Anda di halaman 1dari 31

Laboratorium Satuan Operasi 1

Tahun Ajaran 2017/2018


LAPORAN PRAKTIKUM

FLOW METER

Pembimbing : Tri Hartono LRSC.,M. Chem. Eng

Kelompok :I

Tanggal Praktikum : 27 Februari 2018

Nama Kelompok :

 Bayu Prana Widya Awighna ( 33116026 )


 Nur Ash Shafani Tamar MDH (33116027 )
 Irawati.w ( 33116030 )
 Monita Cahyani (33116031)
 Nur Hikmah (33116057)
 Sitti Aisyah (33116068)

Kelas : 2A

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

2017
I. Tujuan Percobaan
a. Mengetahui laju aliran dan kecepatan aliran fluida yang melalui pipa permukaan kasar
dan pipa permukaaan halus dengan diameter yang berbeda
b. Mengetahui laju aliran dan kecepatan aliran fluida yang melalui pipa permukaan kasar
dengan 900 Bend
c. Mengetahui aplikasi venturimeter dalam pengukuran laju aliran dan kecepatan aliran
dalam pipa
d. Mengetahui aplikasi orificemeter dalam pengukuran laju aliran dan kecepatan aliran
dalam pipa.

II. Perincian Kerja


a. Pengukuran laju alir dalam pipa permukaan halus
b. Pengukuran laju alir dalam pipa permukaan kasar
c. Pengukuran laju alir dalam pipa Bend sudut 900
d. Pengukuran laju alir dalam venturimeter
e. Pengukuran laju alir dalam plat orifice

III. Alat dan Bahan


a. Pompa
b. Fluid friction apparatus
c. Stopwatch
d. Hydraulics bench
e. Selang
f. 17 mm smooth bore pipe
g. 17 mm artifical roughned pipe
h. Plat orifice
i. Venturimeter
j. Air
IV. Dasar Teori
A. Pengertian flowmeter
Flowmeter adalah alat untuk mengukur jumlah atau laju aliran dari suatu fluida
yang mengalir dalam pipa atau sambungan terbuka. Alat ini terdiri dari primary device,
yang disebut sebagai alat utama dan secondary device (alat bantu sekunder) .
Pengukuran atau penyensoran aliran fluida dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Pengukuran kuantitas
Pengukuran ini memberikan petunjuk yang sebanding dengan kuantitas total
yang telah mengalir dalam waktu tertentu. Fluida mengalir melewati elemen primer
secara berturutan dalam kuantitas yang kurang lebih terisolasi dengan secara bergantian
mengisi dan mengosongkan bejana pengukur yang diketahui kapasitasnya.
Pengukuran kuantitas diklasifikasikan menurut :
a. Pengukur gravimetri atau pengukuran berat
b. Pengukur volumetri untuk cairan
c. Pengukur volumetri untuk gas
d. Pengukuran laju aliran
Laju aliran Q merupakan fungsi luas pipa A dan kecepatan V dari cairan yang
mengalir lewat pipa, yakni:
Q = A.V.........................................................................(1.1)

Tetapi dalam praktek, kecepatan tidak merata, lebih besar di pusat. Jadi
kecepatan terukur rata-rata dari cairan atau gas dapat berbeda dari kecepatan rata-rata
sebenarnya. Gejala ini dapat dikoreksi sebagai berikut:
Q = K.A.V ....................................................................(1.2)

dimana K adalah konstanta untuk pipa tertentu dan menggambarkan hubungan antara
kecepatan rata-rata sebenarnya dan kecepatan terukur. Nilai konstanta ini bisa
didapatkan melalui eksperimen.
Gambar 1.1 Vortex shedding flowmeter, (a) flowmeter geometry, (b) response, (c)
readout block diagram.

2. Pengukuran metoda diferensial tekanan


Jenis pengukur aliran yang paling luas digunakan adalah pengukuran tekanan
diferensial. Pada prinsipnya beda luas penampang melintang dari aliran dikurangi
dengan yang mengakibatkan naiknya kecepatan, sehingga menaikan pula energi
gerakan atau energi kinetis. Karena energi tidak bisa diciptakan atau dimusnahkan
(Hukum kekekalan energi), maka kenaikan energi kinetis ini diperoleh dari energi
tekanan yang berubah.
Lebih jelasnya, apabila fluida bergerak melewati penghantar (pipa) yang
seragam dengan kecepatan rendah, maka gerakan partikel masing-masing umumnya
sejajar disepanjang garis dinding pipa. Kalau laju aliran meningkat, titik puncak
dicapai apabila gerakan partikel menjadi lebih acak dan kompleks.
Kecepatan kira-kira di mana perubahan ini terjadi dinamakan kecepatan kritis
dan aliran pada tingkat kelajuan yang lebih tinggi dinamakan turbulen dan pada
tingkat kelajuan lebih rendah dinamakan laminer.
DV
RD 

Kecepatan kritis dinamakan juga angka Reynold, dituliskan tanpa dimensi.
Dimana: D = dimensi penampang arus fluida, biasanya diameter ρ =
kerapatan fluidaV = kecepatan fluidaμ = kecepatan absolut fluida
Batas kecepatan kritis untuk pipa biasanya berada diantara 2000 sampai
2300.Pengukuran aliran metoda ini dapat dilakukan dengan banyak cara misalnya:
menggunakan pipa venturi, pipa pitot, orifice plat (lubang sempit), turbine flow
meter, rotameter, cara thermal, menggunakan bahan radio aktif, elektromagnetik,
ultar sonic dan flowmeter gyro. Cara lain dapat dikembangkan sendiri sesuai dengan
kebutuhan proses.

1.2.1. Venturimeter
Venturimeter terdiri dari tiga batang pipa yang tersambung secara kompak.
Bagian pertama pipa yang berbentuk kerucut dengan diameternya mengecil, bagian
kedua pipa dengan diameter tertentu, dan pada bagian ketiga pipa berbentuk kerucut
dengan diameter membesar. Secara sederhana dapat dikatakan venturimeter sebagai
pipa yang mempunyai nozzle. Sketsa venturimeter seperti tampak pada Gambar 1.2
Kecepatan linier fluida yang mengalir pada venturimeter akan bertambah
disepanjang bagian pertama venturimeter ini, sedangkan tekanannya semakin
berkurang. Selanjutnya kecepatan fluida akan berkurang pula ketika fluida memasuki
bagian ketiga venturimeter. Penurunan tekanan aliran fluida pada venturimeter ini
yang dimanfaatkan sebagai landasan untuk mengukur debit aliran fluida.

Gambar 1.2 Sketsa Venturimeter

Dengan menggunakan persamaan Bernouli:

g v 2 P
Z    F  W ..........................................................(1.3)
gc 2 gc 

Maka untuk venturimeter berlaku persamaan :


 Δp 
2.g c 
 p  
Q  Cv . A2   ..........................................................(1.4)
2
 A2 
1 
A  
 1

Dengan :
Q : Debit Aliran, ft3/det
Cv : Koefisien Discharger Venturimeter
A1 : Luas Penampang Pipa, ft2
A2 : Luas Penampang Nozzle, ft2
Ρ : Berat Jenis Fluida, lbm/ft3
gc : Konstanta Gravitasi, 32,174 lbm ft/lbf det
Δp : Penurunan Tekanan, lbf/ft2
Δh : Beda Tinggi Fluida pada Manometer

1.2.2. Meteran Orifice


Meteran Orifice mempunyai kelemahan tertentu dalam praktek pabrik pada
umumnya. Alat ini cukup mahal, mengambil tempat cukup besar, dan rasio diameter
leher terhadap diameter pipa tidak dapat diubah-ubah. Untuk meteran tertentu dengan
sistem manometer tertentu pula laju aliran maksimum yang dapat diukur terbesar
untuk memberikan bacaan yang teliti, atau terlalu kecil untuk dapat menampung laju
lairan maksimum yang baru. Meteran Orifice dapat mengatasi keberatan-keberatan
terhadap venturi, tetapi konsumsi dayanya lebih tinggi.
Orifice terdiri dari dua buah pipa dengan diameter sama yang dihubungkan
oleh sebuah plat berlubang kecil atau disebut orifice yang terpasang secara
konsentris. Sketsa orificemeter tampak pada Gambar 1.3. Prinsip kerja orificemeter
hampir sama dengan venturimeter. Perubahan penampang aliran fluida dari pipa
menuju orifice menyebabkan kecepatan linier fluida semakin membesar, sedangkan
tinggi tekannya semakin menurun. Perbedaan tinggi ini dimanfaatkan untuk
mengukur kecepatan debit aliran fluida. Untuk Orificemeter berlaku persamaan :
 Δp 
2.g c  
Q  C v .A 2  p  .........................................................(1.5)
2
 A2 
1   
 A1 

Dengan :
Q : Debit Aliran, ft3/det
Cv : Koefisien Discharger Venturimeter
A1 : Luas Penampang Pipa, ft2
A2 : Luas Penampang Nozzle, ft2
Ρ : Berat Jenis Fluida, lbm/ft3
gc : Konstanta Gravitasi, 32,174 lbm ft/lbf det
Δp : Penurunan Tekanan, lbf/ft2
Δh : Beda Tinggi Fluida pada Manometer

Gambar 1.3. Sketsa Orificemeter

Arus zat cair umumnya kebanyakan diukur dengan menggunakan ujung


flowmeter. Cara kerja dari flowmeter ini didasarkan pada persamaan Bernoulli.
Flowmeter dengan pipa penyalur tertutup dapat dipergunakan pada zat–zat gas
maupun cair. Sedangkan flowmeter dengan pipa penyalur terbuka hanya dapat
dipergunakan pada zat cair. Ujung flow meter terdiri dari lubang / mulut,
venturimeter, alat pemercik arus, tabung pitot, dan weirs. Flowmeter terdiri atas
sebuah elemen primer yang menyebabkan tekanan dan elemen sekunder yang
berfungsi untuk mengukur hal tersebut. Elemen primer tidak mengandung banyak
bagian yang bergerak. Umumnya kebanyakan elemen sekunder dengan flowmeter
yang tertutup adalah sebuah manometer dengan tabung berbentuk U. Zat dalam
sebuah lengan manometer dipisahkan dari lengan yang lainnya dengan
menggunakan zat cair berberat jenis lebih tinggi yang biasanya disini digunakan air
raksa.

Tekanan dalam sebuah manometer adalah ( P1 + .h.g ) pada lengan 1


dan ( P2+ m.h.g ) pada lengan 2 dimana  dan m adalah berat jenis zat arus
dan cairan pemisah berturut – turut. Kedua tekanan ini sama saat kedua lengan
manometer dihubungkan oleh sebuah kolom zat cair yang bersambung. Oleh
karena itu :

P1 + .h.g = P2+ m.h.g

Dapat dituliskan sebagai berikut :

P1 – P2 = ( - m) .h.g

Jika  dan m dalam kg/m3, .h dalam m, dan g adalah 9,81 m/s2,
perbedaan tekanan melewati elemen primer P1 – P2 N/m2. Perbedaan ujung
melewati elemen primer ke perbedaan dalam tingginya zat cair pemisah pada kedua
lengan manometer.

Flowmeter lain umumnya menggunakan prinsip – prinsip pengoperasian


yang berbeda dengan flowmeter ujung. Flowmeter yang berhubungan dengan
mesin mempunyai elemen primer yang te rdiri dari bagian – bagian yang
bergerak atau berpindah. Flowmeter ini termasuk rotameter, ukuran pemindahan
positif dan ukuran kecepatan. Flometer elektromagnetik mempunyai keuntungan –
keuntungan dengan tidak adanya pembatasan dalam sebuah pipa penyalur dan
bagian – bagian yang tidak bergerak atau berpindah.
Elemen primer sebuah orifice meter adalah piringan datar yang sederhana
terdiri dari sebuah lubang bor, yang ditempatkan dalam pipa tegak lurus pada arah
arus zat.

Lubang – lubang dalam piringan orifice baja berupa concentric accentric


ataupun segmental. Piringan orifice cenderung rusak akibat erosi.

Koefisien Cd pada orifice meter tertentu adalah sebuah fungsi lokasi keran
tekanan, rasio diameter lubang orifice pada garis tengah bagian dalam dari pipa
di/d1. Jumlah Reynolds dalam pipa saluran Nre, dan ketebalan piringan orifice .
Referensi yang penting seharusnya dikonsultasikan untuk nilai Cd. Data yang
diberikan berturut – turut seperti log- log Cd terhadap NRe. Hal tersebut seharusnya
dicatat apakah jumlah Reynolds didasarkan pada diamter bagian dalam dari pipa
atau lubang orifice. Pada umumnya kebanyakan Cd berkisar antara 0,6 sampai
dengan 0,7.

Orifice meter rusak akibat murah dan mudah untuk diinstal apabila dapat
dimasukkan pada gabungan piringan roda.

Venturymeter teorinya sama dengan orificemeter tetapi proporsi tekanan


yang diberikan lebih tinggi dapat melindungi daripada orificemeter.

Kebanyakan tabung–tabung pitot tidak mahal namun tabung tersebut tidak


banyak dipergunakan. Tabung pitot memiliki kesensitifan yang tinggi untuk
mengakibatkan pencemaran, tabung tersebut tidak dapat mengukur rata – rata arus
volume Q atau kecepatan linear U. Akhirnya dapat dihitung dari ukuran tunggal
jika hanya distribusi kecepatan diketahui.

Weiss umumnya digunakan untuk mengukur rata – rata arus Weiss yang
tajam. tingkat awal zat cair menjadi di atas tingkat weir yang tajam. Sebagaimana
zat cair mendekati weir, zat cair tingkatannya berangsur – angsur turun dan
kecepatan arus meningkatan.
V. Prosedur pengerjaan :

Prosedur pengoperasian dalam percobaan flowmeter adalah sebagai berikut:


a. Alat flowmeter disiapkan kemudian melihat jumlah air yang ada di dalam alat dan
menambahkan air seperlunya jika air didalam alat sedikit.
b. Alat ukur dihubungkan dengan kontak listrik.
c. Pompa dihidupkan dengan meng-ON-kan stop kontak.
d. Pipa tes yang terhubung dengan presure diferential sel dipastikan terpasang dengan
pipa yang akan dilalui oleh fluida.
e. Katup pipa yang akan dilalui oleh fluida dipastikan terbuka dan katup untuk pipa
lainnya tertutup.
f. Debit aliran fluida diatur dengan memutar atau memperbesar dan memperkecil
bukaan valve.
g. Setelah keadaan aliran fluida konstan, debit aliran Q dibaca juga perbedaan tinggi
tekanan h, untuk masing-masing alat venturimeter, orificemeter.
h. Debit yang keluar diukur secara manual dengan menggunakan floewmeter dan
stopwatch yang dilakukan sebanyak 5 kali untuk setiap percobaan.
i. Harga h dinaikkan dengan cara memutar valve yang ada pada fluid friction
apparatus dan melakukan pengukuran hingga diperoleh 5 data untuk masing-
masing pipa halus dan kasar dengan diameter yang berbeda,pipa bend 90o,orifice
meter dan venturimeter.
VI. Data pengamatan :
Dari hasil praktikum diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut:

Table 3.1 tabel pengamatan

1. 17 mm smooth bore pipe

No volume (L) waktu (dtk) head lose (mmH2O)


1 10 58.57 49.32
2 10 51.53 85.03
3 10 24.09 252.45
4 10 19.69 344.91
5 10 15.73 521.45

2. 17 mm aritfical roughened pipe

No volume (L) waktu (dtk) head lose (mmH2O)


1 10 44.55 1039.4
2 10 33.46 1692.8
3 10 31.41 2233.9
4 10 25.89 2769.6
5 10 24.59 3270.5

3. Venturi meter

No volume (L) waktu (dtk) head lose (mmH2O)


1 10 27.77 137.04
2 10 21.52 211.08
3 10 17.62 319.88
4 10 14.53 441.05
5 10 12.96 632.35
4. Orifice meter

No volume (L) waktu (dtk) head lose (mmH2O)


1 10 24.45 361.05
2 10 19.65 504.39
3 10 17.52 676.31
4 10 13.56 1001.4
5 10 13.47 1351.5

5. 900 bend

No volume (L) waktu (dtk) head lose (mmH2O)


1 10 38.58 3.04
2 10 28.59 11.28
3 10 21.46 25.27
4 10 17.79 38.62
5 10 14.49 51.96
VII. Perhitungan:
1. Smooth bore pipe , d= 17 mm
 Untuk menghitung nilai V
V = L/1000
= 10/1000 = 0,01
 Untuk menghitung laju alir
V
Q=
t
Dimana: Q = Laju alir (m3/s)
V = volume (m3)
t = waktu(s)
v
Q=
t
0,01 m3
Q=
58,57 s

Q = 1,707x10-4 m3/s

 Untuk menghitung kecepatan aliran

Q
u=
A
Dimana: u= kecepatan aliran (m/s)
Q=laju alir(m3/s)
A= luas permukaan pipa(m2)


A= d2
4

A = 4 0,0172

A= 0.00022698 m2
Q
U=
A
1.707x10−4 m3/s
U=
2.269x10−4 m2

U = 0.752206448 m/s
 Untuk menghitung nilai nilai h
h = head loss / 1000
h = 49.32 /1000
h = 0,04932

 Untuk menghitung nilai log U


Diket U = 0,7523
Log 0,7532 = -0.12366

 Untuk menghitung nilai log h


Diket h = 0,04932
Log 0,04932 = -1.30698
 Untuk menghitung bilangan Reynold
uxdx
Re =

Dimana:Re= bilangan Reynold
u = kecepatan aliran (m/s)
d = diameter pipa(m)
 = densitas air pada suhu 280 C (998 kg/m3)
 = viskositas air pada suhu 280 C (0,00115Ns/m2)

m
0,752206448 s x 0,017m x 998
Re =
0,00115 Ns/m2

Re = 11097,3

 Untuk menghitung faktor gesekan

0,316
f=
Re0,25
0,316
f=
11097,30,25

f = 0,03079

 Untuk menghitung h hitung


fxLxu2
h hitung =
2gd
dimana h= beda tekanan yang terukur(mH20)
f= faktor gesekan
L= panjang pipa(m)
u = kecepatan aliran fluida (m/s)
g = tetapan gravitasi (9,81 m/s2)
d= diameter pipa (m)

0,03079x1mx( 0,752206448m/s)2
h hitung =
2x9.81x0.017 m

h hitunh = 1,49176 m

 Untuk menghitung nilai error

h − h teori
Error = x 100%
h
0.05223 − 0.04932
Error = x100%
0.05223
Error = 5.57 %

Untuk data yang lain dapat diperoleh dengan perhitungan yang sama
sehingga didapatkan :

No volume (L) waktu (dtk) head lose (mmH2O)


1 10 58.57 49.32
2 10 51.53 85.03
3 10 24.09 252.45
4 10 19.69 344.91
5 10 15.73 521.45

log u log h Re f h prak


h itung error
Q U (m
(m3/s) (m/s) (m H2O) H2O)
0.000170736 0.752206448 -0.123552948 -1.307 11097.3 0.030788066 0.04932 0.05223 5.57%
0.000194062 0.854972475 -0.068047867 -1.0704 12613.4 0.029818009 0.08503 0.06535 23.15%
0.00041511 1.828839006 0.262175476 -0.59778 26980.9 0.024656011 0.25245 0.24724 2.06%
0.000507872 2.237518113 0.34976656 -0.4623 33010.2 0.02344364 0.34491 0.35189 1.98%
0.000635728 2.800809387 0.447283553 -0.2828 41320.5 0.02216388 0.52145 0.52127 0.03%
Grafik yang dihasilkan

a. Grafik hubungan h vs u

hubungan h vs u
700

600

500
h (m H2O)

400

300

200

100

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
U (m/s)

Gambar 4.1 : grafik hubungan h vs u

b. Grafik hubungan log h vs log u

log h vs log u
0
-0.2 -0.1 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
-0.2
y = 1.6697x - 1.0338
-0.4

-0.6
log h

-0.8

-1

-1.2

-1.4 log u
Gambar 4.2 : grafik hubungan log h vs log u
c. Grafik hubungan f vs Re

hubungan f vs Re
0.035

0.03

0.025

0.02
f

0.015

0.01

0.005

0
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000
Re

Gambar 4.3 : grafik hubungan f vs Re

2. Aritfical roughened pipe d=17 mm


 Untuk menghitung nilai V
V = L/1000
= 10/1000 = 0,01 m3
 Untuk menghitung laju alir

V
Q=
t

Dimana: Q = Laju alir (m3/s)


V = volume (m3)
t = waktu(s)
v
Q=
t
0,01 m3
Q=
44,55 s

Q = 0,00022 m3/s

 Untuk menghitung kecepatan aliran


Q
u=
A
Dimana: u= kecepatan aliran (m/s)
Q=laju alir(m3/s)
A= luas permukaan pipa(m2)


A= d2
4

A= 0,0172
4

A= 0,00023m2

Q
U=
A
0,00022 m3/s
U=
0,00023 m2

U = 0,98893 m/s

 Untuk menghitung nilai nilai h

h = head loss / 1000


h = 1039,4 /1000
h = 0,4807

 Untuk menghitung nilai log U


Diket U = 0,98893
Log 0,98893 = -0,0048

 Untuk menghitung nilai log h


Diket h = 1,0394
Log 0,4807 = 0,01678

 Untuk menghitung bilangan Reynold


uxdx
Re =

Dimana:Re= bilangan Reynold
u = kecepatan aliran (m/s)
d = diameter pipa(m)
 = densitas air pada suhu 280 C (998 kg/m3)
 = viskositas air pada suhu 280 C (0,00115Ns/m2)

0,98893 m/s x 0,017m x 998


Re =
0,00115Ns/m2

Re = 14589,7

 Untuk menghitung faktor gesekan

0,316
f=
Re0,25
0,316
f=
14589,70,25

f = 0,02875

 Untuk menghitung h hitung


fxLxu2
h hitung =
2gd
dimana h= beda tekanan yang terukur(mH20)
f= faktor gesekan
L= panjang pipa(m)
u = kecepatan aliran fluida (m/s)
g = tetapan gravitasi (9,81 m/s2)
d= diameter pipa (m)

0,02875x1mx( 0,98893m/s)2
h hitung =
2x9.81x0.017 m

h hitung = 0,33722265 m

 Untuk menghitung nilai error

h − h teori
Error = x 100%
h
1,0394 − 0,33722265
Error = x100%
1,0394

Error = 67,65 %
Untuk perhitungan data berikutnya dapat dilihat pada tabel berikut:

No volume (L) waktu (dtk) head lose (mmH2O)


1 10 44.55 1039.4
2 10 33.46 1692.8
3 10 31.41 2233.9
4 10 25.89 2769.6
5 10 24.59 3270.5

Q U log u log h Re fh prak h itung error


(m3/s) (m/s) (m H2O) (m H2O)
0,00022 0,988928 -0,0048 0,01678 14589,7 0,0287525 1,0394 0,33722265 67,56%
0,0003 1,316698 0,11949 0,22861 19425,3 0,0267667 1,8928 0,556518797 67,12%
0,00032 1,402634 0,14694 0,34906 20693,1 0,026347 2,2339 0,621629102 72,17%
0,00039 1,701689 0,23088 0,44242 25105,1 0,0251042 2,7696 0,871804564 68,52%
0,00041 1,791652 0,25325 0,51461 26432,3 0,024783 3,2705 0,954053659 70,83%

Grafik yang diperoleh

a. Grafik hubungan h vs u

hubungan h vs u
3.5

2.5
h (m H2O)

1.5

0.5

0
0 0.5 1 1.5 2
U (m/s)

`Gambar 4.7: grafik hubungan h vs u


b. Grafik hubungan log h vs log u

log h vs log u
0.6

0.5 y = 1.8902x + 0.0284

log h 0.4

0.3

0.2

0.1

0
-0.05 0 0.05 0.1 log u 0.15 0.2 0.25 0.3

Gambar 4.8 : grafik hubungan log h vs log u

c. Grafik hubungan f vs Re

hubungan f vs Re
0.029
0.0285
0.028
0.0275
0.027
f

0.0265
0.026
0.0255
0.025
0.0245
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000
Re

Gambar 4.9 : grafik hubungan f vs Re


3. Venturi meter
 Untuk menghitung volume
V = Liter / 1000
V = 10 / 1000 = 0,01 m3
 Untuk menghitung laju alir Q

v
Q=
t
Dimana: Q = Laju alir (m3/s)

V = volume (m3)
t = waktu(s)

0,01 m3
Q=
27,77 s

Q = 0,000360101 m3/s

 Untuk menghitung kecepatan aliran



A = d2
4

A = 0,0392
4

A= 0,001193985 m2
Q
u=
A
0,000360101 m3/s
u=
0,001193985 m2

u = 0,301595772 m/s

 Untuk menghitung ketinggian


H = head loss / 1000
= 137,04 / 1000 = 0,13704
Untuk menghitung nilai u teori
U teori =√2 × g × h
U teori = √2 × 9,81 × 0,13704
= 1,895550984

Untuk perhitungan data berikutnya dapat dilihat pada tabel berikut:

V T Q U h Re Cd
(m3) (s) (m3/s) (m/s) (m h20)
0.01 27,77 0.00036 0.301595772 0.13704 10207,57448 0.00038
0.01 21,52 0.00046 0.389187481 0.21108 13172,13491 0.0005
0.01 17,62 0.00057 0.47533 0.31988 16087,64718 0.00063
0.01 14,53 0.00069 0.57641532 0.44105 19508,90181 0.00077
0.01 12,96 0.00077 0.64624341 0.63235 5.08452 0.00061
Grafik yang diperoleh

a. Grafik hubungan Q vs h

Q vs H
0.0009
0.0008
0.0007
0.0006
0.0005
0.0004
0.0003
0.0002
0.0001
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7

Gambar 4.10 : grafik hubungan Q vs h

b. Grafik hubungan Re vs Cd

hubungan Re dan Cd
25000

20000

15000

10000

5000

0
0 0.0002 0.0004 0.0006 0.0008 0.001

Gambar 4.11: grafik hubungan Re vs Cd


4. Orifice meter
 Untuk menghitung volume
V = Liter / 1000
V = 10 / 1000 = 0,01 m3
 Untuk menghitung laju alir Q
v
Q=
t

Dimana: Q = Laju alir (m3/s)

V = volume (m3)
t = waktu(s)

0,01 m3
Q=
24,25 s

Q = 0,000408998 m3/s

 Untuk menghitung kecepatan aliran



A = d2
4

A = 0,0392
4

A= 0,001193985 m2
Q
u=
A
0,000408998 m3/s
u=
0,001193985 m2

u = 0,342548654 m/s

Untuk menghitung ketinggian


H = head loss / 1000
= 361,05 / 1000 = 0,36105
Untuk menghitung nilai u teori
U teori =√2 × g × h
U teori = √2 × 9,81 × 0,36105
= 2,94584

Untuk perhitungan data berikutnya dapat dilihat pada tabel berikut:

V t Q U H Re Cd
(m3) (s) (m3/s) (m/s) (m h20)
0.01 24,45 0.00049 0.342549 0.36105 11593,63367 0.000454
0.01 19,62 0.00051 0.426876 0.50439 14447,72392 0.000578
0.01 17,52 0.000571 0.478043 0.67649 16179,47165 0.000661
0.01 13,56 0.000737 0.617649 1.00104 20904,45009 0.000884
0.01 13,47 0.000742 0.621775 1.35105 21044,12348 0.00092
Grafik yang diperoleh

a. Grafik hubungan h vs Q

Q vs H
0.0009
0.0008
0.0007
0.0006
0.0005
0.0004
0.0003
0.0002
0.0001
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6

Gambar 4.12 : grafik hubungan h vs Q

b. Grafik hubungan Re vs Cd

Hubungan Re dan Cd
25000

20000

15000

10000

5000

0
0 0.0002 0.0004 0.0006 0.0008 0.001

Gambar 4.13: grafik hubungan Re vs Cd


5. Elbow 900
 Untuk menghitung volume
V = Liter / 1000
V = 10 / 1000 = 0,01 m3
 Untuk menghitung laju alir Q

v
Q=
t

Dimana: Q = Laju alir (m3/s)

V = volume (m3)
t = waktu(s)

0,01 m3
Q=
38,58 s

Q = 0,000259 m3/s

 Untuk menghitung kecepatan aliran



A = d2
4

A = 0,0252
4

A= 0,000491 m2
Q
u=
A
0,000259 m3/s
u=
0,000491 m2

u = 0,528309 m/s

 Untuk menghitung nilai h


H = head loss / 1000
H = 3,04 / 1000 = 0,00304
 Untuk menghitung nilai K
hx2xg
k=
u2
0,03858 mH2O x 2 x 9,81 m2/s
k=
0,5283092 m/s

k = 0,213696
Untuk perhitungan data berikutnya dapat dilihat pada tabel berikut:

V T Q u h K
(m3) (s) (m3/s) (m/s) (m h20)
0.01 38,58 0.000259 0,5283091 0.03858 2,71197
0.01 28.59 0.00035 0,7129124 0.02859 1,10367
0.01 21,46 0.000466 0,9497747 0.02146 0,46675
0.01 17.79 0.000562 1,1457091 0.01779 0,2659
0.01 14,49 0.00069 1,4066367 0.01449 0,14368
Grafik yang diperoleh

a. Grafik hubungan h vs u

Grafik Hubungan h vs u
50

40

30
h

20

10

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6
u

Gambar 4.14 : grafik hubungan h vs u


b. Grafik hubungan h vs K

H vs K
3.5

2.5

1.5

0.5

0
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035 0.04 0.045

Gambar 4.15 : grafik hubungan h vs K


VIII. Pembahasan

Pada praktikum ini, dilakukan pengukuran laju aliran suatu fluida dengan
menggunakan flowmeter. Metode pengukuran yang digunakan adalah metode
diferensial tekanan. Flowmeter jenis ini memanfaatkan perbedaan tekanan pada area
upstream dan downstream. Pada prinsipnya ,beda luas penampang melintang dari aliran
dikurangi yang mengakibatkan naiknya kecepatan , sehingga menaikkan pula energi
gerakan atau energi kinetis. Karena energi tidak bisa diciptakan atau dimusnahkan,
kenaikan energi kinetis ini diperoleh dari energi tekanan, sehingga tekanan fluida
berkurang. Bagian berkurangnya tekanan, yang diketahui atau beda tekanan yang
diukur sehingga dapat dihitung kecepatan aliran.Dari perbedaan tekanan kemudian
dapat dihitung laju aliran fluida yang melewati pipa dengan menggunakan Persamaan
Bernoulli.

Dari hasil perhitungan keseluruhan laju alir, baik pada pipa smooth bore pipe
17 mm,artfical roughened pipe 17 mm, venture meter, orifice mete, maupun elbow 900
terdapat beberapa % error, itu terjadi akibat kurangnya ketelitian dalam membaca
kecepatan laju alir per liter air. Dalam perhitungan laju alir maka diferensial tekanan
secara teori dapat dihitung dengan mencari bilangan Reynoldnya terlebih dahulu untuk
didapatkan faktor gesekan pipa yang dilewati oleh fluida. Diferensial tekanan secara
teori yang dihitung hanya berlaku untuk fluida yang melewati pipa permukaan kasar
dan pipa permukaan halus yang berbeda diameter. Dan dari hasil perhitungan
didapatkan bahwa pipa dengan permukaan halus memiliki gaya gesek yang lebih besar
daripada pipa yang memiliki permukaan kasar.

Pada grafik hubungan antara Q Vs h pada pipa pitot,venturi dan orifice diatas
terlihat bahwa semakin besar debit, maka semakin besar pula bilangan Tekanan. Sesuai
dengan prinsip Q Semakin meningkat bilangan Tekanan. maka turbulensi yang terjadi
juga semakin besar. Turbulensi tersebut mempu- nyai partikel-partikel yang bergerak
acak dan tidak stabil sehingga sangat potensial untuk membentuk swirl atau vortex.
Semakin besar kecepatan aliran fluida maka swirl atau vortex yang terjadi
menyebabkan aliran fluida kehilangan energi lebih banyak sehingga pressure drop
yang terjadi semakin besar.Hal ini juga berlaku untuk pengukuran laju alir fluida
dengan pipa elbow 900 ,venturimeter dan orificemeter.
Dari hasil praktikum juga didapatkan h yang di ukur berbeda dengan h
teori(hitung). Hal ini disebabkan karena kurangnya ketelitian dalam pembacaan
pressure diferential cell atau beda tekanan belum terlalu stabil ketika dibaca sehingga
mempengaruhi dalam perhitungan beda tekanan secara teori
IX. Kesimpulan:
Dari hasil percobaan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Semakin tinggi atau cepat laju alir(Q) suatu fluida maka semakin tinggi pula beda
tekanannya.
b. Pada hasil praktikum didapatkan h yang diukur berbeda dengan h teori karena
pembacaan pressure diferensial sel tidak stabil.
c. Pipa dengan diameter besar memiliki laju alir yang lebih cepat dibandingkan
dengan pipa dengan diameter yang lebih kecil
d. Pipa yang berpermukaan halus memiliki gaya gesek yang lebih besar dari pipa yang
berpemukaan kasar
e. Pada hasil praktikum dapat kita melihat bahwa % error yang ada dapat digunakan
sebagai patokan didalam menjalankan alat flow meter untuk menyesuaikan pada
laju alir berapa alat bekerja dengan maksimal.
f. Gelembung pada pipa yang menghubungkan antara manometer dengan alat flow
meter akan menyebabkan penyimpangan tekanan yang akan terbaca, karena air
harus lebih dahulu mengisi ruang kosong yang ada didalam pipa baru memberikan
keterangan berapa selisih perbedaan tekanannya
DAFTAR PUSTAKA

- Petunjuk Praktikum “Satuan Operasi Teknik Kimia”, PEDC, Bandung.


- Hartono,Tri. Bahan pembelajaran Teori Aliran Fluida ppt. Jurusan Teknik
Kimia.Polieknik Negeri Ujung Pandang
- http:// itsmenoverianaelisabeth.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai