daya tangkal dalam menghadapi berbagai situasi darurat beserta ketidakpastian konflik
yang terjadi. Ekonomi Pertahanan diharapkan berperan dalam pengambilan kebijakan serta pembiayaan
untuk menanggulangi ancaman-ancaman tersebut dengan memperhatikan kebutuhan sektor lain yang
menjadi prioritas pembangunan nasional.

Perjanjian pertahanan yang bersifat kohesif yang berimplikasi pada pelucutan/pemusnahan senjata juga
menjadi tantangan agar tidak menimbulkan masalah lain. Dampak yang di timbulkan akibat peperangan
sangatlah besar, namun bukan berarti situasi untuk mejaga perdamaian akan murah. Sehingga
perjanjian pertahanan ini harus memenuhi prinsip keunggulan yang absolut dan keunggulan yang
kompetitif serta dampak dan hambatan kerjasama yang akan dibangun.

Perkembangan teknologi informasi, komunikasi dan transportasi dengan kadar teknologi tinggi (pesawat
tempur, kapal selam dll) mengharuskan Ekonomi Pertahanan berkembang dari perspektif analisis
kualitatif menjadi analisis secara numerik dengan melibatkan berbagai variabel untuk menampung
fenomena sosial yang lebih kompleks. Pemanfaatan digitasi komputer memungkinkan permasalahan
ekonomi dapat diselesaikan secara kuantitatif. Konsekuensinya, bagi negara yang belum mencapai skala
keekonomiannya penyediaan anggaran untuk hal ini akan berkaibat pada ketertinggalan.

Tantangan tersebut di atas, adalah pemankaan ekonomi sebagai ilmu pengetahuan sosial. Dalam
perkembangannya, ekomoni juga mempelajari perilaku baik manusia, perusahaan maupun negara yang
menghubungkan keinginan dan sumber daya yang langka. Analisis ekonomi dalam ekonomi pertahanan
dapa menggunakan pendekatan statis dan dinamis. Analisis statis melihat maslaah pertahanan dalam
kurun waktu tertentu menggunakan pendekatan cross-sectional, sedangkan analisis dinamis melihat
kerangka waktu dengan menggunakan times-series yang mempengaruhi berbagai variabel pertahanan.

Anda mungkin juga menyukai