Anda di halaman 1dari 16

  Landasan Teori

 
BAB II
 
LANDASAN TEORI
 

 
2.1 Sistem Perpipaan
 
Dalam pembuatan suatu sistem sirkulasi harus memiliki sistem perpipaan yang
 
baik. Sistem perpipaan yang dipakai mulai dari sistem pipa tunggal yang sederhana sampai
  sistem pipa bercabang yang kompleks. Contoh berbagai sistem perpipaan adalah, sistem

distribusi   air minum pada gedung atau kota, sistem pengangkutan minyak dari sumur bor
ke tandon
  atau tangki penyimpanan, sistem penyaluran oli, sistem distribusi udara
pendingin pada suatu gedung, sistem distribusi uap pada proses pengeringan, dan lain-lain.
 
Sistem perpipaan meliputi semua komponen dari lokasi awal sampai dengan lokasi
tujuan antara lain, saringan (strainer), katup atau kran, sambungan, nosel dan sebagainya.
Sambungan dapat berupa sambungan penampang tetap, sambungan penampang berubah,
belokan (elbow) atau sambungan bentuk T (Tee).

2.2 Valve / Katup

Valve / katup adalah sebuah alat yang berfungsi untuk mengatur aliran suatu fluida
dalam bentuk cair maupun gas. Jenis valve beraneka ragam antara lain, globe valve, gate
valve, ball valve, check valve, dan lain-lain. Berdasarkan fungsinya, valve dapat
dikategorikan menjadi 3 macam, diantaranya :
1. Stop Valve
Penggunaan stop valve pada suatu sistem perpipaan umumnya digunakan untuk
membuka atau menutup aliran.
Jenis stop valve : globe valve, gate valve, ball valve, buterffly valve, dan lain-lain.
2. Regulating Valve
Penggunaan regulating valve umumnya digunakan untuk mengatur laju debit aliran.
Jenis regulating valve : non return valve / check valve, pressure reducing valve.
3. Safety Valve
Penggunaan safety valve pada umunya digunakan untuk mengatur tekanan jika
berlebih atau berkurang. Biasanya hal ini terkait dengan nilai ambang batas
maksimum atau minimum pada suatu sistem.
Jenis regulating valve : relief valve, back pressure valve.
Laporan Tugas Akhir Teknik Konversi Energi 4
 
  Landasan Teori

 
2.2.1 Globe Valve
 
Globe valve merupakan salah satu jenis tipe stop valve yang umumnya digunakan
  untuk tekanan dan temperatur yang sangat tinggi. Aplikasi dari globe valve dapat

digunakan  untuk berbagai macam diantaranya : liquid (cairan), vapor (uap), gases (gas),
corrosive   substance (cairan korosif). Untuk membuka dan menutup katup, umumnya
dilakukan dengan cara memutar roda engkol.
 

Gambar 2.1 Globe valve


Sumber : Imil (2008)

Keuntungan dari penggunaan globe valve adalah kontrol aliran dapat dilakukan
dengan lebih akurat, dan juga tersedia dalam berbagai macam sambungan (sambungan ulir
atau sambungan flange).
Kerugian dari penggunaan globe valve adalah nilai K (koefisien minor) yang tinggi
sehingga berpengaruh pada tingginya pressure drop, selain itu harga globe valve yang
relatif lebih mahal dibandingkan valve lainnya.

2.2.2 Gate Valve


Gate valve merupakan salah satu jenis stop valve yang digunakan untuk membuka
dan menutup aliran yang memiliki tekanan tidak terlalu tinggi. Selain itu, gate valve juga
berfungsi untuk mengontrol debit aliran. Aplikasi gate valve dapat digunakan untuk oli,
gas, udara, steam, dan cairan korosif.

Laporan Tugas Akhir Teknik Konversi Energi 5


 
  Landasan Teori

 
Gambar 2.2 Gate valve
  Sumber : Imil (2008)

 
Keuntungan dari penggunaan gate valve adalah dapat digunakan untuk kapasitas
yang tinggi, dan juga harga gate valve yang relatif lebih murah dibandingkan globe valve.
Kerugian dari penggunaan gate valve adalah pengontrolan aliran yang kurang baik
(poor control) dibandingkan dengan globe valve.

2.2.3 Ball Valve


Ball valve merupakan salah satu jenis stop valve yang digunakan hanya untuk
tekanan rendah. Ball valve dapat digunakan untuk fluida dengan temperatur yang tinggi.

Gambar 2.3 Ball valve


Sumber : Imil (2008)

Keuntungan dari penggunaan ball valve adalah low maintenance, dapat digunakan
untuk temperatur tinggi, dan juga harga yang relatif terjangkau. Selain itu dipasaran ukuran
ball valve tersedia dari 1/4" - 6 "
Kerugian dari penggunaan ball valve adalah kecenderungan timbulnya kavitasi.

Laporan Tugas Akhir Teknik Konversi Energi 6


 
  Landasan Teori

 
2.2.4 Elbow
 
Elbow atau belokan merupakan suatu piranti yang seringkali digunakan pada suatu
  sistem perpipaan. Dalam perencanaan suatu sistem aliran, sulit dihindari adanya suatu

belokan /  elbow. Adanya elbow dalam suatu sistem dapat menyebabkan terjadinya
kerugian  pada aliran Hal ini disebabkan karena adanya perubahan arah aliran fluida yang
melalui saluran / pipa tersebut. Besar kecilnya jari-jari kelengkungan dan sudut belok dari
 
elbow itu sendiri.
 

Gambar 2.4 Elbow 900


Sumber : White (2008)
Sesuai standar yang ada dipasaran, elbow tersedia dalam ukuran sudut 450 dan 900.
Berdasarkan cara pemasangannya, elbow dibedakan menjadi dua macam, yaitu elbow yang
dilengkapi dengan flange, dan elbow yang dilengkapi dengan ulir / thread.

Gambar 2.5 Flange elbow 900 Gambar 2.6 Thread elbow 900
Sumber : White (2008) Sumber : White (2008)

Laporan Tugas Akhir Teknik Konversi Energi 7


 
  Landasan Teori

 
2.2.5 Percabangan (Tee)
 
Percabangan / tee seringkali ditemukan pada suatu sistem perpipaan. Pada
  umumnya, penggunaan tee dilakukan untuk mengalirkan aliran fluida menuju dua arah

yang berbeda
  dalam dalam satu siklus tertentu yang dipasang secara pararel. Sama halnya
dengan elbow,
 
berdasarkan cara pemasangannya, tee dibedakan menjadi dua macam yaitu,
tee yang dilengkapi dengan flange dan tee yang dilengkapi dengan ulir / thread.
 

Gambar 2.7 Flange tee Gambar 2.8 Thread tee


Sumber : White (2008) Sumber : White (2008)

2.3 Head Loss

Head loss terbagi menjadi dua macam, yaitu head loss mayor dan head loss minor.
Head loss merupakan penjumlahan dari head loss mayor dan head loss minor, seperti
dituliskan dalam rumus sebagai berikut :

Ht = Hl + Hlm ............................................................................ (2.1)

Keterangan :
Ht = Head loss total (Pa)
Hl = Head loss mayor (Pa)
Hlm = Head loss minor (Pa)

Laporan Tugas Akhir Teknik Konversi Energi 8


 
  Landasan Teori

 
2.3.1 Head Loss Mayor (Hl)
 
Head loss mayor dapat terjadi karena adanya gesekan antara aliran fluida yang
  mengalir dengan suatu dinding pipa. Pada umumnya losses ini dipengaruhi oleh panjang

pipa. Untuk
  dapat menghitung head loss mayor menurut Darcy-Weisbach dapat dilakukan
dengan menggunakan
 
rumus :

  ......................................................................... (2.2)
 
Keterangan :
 
Hl = Head loss mayor (Pa)
 
f = faktor gesekan (dapat diketahui melalui diagram Moody)
L = Panjang pipa (m)
D = Diameter pipa (m)
v = Kecepatan aliran (m/s)

Gambar 2.9 Diagram Moody

Laporan Tugas Akhir Teknik Konversi Energi 9


 
  Landasan Teori

 
2.3.2 Head Loss Minor (Hlm)
 
Head loss minor dapat terjadi karena adanya sambungan pipa (fitting) seperti katup
  (valve), belokan (elbow), saringan (strainer), percabangan (tee), pembesaran pipa

(expansion),
  dan pengecilan pipa (contraction).
Head
 
loss minor dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

 
.................................................................... (2.3)
 
Keterangan :
 
Hlm = Head loss minor (Pa)
  v = Kecepatan fluida (m/s)
k = Koefisien minor losses (nilai k dapat dilihat pada tabel 2.1)

Standar Elbow Tee Globe Square Project


Pipe Tee Branch Gate Valve
Elbow 45ᴼ Line Valve Inlet Inlet
3∕8 2.5 0.38 0.9 2.5 20 0.4 0.5 1
1∕2 2.1 0.37 0.9 2.4 14 0.33 0.5 1
3∕4 1.7 0.35 0.9 2.1 10 0.28 0.5 1
1 1.5 0.34 0.9 1.8 9 0.24 0.5 1
1.1∕2 1.3 0.33 0.9 1.7 8.5 0.22 0.5 1
1.3∕4 1.2 0.32 0.9 1.6 8 0.19 0.5 1
2 1 0.31 0.9 1.4 7 0.17 0.5 1
2.1∕2 0.85 0.3 0.9 1.3 6.5 0.16 0.5 1
3 0.8 0.29 0.9 1.2 6 0.14 0.5 1
4 0.7 0.28 0.9 1.1 5.7 0.12 0.5 1

Tabel 2.1 Nilai K untuk sambungan flange


Sumber : ASHRAE Handbook (2001, p, 35,2)

Laporan Tugas Akhir Teknik Konversi Energi 10


 
  Landasan Teori

 
2.3.3 Pengecilan (Sudden Contraction)
 
Sudden contraction adalah pengecilan secara tiba-tiba.
 

 
Gambar 2.10 Sudden Contraction
Sumber : Gerhart, Gross, Hochstein (1991,p.518)

Koefisien minor dari sudden contraction dapat dihitung dengan menggunakan


rumus sebagai berikut :

......................................................... (2.4)

Keterangan :
K = Koefisien minor
D1 = Diameter pipa sebelum pengecilan (m2)
D2 = Diameter pipa sesudah pengecilan (m2)

Laporan Tugas Akhir Teknik Konversi Energi 11


 
  Landasan Teori

 
2.4 Pompa
 
Pompa adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan fluida cair dari
 
tekanan rendah ke tekanan tinggi atau posisi yang rendah ke posisi yang tinggi. Secara
 
garis besar pompa dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu pompa kerja positif
(positive displacement
  pump) dan pompa kerja dinamis (non positive displacement pump.

  Daya hidrolik yang timbul pada pompa kerja positif diakibatkan oleh adanya perubahan
volume. Sedangkan daya hidrolik yang timbul pada pompa kerja dinamis diakibatkan oleh
 
putaran sudu-sudu pompa.
 

 
2.4.1 Pemilihan Pompa Sentrifugal
  Pertimbangan pemilihan pompa, didasarkan pada sistem ekonomisnya, yakni
keuntungan dan kerugian jika pompa tersebut digunakan dan dapat memenuhi kebutuhan
pemindahan fluida sesuai dengan kondisi yang direncanakan. Yang perlu diperhatikan
dalam pemilihan jenis pompa adalah fungsi terhadap instalasi pemipaan, kapasitas, head,
viskositas, temperatur kerja dan jenis motor penggerak.
Kondisi yang diinginkan dalam perencanaan ini adalah:
a. Kapasitas dan head pompa harus mampu dipenuhi.
b. Fluida yang mengalir secara kontinyu.
c. Pompa yang dipasang pada kedudukan tetap.
d. Konstruksi sederhana.
e. Mempunyai efisiensi yang tinggi.
f. Harga awal relatif murah juga perawatannya.
Melihat dan mempertimbangkan kondisi yang diinginkan dalam perencanaan ini,
maka dengan mempertimbangkan sifat pompa dan cara kerjanya, dipilih pompa
sentrifugal, karena sesuai dengan sifat pompa sentrifugal, yakni :
a. Aliran fluida lebih merata.
b. Putaran poros dapat lebih tinggi.
d. Konstruksinya lebih aman dan kecil.
e. Perawatannya murah.

Laporan Tugas Akhir Teknik Konversi Energi 12


 
  Landasan Teori

Gambar 2.11 Bagian-bagian pompa sentrifugal


Sumber : Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di - www.energyefficiencyasia.org

2.4.2 Head Pompa


a. Pengertian Head Pompa
Head pompa adalah energi yang diberikan ke dalam fluida dalam bentuk tinggi
tekan (pressure head). Dimana tinggi tekan merupakan ketinggian fluida harus naik untuk
memperoleh jumlah energi yang sama dengan yang dikandung satu satuan bobot fluida
pada kondisi yang sama. Besarnya energi total pada setiap titik di dalam sebuah sistem
pompa tergantung dari pemasangan alat ukur dan titik acuan yang diambil. Pandanglah
aliran suatu zat cair (atau fluida inkompresible, misalnya air) melalui suatu penampang
saluran seperti diperlihatkan pada gambar di bawah ini. Pada penampang tersebut zat cair
mempunyai tekanan statis p (dalam N/m2), kecepatan rata-rata v (dalam m/s), dan
ketinggian Z (dalam m) diukur dari bidang referensi. Maka zat cair tersebut pada
penampang yang bersangkutan dikatakan mempunyai head total H (dalam m) yang dapat
dinyatakan sebagai :

................................................................. (2.5)

Laporan Tugas Akhir Teknik Konversi Energi 13


 
  Landasan Teori

 
dimana g (dalam m/s2) adalah percepatan gravitasi, dan γ adalah berat zat cair
 
persatuan volume (N/m3).
 

  Gambar 2.12 Head fluida disuatu titik tertentu dalam aliran pipa
Sumber : L.Mott,Robert,1994r,hall 155
 

 
Adapun masing-masing suku dari persamaan tersebut di atas adalah p/γ, v2/2g, dan
Z, berturut-turut dianggap sebagai head tekanan, head kecepatan, dan head potensial.
Ketiga head ini tidak lain adalah energi mekanik yang dikandung oleh satu satuan berat zat
cair yang mengalir pada penampang yang bersangkutan.

b. Head Total Pompa


Head total pompa yang dibutuhkan untuk mengalirkan air dengan kapasitas yang telah
ditentukan dapat ditentukan dari kondisi insatalsi pompa yang akan dilayani. Pada gambar
berikut head total pompa dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.13 Instalasi head pompa


Sumber : Sularso dan Tahara ,H,Pompa dan Kompresor, hal 27

Laporan Tugas Akhir Teknik Konversi Energi 14


 
  Landasan Teori

 
Dari keterangan gambar di atas head total dapat dirumuskan sebagai berikut :
 

  ......................................... (2.6)

 
Dimana : H = head total pompa (m)
 
z = tinggi statis terhadap referensi (m)
 
p = tekanan statis (N/m2)
  hl = berbagai kerugian head (m)
  v = kecepatan fluida (m)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
 
Hd = head desak pompa (m)
Hs = head isap pompa (m)

2.4.3 Daya Poros (Input)


Daya poros yang diperlukan untuk menggerakkan sebuah pompa adalah sama
dengan daya hidrolik ditambah kerugian daya di dalam pompa. Daya ini dapat
dinyatakan sebagai berikut :

.............................................................................. (2.7)
Dimana : Pp = daya poros sebuah pompa (W)
ηp = efisiensi pompa (%)
Ph = daya hidrolik pompa (W)
Untuk mendapatkan daya poros yang lebih akurat dapat dihitung menggunakan
rumus :
PP = ω.T
= 2 π n x T .................................................................... (2.8)
60

Dimana : T = torsi motor (Nm)


n = kecepatan putar motor (rpm)
π = konstanta (3.14)
Pp = daya poros (W)
Laporan Tugas Akhir Teknik Konversi Energi 15
 
  Landasan Teori

 
2.4.4 Daya Hidrolik (Output)
 
Energi yang secara efektif diterima oleh air dari pompa persatuan waktu merupakan
  definisi dari daya hidrolik, sehingga dapat ditulis:
 

 
Ph = γ.Q.H ..................................................................................... (2.9)

 
Dimana : γ = berat air persatuan volume (N/m3)
 
Q = kapasitas (m3/s)
  H = head total pompa (m)

  Ph = daya hidrolik (W)

2.4.5 Efisiensi
Efisiensi didefinisikan sebagai perbandingan antara daya output dengan daya input
atau daya output dibagi daya input. Pada gambar di bawah menunjukan proses aliran
energi untuk alat pengujian yang dibuat.

Gambar 2.14 Diagram aliran sebuah energi pada pompa

Keterangan : Pe = daya listrik (W)


Pp = daya poros (W)
Ph = daya hidrolik (W)

Pada saat motor penggerak diberi tegangan listrik dari PLN maka motor akan
berputar dan menyebabkan pompa berputar pada kecepatan putar tertentu. Daya yang

Laporan Tugas Akhir Teknik Konversi Energi 16


 
  Landasan Teori

 
keluar dari pompa adalah daya hidrolik sehingga efisiensi pompa dapat dirumuskan
 
sebagai berikut :
 

 
......................................................................... (2.10)
 

  Efisiensi pompa sentrifugal tergantung pada sejumlah faktor, yaitu :


  a. Kerugian-kerugian hidrolik.
b. Gesekan pada sudu.
 
c. Kerugian pada bantalan dan paking.
 
d. Kerugian akibat kebocoran.
 

2.4.6 Torsi
Torsi adalah suatu pemuntiran sebuah batang yang diakibatkan oleh kopel-kopel
(couples) yang menghasilkan perputaran terhadap sumbu longitudinalnya. Kopel-kopel
yang menghasilkan pemuntiran sebuah batang disebut momen putar (torque) atau momen
puntir (twisting moment). Momen sebuah kopel sama dengan hasil kali salah satu gaya dari
pasangan gaya ini dengan jarak antara garis kerja dari masing-masing gaya.

T = F x l (Nm) ..................................................................... ...... (2.11)


= m x g x l (Nm)

Dimana : m = massa beban pemberat (kg)


g = percepatan gravitasi (m/s2)
l = jarak tuas dari poros motor ke beban (m)

Laporan Tugas Akhir Teknik Konversi Energi 17


 
  Landasan Teori

 
2.4.7 Kurva Karakteristik Pompa Sentrifugal
 

Gambar 2.15 Kurva karakteristik pompa sentrifugal

Pada gambar 2.7 menunjukan kurva karakteristik yang dimiliki oleh pompa
sentrifugal. Parameter dasar yang dipergunakan untuk menunjukan kurva karakteristik dari
pompa sentrifugal adalah head, efisiensi, dan daya input (daya poros) sebagai fungsi debit.
Kapasitas (debit) pompa sebanding dengan kecepatan, sehingga jika kecepatannya naik
maka debitnya ikut naik. Pada gambar di atas terlihat bahwa head mengalami kenaikan
kemudian terjadi penurunan seiring dengan kenaikan debit. Sedangkan daya input
mengalami kenaikan sejalan dengan debit. Begitu juga dengan efisiensi pompa akan naik
seiring dengan kenaikan debit dan mencapai titik tertentu kemudian akan mengalami
penurunan sedangkan daya input akan terus naik seiring dengan kenaikan debit.

Laporan Tugas Akhir Teknik Konversi Energi 18


 
  Landasan Teori

 
2.5 Metoda Pengujian Pompa (Metoda Pencekikan)
 

  Yang dimaksud dengan pencekikan adalah pengaturan debit air yang masuk pompa
dengan cara mengubah posisi bukaan katup yang terpasang disisi hisap pompa, seperti
 
yang terlihat pada gambar di bawah.
 

Gambar 2.16 Instalasi pengujian metoda pencekikan

Sumber air pada metoda ini levelnya tidak di ubah-ubah tetapi bukaan katup yang
diubah-ubah. Pengubahan katup ini bertujuan untuk mengubah nilai NPSH karena jika
bukaan katup kecil (dicekik) maka nilai rugi-ruginya besar sehingga nilai NPSH nya akan
berkurang. Selain itu, akibat yang ditimbulkan oleh pencekikan adalah kecepatan air akan
tinggi sehingga aliran akan menjadi turbulen dan timbul gelembung-gelembung udara.

Laporan Tugas Akhir Teknik Konversi Energi 19


 

Anda mungkin juga menyukai