Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi kontrak
1. Menurut UU KUH Perdata dalam Buku 2 bab 1 tentang Periktan
pasal 1313, menyebutkan Suatu persetujuan adalah suatu
perbuatan di mana satu orang atau lebih mengikatkan diri
terhadap satu orang lain atau lebih.
2. Setiawan menilai bahwa rumusan Pasal 1313 BW tersebut selain
tidak lengkap juga terlalu luas. Dinilai tidak lengkap karena
hanya menyebutkan persetujuan sepihak saja. Disebut sangat
luas karena kata “perbuatan” mencakup juga perwakilan
sukarela dan perbuatan melawan hukum. Karenanya, Setiawan
mengusulkan perumusannya menjadi “perjanjian adalah
perbuatan hukum, dimana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya atau saling mengikatkan dirinya terhadap satu orang
atau lebih.
3. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kontrak adalah:
a. Perjanjian (secara tertulis) antara dua pihak dalam
perdagangan, sewa-menyewa;
b. Persetujuan yang bersanksi hukum antara dua pihak atau
lebih untuk melakukan atau tidak melakukan kegiatan;
c. mengikat dengan perjanjian (tentang mempekerjakan orang).
d. Menyewa.
4. Mashudi & Mohammad Chidir Ali menganggap bahwa suatu
persetujuan tidak lain adalah suatu perjanjian (afspraak) yang
mengakibatkan hak dan kewajiban.
5. Hukum kontrak dalam bahasa inggris adalah Contract of law, sedangkan dalam
bahsa Belanda disebut dengan istilah overeenscomstrecht. Menurut Lawrence M.
Friedman, hukum kontrak adalah perangkat hukum yang hanya mengatur aspek
tertentu dari pasar dan mengatur jenis perjanjian tertentu.
6. Michael D. Bayles mengartikan hukum kontrak sebagai “Might then be taken to
be the law pertaining to enporcement of promise or agreement.” (aturan hukum
yang berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian atau persetujuan).

B. Sumber Hukum Kontrak


Era reformasi adalah era perubahan.Perubahan disegala bidang kehidupan demi
tercapainya kehidupan yang lebih baik.Salah satunya adalah dibidang hukum.Dalam
bidang hukum, diarahkan pada pembentukan peraturan perundang-undangan yang
memfasilitasi kehidupan berbangsa dan bernegara dalam, seperti politik & ekonomi dan
menegakkan hukum tersebut.Seperti kita ketahui bahwa banyak peraturan perundang-
undangan kita yang masih berasal dari masa pemerintahan Hindia Belanda. Pada masa
reformasi ini telah banyak dihasilkan produk perundang-undangan seperti UU No 41
Tahun 1999 tentang Kehutanan, UU No 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, UU No 18 Tahun 1999 Tentang Jasa
Konstruksi Dll dimana semua itu rata-rata adalah bentukan hukum dibidang sektoral dan
bukan paada pembaharuan hukum yang bersifat dasar (Basic Law).
Hukum kontrak kita masih mengacu pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
atau Burgerlijk Wetboek Bab III tentang Perikatan (selanjutnya disebut buku III) yang
masuk dan diakui oleh Pemerintahan Hindia Belanda melalui asas Konkordansi yaitu
asas yang menyatakan bahwa peraturan yang berlaku di negeri Belanda berlaku pula pada
pemerintahan Hindia Belanda (Indonesia), hal tersebut untuk memudahkan para pelaku
bisnis eropa/ Belanda agar lebih mudah dalam mengerti hukum. Seiring berjalannya
waktu maka pelaku bisnis lokal pun harus pula mengerti isi peraturan dari KUHPerdata
terutama Buku III yang masih merupakan acuan umum bagi pembuatan kontrak di
Indonesia
Mengenai sumber hukum kontrak yang bersumber dari undang-undang dijelaskan:
1. Persetujuan para pihak (kontrak);
2. Undang-undang, selanjutnya yang lahir dari UU ini dapat dibagi dalam UU
karena suatu perbuatan, selanjutnya yang lahir dari UU karena suatu perbuatan
dapat dikatakan berlawanan dengan hukum, misalnya seorang karyawan yang
membocorkan rahasia perusahaan, meskipun dalam kontrak kerja tidak
disebutkan, perusahaan dapat saja menuntut karyawan tersebut karena perbuatan
itu oleh UU termasuk perbuatan yang melawan hukum (onrechtsmatige
daad), untuk hal ini dapat dilihat pasal 1356 KUH Perdata.

Menurut Subekti “Hukum kontrak adalah sistem terbuka (Open


system) yaitu bahwa setiap orang bebas untuk mengadakan
perjanjian, baik yang sudah diatur maupun yang belum diatur dalam
undang-undang”. Pasal 1338 KUHPerdata bahwa Semua perjanjian
yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka
yang membuatnya.

C. Azas Dalam Kontrak


1. Asas kebebasan berkontrak (Pasal 1320 KUHPerdata) yaitu asas yang
membebaskan para pihak untuk: mengadakan perjanjian dengan siapapun,
menentukan isi perjanjian, pelaksanaan dan persyaratan, menentukan bentuknya
mau tertulis atau cukup lisan.
2. Asas konsensualisme merupakan asas yang yang menyatakan bahwa perjanjian
pada umumnya tidak diadakan secara formal, tetapi cukup dengan adanya
kesepakatan kedua belah pihak. Kesepakatan merupakan persesuaian antara
kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak.
3. Asas Pacta Sunt Servanda/asas kepastian hukum, asas ini berhubungan dengan
akibat perjanjian. Hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak
yang dibuat oleh para pihak. Sebagaimana layaknya sebuah undang-undang.
Mereka tidak boleh melakukan intervensi terhadap substansi kontrak yang dibuat
oleh para pihak.
4. Asas Itikad baik merupakan asas bahwa para pihak yaitu kreditur dan debitur
harus melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan
yang teguh atau kemauan baik dari para pihak.
5. Asas Kepribadian yaitu asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan
membuat kontrak hanya untuk kepentingan (person) itu sendiri.
6. Sumber hukum kontrak dalam Civil Law (Indonesia dan sebagian besar Negara
Eropa) adalah Undang-undang, Perjanjian antar Negara, Yurisprudensi dan
Kebiasaan.
7. Sementara Amerika, Inggris (juga Negeri Persemakmuran) yang menganut
system Common Law adalah Judicial Opinion/Keputusan Hakim, Statutory
Law/perundang-undangan, the Restatement (rumusan ulang tentang hukum
dikeluarkan oleh Institut Hukum Amerika/ALI) dan Legal commentary.
8. Di samping itu, beberapa asas lain dalam standar kontrak :
a. Asas Kepercayaan
b. Asas Persamaan Hak
c. Asas Moral
d. Asas Keseimbangan
e. Asas Moral
f. Asas Kepatutan
g. Asas Kebiasaan
h. Asas Kepastian Hukum

D. Syarat-Syarat Sahnya Kontrak

Menurut Pasal 1320 KUH Perdata Kontrak adalah sah bila memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
1. Syarat Subjektif, syarat ini apabila dilanggar maka kontrak dapat dibatalkan,
meliputi :Kecakapan untuk membuat kontrak (dewasa dan tidak sakit ingatan);
dan Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya.
2. Syarat Objekif, syarat ini apabila dilanggar maka kontraknya batal demi hokum,
meliputi :Suatu hal (objek) tertentu; danSesuatu sebab yang halal (kuasa).
3. Sepakat : Tanpa paksaan, kekhilafan maupun penipuan.
4. Cakap dalam melakukan perbuatan hukum.
5. Mengenai hal tertentu.
6. Suatu sebab yang halal.

Momentum terjadinya kontrak pada umumnya adalah ketika telah tercapai kata
sepakat yang ditandai dengan penandatanganan kontrak sebagai bentuk kesepakatan oleh
para pihak.Fungsi kontrak adalah demi memberikan kepastian hukum bagi para pihak.
Agar mereka tenang dan mengetahui dengan jelas akan hak dan kewajiban mereka.

E. Kontrak Nominaat dan Innominaat


Kontrak menurut penulis ada 2 macam yaitu Kontrak Nominaat atau bernama dan
Innominaat atau tidak bernama.
1. Kontrak Nominaat adalah bahwa kontrak tersebut telah dikenal dan diatur oleh
KUHPerdata.
Contoh:jual beli, sewa menyewa, tukar menukar, hibah dll
2. Kontrak Innominaat maksudnya adalah bahwa jenis kontrak tersebut belum
dikenal dalam KUHPerdata dan pengaturannya diluar KUHPerdata. Sifat
pengaturan buku III ini adalah terbuka (open) artinya dimungkinkan dilakukan
suatu bentuk perjanjian lain selain yang telah diatur dalam KUHPerdata. Hal ini
didasarkan pada asas kebebasan berkontrak sehingga seiring kebutuhan hidup
manusia dalam memenuhi kebutuhannya ada saja suatu bentuk
kontrak/perjanjian yang belum dikenal oleh KUHPerdata.
Contoh: Innominaat adalah franchise, joint venture, kontrak rahim, leasing,
belisewa, production sharing dll yang akan muncul sesuai
perkembangan zaman dan sesuai kebutuhan manusia.

BAB III
KESIMPULAN

Kontrak dapat dilakukan oleh semua orang yang berkebutuhan


terhadapnya.Dalam kontrak itu terdapat akad antara orang yang
mengontrak dan yang dikontrak.Serta terdapat kesepakatan antara
kedua belah pihak mengenai bayaran, tenggang waktu, dan jenis
pekerjaannya.
Kontrak memiliki kuasa hukum yang kuat.Dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata telah ditulis dan disepakati oleh bangsa
Indonesia sebagai acuan hukum dari padanya.Yang tertulis di buku III
tentang Perikatan yang terdiri dari 18 Bab dari pasal 1233 – 1864.

Kontrak dapat mempermudah kegiatan kita.Yang berasaskan


menggerakkan sumber daya dari nilai penggunaan yang lebih rendah
menjadi nilai yang lebih tinggi dalam bidang ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA

AgusYudha Hernoko, Hukum Perjanjian: Asas Proporsionalitas dalam


Kontrak Komersial, Yogyakarta: LaksBang Mediatama, 2008.

C. Asser, Pengkajian Hukum Perdata Belanda, Jakarta: Dian Rakyat,


1991.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa. Depdiknas RI. 2008.

Kitab Undang Undang Hukum Perdata

Mashudi & Mohammad Chidir Ali, Bab-bab Hukum Perikatan, Bandung:


Mandar Maju, 1995.

Setiawan, Pokok-pokok Hukum Perikatan, Jakarta: Bina Cipta, 1987.

Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: Intermasa, 1996.

Anda mungkin juga menyukai