Anda di halaman 1dari 22

Makalah Tentang Sistem GSM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Komunikasi Seluler


Dosen Pengajar : Mochammad Junus, ST.,MT

Di susun oleh :
Kelompok : 5

1. Amir Mahmud Ramadhani (1631130044)


2. Darma Gilang Mandala DT (1631130109)
3. Miftakhul Rohmah (1631130055)

Kelas : 2D – D3 TT

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK TELEKOMUNIKASI

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI MALANG

2018
BAB 05
Sistem GSM

5.1 Pendahuluan

Pada tahun 1992 negara-negara Eropa barat mulai mengoperasikan system radio cellular
baru untuk menggantikan sejumlah system cellular yang tela ada sebelumnya dengan standat
yang tidak kompatibel satu dengan lainnya.

Sebelum GSM dioperasikan telah ada 6 sistem cellular analog yag telah memberikan
layanan, setiap perangkat pelanggan mobile dari satu standart tidak dapat digunakan pada system
yang lainnya. Enam system Cellular analog tersebut adalah :

 Sistem NMT yang dioperasikan di Negara-negara Nordic,


 Sistem TACS yang dioperasikan di Inggris,
 Sistem C450 yang dioperasikan di Jerman,
 Sistem RadioCom2000 dioperasikan di Perancis, dan
 Sistem RTMS dioperasikan di Itali.

Pada tahun 1981, suatu studi gabungan Jerman-Perancis berinisiatif untuk


mengembangkan suatu system cellular yang bersifat umum, yang diharapkan menjadi satu
standart untuk Eropa. Sebagai tindak lanjutnya CEPT (Lembaga yang anggotanya terdiri dari
regulator Teekomunikasi Negara Eropa) membenuk suatu panitia/komite yang dikenal sebagai
Groupe Special Mobile. Komite GSM bertanggung jawab untuk mendesain suatu system cellular
standart yang diharapkan sudah dapat diterapkan ke seluruh Negara Eropa pada decade 1990-an.
Singkatan GSM kemudian diubah lagi menjadi Global System for Mobile Communication. Saat
ini system GSM telah dioperasikan secara komersial deseluruh Negara Eropa bahkan telah
dioperasikan juga disejumlah Negara Asia.

5.2 Proses Pembuatan Spesifikasi GSM

Pekerjaan pertama dari momite GSM terutama ditujukan untuk memilih teknik transmisi
radio yang digunakan sebagai air interface. Pada tahun 1986 di Paris komite GSM mulai uji coba
terhadap beberapa kandidat system yang diusulkan akan dugunakan sebagai standart air
interface. Untuk memilih kandidat air interface maka komite GSM membuat 7 kriteria evaluasi
yang rangkingnya disusun berdasarkan tingkat kepentingannya. Kriteria dengan rangking paling
tinggi adalah efisiensi spectral (spectral efficiency), yaitu parameter yang menunjukan jumlah
pembicaraan simultan yang dapat dilakukan per MegaHertz per klometer persegi. Tujuh kriteria
tersebut melipputi :

 Efisiensi spectral,
 Kualitas voice,
 Biaya mobilitas,
 Kelayakan hand-portable terminal,
 Biaya base station,
 Kemampuan untuk mendukung service-service baru, dan
 Ko-eksistensi dengan system cellular existing.

Sistem cellular yang akan dikembangkan oleh komite disepakati alan berbasis digital. Kinerja
radi cellular terutama dibatasi oleh fenomena co-channel interference, suatu system
komunikasi dengan kualitas tinggi tetap dapat dicapai pada lingkungan dengan tingkat co-
channel interference yang cukup tinggi jika digunakan system transmisi digital. Dengan
penggunaan teknik transmisi digital akan dimungkinkan untuk melakukan cell re-used lebih
sering lagi. Factor lain yang mendukung penggunaan transmisi digital adalah kenyataan
bahwa seluruh industry telekomunikasi telah menerpkan teknologo berbasis digital dalam
hamper seluruh bidang dan kelahiran teknologi ISDN (Integrated Service Digital Network)
akan memunculkan kebutuhan penggunaan signalling digital pada tingkat yang lebih tinggi.

Salah satu hal yang paling penting dalam transmisi digital adalah kemampuan untuk
dapat mengakomodir pengembanga system ke masa yang akan dating, contohnya adalah
dapat mendukung pengembangan teknologi vocoder (voice coder) ke tingkat kecepatan yang
ebih rendah lagi sehingga akan didapatkan tingka efisiensi spectral yang lebi tinggi lagi.
Sangat jelas sekali bahwa system digital lebih mudah dikonfigurasikan lagi diandingkan
system analog.

Dalam komite GSM banyak diperdebatkan mengenai metode transmisi yang akan
digunakan, dari sejumlah kandidat yaitu FDMA, TDMA, dan CDMA) akhirnya pada bulan
april 1987 diputuskan bahwa metode transmisi yang digunakan untuk GSM adalah TDMA.
Pada tahun 1989 tanggung jawab standarisasi spesifikasi telekomunikasi di Eropa dialihkan
dari CEPT kelembaga baru ETSI (European Telecommuications Standart Institude).

Spesifikasi-spesifikasi beserta catatan-catatan penjelasannya telah dapat diselesaikan


pada tahun 1990. Spesifikasi tersebut terdiri dari 138 dokumen yang dibagi menjadi 12 set
rekomendasi yang meliputi aspek-aspek dari GSM seperti diperlihatkan pada Tabel 5.1.

Rekomendai ini akan menjadi acuan untk acuan-acuan ITU-T, CEPT, dan ISO yang
relevan dan menyediakan definisi-definisi sstem. Aspek standarisai feature-feature
mandatory dan optional serta panduan untuk desain system.

Tabel 5.1
Rekomendasi-rekomendai GSM

Nomer Subjek
00 Preamble
01 General
02 Service aspects
03 Network aspects
04 MS-BS interface and protocols
05 Physical layer on radio path
06 Audio aspects
07 Terminal adapters for MS
08 BTS/BCS and BCS/MSC interfaces
09 Network interworking
10 Service interworking
11 Equipment specification and type approval specification
12 Operation and maintenance
5.3 Penjelasan Sistem

5.3.1 Open Interfaces

Filosoofi utama yang diterapkan dalam GSM adalah bahwa semua interfaces yang ada
didalam system harus bersifat terbuka (open) dan bebas untuk umum (public domain).
Keuntungan dari pendekatan ini adalah memungkinkan terjadinya kompetsisi antar
vendor/supplier dalam memasok setiap simpul nnetwork GSM (GSM network node). Jika
mengacu ke model tujuh layer ISO maka di GSM dispesifikasikan layer 1,2, dan 3 (yaitu
physical layer, data link layer, dan network layer).

5.3.2 Komponen-komponen Sistem GSM

Dalam sub-su ini hanya akan dijelskan ringkasan dari setiap elemen system utama GSM
beserta fungsinya. Pada Gambar 5.1 diperlihatkan komponen-komponen system GSM.

Gambar 5.1
Mobile Station (MS)

Mobile Staton (MS) pada GSM dibagi menjadi 4 kategori berdasarkan daya keuaran RF-
nya sebagai berikut :

 Car-mounted phone daya keluaran 20 Watt


 Transportable phone daya keluaran 8 Watt
 Handportable unit daya keluaran 2 Watt
 Handportable unit daya keluaran 0,8 Watt (versi microcell)
Faktor utama yang menentukan ukuran dan berat handportable/handphone adalah battery
pack yang digunakan sejumlah feature system telah dirancang untuk memungkinkn ukuran
battery pack yag kecil dan memperpanjang waktu antar pengisian battery.
Tabel 5.2
Singkatan GSM

Singkatan Arti
MS Mobile Station
BTS Base Tranceiver Station
BSC Base Station Contoller
BSS Base Station Subsystem
SS Switching Subsystem
MSC Mobile Switching center
HLR Home Location Legister
VLR Visitor Location Legister
AuC Authentication Center
EIR Equipment Identity Register
OMC Operation & Maintenance Center

Subsistem Radio (BSS)


Base Station Subsystem (BSS) terdiri dari BSC dan sejumlah BTS . Tiap BTS akan
membentuk satu cell radio yang terdiri dari 1 kanal radio atau lebih. BTS bertanggung jawab atas
layer 1 dan 2 yaitu physica layer dan datalink layer (misalnya lintasan data dengan kode
pengoreksi error/kesalahan). Pada BTS terdapat 2 jenis kanal yaitu sejumlah kanal radio yang
digunakan untuk membawa informasi atau trafik dan sekurang-kurangnya satu kanal radio
digunakan untuk membawa sinyal control/signalling. BSC berfungsi menangani seluruh sumber
daya radio (Radio Sourcer) yang dibawahinya (yang terdiri ari sejumlah BTS yg terdapat dala
satu luas wilayah tertentu). Fungsi tersebut antara ain adalah mengalokasikan kanal-kanal trafik
dan control, mengendalikan mekanisme Frequency Hopping, mengendalikan proses handover
untuk MS yang berpindah dari cell asal dan cell tjuan yang berada dibawwah BSC yang sama,
melakukan pengkuran dan analisis kinerja radio. Jika suatu MS telah dapat mengakses da
bersnkronisasi dengan datu BTS, maka BSC akan mengalokasikan satu kanal signalling
bidirctiona khusu ke MS ersebut dan akan merutekannya ke MSC.

Subsistem Switching (SS)


Sbsistem switching terdiri dari MSC dan data base pendukung (HLR, VLR, EIR, dan
AuC). Fungsi MSC merupakan trafik dan informasi signalling didalam network GSM atau
melakukan interworking dengan network lainnya (ISDN, PSTN, PSPDN). MSC sebenarny a
adalah switch/sentral ISDN dengan fungsi-fungsi dan interface-interface tambahan untuk
mendukung aplikasi bergerak/mobile. Jika satu MS akan mengakses ke system GSM makan MS
tersebut haru mengirimkan IMSI nya (Interbatioal obile Station Identity). Dengan adanya IMSI
tersebt MSC dapat melakukan proses konfirmasi peanggan yang dijinka untuk mengakses
network. Proses ini diesbut dengan proses authentication. Karena pelanggan GSM memiliki sifat
bergerak/mobile, maka network harus dapat mengetahui lokasi pelanggan/MS berada. Setiap
pelanggan terkait ke satu home network yaitu satu MSC. Hal ini dilakukan dengan melakukan
entry ke HLS, yang berisi informasi jenis layanan yag diijinkan ke pelanggan. HLR juga bberisi
kunci autentikasi (authentication key) yang unik.

Manajemen Mobilitas dan Keamanan


Pada saat MS dihidupkan, pada satu interval tertentu akan melakukan registrasi ke
system, hal ini memungkinkan lokasi MS terakhir (dinamakan Location Area/LA) di HLR
dapat dipengaruhi. Location area adalah suatu luasan wilayah yang dilayani oleh sejumlah cell.
Pada registrasi pertama MSC setempat akan menggunakan IMSI untuk mengintrogasikan HLR
pelanggan dan MSC akan memindahkan data pelanggan di HLR ke VLR terkait, sehingga
sekarang VLR berisi data pelanggan yang diperlukan, dan permintaan proses autentikai MSC
akan dirutekan kembali melalui HLR ke database AuC. Selanjutnya AuC akan membangitkan
suatu bilangan random yang digunakan untuk proses autentikasi pelanggan. Untuk mencegah
pemakaian perangat pelanggan diperikasa kevalidannyaoleh database EIR.
Proses autentikasi menggunakan prinsip kriptrogafi yag sangat rumit yang sangat
bermanfaat untuk mencegah penggandaan perangkat peanggan. Untuk mencegah kemungkinan
terjaddinya penyadapan percakapan maka transmisi radio antara MS dengan BTS diproteksi
menggunakan teknik enkripsi (encryption).
Call Setup
Jika satu pelanggan dan perangkatnya dapat diterima/dikenali oleh network GSM maka
MS harus menentukan jenis layanan yan dibutuhkan (misalnya suara/voice, data atau layanan
suplementer dan nomor pelanggan yang dituju. Kemudian BSC akan mengalokasikan kanal
trafik dan MSC akan meneruskan panggilan tersebut ke nomor tujuan.
Handover
Untuk proses handover pada GSM diterapkan mekanisme mobile-asissted handover.
Pada mobile-asissed handover MS secara terus-menerus memonitor sinyal yang dipancarkan
oleh BTS yang diduduki dan BTS yang lainnya, monitoring tersebut meliuti pengukuran signal
strength dan BER (Bit Error Rate). Hasil-hasil pengukuran tersebut digabungkan menjadi satu
fungsi tunggal dan identitas dari enam BTS yang terbaik ditrnasmisikan kembali ke system
sehingga dapat ditentukan apakah suatu proses handover perlu dilakukan. Pengukuran BER
sebagai tambahan terhadap pengukuran signal strength memungkinkan network untuk membuat
suatu keputusan handover yang lebih tepat. BSC dapat mengendalikan proses handover jika
terjadi antar cell-cell yang dibawah kendali langsung BSC tersebut. Jika handover melibatkan
cell-cell yang berada dibwah kendali BSC yang lannya maka proses handover tersebut akan
dikendalikan oeh MSC.
Panggilan Terminating MS
Jika terjadi panggilan dari fixed nework (PSTN atau ISDN) ke MS, maka jaringan GSM
harus dapat menemukan lokasi MS, hal ini dilakukan dengan melakukan panggilan (pagging) ke
satu Location Area dimanaMS tersebut melakukan registrasi lokai yang terakhir . MS secara
secara kontinyu akan memonitor kanal pagging, jika MS tersebut menerima panggilan makan
akan dilakukan prosedur call setup seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya (termasuk proses
autentikasi pelanggan).
Prosedur pagging di GSM dirancang untuk dapat menghemat pemakaian battery di MS.
Seperti diketahui bahwa konsumsi daya dan battery yang tersebar justru bukan berassal dari
keperluan pemakaian MS tetapi berasal dari siklus standby MS. Untuk itu di GSM diterapkan
mode DRX (Discontinuous Receive) yaitu BTS tidak memancarkan informasi paging secara
kontinyu tetapi secara berkala, sehingga MS hanya perlu aktif untuk menerima informasi paging
pada saat tertentu saja sedang waktu yang lain catuan ke penerma dapat dimatikan sehingga
pemakaian daya battery dapat dihemat.
5.3.3 Manajemen Network GSM

Fungsi manajemen operasi, administrasi dan pemeliharaan dari network GSM dilakukan
oleh OMC. Network manajemen telekomunikasi strukturnya bersifat hirarki/bertingkat yang
dimulai dari fungsional OAM dari setiap NE dan OMC, beberapa OMC secara terintegerasi
dikendalikan oelh satu NMC (Network Manajemen Center).

Fungsi –fungsi yang dilakukan oleh sistem manajemen network GSM meliputi.

 Manajeman operasi dan performansi


 Manajemen pemeliharaan
 Kontrol perubahan sistem
 Manajemen keamanan
 Fungsi – fungsi administrasi dan komersial
5.4 Air Interface GSM

5.4.1 Alokasi Frekuensi

`Network GSM diberikan alokasi pada band frekuensi 900 MHz selebar 50 MHz yang
dibagi masing – masing 25 MHz untuk dikirim dan diterima. Seperti diperlihatkan pada gambar
5.2 .Jarak antara frekuensi kirim dan terima (duplex spacing) adalah 45MHz

Pada lebar band 25 MHz jarak antara satu kanal radio dengan yang lainnya adalah 200 KHz,
sehingga pada lebar tersebut tersedia 125 kanal radio. Dalam kenyataan jika pada satu negara
terdapat lebih dari satu operator GSM maka alokasi frekuensi tersebut diatas harsus dibagi – bagi
menurut jumlah – jumlah operator, hal ini akan mengurangi jumlah kanal yang tersedia (<125
kanal) pada tabel 5.3 diperlihatkan karakteristik air interface GSM.
Tabel 5.3

Parameter Air Interface

Feature Parameter
Jarak antar kanal radio 200 KHz
Modulasi GMSK
Rate transmisi 270 Kbps
Jumlah kanal/frekuensi carrier 8 (16)
Rate informasi 16 (8) Kbps
Durasi frame TDMA 4.62 ms
Durasi frame slot TDMA 0.58 ms

5.4.2 Speech Coding

Dengan pertimbangan eifisiensi spektral maka sistem GSM memerlukan suatu speech
codeclvoice coder yang dapat memberikan suara dengan kuaiitas standar dengan kcccpatanlrate
16 Kbps aiau kurang. Speech codec yang digunakan didasarkan pada algoritma REL? coder
(Residual Excited Linear Predictive) dan LTP (Long Term Predictor). Keluaran dari speech
codec RELP-LTP memiliki basic rate 13 Kbps. Informasi suara dikelompokkan menjadi blok-
blok 20 ms sehingga dalam satu blok terdapat 260 bit. Blok-blok 260 bit tersebut dimasukan
error correcting coder. Terdapat dua error correcting code yang digunakan yaitu block coder dan
convolutional coder. Keluamn dari error correcting coder adalah blok-blok data yangmana setmp
bioknya terdiri dari 456 bit. Sam blok 456 bit tersebut dibagi menjadi 8 segment 57 bit kemudian
dilakukan penyisipan silang (diagonal interleaving) untuk menaikkan tingkat redundancy
pengiriman data melaiui kanal radio

5.4.3 Struktural Kanal

Rate transmisi data trafix (270 Kbps) memungkinkan delapan kanal dapat diakomodasi
dalam satu carrier RF (radio frekuensi) tunggal. Pada masa yang akan datang spesifikasi teknis
GSm memungkinkan dua frame TDMA yang sama. Jika hal tersebut diimplementasikan akan
menggandakan kapasitas kanal trafix GSM .
Seperti diperlihatkan pada gambar 5.2 satu multiframe TDMA terdiri dari 26 frame TDMA
yang mana 24 frame dialokasikan untuk informasi dan 2 frame (frame ke 13 dan ke 26)
digunakan kontrol dan supervisi yang terkait kanal trafik. Kanal – kanal kontrol yang terdapat
pada sistem GSM sebagai berikut :

 Slow Assosiated Control Channel (SACCH) digunakan untik mengirimkan informasi hasil
pengukuran dari MS ( pada arah uplink)
 Fast Assosiated Control Channel (FACCH), yang mencuri/menggunakan sesaat nilai time slot
yang dialokasikan untuk trafik dan digunakan untuk keperlua kontrol yang tidak teratur sperti
handover
 Stand Alone Dedicated Control Channel (SDCCH), digunakan untuk call setup
 Broadcast Control Channel (BCCH), hanya terdapat pada arah down link
 Random Acces Channel (RACH), hanya terdapat pada uplink saja digunakan oleh MS untuk
mengakses network
 Acces Grant Channel (AGCH), hanya terdapat pada arah downlink saja
 Paging Channel (PCH) hanya terdapat pada downlink yang memberikan informasi ke MS.

Durasi satu time slot TDMA GSM adalah 0.577 ms dan 184 bit dengan selal waktu (guard
period) antar time slot dibagi menjadi dua blok 57 bit, setiap blok berisi data yang berasal dari
frame – frame speech coding yang berbeda . Sehingga diperlukan 4 time slot untuk membawa
data suara 20 ms dengan lengkap(465 bit data atau 8x57 bit selama durasi waktu 18.5ms) durasi
1,5 ms ditambahkan diterapkan pada 26 frame untik menyediakan alokasi waktu dua frame
kontrol dalam satu multiframe.
Satu bit kontrol yang terdapat pada time slot TDMA digunakan sebagai tanda untuk mrnunjukan
apakah blok 57 bit tersebut berisi informasi trafik atau digantikan oleh FACCH. Pada bagian
tengah dari setiap time slot terdapat 26 bit training frekuensi sequence yang digunakan oleh
penerima untuk melakukan setting parameter eqalizer.

5.4.4 Timing Advance

Pada teknik TDMA dipersyaratkan bahwa semua sinyal yang berasal dari semua MS yang
menggunakan satu kanal radio tunggal harus sampai di BTS [ada waktunya yang benar tepat.,
dengan kata lain siyal – sinyal tersebut tidak boleh tumpang tindih (overlap) satu dengan yang
lainnya. Jika BTS menyediakan satu sinyal referensi ,maka MS-MS yang berada pada jarak yang
paling dekat akan memberikan tanggapan lebih awal dibandingkan MS-MS yang berada dibatas
cakupan cell. Spesifikasi teknis GSM memungkinkan cakupan terjauh dari satu cell sampai jarak
35KM dari BTS. Waktu yang diperlukan untuk rambatan sinyal radio BTS ke MS dan kembali
ke BTS lagi adalah 0.23ms, dan durasi tersebut merupakan panjang guard period yang harus
disediakan untuk setiap time slotnya. Jika hal ini diterapkan akan menjadikan GSM tidak efisien.
GSM mengatasi hal tersebut dengan menginformasikan ke MS seberapa besar MS tersebut harus
mendahului referensi transmisinya sinyal yang dikirim akan sampai ke BTS pada waktu yang
tepat.

5.4.5 Modulasi

Modulasi yang digunakan oleh GSM adalah Gaussian Minimum-shift Keying (GMSK)
perkalian bandwith-durasi bit rate (BT/Bandwidth-Time product) 0,3. Modulasi GMSK
memberikan effisiensi spektral yang lebih baik dibandingkan FSK.

5.4.6 Multipath dan Equalisasi

Pada GSM antara lokasi BTS dan MS biasanya tidak selalu berada dalam kondisi line of
sight (LOS) karena terdapat sejumlah penghalang (obstacle) berupa gedung atau bukit / gunung,
hal ini sangat memungkingkan terjadinya daerah-daerah bayangan (shadow area). Adanya
daerah bayangan akan menimbulkan turunnya level sinyal yang diterima atau bahkan
mengakibatkan hubungan komunikasi antara BTS dan MS terputus sama sekali.
Fenomena daerah bayangan tersebut dapat dikompensasi dengan refleksi sinyal ke gedung
atau bukit sekitanya. Pada satu titik penerimaaan dapat diterima sejumlah sinyal yang berasal
dari refleksi yang berbeda-beda. Lintasan radio yang berasal dari refleksi memiliki lintasan yang
lebih panjang dibandingkan dengan lintasan langsung, jika sinyal yang ditransmisikan adalah
sinyal digital (dalam hal ini GSM bit ratenya 270 Kbps) maka perbedaan panjang lintasan antara
lintasan langsung dan lintasan karena refleksi setara dengan periode waktu untuk beberapa bit.
Peristiwa diterimanya sejumlah sinyal yang berasal dari sejumlah lintasan yang berbeda (akibat
refleksi) disebut multipath, efek multipath akan menimbulkan masalah yang disebut ISI (Inter
Symbol Interference). ISI akibat dan efek multipath dapat diatasi dengan menerapkan equalizer
di penerima. Prinsip kerja dari equalizer adalah dengan melakukan perkiraan terhadap impulse
response dari media transmisi antara BTS dan MS, selanjutnya dilakukan setting koefisien filter
(dalam hal ini setting dilakukan sedemikian rupa sehingga fungsi alih/ transfer function filter
tersebut merupakan kebalikan dari fungsi alih media transmisinya) dimana sinyal yang diterima
akan dilewatkan. Untuk dapat memperkirakan fungsi alih dari media transmisi pada GSM
dilakukan dengan cara mendeteksi suatu urutan pola bit yang disebut training sequence yaitu
merupakan pola 26 bit yang terdapat ditengah-tengah setiap timeslot) dengan pola bit yang sudah
dikenal sebelumnya dan dapat dilakukan perhitungan nilai koefisien filter yang pada akhirnya
akan didapatkan suatu filter dengan fungsi alih yang dapat mengkompensasi sinyal yang
diterima.

Dalam kondisi yang sebenarnya efek multipath terjadi pada waktu sangat cepat. Panjang
gelombang dari 900Mhz (frekuensi operasi GSM) adalah 30cm dan perbedaan panjang lintasan
antara dua sinyal yang diterima sekitar setengah panjang gelombang atau sekitar 15 cm saja
untuk GSM akan mengakibatkan terjadinya penurunan level terima yang cukup tajam (fading
clip) GSM didesain untuk mampu mendukung pergerakan MS dengan kecepatan sampai dengan
250 Km/jam,dengan demikian perkiraan karakteristik lintasan transmisi yang teliti dan cepat
sangat diperlukan, hal ini diimplementasikan dengan menempatkan training sequence ditengah-
tengah time slot untuk mengurangi waktu antara training sequence dengan bit-bit data yang
terjauh.

5.5 Feature Network

5.5.1 GSM sebagai intelegent Network (IN)

Arsitektur IN

IN merupakansutu arsitektur network yang memindahkan database dan service spesifik


dari sentral/switch ke satu atau sejumlah titik kontrol network.

Alasan yang mendorong munculnya IN adalah ketidakmampuan arsitektur network saat


ini untuk mendukung pengembangan dan penyediaan suatu service/layanan dengan cepat, hal ini
terkait dengan waktu yang dibutuhkan untuk menspesifikasikan, mengembangkan testing dan
menerapkan software didalam setiap sentral dalam jaringan publik, dan waktu yang dibutuhkan
untuk melengkapi setiap sental dengan data service yang diperlukan untuk setiap service baru
yang akan digelar. Untuk dapat menjadi IN maka dalam suatu network harus terdapat

 Sentral/switch yang memiliki kemampuan untuk mengontrol basic service dan bearer service,
switch ini disebut sebagai Service Switching Point (SSP),
 Element-element network (berupa perangkat komputer) yang memiliki kemampuan
mengontrol advanced service, perangkan ini disebut Service Control Point (SCP), dan
 Elemen network yang mengontrol penggelaran service dan data-data yang terkait dengan
service, disebut Service Management System (SMS)

Link-link antar SSP dan link antara SSP dengan SCP yang terkait menggunakan SS7 (Signailing
System No. 7)
Arsitektur Network GSM

GSM didesain dengan mengacu ke model IN, hal ini dapat dilihat dari hal-hal sebagai
berikut

 Menerapakan arsitektur terdistribusi yang bersifat terbuka (open)


 Pemisahan fungsi-fungsi switching dan kontrol service
 Penggunaan SS7 sebagai infrastruktur komunikasi singnallingnya
 Struktur networknya In

Berkaitan dengan butir terakhir perbandingan arsitektur network GSM dengan arsitektur
IN dapat dilihat pada gambar 3.4 yang menunjukkan kemiripan strukturnya satu dengan yang
lainnya.

SSP bertanggung jawab terhadap fungsi-fungsi yang terkait dengan interfacun ke arah
pengguna service. SSP juga menyediakan fungsi kemampuan bearer (bearer capability) untuk
trafik telekomunikasi dan membangkitkan service trigger yang menyebabkan suatu permintaan
kontrol service (service control request) diteruskan ke SCP. Pada GSM, fungsi SSP terdapat
pada MSC dan subsistem radio terkait yang bertanggung jawab menyediakan akses service ke
MS.

SCP akan mengatur service trigger dan mengendalikan kelangsungan suatu panggilan
berdasarkan sufat dari trigger dan program-program service yang dioprasikan di SCP. Fungsi
SCP pada GSM terdapat pada HLR dan entity database GSM yang lainnya seperti VLR, AuC,
EIR.
5.5.2 Services

GSM menyediakan service ke user/pemakai dengan ragam yang cukup banyak. Walauun
ragam service yang diberikan cukup banyak tetapi tidak semuanya diimplementasikan pada
tahap awal. Suatu kelompok yang disebut GSM Memory of Understanding ( GSM MoU)
yaitu kelompok yang dibentuk untuk mengkoordinasikan positoning operator-operator GSM
telah menentukan target untuk introduksi/impementasi untuk setiap service-service yang spesifik.
Tujuan utama dari penentuan waktu implementasi suatu service adalah untuk memberikan
panduan ke vendor/pemasok sistem GSM mengenai prioritas introduksi/implementasi sevice
terkait dan untuk menjamin jika pelanggan melakukan roaming maka pelanggan tersebut akan
dapat menerima fasilitas service yang sama seperti yang diperoleh di network asalnya ( home
network-nya ) GSM MoU telah menentukan empat kategori untuk introduksi suatu service, tiga
diantaranya terkait dengan waktu yaitu kategori E1, E2, dan Eh. Kategori keempat yaitu A
bersifat optional untuk operator GSM. Empat kategori introduksi service tersebut adalah sebagai
berikut:

 E1, Service yang diintroduksi sejak awal GSM


 E2, Service yang diintroduksi akhir 1994
 Eh, Service yang diintroduksi jika half-rate coder sudah tersedia
 A, Service yang bersifat optional

Service data asinkronus ( transparan dan non-transparan ) dengan kecepatan diatas 2,4 Kbps
ditentukan ke kategori E2 kemudian ke Eh, sedangkan bearer service lainnya dimasukkan ke
kategori A. Kategori untuk telesevice diperlihatkan pada tabel 5.4 dan untuk supplementary
services diperlihatkan pada tabel 5.5

Tabel 5.4
Introduksi Teleservices
Service Introduksi
Telephony E1 kemudian Eh
Emergency call E1 kemudian Eh
Transparant Fax E2
SMS, Mobile terminated E2
SMS, Mobile originated A
Non Transparant Fax A
SMS cell broadcast A

5.5.3 subscriber identity module (SIM)

Salah satu inovasi penting yang diperkenalkan oleh komite GSM adalah ide untuk
menggunakan smart card dalam perangkat telepon bergerak. Smart card tersebut telah digunakan
dibanyak bidang misalnya sebagai kartu ATM. Smart cart berisi microprosessor dan memory.
Penerapan smart cart untuk identitas pelanggan celluler ( pada sistem cellular sebelumnya
identitas pelanggan melekat ke perangkat pelanggan) akan menciptakan fleksibelitas untuk
pelanggan, artinya pelanggan dapat menggunakan perangkat mobile GSM yang manapun dengan
bebas untuk dapat melakukan dan menerima panggilan sedangkan tagihannya tetap dibebankan
ke rekening pelanggan tersebut ( dalam hal ini diwakili oleh SIM card ). Seluruh data pribadi
pelanggan seperti short-code dialling jenis sevice yang diijinkan, kunci autentifikasi, dan IMSI
disimpan di dalam SIM card.

Sebagai konsekuensi dari penerapan SIM card adalah perangkat MS harus memiliki
pembaca kartu ( card reader ) SIM didalamnya dan setiap saat pelanggan harus selalu membawa
SIM card. Untuk mengatasi kekurangan tersebut maka di desain suatu SIM card yang bersifat
semipermanen yang dipasangkan ke perangkat MS. Modul SIM card semipermanen sama seperti
SIM card standart perbedaannya hanya terletak pada ukuran fisik kartunya lebih kecil. Dengan
adanya SIM card semi permanen akan memberikan keleluasaan ke vendor untuk mendesain
perangkat MS dengan ukuran yang lebih kecil lagi.

Pengamanan yang diterapkan pada SIM card adalah disediakannya fasilitas PIN (
Personal Identity Number ), sehingga orang yang tidak diberikan wewenang tidak akan dapat
menggunakan SIM card tersebut. Kode PIN harus selesai dimasukkan setiap kali SIM card
dimasukkan ke MS atau setiap kali MS diaktifkan ( switch on )
Tabel 5.5
Introduksi Supplementary Service
Kode Supplementary Service Introduksi
CLIP Calling Line identification presentation A
CLIR Calling Line identification restriction A
CoLP Connected Line identification presentation A
CoLR Connected Line identification restriction A
CFU Call forward unconditional E1
CFB Call forward on busy E1
CFNRy Call forward on no replay E1
CFFNRc Call forward on not reachable E1
CW Call waitting E2
HOLD Call hold E2
MPTY multiparty E2
CUG Closed user group A
AoC Advice of charge E2
BAOC Barring of all outgoing calls E1
BOIC Barring of outgoing international calls E1
BOIC-exHC Barring of outgoing international calls execpt to home A
country
BAIC Barring of all incoming calls E1
BIC-Roam Barring of incoming calls when roaming A

5.5.4 Short Message Service (SMS)

Salah satu feature yang menarik dari GSM adalah kemampuan untuk mengirimkan pesan
data pendek (short message service) sampai dengan 160 karakter alphanumerik. SMS dikirim
lewat kanal signalling. Service SMS mirip seperti fungsi pager tetapi memiliki kelebihan yaitu
pelanggan dapat menerima dan mengirim pesan ( pelanggan dapat menanggapi pesan yang
diterima ).
Pada GSM terdapat dua jenis SMS yaitu;

 SMS cell broadcast


 SMS point to point

Pada SMS cell broadcast, pesan dipancarkan ke seluruh ms yang sedang aktif di satu cell
yang memiliki kemampuan untuk menerima SMS. service yang diberikan SMS cell broadcast
bersifat satu arah dan informasi yang diberikan antara lain kondisi trafik, informasi saham, dan
lain-lain. sedangkan service point to point memungkinkan pelanggan untuk mengirimkan pesan.
untuk dapat memberikan service SMS pada MS harus terdapat software khusus yang dapat
mendekode dan menyimpan pesan. Pesan disimpan di dalam SIM card dan isi pesan dapat
ditampilkan pada display MS.

Service SMS memerlukan satu SMS service center yang akan menerima pesan yang
dikirimkan pelanggan, mengorganisasikan, dan meneruskannya ke pelanggan yang dituju,
sehingga SMS sevice cnter daam hal ini berfungsi sebagai store and forward system.

5.5.5 Servis Data

Untuk masa yang akan datang penggunaan komunikasi data melalui sistem celluler akan
semakin banyak dan semakin dominan, karena network GSM berbasis teknologi digital maka
akan sangat mudah untuk dapat mendukung service-service data. Service data yang dapat
didukung oleh GSM meliputi komunikasi data sinkron dan asinkron, transparan dan non
transparan, dengan kecepatan data 300 bps, 1,2 Kbps, 4,8 Kbps, DAN 9,6 Kbps. GSM juga
mendukung facsimile group 3.

5.6 perangkat radio GSM

Dalam menyusun spesifikasi komite GSM mempertimbangkan kesetimbangan yang baik


antara faktor biaya, kemudian instalasi, dan tingkat performance yang dikehendaki.

Target desain yang diharapkan oleh komite GSM untuk subsistem radio adalah:

 Keakuratan modulasi, untuk menjamin penggunaan spektral efisien dan untuk mencegah
degradasi performance penerima karena kondisi transmisi yang buruk, maka perhatian
terutama ditujukan ke faktor keakuratan frekuensi (+/- 90 Hz) dan fase (5°RMS)
 Equalisasi multipath,masalah kritis yang mempengaruhi performance perangkat dalam
menghadapi dopler shift dan dispersi waktu ( time dispertion ) pada burst-burst yang
dikirimkan. Equliser dirancang untuk mengatasi doppler shift yang terjadi pada kecepatan
sampai dengan 250 Km/jam dan dispersi waktu sampai dengan 16 Us
 Kontrol daya, dimasukkan untuk dapat menghemat konsumsi daya di MS dan diperlukan
untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya inteferensi co-chanel (dengan mengatur daya
pemancar). Pada mekanisme kontrol daya diterapkan dengan mengatur daya output RF
pemancar serendah mungkin untuk dapat membentuk satu link komunikasi. Kontrol daya
membutuhkan perangkat radio yang dapat mengubah(naik/turun) daya keluaran dengan
cepat tanpa menyebabkan switching transient.

5.6.2 Pemancar

Persyaratan utama dari sistem GSM adalah sitem GSM harus dapat dioperasikan
berdampingan ( coexist) dengan sistem analog yang sudah ada di Eropa ( NMT dan TACS).
Untuk memungkinkan coexistensi tersebut maka desain GSM harus membatasi level inteferensi
denga sistem selluler analog.

Modulasi GMSK

Modulasi yang digunakan di GSM adalah GMSK dengan B.T 0,3. Pemilihan modulasi GSMK
berdasarkan kompromi antara kompleksitas dan efisiensi spektral. Sebagai perbandingan
terhadap GMSK adalah QPSK, akan memberikan penggunaan spektrum frekuensi yang lebih
efisien tetapi modulasi ini akan membatasi harus menggunakan penguat kelas A di pemancar
karena QPSK menghasilkan Amplitudo yang tidak konsisten (non-constant envelope) seningga
memerlukan penguat yang bersifat linier. Seperti kita ketahui bahwa kelas A merupakan kelas
penguat yang tidak efisien jika dilihat dan konsumsi data yang dibutuhkan. GMSK dipilih karena
keluarannya memiliki amplitude konstan sehingga dapat menggunakan penguat non-liniear yaitu
penguat kelas yang dapat diterapkan di MS maupun di BTS. Penguat kelas C merupakan jenis
penguat dengan konversi daya yang sangat efisiensi, penerapan teknik modulasi GMSK sangat
berarti karena dapat menghemat pemakaian battery di MS (waktu pemakaian battery di MS dapat
lebih lama lagi),
Kontrol Daya

Network GSM dirancang sedemikian rupa hingga MS selalu dikenalkan oleh BSC (lewat
BTS) untuk selalu menggunakan level daya pancar minimum untuk dapat melakukan
komunikasi dengan BTS. GSM menentukan delapan kelas untuk pemancar BTS untuk dapat
menangani lima kelas MS seperti yang diperlihatkan pada table 5.6.

Table 5.6
Kelas Daya Pemancar GSM
Kelas daya Daya BTS Daya MS Jenis MS
(watt) (watt)
1 320 20 Car mounted
2 160 8 Car mounted/transportable
3 80 5 Hand-portable
4 40 2 Hand-portable
5 20 0.8 Hand-portable (MCN)
6 10
7 5
8 2.5

Daya output BTS GSM dapat dikendalikan (naik/turun) dengan step 2 dB, hal ini
dilakukan untuk mendapatkan performance co-channel interference yang lebih baik dan
memungkinkan frekuensi reuse lebih sering lagi. Range control daya untuk MS dan BTS adalah
dari level maksimum dari kelas daya outputnya sampai ke nilai minimum + 13dBm dengan step
2 dB. Perintah pengaturan daya RF MS dilakukan melalui kenal SACCH yang dipancarkan oleh
BTS . MS hanya dapat diperintahkan untuk mengubah level dayanya satu step untuk durasi
setiap timeslotnya. Pemakaian daya pemancar MS yang minimum pada saat meng-akses network
akan meningkatkan lama pemakaian battery dan mengurangi interferensi. Lama pemakaian
battery merupakan parameter yang penting untuk MS terutama jenis hand-portable karena
kapasitas battery pada MSjenis hand-portable dibatasi oleh ukuran fisiknya,
Penerima

Penerima di BTS dan MS dipersyaratkan memiliki dynamic range performance sebesar


94 dB (kecuali MS jenis hand-portable sebesar 92 dB). Performansi tersebut memungkinkan
penerima beroperasi pada rentang dari -10 sampai dengan -104 dBm.

Equalisasi

Salah satu factor pembatas utama dari perangkat GSM adalah di performance equalizer
penerima. Equalizer pada penerima digunkan untuk mengatasi problem ISI (inter symbol
interference) dan echo yang terjadi karena multipath.

Performance kanal GSM mampu mengatasi delay lintasan sampai dengan 16µs dan
pergeseran frekuennsi untuk kecepatan sampai dengan 250 Km/jam (kecepatan tersebut mengacu
ke kereta api tercepat perancis TGV).

Equalisasi dilakukan dengan melakukan sinkronisasi terhadat fixed training sequence


(terdiri dari 26 bit) yang berada di tengah-tengah dari satu burst/time slot. Kemudian dilakukan
suatu korelasi antara training sequence yang telah diketahui polanya dengan sinyal yang
diterima. Dari proses korelasi ini dapat dilakukan prediksi yang lebih baik terhadap karakteristik
sinyal yang diterima dan untuk selanjutnya dilakukan langkah koreksi kesalahan bit. Sebagian
vendor menggunakan Viterbi equalizer untuk mengkoreksi kesalahan ini. Proses sinkronisasi itu
sendiri dapat mengkompensasi delay sampai dengan 233 µs.

Equalizer juga harus dapat mengkompensasi efek pergeseran Doppler dari frekuensi burst
yang terjadi karena pergerakan MS. Untuk BTS pengukuran ini dilakukan oleh equalizer untuk
menentukan posisi/jarak yang sebenarnya terhadap BTS, dengan demikian BTS dapat
memberikan perintah ke MS untuk mengubah timing advance-nya agar dapat sinkron ke time
slot yang dialokasikan olegBTS. Timing MS dapat diatur dengan rentang sampai dengan periode
waktu 63 bit dalam step 1 bit (setara dengan durasi 3,7 µs), dengan demikian transmisi burst
dapat diatur untuk tetap berada didalam time slot yang telah ditentukan BTS. Seperti diketahui
bahwa guard space antar time slot adalah 30 µs dan jika ditambah dengan pengaturan timing
(timing advance) yang diijinkan maka nilai waktu delaynya akan sama dengan panjang lintasan
35 Km.

Anda mungkin juga menyukai