( REDOKS )
Oleh
IKHSAN JORES
17.02.0012
1. Reaksi Oksidasi
Berdasarkan konsep ini, reaksi oksidasi didifenisikan sebagai penggabungan oksigen dengan
unsur/senyawa. Salah satu reaksi oksidasi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yaitu apel yang
terbuka akan berubah warnanya menjadi cokelat jika dibiarkan berhubungan langsung dengan udara.
Hal ini disebabkan apel mengalami reaksi oksidasi dengan oksigen dari udara.
Contoh beberapa reaksi oksidasi lainnya yaitu
Perkaratan besi. Besi (Fe) mudah bereaksi dengan oksigen dan uap air menghasilkan
senyawa yang mengandung oksigen (Fe2O3.xH2O) yang disebut dengan karat.
Pembakaran kertas, pembakaran lilin, pembakaran minyak tanah atau gas elpiji dalam rumah
tangga, dan pembakaran glukosa dalam tubuh merupakan contoh reaksi oksidasi yang
memerlukan oksigen.
Contoh reaksi oksidasi:
0 0 +4 -2
Na+[ Cl ]–
Na melepaskan 1 elektron kepada Cl, sehingga bilangan oksidasi Na = +1 sedangkan Cl menerima
elektron yang dilepaskan Na sehingga bilangan oksidasi Cl = -1
(2 x b.oH)+(1 x b.oS) = 0
2 x (+1) + b.o S = 0
b.o S = -2
2 b.o Cr + (7 x b.o(-2)=-2
77
b.o Cr = +6
1. Tulis nilai b.o semua atom unsur di ruas kiri dan kanan, sehingga dapat diketahui perubahan
bilangan oksidasinya.
b.o Fe berkurang
Fe mengalami reduksi
+3 -2 +2 -2 0 +4 -2
b.o C bertambah
C mengalami oksidasi
Zat yang teroksidasi adalah CO.
Oleh karena Fe dalam Fe2O3 tereduksi, maka zat yang tereduksi adalah Fe2O3
1. Reduktor adalah CO dan oksidator adalah Fe2O3
2. Reaksi Autoredoks
Reaksi autoredoks adalah reaksi redoks dimana pereaksi yang sama mengalami oksidasi sekaligus
reduksi. Contoh:
b.o Cl berkurang
Cl mengalami reduksi
0 +1 -2 +1 +1 -1 +1 +1 -2 +1 -2
Cl2(g) + 2NaOH(aq) → NaCl(aq) + NaClO(aq) + H2O(l)
b.o Cl bertambah
79
Cl mengalami oksidasi
1. TATA NAMA IUPAC BERDASARKAN BILANGAN OKSIDASI
Beberapa unsur dapat mempunyai lebih dari satu bilangan oksidasi. Oleh karena itu diperlukan suatu
tata nama yang menyertakan bilangan oksidasi dari unsur dalam senyawanya. Tata nama demikian
dikembangkan oleh ahli kimia Jerman Alfred Stock dan kemudian dikenal sebagai sistem stock.
Dalam system ini, bilangan oksidasi dinyatakan dengan angka romawi I, II, III,….yang ditulis setelah
nama unsur/ionnya, tanpa diberi spasi.
1. Senyawa Ion
2. Senyawa Ion Biner
Senyawa ion biner terdiri dari atom-atom dari dua jenis unsur yang berbeda yaitu unsur logam
dan unsur non logam. Penamaan senyawa ion biner menurut sistem stock yaitu sebagai
berikut:
1. Logam yang mempunyai satu bilangan oksidasi
Jika senyawa ion biner tersusun atas unsur logam yang memiliki satu bilangan oksidasi dan unsur non
logam yang bermuatan negatif, penamaan senyawa ion tersebut menurut sistem stock yaitu:
Nama unsur logam + nama unsur non logam yang diberi akhiran –ida
Contoh:
80
Nama unsur logam + (bilangan oksidasi logam dengan huruf romawi tanpa spasi) + nama
unsur non logam yang diberi akhiran –ida
Contoh: FeCl2
Untuk memberi nama senyawa di atas, tentukan terlebih dahulu biloks Fe dalam senyawa FeCl2.
(1 x b.o Fe) + (2 x b.o Cl) = 0
b.o Fe + 2 (-1) = 0
b.o Fe = -2
Tabel 1
Beberapa Ion Poliatom
Rumus Molekul Ion Nama ion Rumus Molekul Ion Nama ion
Asetat
Karbonat
Sianida
Kromat
Hipoklorit
Dikromat
Klorit
Peroksida
Klorat
Hidrogen fosfat
Perklorat
Sulfit
Dihidrogen fosfat
Anion bermuatan -1
CH3COO– Sulfat
CN– Bikarbonat
ClO– Anion bermuatan -2 Tiosulfat
ClO2– Bisulfat CO32-
ClO3– CrO42-
ClO4– Cr2O72-
H2PO4– Permanganat 82
O22-
HPO42-
Hidroksida SO32-
HCO3– SO42-
HSO4– Nitrit S2O32- Fosfit
–
MnO4
OH– Anion bermuatan -3
NO2– Nitrat PO33- Fosfat
– 3-
NO3 PO4
Jika suatu senyawa ion terdiri atas unsur logam yang memiliki lebih dari satu bilangan oksidasi dan
ion poliatom, penamaan senyawa ion tersebut menurut sistem stock yaitu :
Nama unsur logam + (bilangan oksidasi unsur logam dengan angka Romawi tanpa spasi) +
nama ion poliatom
Contoh: Cr(ClO4)3
Senyawa ini terdiri atas 1 ion logam Cr3+ dan 3 ion poliatom ClO4– . Langkah pertama untuk member
nama senyawa tersebut adalah menentukan bilangan oksidasi dari logam Cr. Bilangan oksidasi logam
Cr dapat ditentukan dengan menguraikan senyawa Cr(ClO4)3 menjadi ion-ionnya.
Cr(ClO4)3 → Cr3+ + 3ClO4–
83
Ion ClO4– memiliki muatan -1. Jumlah ion ClO4– ada tiga sehingga total muatannya adalah 3-. Untuk
menetralkan muatan 3-, logam Cr harus memiliki muatan 3+. Jadi dapat disimpulkan logam Cr
memiliki bilangan oksidasi +3.
Cr(ClO4)3 = Kromium(III) perklorat
Kromium = nama unsur logam Cr
(III) = bilangan oksidasi logam Cr
Perklorat = nama ion poliatom
2. Senyawa Kovalen
Senyawa kovalen merupakan senyawa yang tersusun atas unsur nonlogam dan unsur non logam.
Contoh: NO2, PCl3, NO, N2O5, dan lain-lain. Dalam pemberian nama senyawa kovalen menggunakan
awalan dari bahasa Yunani untuk menunjukkan jumlah atom setiap macam unsur dalam satu molekul
zat. Awalan ini menurut artinya adalah:
mono- berarti satu
di- berarti dua
tri- berarti tiga
tetra- berarti empat
penta- berarti lima
heksa- berarti enam
hepta- berarti tujuh
okta- berarti delapan
nona- berarti Sembilan
84
deka- berarti sepuluh
Dalam memberi nama suatu senyawa kovalen, unsur non logam pertama diberi nama dalam bahasa
Indonesia. Unsur non logam kedua ditunjukkan dengan menambah akhiran –ida pada nama asal dari
unsur non logam tersebut.
Pemberian nama senyawa kovalen menurut sistem stock secara lengkapnya yaitu
Awalan yang menunjukkan jumlah atom unsur non logam pertama + nama unsur non logam
pertama + Awalan yang menunjukkan jumlah atom unsur non logam kedua + nama unsur non
logam kedua ditambah akhiran –ida.
Contoh: P4O10
Langkah- langkah pemberian nama senyawa kovalen di atas menurut system stock yaitu
Jumlah atom unsur P dalam senyawa P4O10 adalah 4. Oleh karena itu diberi awalan tetra-
P = fosfor
Jumlah atom unsur O dalam senyawa P4O10 adalah 10. Oleh karena itu diberi awalan deka-
O = oksigen
Oksigen ditambah akhiran –ida menjadi oksida
85
Jadi, P4O10 adalah tetrafosfor dekaoksida