Anda di halaman 1dari 8

ISSN: 2302-0733 Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 No 1 Januari 2013

Avaliable online at
www.ilmupangan.fp.uns.ac.id

Jurusan Teknologi Hasil Pertanian


Universitas Sebelas Maret

Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 No 1 Januari 2013

PENGARUH JENIS PELARUT DAN VARIASI SUHU PENGERING SPRAY DRYER TERHADAP
KADAR KAROTENOID KAPANG ONCOM MERAH (Neurospora sp.)

EFFECT OF SOLVENTS AND TEMPERATURE VARIATION OF SPRAY DRYER ON CAROTENOID


LEVELS FROM RED ONCOM’S MOLD (Neurospora sp.)

Nestri Purnamasari 1), M.A.M. Andriani 1), Kawiji 1)


1)
Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, FP UNS, Surakarta

Received 20 September 2012 accepted 29 October 2012 ; published online 2 January 2013

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui jenis pelarut yang baik untuk ekstraksi karotenoid dan mengetahui
suhu spray dryer yang baik terhadap hasil kadar karotenoid bubuk. Penelitian ini menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 2 faktor, yaitu perbedaan jenis pelarut (heksana, aseton, dan petroleum
eter) dan variasi suhu spray dryer (1200C, 1300C, dan 1400C). Data dianalisis secara statistik dengan analisis
varian dua faktor (ANOVA), apabila hasil yang diperoleh beda nyata, maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Multiple Range Test (DMRT) dengan tingkat signifikasi 0,05 serta untuk interaksi menggunakan Beda Nyata
Terkecil (BNT) 5%. Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis pelarut dan variasi suhu pengeringan spray
dryer memberikan pengaruh terhadap rendemen, kadar air, intensitas warna, dan total karotenoid. Dari hasil
analisis, karotenoid bubuk yang baik adalah karotenoid bubuk yang diekstraksi oleh pelarut heksana dengan
suhu pengeringan spray dryer 1400C.

Kata kunci: neurospora sp. pelarut organik, karotenoid, spray dryer.

ABSTRACT

The purpose of this study are determine the kind of organic solvent for the extraction and spray dryer
temperature that optimum in carotenoid level from red oncom’s mold. This study was applied Completely
Randomized Design that consists of two factors, kind of organic solvents (hexane, acetone, and petroleum
ether) and spray dryer temperature variations (1200C, 1300C, and 1400C). Data was analyzed statistically
using analisys of variance two way (ANOVA), if there was found significant difference, then followed by
Duncan Multiple Range Test (DMRT) and Least Significant Difference (LSD) with a significance level of
0.05.The result showed that kind of organic solvents and temperature variation of spray dryer give a
significant influence at rendemen, moisture content, color intensity, and total carotenoids. Data analyzed
showed that, the best carotenoid powder was extracted by hexane with temperature of spray dryer was 1400C.

Keywords: neurospora sp., organic solvent, carotenoid, spray dryer.


*)
Corresponding author: libbycatrien@yahoo.co.id

107
ISSN: 2302-0733 Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 No 1 Januari 2013

PENDAHULUAN METODOLOGI
Neurospora sp. merupakan spesies yang
umum ditemukan pada makanan seperti oncom Bahan
merah karena pertumbuhannya yang cepat Kapang oncom merah (Neurospora sp.)
membentuk warna kuning. Kapang ini menghasilkan dari oncom dengan bahan dasar ampas tahu dari
karotenoid yang dapat menyuplai kebutuhan tubuh pabrik oncom di Cisolok, Pelabuan ratu. Pelarut
akan provitamin A. Kapang ini mempunyai yang digunakan yaitu heksana (C6H14), aseton
mekanisme spesifik yang diperlukan untuk (CH3COCH3), dan petroleum eter, sedangkan bahan
mensintesis pigmen karotenoid yang ditemukan pada pegisi yang digunakan adalah natrium kaseinat.
bagian yang disebut konidiospora sehingga Bahan-bahan yang digunakan untuk analisis kadar
diperlukan proses ekstraksi untuk memperoleh karotenoid total antara lain petroleum eter E.Merck,
ekstrak karoten. aseton (CH3COCH3) E.Merck, dan Na2SO4
Karotenoid bersifat tidak larut dalam air, anhidrous.
metanol, etanol dingin, larut dengan baik dalam
pelarut-pelarut organik seperti karbon disulfida, Alat
benzena, kholoform, aseton, eter dan petroleum eter Rotary vacuum evaporator IKA RV 10
(Ketaren, 2005). Dengan memperhatikan tingkat Basic, spray dryer BUCHI Mini B-290,
polaritas masing-masing pelarut dan efektivitasnya chromameter CR-200, spektrofotometer UV-Vis,
menarik atau mengekstrak karotenoid, dalam botol kaca, wadah bersih, gelas beker, saringan kain,
penelitian ini digunakan 3 jenis pelarut yaitu aseton, kertas saring, aluminium foil, batang pengaduk,
heksana, dan petroleum eter dipilih sebagai eluen timbangan analitik, dan corong.
karena eluen relatif aman digunakan dalam industri,
Tahapan Penelitian
hal ini didukung dengan sifat eluen yang kurang
1. Pembuatan Oncom Merah
berbahaya terhadap resiko kebakaran dan ledakan
Ampas tahu mula-mula di press hingga
serta lebih selektif dalam melarutkan karotenoid
mencapai kadar air 5%, kemudian di ayak
yang bersifat nonpolar. Gunawan (2009)
hingga halus. Ampas tahu kemudian ditambah
menyatakan bahwa fraksinasi MSK dengan pelarut
onggok dengan perbandingan 10:1. Bahan yang
heksana menghasilkan konsentrat dengan total
telah dicampurkan kemudian dikukus hingga
rendemen bobot dan total recovery β-karoten yang
tanak ± 3 jam. Setelah tanak bahan campuran
lebih tinggi, sedangkan dengan pelarut aseton
didinginkan kemudian dicetak dan dicampurkan
menghasilkan tingkat pemekatan β-karoten yang
dengan bibit oncom. Bibit oncom didapatkan
lebih tinggi. Walaupun karoten memiliki banyak
dari hasil oncom fermentasi 1 hari. Setelah 24
keunggulan tetapi senyawa ini juga memiliki sifat
jam oncom kemudian dibalik agar tumbuhnya
yang sangat labil terhadap panas dan reaksi oksidasi
jamur merata dan didiamkan pada suhu 25-300C,
(Eskin, 1979) sehingga membatasi penggunaannya
kelembaban 70-90% selama 3 hari.
dalam produk pangan dan farmasi. Salah satu upaya
2. Pembuatan Karotenoid Bubuk
yang dapat dilakukan yaitu dengan cara
1) Pemanenan Kapang Oncom Merah
mikroenkapsulasi menggunakan pengering semprot.
Oncom merah dari ampas tahu yang
Pengeringan semprot digunakan untuk bahan
digunakan berukuran 4 x 4 cm dan tebal 1 cm.
berbentuk larutan yang mempunyai viskositas tinggi
Lama fermentasi adalah 3 hari setelah starter
dan melibatkan aplikasi suhu. Ekstrak karotenoid
kapang ditaburkan. Proses pemanenan kapang
yang dikeringkan akan menghasilkan produk dalam
dengan cara mengiris tipis disetiap permukaan
bentuk bubuk yang memiliki kandungan karotenoid
oncom merah yang ditumbuhi kapang secara
tinggi dengan stabilitas yang tinggi selama
perlahan. Kapang yang telah dipanen
penyimpanan.
disimpan dalam wadah kering, bersih (steril),
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui jenis
vakum, dan dengan permukaan yang tidak
pelarut yang baik untuk ekstraksi karotenoid dan
tembus cahaya.
mengetahui suhu spray dryer yang baik terhadap
2) Ekstraksi Karotenoid dari Spora Kapang
kadar karotenoid bubuk.
Oncom Merah

108
ISSN: 2302-0733 Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 No 1 Januari 2013

Kapang oncom merah ditimbang yang sama dengan heksana sehingga rendemen yang
sebanyak 150 gram. Pelarut yang digunakan dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan pelarut
untuk ekstraksi adalah aseton, heksana, dan lainnya.
petroleum eter. Perbandingan antara bahan
dengan pelarut 1:3. Ekstraksi dilakukan Tabel 1. Data Hasil Analisis Rendemen Karotenoid
dengan cara pengadukan setiap 4 jam sekali Bubuk
selama 24 jam. Filtrat hasil ekstraksi Suhu
dipisahkan dari residunya menggunakan Jenis Pelarut Σ rata-
120°C 130°C 140°C
penyaringan. Filtrat hasil ekstraksi kemudian rata
dipisahkan dengan pelarut menggunakan Aseton 0,34 0,37 0,36 0,35
rotary vacuum evaporator. Larutan pekat Petroleum eter 0,26 0,29 0,20 0,25
hasil evaporator kemudian ditambah bahan Heksana 0,39 0,37 0,38 0,37
pengisi yaitu natrium kaseinat 30% yang Σ rata-rata 0,32 0,34 0,31
dilarutkan terlebih dahulu dalam aquadest 150
ml.
Tabel 2. Pengaruh Jenis Pelarut terhadap Rendemen
3) Pengeringan
Karotenoid Bubuk
Pengeringan larutan menggunakan spray
Rendemen
dryer. Bahan dikeringkan menggunakan 3 Jenis Pelarut
ekstrak (%)
variasi suhu inlet (Tin) yaitu 1200C, 1300C,
Aseton 0,35b
dan 1400C, suhu outlet (Tout) 56 ̶ 68 0C,
Petroleum eter 0,25a
kecepatan aliran ± 5ml/menit. Pengeringan
Heksana 0,37b
dilakukan dengan menyemprotkan gas
Keterangan: angka yang diikuti dengan huruf yang sama
nitrogen sampai semua pelarut teruapkan. menunjukan tidak berbeda nyata pada taraf α 5%

Analisis Karotenoid Bubuk Menurut Voight (1994), proses penarikan


Analisis dilakukan terhadap karotenoid bahan (ekstraksi) terjadi dengan mengalirnya pelarut
bubuk meliputi rendemen (Muchtadi dan ke dalam sel bahan yang menyebabkan protoplasma
Sugiono,1992), Kadar air dengan metode membengkak, dan kandungan sel dalam bahan akan
thermogravimetri (Sudarmadji, dkk, 2003), terlarut sesuai dengan kelarutannya. Daya
intensitas warna dengan chromameter melarutkan yang tinggi berhubungan dengan
(Soekarto,1990), dan Total Karotenoid (AOAC, kepolaran pelarut dan kepolaran bahan yang
1995). diekstraksi. Karotenoid bersifat non polar dan hanya
larut dalam pelarut nonpolar (Mappiratu, 1990).
HASIL DAN PEMBAHASAN Heksana merupakan pelarut nonpolar yang efektif
sebagai pelarut lemak dan minyak sehingga cocok
Rendemen untuk melarutkan karotenoid. Pada Tabel 3,
Rendemen merupakan presentase berat menunjukkan bahwa suhu berpengaruh terhadap
serbuk hasil spray dryer dari berat segar oncom. rendemen karotenoid bubuk. Besarnya total padatan
Data hasil analisis rendemen karotenoid bubuk dan yang terkandung dalam ekstrak oncom merah
pengaruh jenis pelarut terhadap rendemen menentukan banyaknya rendemen yang dihasilkan,
karotenoid bubuk disajikan pada Tabel 1 dan Tabel dengan semakin besar total padatan dan semakin
2, bahwa jenis pelarut dan variasi suhu spray dryer tinggi suhu pengeringan maka rendemen yang
memberikan pengaruh terhadap rendemen yang dihasilkan semakin tinggi. Rendemen tertinggi
dihasilkan. Perbedaan besarnya rendemen yang dihasilkan pada perlakuan suhu 1300C dan tidak
dihasilkan disebabkan karena setiap pelarut memiliki berbeda nyata dengan suhu 1400C tapi berbeda nyata
kepolaran yang berbeda-beda dalam mengekstraksi dengan suhu 1200C. Semakin besar suhu maka
kapang oncom merah (Neurospora sp.). Rendemen rendemen yang dihasilkan akan semakin tinggi
ekstrak karotenoid bubuk dipengaruhi oleh tingkat karena suhu spray dryer yang tinggi menyebabkan
kepolaran pelarut. Pelarut heksana mampu kecenderungan bubuk yang melekat pada dinding
melarutkan semua bahan yang memiliki kepolaran

109
ISSN: 2302-0733 Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 No 1 Januari 2013

pengering spray dryer lebih sedikit akibatnya pernyataan Rachmawan (2001), penurunan kadar air
kehilangan bahan di dalam alat semakin kecil. semakin cepat seiring dengan kenaikan suhu ruang
pengering.
Tabel 3. Pengaruh Suhu Spray Dryer terhadap
Rendemen Karotenoid Bubuk Tabel 4. Data Hasil Analisis Kadar Air Karotenoid
Bubuk
Suhu Rendemen ekstrak (% b/b)
Suhu
0 ab
120 C 0,32 Jenis Pelarut Σ rata-
120°C 130°C 140°C
1300C 0,34b rata
1400C 0,31a Aseton 4,83 3,76 2,60 3,73
Keterangan: angka yang diikuti dengan huruf yang sama Petroleum eter 4,15 3,08 1,97 3,07
menunjukan tidak berbeda nyata pada taraf α 5%
Heksana 5,42 2,41 1,12 2,98
Berdasarkan hasil penelitian, tidak terjadi Σ rata-rata 4,80 3,08 1,90
interaksi antara jenis pelarut dengan variasi suhu
spray dryer terhadap hasil akhir rendemen. Ekstraksi Tabel 5. Pengaruh Jenis Pelarut Terhadap Kadar
dengan pelarut nonpolar akan menghasilkan Air Karotenoid Bubuk
rendemen karotenoid yang tinggi, sedangkan Jenis Pelarut Kadar Air (%wb)
ekstraksi dengan menggunakan pelarut semipolar
seperti aseton akan menghasilkan rendemen Aseton 3,73b
karotenoid yang rendah. Begitu juga dengan suhu, Petroleum eter 3,07a
semakin tinggi suhu pengeringan maka semakin Heksana 2,98a
besar rendemen yang dihasilkan. Menurut Master Keterangan: angka yang diikuti dengan huruf yang sama
(1979), penggunaan bahan pengisi dapat menunjukan tidak berbeda nyata pada taraf α 5%
meningkatkan total padatan dan mempercepat proses
Makin tinggi suhu udara pengering, makin
pengeringan serta mencegah kerusakan bahan akibat
besar energi panas yang dibawa udara sehingga
panas.
makin banyak jumlah massa air bahan yang
diuapkan dari permukaan bahan yang dikeringkan.
Kadar air
Data hasil analisis kadar air karotenoid
bubuk dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil analisis Tabel 6. Pengaruh Suhu terhadap Kadar Air
menunjukan bahwa jenis pelarut, variasi suhu spray Karotenoid Bubuk
dryer serta interaksi keduanya memberikan Suhu Kadar Air (% wb)
perbedaan yang nyata terhadap kadar air karotenoid
bubuk yang dihasilkan. Pada Tabel 5, nilai rata-rata 1200C 4,80c
sampel memiliki kadar air sebesar 3,73-2,98%. 1300C 3,08b
Semakin tinggi tingkat kepolaran pelarut, karotenoid 1400C 1,90a
Keterangan: angka yang diikuti dengan huruf yang sama
yang terekstrak semakin banyak dan akan menunjukan tidak berbeda nyata pada taraf α 5%
menghasilkan produk semakin banyak sehingga
banyak air yang terikat pada ekstrak karotenoid. Interaksi kedua variasi perlakuan
Pelarut aseton bersifat semipolar yang dapat memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar air
berikatan dengan air (polar), sedangkan heksana dan karotenoid bubuk (Tabel 7). Rata-rata kadar air
petroleum eter (nonpolar) tidak dapat berikatan karotenoid bubuk dengan perlakuan jenis pelarut
dengan air (polar). heksana suhu 1400C menghasilkan kadar air
Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 6), suhu terendah yaitu 1,12%. Prinsip pengeringan
spray dryer memberikan pengaruh terhadap menggunakan spray dryer adalah bahan cair
karotenoid bubuk yang dihasilkan, nilai rata-rata disemprotkan dalam bentuk droplet melewati media
kadar air berkisar antara 4,8-1,9%. Kadar air pemanas (Dubey et al., 2009), sehingga kandungan
terendah diperoleh dengan perlakuan suhu 1400C. air bahan akan lebih banyak yang hilang dan kadar
Semakin tinggi suhu pengeringan maka airnya lebih kecil. Dari perlakuan jenis pelarut dan
kadar air semakin rendah. Hal ini sesuai dengan variasi suhu pengeringan spray dryer dapat

110
ISSN: 2302-0733 Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 No 1 Januari 2013

diketahui bahwa besarnya suhu yang digunakan faktor utama dalam perubahan warna kecerahan (L*)
dalam proses pengeringan sangat mempengaruhi pada karotenoid bubuk. Semakin cerah karotenoid
besar kecilnya penurunan kadar air. bubuk maka kandungan karotenoid yang ada pada
bahan semakin kecil. Hal ini disebabkan karena
pigmen karotenoid bersifat labil terhadap panas
Tabel 7. Interaksi antara Variasi Suhu Spray Dryer sehingga jumlahnya dapat menurun secara drastis
dan Jenis Pelarut terhadap Kadar Air Karotenoid pada suhu sekitar 180-220°C. Selain jenis pelarut
Bubuk dan variasi suhu pengeringan, interaksi antara jenis
Suhu pelarut dan suhu spray dryer memberikan pengaruh
Jenis Pelarut
1200C 1300C 1400C yang nyata terhadap intensitas warna kecerahan (L*)
Aseton 4,83d 3,76 c 2.60 b (Tabel 11). Penurunan proporsi ekstrak karoten
Petroleum eter 4,15 c 3,08 b 1,97 b menyebabkan warna bubuk karotenoid semakin
Heksana 5,42 d 2,41 b 1,12 a cerah sehingga karoten yang berada dalam bahan
Keterangan: angka yang diikuti dengan huruf yang sama semakin menurun. Adapun data hasil analisis
menunjukan tidak berbeda nyata pada taraf α 5%
intensitas warna merah (a*) karotenoid bubuk
Semakin tinggi suhu spray dryer maka kadar disajikan pada Tabel 12.
air yang dihasilkan lebih kecil karena penurunan
kadar air akan lebih cepat terjadi. Begitu pula Tabel 9. Pengaruh Jenis Pelarut terhadap Intensitas
dengan jenis pelarut, kadar air akan semakin tinggi Warna Karotenoid Bubuk
seiring dengan semakin tinggi tingkat kepolaran Intensitas Warna
Pelarut Kecerahan Merah Kuning
pelarut.
(L*) (a*) (b*)
Aseton 80,23 b 5,58 a 21,56 a
Intensitas Warna Petroleum eter 68,73a 7,00b 21,91a
Data hasil analisis intensitas warna Heksana 68,24 a
10,82c 24,25b
kecerahan (L*) karotenoid bubuk disajikan pada Keterangan: angka yang diikuti dengan huruf yang sama
Tabel 8. Pada Tabel 9, perbedaan jenis pelarut menunjukan tidak berbeda nyata pada taraf α 5%
memberikan pengaruh nyata terhadap intensitas
warna yang dihasilkan. Jenis pelarut petroleum eter Nilai rata-rata intensitas warna merah (a*)
tidak berbeda nyata dengan heksana dan berbeda yang didapat berkisar antara 5,58 sampai 10,82
nyata dengan aseton. Nilai rata-rata intensitas (Tabel 9). Intensitas warna merah tertinggi terdapat
pada perlakuan dengan pelarut heksana yaitu sebesar
kecerahan (L*) berkisar antara 68,24 sampai 80,23,
yang mengindikasikan bahwa tingkat kecerahan 10,82, dan terendah pada perlakuan dengan pelarut
aseton yaitu sebesar 5,58. Menurut Gross (1991),
yang didapat pada hasil karotenoid bubuk cenderung
cerah. Menurut Khuluq, dkk., (2007), bahwa β-karoten merupakan pigmen alami berwarna kuning
kandungan pigmen yang tinggi mempengaruhi atau orange. Oleh karena itu, semakin banyak β-
tingkat kecerahan. karoten yang terekstrak maka kepekatannya semakin
meningkat, hal ini menyebabkan intensitas warna
Tabel 8. Data Hasil Analisis Intensitas Warna merah (a*) ekstrak β-karoten meningkat. Selain jenis
Kecerahan (L*) Karotenoid Bubuk pelarut, suhu juga berpengaruh terhadap intensitas
Suhu warna merah (a*) (Tabel 10).
Jenis Pelarut Intensitas warna merah (a*) tertinggi terdapat
120°C 130°C 140°C Σ rata-rata
pada perlakuan 1200C yaitu sebesar 9,21, diikuti
Aseton 83,25 75,92 81,51 80,23
perlakuan suhu 1300C sebesar 7,77 dan terendah
Petroleum eter 57,12 74,64 74,45 68,73
pada perlakuan 1400C yaitu sebesar 6,42. Semakin
Heksana 52,41 69,67 82,64 68,24 tinggi suhu maka tingkat intensitas warna merah (a*)
Σ rata-rata 64,26 73,41 79,53 yang dihasilkan semakin rendah.

Pada Tabel 10, suhu berpengaruh terhadap


intensitas warna kecerahan (L*). Nilai rata-rata
intensitas warna kecerahan (L*) yang dihasilkan
berkisar antara 64,26 sampai 79,53. Suhu merupakan
111
ISSN: 2302-0733 Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 No 1 Januari 2013

Tabel 10. Pengaruh Suhu terhadap Intensitas Warna analisis intensitas warna kuning (b*) karotenoid
Karotenoid Bubuk bubuk disajikan pada Tabel 13.
Intensitas Warna
Suhu Kecerahan Merah Kuning Tabel 13. Intensitas Warna Kuning (b*) Karotenoid
(L*) (a*) (b*) Bubuk
1200C 64,26 a
9,21c 22,08a Suhu
1300C 73,41 b
7,77b 22,47ab Jenis Pelarut Σ rata-
1400C 79,53c 6,42a 23,17a 120°C 130°C 140°C
rata
Keterangan: angka yang diikuti dengan huruf yang sama
menunjukan tidak berbeda nyata pada taraf α 5% Aseton 20,00 22,41 22,27 21,56
Petroleum eter 21,60 21,08 23,04 21,91
Hal ini dikarenakan terjadi kerusakan Heksana 24,63 23,91 24,21 24,25
struktur karotenoid akibat proses pengeringan. Σ rata-rata 22,08 22,47 23,17
Sutrisno (1987) menyatakan bahwa suhu dan lama
pemanasan menyebabkan terjadinya dekomposisi Berdasarkan Tabel 9, jenis pelarut
dan perubahan struktur pigmen sehingga terjadi memberikan pengaruh nyata terhadap nilai rata-rata
pemucatan. intensitas warna kuning (b*) yang dihasilkan.
Peningkatan intensitas warna kuning (b*)
Tabel 11. Interaksi antara Jenis Pelarut dan Suhu menunjukan penurunan konsentrasi karotenoid
terhadap Intensitas Warna Kecerahan (L*) karena karotenoid memberikan pengaruh warna
Karotenoid Bubuk merah yang lebih besar dibandingkan warna kuning.
Suhu Dijelaskan oleh Rodriguez (2001) adanya
Pelarut 0
120 C 1300C 1400C
karakteristik dari karotenoid yaitu terdapatnya ikatan
Aseton 83,25h 75,92e 81,51f
ganda yang terkonjugasi, yang mana menghasilkan
Petroleum eter 57,12b 74,64d 74,45d
Heksana 52,41a 69,67c 82,64g penyerapan cahaya pembawa warna kuning orange,
Keterangan: angka yang diikuti dengan huruf yang sama dan merah pada karotenoid. Pada Tabel 10 nilai
menunjukan tidak berbeda nyata pada taraf α 5% rata-rata intensitas warna kuning (b*) tertinggi
terdapat pada heksana sebesar 23,17 dan terendah
Tabel 12. Data Hasil Analisis Intensitas Warna pada aseton sebesar 22,08. Hasil ini
Merah (a*) Karotenoid Bubuk mengindikasikan bahwa karotenoid memiliki warna
Suhu kuning. Peningkatan suhu pengeringan
Jenis Pelarut
120°C 130°C 140°C Σ rata-rata mengakibatkan penurunan intensitas warna kuning
Aseton 4,63 6,49 5,61 5,58 (b*), karena pengeringan dapat menurunkan
Petroleum eter 9,30 5,35 6,35 7,00 stabilitas karotenoid dan mengakibatkan kerusakan
Heksana 13,7 11,46 7,31 10,82 struktur karotenoid. Karoten memiliki warna jingga
yang merupakan perpaduan antara warna merah dan
Σ rata-rata 9,2 7,77 6,42
kuning. Peningkatan proporsi karoten akan
meningkatkan warna merah dan menurunkan warna
Interaksi antara jenis pelarut dan variasi suhu kuning.
spray dryer memberikan pengaruh terhadap tingkat
warna merah (a*). Intensitas warna merah (a*) yang Tabel 14. Interaksi antara Jenis Pelarut dan Suhu
dihasilkan dari analisis statistik (Tabel 14) berkisar terhadap Intensitas Warna Merah (a*) Karotenoid
antara 4,63 sampai 13,7. Pelarut yang memiliki daya Bubuk
melarutkan yang tinggi akan memberikan kontribusi Suhu
warna merah yang lebih baik karena kandungan Pelarut
1200C 1300C 1400C
karotenoid yang dihasilkan semakin meningkat, Aseton 4,63a 6,49e 5,61c
begitu juga dengan suhu spray dryer yang rendah Petroleum eter 9,30g 5,35b 6,35d
dapat mempertahankan struktur karotenoid sehingga Heksana 13,70i 11,46h 7,31f
tidak mengalami kerusakan akibat proses Keterangan: angka yang diikuti dengan huruf yang sama
pengeringan. Nilai kecerahan (L*) dan merah (a*) menunjukan tidak berbeda nyata pada taraf α 5%
merupakan indikator yang tepat untuk menunjukan
intensitas warna dari karoten. Adapun data hasil
112
ISSN: 2302-0733 Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 No 1 Januari 2013

Tidak terjadi interaksi antara jenis pelarut Tabel 16. Pengaruh Jenis Pelarut terhadap Total
dan suhu spray dryer pada intensitas warna kuning Karotenoid
(b*). Rata-rata intensitas warna kuning (b*) yang
Pelarut Total Karotenoid (ppm)
dihasilkan yaitu berkisar antara 20 sampai 24,63.
Berdasarkan hasil penelitian bahan penyalut natrium Aseton 7,93 a
kaseinat mampu melindungi karotenoid ketika Petroleum eter 7,48a
pengeringan menggunakan spray dryer. Estiasih Heksana 18,32b
(2003) menyatakan bahwa emulsi yang stabil akan Keterangan: angka yang diikuti dengan huruf yang sama
mencegah terjadinya kerusakan. Akibatnya menunjukan tidak berbeda nyata pada taraf α 5%
karotenoid tidak keluar dari mikrokapsul sehingga
kehilangan karotenoid selama pengeringan dapat Interaksi antara jenis pelarut dan suhu spray
diminimalisir. dryer memberikan pengaruh yang nyata terhadap
total karoten karotenoid bubuk yang disajikan pada
Total Karotenoid Tabel 18. Karotenoid bubuk yang dihasilkan
Data hasil analisis total karotenoid disajikan memiliki total karotenoid antara 6,44ppm sampai
pada Tabel 15. Nilai rata-rata total karotenoid yang 20,31ppm. Kandungan total karotenoid pada kapang
ditunjukkan pada Tabel 16, menunjukkan bahwa oncom merah (Neurospora sp.) mencapai 69,32ppm.
pelarut aseton tidak berbeda nyata dengan petroleum Total karotenoid tertinggi dihasilkan dengan
eter dan berbeda nyata dengan heksana. Kemampuan perlakuan jenis pelarut heksana pada suhu 1400C
suatu pelarut dalam melarutkan senyawa tergantung sebesar 20,31ppm.
dari sifat kepolaran pelarut, pelarut non polar akan
melarutkan senyawa nonpolar dan sebaliknya. Tabel 17. Pengaruh Suhu Spray Dryer terhadap
Berinteraksinya senyawa karotenoid dengan pelarut Total Karotenoid
disebabkan terdispersinya molekul-molekul senyawa
Suhu Total Karotenoid (ppm)
karotenoid didalam molekul-molekul pelarut.
Senyawa karotenoid cenderung larut sempurna 1200C 11,92b
apabila pelarut yang digunakan bersifat nonpolar, 1300C 10,24a
karena senyawa karotenoid bersifat nonpolar. 1400C 11,58b
Keterangan: angka yang diikuti dengan huruf yang sama
Tabel 15. Data Hasil Analisis Total Karotenoid menunjukan tidak berbeda nyata pada taraf α 5%
Suhu Menurut Estiasih (2003) menyatakan bahwa
Jenis Pelarut 120° 130° 140° emulsi yang stabil akan mencegah terjadinya
Σ rata-rata kerusakan, akibatnya karoten tidak keluar dari
C C C
Aseton 9,01 8,34 6,44 7,93 mikrokapsul sehingga kehilangan karoten saat
Petroleum eter 7,66 6,80 7,98 7,48 proses pengeringan dapat diminimalisir. Pada suhu
1300C terjadi penurunan total karotenoid, penurunan
Heksana 19,08 15,57 20,31 18,32
disebabkan karena pengeringan dengan spray dryer
Σ rata-rata 11,92 10,24 11,58 memberikan luas permukaan butiran yang sangat
besar sehingga mempertinggi proses oksidasi, oleh
Berdasarkan Tabel 17, perlakuan dengan karena itu kulit yang melapisi butiran harus mampu
suhu 1200C tidak berbeda nyata dengan perlakuan menahan masuknya O2.
suhu 1400C dan berbeda nyata dengan suhu 1300C.
Perbedaan total karotenoid dari setiap sampel Tabel 18. Interaksi antara Jenis Pelarut dan Suhu
disebabkan karena karotenoid memiliki ikatan terhadap Total Karotenoid
rangkap terkonjugasi yang menyebabkan karotenoid Suhu
sangat sensitif terhadap degradasi oksidatif ketika Jenis Pelarut
120 C 1300C 1400C
0

berhubungan dengan udara dan panas. Oksidasi Aseton 9,01a 8,34 a 6,44 a
karotenoid dipercepat dengan adanya sinar. Menurut Petroleum eter 7,66 a 6,80 a 7,98 a
Belitz dan Grosch (1987), jika oksigen dan sinar Heksana c
19,08 15,57 b
20,31 c
dihalangi maka karotenoid stabil terhadap Keterangan: angka yang diikuti dengan huruf yang sama
pemanasan bahkan pada suhu tinggi. menunjukan tidak berbeda nyata pada taraf α 5%

113
ISSN: 2302-0733 Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 No 1 Januari 2013

KESIMPULAN Ketaren, S. 2005. Minyak dan Lemak Pangan.


Universitas Indonesia. Jakarta.
Berdasarkan hasil penelitian, pelarut yang baik
Khuluq, A.D., S.B Widjanarko dan E.S Murtini.
untuk pemisahan ekstrak karotenoid dari kapang
2007. Ekstraksi dan Stabilitas Betasianin Daun
oncom merah (Neurospora sp.) adalah heksana
Darah (Alternanthera dentata) (Kajian
dilihat dari rendemen, kadar air, intensitas warna,
Perbandingan Pelarut Air:Etanol dan Suhu
dan total karotenoid yang dihasilkan. Suhu spray
Ekstraksi). Jurnal Teknologi Pertanian.Volume
dryer yang baik untuk mendapatkan karotenoid
8 No.3 Desember 2007. Fakultas Teknologi
bubuk dari kapang oncom merah (Neurospora sp.)
Pertanian. Malang.
adalah suhu 1400C dilihat dari rendemen, kadar air,
Mappiratu. 1990. Produksi Beta-karoten pada
intensitas warna, dan total karotenoid yang
Limbah Cair Tapioka dengan Kapang Oncom
dihasilkan.
Merah. IPB. Bogor.
Master, K. 1979. Spray Drying Handbook. John
Saran
Wilegard Sons. New York.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang Muchtadi, T.R. dan Sugiono. 1992. Ilmu
variasi kondisi kecepatan aliran bahan di dalam alat Pengetahuan Bahan Pangan. Departemen
spray dryer supaya di dapatkan rendemen dan total Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat
karotenoid yang lebih besar. Serbuk karotenoid ini Jenderal Tinggi Pusat Antar Universitas
perlu diaplikasikan lebih luas sebagai bahan pangan Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor.
yang menyehatkan seperti untuk pewarna puding, Bogor.
sirup, dan bahan makanan lainnya supaya memiliki Rachmawan, Obin. 2001. Pengeringan, Pendinginan
nilai ekonomis yang tinggi. dan Pengemasan Produk Pertanian.
Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Rodriguez, Amaya, D.B. 2001. A Guide to
DAFTAR PUSTAKA Carotenoid Analysis in Food. ILSI Press.
International Life Sciences Institute.
AOAC. 1995. Official Method of Analysis. Washington.
Association of Official Analytical Chemistry. Soekarto, S. T. 1990. Penilaian Organoleptik. Pusat
Washington D.C. Pengembangan Teknologi Pangan dan Hasil
Belitz, H.D and W. Grosch. 1987. Food Chemistry. Pertanian. Institute Pertanian Bogor. Bogor.
Springer-verlag Berlin. Heidelberg. Germany. Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suhardi. 2003.
Dubey RT, C Tsami dan B Rao. 2009. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian.
Microencapsulation technology and Penerbit Liberty. Yogyakarta.
application. Journal of Defence Science Sutrisno, A.D. 1987. Pembuatan dan Peningkatan
59(1):82-95. Defence Materials & Stores Kualitas Zat Warna Merah Alami yang
Research & Development Establishment. dihasilkan oleh Monascus purpureus. PAU
Kanpur. Pangan dan Gizi IPB. Bogor.
Eskin. 1979. Plant Pigment, Flavor and Texture. Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi
Academic Press. New York. Farmasi. Penerjemah Soendani, N.S. Gajah
Estiasih, T . 2003. Peran Natrium Kasienat dan mada Universit
Fosfolipida dalam Emulsifikasi dan
Mikroenkapsulasi Trigliserida Kaya Asam
Lemak ω-3. UGM. Yogyakarta.
Gross, J. 1991. Pigment in Vegetable Chlorophylls
and Carotenoids. Van Nostrand Reinhold.
New York.
Gunawan, Edy. 2009. Profil Peningkatan Recovery
Pada Proses Pemekatan β-Karoten Dari
Minyak Sawit Kasar Dengan Metode
Pengulangan Fraksinasi Pelarut. IPB. Bogor.

114

Anda mungkin juga menyukai