Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

MANAJEMEN BENCANA
Menjelajahi Penggunaan Kerangka Sistem Interaktif untuk Dipandu Pelayanan
Kesehatan Mental Sekolah dalam Konteks Pasca Bencana: Gedung Kapasitas
Komunitas untuk Intervensi Trauma-Fokus

Disusun Oleh : Kelompok 4


Maritha Maulidya P.B. 201510300511081

Yuda Suganda Putra 201510300511083

Hera Aprilia 201510300511083

Siti Khumairoh 201510300511084

Eva Bela Nor Janah 201510300511085

Maulidiyanti 201510300511086

Muhammad Toha 201510300511087

Intan Nugraheni Puspitasari 201510300511088

Riana Ayu Agusniasih 201510300511089

Indra Pratama 201510300511091

DIPLOMA III KEPERAWATAN IV B


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017
Kata Pengantar

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah
memberikan kemampuan, serta keberkahan baik waktu tenaga, maupun pikiran
kepada saya sehingga dapat menyelesaikan makalah jurnal tentang “Menjelajahi
Penggunaan Kerangka Sistem Interaktif untuk Dipandu Pelayanan Kesehatan
Mental Sekolah dalam Konteks Pasca Bencana: Gedung Kapasitas Komunitas
untuk Intervensi Trauma-Fokus” tepat pada waktunya. Dalam menyusun makalah
ini tidak lupa saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada selaku
dosen mata kuliah Manajemen Bencana atas bimbingan dan pengarahan yang telah
diberikan.

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan laporan


makalah jurnal ini, Maka dari itu saran dan kritik yang membangun sangat saya
harapkan dari pembaca sekalian. Saya berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Malang, 19 Mei 2017

Penganalisa

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ................................................................................................ i

Daftar Isi .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1


1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3

2.1 Tujuan ................................................................................................. 3


2.2 Hasil .................................................................................................... 3
2.3 Bisa Dilakukan Di Indonesia/ Tidak Di Indonesia ............................. 4
2.4 Metode Penelitian ................................................................................ 4

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 5

3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 5


3.2 Saran .................................................................................................... 5

Daftar Pustaka ................................................................................................. 6

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perbedaan yang teridentifikasi antara Kebutuhan kesehatan mental remaja


dan ketersediaan layanan sudah didokumentasikan dengan baik (New Freedom
Commission 2003; Departemen Kesehatan dan Pelayanan Manusia 1999, 2000;
Weist 2005). Mental sekolah Kesehatan (SMH) program ini telah muncul sebagai
kekuatan kritis untuk menopang kesenjangan antara kebutuhan kesehatan mental
remaja dan Aksesibilitas intervensi telah diperkirakan bahwa Mayoritas sekolah
(63%) memberikan layanan pencegahan, Program untuk masalah dalam perilaku
(59%), dan memberikan program yang luas untuk mendukung sekolah bebas dari
narkoba (75%; Foster dkk. 2005). Untuk memastikan kualitas layanan ini, Sekolah
telah didorong untuk menerapkan bukti Praktik berbasis (EBP) melalui pendekatan
dengan tegas berdasarkan penelitian dan teori psikologis (lihat Frick 2007). EBP di
Sekolah telah dipertanggung jawabkan melalui undang-undang nasional dan
kebijakan khusus negara, dan disahkan oleh Organisasi profesional (mis., Asosiasi
nasional Psikolog sekolah; Lihat Ysseldyke dkk. 2006).

Namun, Ada sedikit dukungan sistematis dan berkelanjutan untuk


implementasi EBP di sekolah (Weist et al 2007). Sebagai contoh, Sekolah mungkin
tidak mengembangkan prosedur kesetiaan pelaksanaan Untuk EBPs (Gottfredson
dan Gottfredson 2002), dengan demikian memberikan intervensi yang berpotensi
untuk mengurangi hasil intervensi. Tetapi tidak adanya teori pemersatu Dan
kerangka penelitian untuk menginformasikan pelatihan, praktik, Penelitian dan
kebijakan (Illback et al 1997; Kutash et al 2006 ;. Weist dan Murray 2007).

Jadi, perawat dalam pasca bencana lebih berperan dalam memberikan


pelayanan kesehatan mental di sekolah serta melakukan upaya awal untuk
menghubungkan ketiga daerah sebagai penguat pemograman dalam dampak
bencana badai di sekolah.

1
1.2 Tujuan penulisan

Untuk mengetahui metode dalam melakukan upaya penelitian dan dapat


mengesplorasi dampak bencana dan juga dapat memberikan pelayanan kesehatan
mental di sekolah pasca bencana badai.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 TUJUAN
Untuk melakukan upaya awal dalam menghubungkan ketiga Daerah - ISF,
SMH dan penguatan SMH melalui ISF dan untuk lebih memperhatikan dampak
bencana di tingkat masyarakat. Dalam kasus ini, kita mengeksplorasi dampak Badai
Katrina di sekolah-sekolah New Orleans, pelajar dan keluarga mereka, dan
pemrograman SMH di dalamnya.
2.2 HASIL
Pengembangan sistem pendukung intervensi mungkin terjadi Juga fokus pada
membangun kapasitas intervensi di seluruh Sekolah. Misalnya, aplikasi ISF tidak
hanya mungkin Mempromosikan kemitraan antara pemangku kepentingan
masyarakat dari Pendidikan dan instansi terkait lainnya, namun memotivasi para
pemimpin Dalam pendidikan untuk mengembangkan cara sistematis untuk
berkomunikasi Satu sama lain dan untuk melacak layanan Kolaborasi sebagai
transisi pemuda dari satu sekolah ke sekolah Lain (lihat Tabel 1). Selanjutnya,
metode sistemik Berkomunikasi dan berkolaborasi di sekolah Memfasilitasi
perpindahan layanan saat anak berpindah dari satu Sekolah ke sekolah lain,
terutama sejak New Orleans Sistem sekolah umum ditandai dengan '' pilihan
terbuka '' (Pemuda tidak harus bersekolah berdasarkan distrik, Dan bisa dengan
bebas berpindah dari satu sekolah ke sekolah lainnya), dan diberikan Kemungkinan
pemuda bisa mengubah sekolah sebagai akibat dari a Bencana atau jenis trauma
terkait masyarakat lainnya.
Namun, menciptakan sebuah Database terorganisir ini akan sangat membantu
dalam menyebarluaskan Intervensi di sekolah. Apalagi bekerja Menuju database
terpusat akan memberikan mekanisme Karena membiarkan profesional kesehatan
mental tetap up to date Pada pelatihan mereka Kontinuitas jenis mekanisme ini
Pasca bencana bisa memudahkan perkembangan trauma Pelatihan intervensi
terfokus dan jaringan pendukung untuk Profesional SMH.

3
1.3 BISA DILAKUKAN DI INDONESIA/ TIDAK DI INDONESIA
Bisa karena menurut kelompok kami sering terjadi bencana di Indonesia yang
dapat menyebabkan banyak korban berjatuhan, sehingga diperlukan program
Mental Kesahatan Sekolah untuk mengurangi dampak psikologi yang dialami
korban khususnya pada remaja, contohnya saat terjadi tsunami di Aceh banyak
korban yang berjatuhan dan terjadi gangguan psikologis yang dikarenakan
kehilangan keluarga dan harta benda, dan setelah terjadi bencana tersebut maka
korban yang memiliki gangguan psikologis dan mental harus tertangani dengan
baik sehingga kita dapat menggunakan program tersebut.
1.4 Metode Penelitian
1. Metode yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada literatur,
pengalaman kami mengembangkan, menyampaikan, mengevaluasi dan
meneliti SMH (sebagaimana diinformasikan oleh 16 tahun pengalaman
dengan pusat nasional untuk SMH.
2. Metode penulisan membuat dan mengarahkan serta pertemuan dengan
para pemimpin dan pemangku kepentingan di new orleans, yang diadakan
secara khusus untuk tujuan membimbing pengembangan artikel ini.

4
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sekolah diposisikan secara unik untuk memberikan kesehatan mental
Pelayanan kepada kaum muda dan keluarga setelah bencana (Cohen et al., 2009;
Dean et al 2008. 2008, Jaycox et al 2007, 2010; Salloum dan Overstreet 2008).
Namun, karakteristiknya Dari konteks pascabencana (sulit berkembang Kolaborasi
dan kemitraan, pengurangan sekolah Sumber daya Dean et al. 2008; Kataoka dkk.
2009) mungkin Menghalangi pelaksanaan trauma yang efektif Intervensi bila
kebutuhan akan hal ini sangat penting. Meskipun Keterbatasan yang diakui untuk
mengumpulkan opini pemangku kepentingan Melalui metode informal, dan
kesulitan menilai awal Kesetiaan pada rekomendasi ISF, umpan balik panel
Mendukung ISF sebagai kerangka kerja yang layak untuk menutup Kesenjangan
antara penelitian dan praktik, dan menginformasikan Pelaksanaan intervensi trauma
terfokus yang efektif di Indonesia Sekolah. Aplikasi ISF memandu pengembangan
sebuah kota Mekanisme komunikasi lintas sistem (yaitu, Kelompok kerja SMH),
yang memfasilitasi mobilisasi Sumber daya masyarakat, pemeliharaan sintesis dan
Terjemahan, dan dukungan intervensi dan sistem pengiriman.
3.2 Saran
Sinergi antar sistem ini dapat memungkinkan pengembangan Dari panduan
kesiapan bencana SMH secara khusus dan Untuk keberlanjutan intervensi yang
berfokus pada trauma umumnya. Apalagi, percontohan ISF untuk trauma terfokus
Intervensi tidak hanya memberikan contoh bagi sekolah Perencanaan bencana,
namun untuk meningkatkan praktik rutin SMH. Membangun kapasitas di SMH
melalui pengembangan a Kelompok kerja SMH menyediakan infrastruktur untuk
diseminasi Dari EBP untuk jenis masalah psikologis lainnya Umumnya dialami
pada masa kanak-kanak seperti mengganggu Perilaku, kecemasan, dan depresi.

5
Daftar Pustaka

Leslie K. Taylor • Mark D. Weist • Kendra DeLoach. (2012). Exploring The Use
Of The Interactive Systems Framework To Guide School Mental Health
Services In Post-Disaster Contexts: Building Community Capacity For
Trauma-Focused Interventions. Am J Community Psychol (2012) 50:530–
540.

Anda mungkin juga menyukai