FLOW METER
Kelompok :I
Nama Kelompok :
Kelas : 2A
2017
I. Tujuan Percobaan
a. Mengetahui laju aliran dan kecepatan aliran fluida yang melalui pipa permukaan kasar
dan pipa permukaaan halus dengan diameter yang berbeda
b. Mengetahui laju aliran dan kecepatan aliran fluida yang melalui pipa permukaan kasar
dengan 900 Bend
c. Mengetahui aplikasi venturimeter dalam pengukuran laju aliran dan kecepatan aliran
dalam pipa
d. Mengetahui aplikasi orificemeter dalam pengukuran laju aliran dan kecepatan aliran
dalam pipa.
Tetapi dalam praktek, kecepatan tidak merata, lebih besar di pusat. Jadi
kecepatan terukur rata-rata dari cairan atau gas dapat berbeda dari kecepatan rata-rata
sebenarnya. Gejala ini dapat dikoreksi sebagai berikut:
Q = K.A.V ....................................................................(1.2)
dimana K adalah konstanta untuk pipa tertentu dan menggambarkan hubungan antara
kecepatan rata-rata sebenarnya dan kecepatan terukur. Nilai konstanta ini bisa
didapatkan melalui eksperimen.
Gambar 1.1 Vortex shedding flowmeter, (a) flowmeter geometry, (b) response, (c)
readout block diagram.
1.2.1. Venturimeter
Venturimeter terdiri dari tiga batang pipa yang tersambung secara kompak.
Bagian pertama pipa yang berbentuk kerucut dengan diameternya mengecil, bagian
kedua pipa dengan diameter tertentu, dan pada bagian ketiga pipa berbentuk kerucut
dengan diameter membesar. Secara sederhana dapat dikatakan venturimeter sebagai
pipa yang mempunyai nozzle. Sketsa venturimeter seperti tampak pada Gambar 1.2
Kecepatan linier fluida yang mengalir pada venturimeter akan bertambah
disepanjang bagian pertama venturimeter ini, sedangkan tekanannya semakin
berkurang. Selanjutnya kecepatan fluida akan berkurang pula ketika fluida memasuki
bagian ketiga venturimeter. Penurunan tekanan aliran fluida pada venturimeter ini
yang dimanfaatkan sebagai landasan untuk mengukur debit aliran fluida.
g v 2 P
Z F W ..........................................................(1.3)
gc 2 gc
Dengan :
Q : Debit Aliran, ft3/det
Cv : Koefisien Discharger Venturimeter
A1 : Luas Penampang Pipa, ft2
A2 : Luas Penampang Nozzle, ft2
Ρ : Berat Jenis Fluida, lbm/ft3
gc : Konstanta Gravitasi, 32,174 lbm ft/lbf det
Δp : Penurunan Tekanan, lbf/ft2
Δh : Beda Tinggi Fluida pada Manometer
Dengan :
Q : Debit Aliran, ft3/det
Cv : Koefisien Discharger Venturimeter
A1 : Luas Penampang Pipa, ft2
A2 : Luas Penampang Nozzle, ft2
Ρ : Berat Jenis Fluida, lbm/ft3
gc : Konstanta Gravitasi, 32,174 lbm ft/lbf det
Δp : Penurunan Tekanan, lbf/ft2
Δh : Beda Tinggi Fluida pada Manometer
P1 – P2 = ( - m) .h.g
Jika dan m dalam kg/m3, .h dalam m, dan g adalah 9,81 m/s2,
perbedaan tekanan melewati elemen primer P1 – P2 N/m2. Perbedaan ujung
melewati elemen primer ke perbedaan dalam tingginya zat cair pemisah pada kedua
lengan manometer.
Koefisien Cd pada orifice meter tertentu adalah sebuah fungsi lokasi keran
tekanan, rasio diameter lubang orifice pada garis tengah bagian dalam dari pipa
di/d1. Jumlah Reynolds dalam pipa saluran Nre, dan ketebalan piringan orifice .
Referensi yang penting seharusnya dikonsultasikan untuk nilai Cd. Data yang
diberikan berturut – turut seperti log- log Cd terhadap NRe. Hal tersebut seharusnya
dicatat apakah jumlah Reynolds didasarkan pada diamter bagian dalam dari pipa
atau lubang orifice. Pada umumnya kebanyakan Cd berkisar antara 0,6 sampai
dengan 0,7.
Orifice meter rusak akibat murah dan mudah untuk diinstal apabila dapat
dimasukkan pada gabungan piringan roda.
Weiss umumnya digunakan untuk mengukur rata – rata arus Weiss yang
tajam. tingkat awal zat cair menjadi di atas tingkat weir yang tajam. Sebagaimana
zat cair mendekati weir, zat cair tingkatannya berangsur – angsur turun dan
kecepatan arus meningkatan.
V. Prosedur pengerjaan :
3. Venturi meter
5. 900 bend
Q = 1,707x10-4 m3/s
Q
u=
A
Dimana: u= kecepatan aliran (m/s)
Q=laju alir(m3/s)
A= luas permukaan pipa(m2)
A= d2
4
A = 4 0,0172
A= 0.00022698 m2
Q
U=
A
1.707x10−4 m3/s
U=
2.269x10−4 m2
U = 0.752206448 m/s
Untuk menghitung nilai nilai h
h = head loss / 1000
h = 49.32 /1000
h = 0,04932
m
0,752206448 s x 0,017m x 998
Re =
0,00115 Ns/m2
Re = 11097,3
0,316
f=
Re0,25
0,316
f=
11097,30,25
f = 0,03079
0,03079x1mx( 0,752206448m/s)2
h hitung =
2x9.81x0.017 m
h hitunh = 1,49176 m
h − h teori
Error = x 100%
h
0.05223 − 0.04932
Error = x100%
0.05223
Error = 5.57 %
Untuk data yang lain dapat diperoleh dengan perhitungan yang sama
sehingga didapatkan :
a. Grafik hubungan h vs u
hubungan h vs u
700
600
500
h (m H2O)
400
300
200
100
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
U (m/s)
log h vs log u
0
-0.2 -0.1 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
-0.2
y = 1.6697x - 1.0338
-0.4
-0.6
log h
-0.8
-1
-1.2
-1.4 log u
Gambar 4.2 : grafik hubungan log h vs log u
c. Grafik hubungan f vs Re
hubungan f vs Re
0.035
0.03
0.025
0.02
f
0.015
0.01
0.005
0
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000
Re
V
Q=
t
Q = 0,00022 m3/s
A= d2
4
A= 0,0172
4
A= 0,00023m2
Q
U=
A
0,00022 m3/s
U=
0,00023 m2
U = 0,98893 m/s
Re = 14589,7
0,316
f=
Re0,25
0,316
f=
14589,70,25
f = 0,02875
0,02875x1mx( 0,98893m/s)2
h hitung =
2x9.81x0.017 m
h hitung = 0,33722265 m
h − h teori
Error = x 100%
h
1,0394 − 0,33722265
Error = x100%
1,0394
Error = 67,65 %
Untuk perhitungan data berikutnya dapat dilihat pada tabel berikut:
a. Grafik hubungan h vs u
hubungan h vs u
3.5
2.5
h (m H2O)
1.5
0.5
0
0 0.5 1 1.5 2
U (m/s)
log h vs log u
0.6
log h 0.4
0.3
0.2
0.1
0
-0.05 0 0.05 0.1 log u 0.15 0.2 0.25 0.3
c. Grafik hubungan f vs Re
hubungan f vs Re
0.029
0.0285
0.028
0.0275
0.027
f
0.0265
0.026
0.0255
0.025
0.0245
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000
Re
v
Q=
t
Dimana: Q = Laju alir (m3/s)
V = volume (m3)
t = waktu(s)
0,01 m3
Q=
27,77 s
Q = 0,000360101 m3/s
A= 0,001193985 m2
Q
u=
A
0,000360101 m3/s
u=
0,001193985 m2
u = 0,301595772 m/s
V T Q U h Re Cd
(m3) (s) (m3/s) (m/s) (m h20)
0.01 27,77 0.00036 0.301595772 0.13704 10207,57448 0.00038
0.01 21,52 0.00046 0.389187481 0.21108 13172,13491 0.0005
0.01 17,62 0.00057 0.47533 0.31988 16087,64718 0.00063
0.01 14,53 0.00069 0.57641532 0.44105 19508,90181 0.00077
0.01 12,96 0.00077 0.64624341 0.63235 5.08452 0.00061
Grafik yang diperoleh
a. Grafik hubungan Q vs h
Q vs H
0.0009
0.0008
0.0007
0.0006
0.0005
0.0004
0.0003
0.0002
0.0001
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
b. Grafik hubungan Re vs Cd
hubungan Re dan Cd
25000
20000
15000
10000
5000
0
0 0.0002 0.0004 0.0006 0.0008 0.001
V = volume (m3)
t = waktu(s)
0,01 m3
Q=
24,25 s
Q = 0,000408998 m3/s
A= 0,001193985 m2
Q
u=
A
0,000408998 m3/s
u=
0,001193985 m2
u = 0,342548654 m/s
V t Q U H Re Cd
(m3) (s) (m3/s) (m/s) (m h20)
0.01 24,45 0.00049 0.342549 0.36105 11593,63367 0.000454
0.01 19,62 0.00051 0.426876 0.50439 14447,72392 0.000578
0.01 17,52 0.000571 0.478043 0.67649 16179,47165 0.000661
0.01 13,56 0.000737 0.617649 1.00104 20904,45009 0.000884
0.01 13,47 0.000742 0.621775 1.35105 21044,12348 0.00092
Grafik yang diperoleh
a. Grafik hubungan h vs Q
Q vs H
0.0009
0.0008
0.0007
0.0006
0.0005
0.0004
0.0003
0.0002
0.0001
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6
b. Grafik hubungan Re vs Cd
Hubungan Re dan Cd
25000
20000
15000
10000
5000
0
0 0.0002 0.0004 0.0006 0.0008 0.001
v
Q=
t
V = volume (m3)
t = waktu(s)
0,01 m3
Q=
38,58 s
Q = 0,000259 m3/s
A= 0,000491 m2
Q
u=
A
0,000259 m3/s
u=
0,000491 m2
u = 0,528309 m/s
k = 0,213696
Untuk perhitungan data berikutnya dapat dilihat pada tabel berikut:
V T Q u h K
(m3) (s) (m3/s) (m/s) (m h20)
0.01 38,58 0.000259 0,5283091 0.03858 2,71197
0.01 28.59 0.00035 0,7129124 0.02859 1,10367
0.01 21,46 0.000466 0,9497747 0.02146 0,46675
0.01 17.79 0.000562 1,1457091 0.01779 0,2659
0.01 14,49 0.00069 1,4066367 0.01449 0,14368
Grafik yang diperoleh
a. Grafik hubungan h vs u
Grafik Hubungan h vs u
50
40
30
h
20
10
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6
u
H vs K
3.5
2.5
1.5
0.5
0
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035 0.04 0.045
Pada praktikum ini, dilakukan pengukuran laju aliran suatu fluida dengan
menggunakan flowmeter. Metode pengukuran yang digunakan adalah metode
diferensial tekanan. Flowmeter jenis ini memanfaatkan perbedaan tekanan pada area
upstream dan downstream. Pada prinsipnya ,beda luas penampang melintang dari aliran
dikurangi yang mengakibatkan naiknya kecepatan , sehingga menaikkan pula energi
gerakan atau energi kinetis. Karena energi tidak bisa diciptakan atau dimusnahkan,
kenaikan energi kinetis ini diperoleh dari energi tekanan, sehingga tekanan fluida
berkurang. Bagian berkurangnya tekanan, yang diketahui atau beda tekanan yang
diukur sehingga dapat dihitung kecepatan aliran.Dari perbedaan tekanan kemudian
dapat dihitung laju aliran fluida yang melewati pipa dengan menggunakan Persamaan
Bernoulli.
Dari hasil perhitungan keseluruhan laju alir, baik pada pipa smooth bore pipe
17 mm,artfical roughened pipe 17 mm, venture meter, orifice mete, maupun elbow 900
terdapat beberapa % error, itu terjadi akibat kurangnya ketelitian dalam membaca
kecepatan laju alir per liter air. Dalam perhitungan laju alir maka diferensial tekanan
secara teori dapat dihitung dengan mencari bilangan Reynoldnya terlebih dahulu untuk
didapatkan faktor gesekan pipa yang dilewati oleh fluida. Diferensial tekanan secara
teori yang dihitung hanya berlaku untuk fluida yang melewati pipa permukaan kasar
dan pipa permukaan halus yang berbeda diameter. Dan dari hasil perhitungan
didapatkan bahwa pipa dengan permukaan halus memiliki gaya gesek yang lebih besar
daripada pipa yang memiliki permukaan kasar.
Pada grafik hubungan antara Q Vs h pada pipa pitot,venturi dan orifice diatas
terlihat bahwa semakin besar debit, maka semakin besar pula bilangan Tekanan. Sesuai
dengan prinsip Q Semakin meningkat bilangan Tekanan. maka turbulensi yang terjadi
juga semakin besar. Turbulensi tersebut mempu- nyai partikel-partikel yang bergerak
acak dan tidak stabil sehingga sangat potensial untuk membentuk swirl atau vortex.
Semakin besar kecepatan aliran fluida maka swirl atau vortex yang terjadi
menyebabkan aliran fluida kehilangan energi lebih banyak sehingga pressure drop
yang terjadi semakin besar.Hal ini juga berlaku untuk pengukuran laju alir fluida
dengan pipa elbow 900 ,venturimeter dan orificemeter.
Dari hasil praktikum juga didapatkan h yang di ukur berbeda dengan h
teori(hitung). Hal ini disebabkan karena kurangnya ketelitian dalam pembacaan
pressure diferential cell atau beda tekanan belum terlalu stabil ketika dibaca sehingga
mempengaruhi dalam perhitungan beda tekanan secara teori
IX. Kesimpulan:
Dari hasil percobaan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Semakin tinggi atau cepat laju alir(Q) suatu fluida maka semakin tinggi pula beda
tekanannya.
b. Pada hasil praktikum didapatkan h yang diukur berbeda dengan h teori karena
pembacaan pressure diferensial sel tidak stabil.
c. Pipa dengan diameter besar memiliki laju alir yang lebih cepat dibandingkan
dengan pipa dengan diameter yang lebih kecil
d. Pipa yang berpermukaan halus memiliki gaya gesek yang lebih besar dari pipa yang
berpemukaan kasar
e. Pada hasil praktikum dapat kita melihat bahwa % error yang ada dapat digunakan
sebagai patokan didalam menjalankan alat flow meter untuk menyesuaikan pada
laju alir berapa alat bekerja dengan maksimal.
f. Gelembung pada pipa yang menghubungkan antara manometer dengan alat flow
meter akan menyebabkan penyimpangan tekanan yang akan terbaca, karena air
harus lebih dahulu mengisi ruang kosong yang ada didalam pipa baru memberikan
keterangan berapa selisih perbedaan tekanannya
DAFTAR PUSTAKA