Anda di halaman 1dari 9

REAKSI REDUKSI OKSIDASI

( REDOKS )

Oleh
IKHSAN JORES
17.02.0012

AKADEMI TEKNIK PEMBANGUNAN NASIONAL – TEKNIK


PERTAMBANGAN
BANJARBARU
2017
REAKSI REDOKS
Materi Reaksi Reduksi-Oksidasi
Materi reaksi reduksi-oksidasi terdiri atas empat bagian yaitu perkembangan konsep reduksi-oksidasi,
penentuan bilangan oksidasi atom unsur dalam suatu senyawa/ion, penentuan reduktor dan oksidator
dalam reaksi reduksi-oksidasi, dan tata nama senyawa menurut IUPAC. Bagian pertama materi reaksi
reduksi-oksidasi yaitu perkembangan konsep reduksi-oksidasi. Konsep reaksi oksidasi dan reduksi
mengalami perkembangan seiring dengan kemajuan ilmu kimia. Pada awalnya sekitar abad 18,
konsep reaksi oksidasi-reduksi didasarkatn atas reaksi oksidasi yang melibatkan penggabungan
oksigen dan reaksi reduksi yang melibatkan pelepasan oksigen. Kemudian memasuki abad 20 para
ahli melihat suatu karakteristik mendasar dari reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari ikatan
kimianya, yaitu adanya serah terima elektron. Selanjutnya, konsep ketiga yaitu
berdasarkan perubahan bilangan oksidasi. Konsep reaksi redoks berdasarkan perubahan bilangan
oksidasi merupakan pengembangan konsep reaksi redoks berdasarkan pelepasan dan penerimaan
elektron, agar tidak hanya berlaku pada senyawa ion tetapi juga pada senyawa kovalen.
1. Konsep Reaksi Oksidasi-Reduksi Berdasarkan Penggabungan dan Pelepasan Oksigen
Konsep reaksi oksidasi-reduksi didasarkan atas penggabungan unsur/senyawa dengan oksigen untuk
membentuk oksida dan pelepasan oksigen dari senyawa.

1. Reaksi Oksidasi
Berdasarkan konsep ini, reaksi oksidasi didifenisikan sebagai penggabungan oksigen dengan
unsur/senyawa. Salah satu reaksi oksidasi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yaitu apel yang
terbuka akan berubah warnanya menjadi cokelat jika dibiarkan berhubungan langsung dengan udara.
Hal ini disebabkan apel mengalami reaksi oksidasi dengan oksigen dari udara.
Contoh beberapa reaksi oksidasi lainnya yaitu

 Perkaratan besi. Besi (Fe) mudah bereaksi dengan oksigen dan uap air menghasilkan
senyawa yang mengandung oksigen (Fe2O3.xH2O) yang disebut dengan karat.
 Pembakaran kertas, pembakaran lilin, pembakaran minyak tanah atau gas elpiji dalam rumah
tangga, dan pembakaran glukosa dalam tubuh merupakan contoh reaksi oksidasi yang
memerlukan oksigen.
Contoh reaksi oksidasi:

C(s) + O2(g) → CO2(g)


CH4 + 2O2 → CO2 + 2H2O
C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O
S(s) + O2(g) → SO2(g)

Zat yang memberi oksigen pada reaksi oksidasi disebut oksidator.


1. Reaksi Reduksi
Berdasarkan konsep ini, reaksi reduksi merupakan reaksi pelepasan oksigen dari suatu zat yang
mengandung oksigen.

Contoh reaksi reduksi:

2CuO(s) → 2Cu(s) + O2(g)


2Fe2O3 + 3C → 4Fe + 3CO2
Zat yang menarik oksigen pada reaksi reduksi disebut reduktor.
1. Konsep Reaksi Oksidasi-Reduksi Berdasarkan Pelepasan dan Penerimaan Elektron
Berdasarkan konsep pelepasan dan penerimaan elektron, oksidasi adalah pelepasan elektron oleh
suatu zat dan reduksi adalah pengambilan elektron oleh suatu zat. Oleh karena itu, reaksi redoks
ditandai dengan serah terima elektron dari satu partikel kepada yang lain.
Contoh: reaksi antara Na dan Cl2 membentuk NaCl
Oksidasi: Na(g) → Na+(g) + e–
Reduksi: + e– → Cl–(g)
Na(g) + → NaCl(g)
Pada reaksi di atas terlihat bahwa elektron yang dilepaskan oleh Na diterima oleh Cl2. Jumlah elektron
tersebut dapat disamakan dengan menyetarakan koefisien reaksinya. Dua istilah yang sering
digunakan dalam menerangkan reaksi redoks adalah senyawa pengoksidasi dan senyawa
pereduksi. Senyawa pengoksidasi (oxidizing agent) adalah zat yang mengambil elektron dari zat
yang dioksidasi, dengan cara itu menyebabkan terjadinya oksidasi. Hal ini yang dilakukan oleh
Cl2 dalam reaksi antara Na dan Cl2; Cl2mengambil elektron dari Na dan menyebabkan Na dioksidasi.
Jadi, Cl2 adalah senyawa pengoksidasi.
74
Senyawa pereduksi adalah zat yang memberi elektron kepada suatu zat lainnya yang direduksi,
dengan cara itu menyebabkan terjadinya reduksi. Hal ini yang dilakukan oleh Na ketika bereaksi
dengan Cl2. Na memberikan elektron kepada Cl2 dan menyebabkan Cl2 direduksi.
1. Konsep Reaksi Oksidasi-Reduksi Berdasarkan Perubahan Bilangan Oksidasi
Berdasarkan konsep perubahan bilangan oksidasi, oksidasi merupakan kenaikan bilangan oksidasi.
Sedangkan reduksi merupakan penurunan bilangan oksidasi. Contoh:

0 0 +4 -2

C(s) + O2(g) → CO2(g)

 Bilangan oksidasi C bertambah dari 0 ke +4; C mengalami


 Bilangan oksidasi O berkurang dari 0 ke -2; O mengalami
Zat yang mengalami oksidasi disebut dengan reduktor. Sedangkan zat yang mengalami reduksi
disebut dengan oksidator.
Berdasarkan konsep perubahan bilangan oksidasi, Reaksi redoks merupakan reaksi dimana terjadi
perubahan bilangan oksidasi dari atom unsur sebelum dan sesudah reaksi.
1. Pengertian bilangan oksidasi
75
Bilangan oksidasi (b.o) adalah bilangan (baik positif maupun negatif) yang diberi tanda pada atom
dalam suatu senyawa, agar dapat diketahui perubahan-perubahan yang terjadi dalam reaksi redoks.
Bilangan oksidasi juga dikenal sebagai tingkat oksidasi (oxidation state). Contoh: Berapakah bilangan
oksidasi Na dan Cl dalam NaCl?

Rumus Lewis NaCl adalah

Na+[ Cl ]–
Na melepaskan 1 elektron kepada Cl, sehingga bilangan oksidasi Na = +1 sedangkan Cl menerima
elektron yang dilepaskan Na sehingga bilangan oksidasi Cl = -1

Aturan penentuan bilangan oksidasi :


 Bilangan oksidasi atom unsur bebas sama dengan 0.
 Bilangan oksidasi ion monoatom sama dengan muatan ionnya.
 Jumlah bilangan oksidasi atom-atom dalam senyawa netral sama dengan 0. Sedangkan jumlah
bilangan oksidasi atom-atom dalam ion poliatom sama dengan muatan ionnya.
 Bilangan oksidasi fluorin (F) dalam senyawa nya selalu sama dengan -1.
 Bilangan oksidasi hydrogen (H) jika berikatan dengan non-logam sama dengan +1.
Sedangkan bilangan oksidasi H jika berikatan dengan logam dan boron adalah -1.

76
Bilangan oksidasi O dalam senyawanya sama dengan -2.

 Bilangan oksidasi logam golongan IA dalam senyawanya sama dengan +1.


 Bilangan oksidasi logam golongan IIA dalam senyawanya sama dengan +2.
 Bilangan oksidasi non-logam,
1. Dalam senyawa biner dari logam dan non logam, non-logam mempunyai bilangan oksidasi
sama dengan muatan ionnya.
2. Dalam senyawa biner dari non-logam dan non-logam, non-logam yang lebih elektronegatif
mempunyai bilangan oksidasi negatif.
 Bilangan oksidasi logam transisi dalam senyawanya dapat lebih dari satu.
Contoh:

1. Tentukan biloks S dalam H2S


Jawab :

(2 x b.oH)+(1 x b.oS) = 0

2 x (+1) + b.o S = 0

b.o S = -2

2. Tentukan biloks Cr dalam ion Cr2O72-


Jawab:

(2 x b.o Cr) + ( 7 x b.o O) = -2

2 b.o Cr + (7 x b.o(-2)=-2

77
b.o Cr = +6

2. Penentuan Reaksi Redoks atau Bukan Redoks


Setelah penentuan bilangan oksidasi atom unsur dalam suatu senyawa atau ion di atas, bagaimana
penerapan konsep peningkatan dan penurunan bilangan oksidasi tersebut dapat menentukan apakah
suatu reaksi termasuk reaksi redoks atau bukan redoks? Reaksi redoks adalah reaksi dimana terjadi
perubahan bilangan oksidasi dari atom unsur sebelum dan sesudah reaksi. Jadi suatu reaksi redoks
dikatakan berlangsung jika dalam reaksi tersebut terjadi peningkatan dan penurunan bilangan
oksidasi.
Berikut langkah-langkah untuk mengetahui adanya perubahan bilangan oksidasi dalam reaksi redoks.

 Tulis nilai b.o dari semua atom-atom.


 Tentukan zat mana yang nilai b.o atom unsurnya bertambah. Dikatakan zat tersebut
mengalami oksidasi. Zat demikian disebut reduktor dalam reaksi tersebut.
 Tentukan zat mana yang nilai b.o atom unsurnya berkurang. Dikatakan zat tersebut
mengalami reduksi. Zat demikian disebut oksidator dalam reaksi tersebut.
Contoh:

Fe2O3(s) + 3CO(g) → 2Fe(s) + 3CO2(g)


1. Tentukan zat yang teroksidasi dan zat yang tereduksi.
2. Tentukan reduktor dan oksidator.
78
Jawab:

1. Tulis nilai b.o semua atom unsur di ruas kiri dan kanan, sehingga dapat diketahui perubahan
bilangan oksidasinya.
b.o Fe berkurang

Fe mengalami reduksi

+3 -2 +2 -2 0 +4 -2

Fe2O3 + 3CO → 2Fe + 3CO2

b.o C bertambah

C mengalami oksidasi
Zat yang teroksidasi adalah CO.

Oleh karena Fe dalam Fe2O3 tereduksi, maka zat yang tereduksi adalah Fe2O3
1. Reduktor adalah CO dan oksidator adalah Fe2O3
2. Reaksi Autoredoks
Reaksi autoredoks adalah reaksi redoks dimana pereaksi yang sama mengalami oksidasi sekaligus
reduksi. Contoh:

b.o Cl berkurang

Cl mengalami reduksi

0 +1 -2 +1 +1 -1 +1 +1 -2 +1 -2
Cl2(g) + 2NaOH(aq) → NaCl(aq) + NaClO(aq) + H2O(l)

b.o Cl bertambah

79
Cl mengalami oksidasi
1. TATA NAMA IUPAC BERDASARKAN BILANGAN OKSIDASI
Beberapa unsur dapat mempunyai lebih dari satu bilangan oksidasi. Oleh karena itu diperlukan suatu
tata nama yang menyertakan bilangan oksidasi dari unsur dalam senyawanya. Tata nama demikian
dikembangkan oleh ahli kimia Jerman Alfred Stock dan kemudian dikenal sebagai sistem stock.
Dalam system ini, bilangan oksidasi dinyatakan dengan angka romawi I, II, III,….yang ditulis setelah
nama unsur/ionnya, tanpa diberi spasi.

1. Senyawa Ion
2. Senyawa Ion Biner
 Senyawa ion biner terdiri dari atom-atom dari dua jenis unsur yang berbeda yaitu unsur logam
dan unsur non logam. Penamaan senyawa ion biner menurut sistem stock yaitu sebagai
berikut:
1. Logam yang mempunyai satu bilangan oksidasi
Jika senyawa ion biner tersusun atas unsur logam yang memiliki satu bilangan oksidasi dan unsur non
logam yang bermuatan negatif, penamaan senyawa ion tersebut menurut sistem stock yaitu:

Nama unsur logam + nama unsur non logam yang diberi akhiran –ida
Contoh:

80

KBr = Kalium bromida

Nama unsur logam nama non logam ditambah akhiran -ida

1. Logam yang mempunyai lebih dari satu bilangan oksidasi


Jika senyawa ion biner tersusun atas unsur logam yang memiliki lebih dari satu bilangan oksidas dan
unsur non logam yang bermuatan negatif, penamaan senyawa ion tersebut menurut system stock
yaitu:

Nama unsur logam + (bilangan oksidasi logam dengan huruf romawi tanpa spasi) + nama
unsur non logam yang diberi akhiran –ida
Contoh: FeCl2
Untuk memberi nama senyawa di atas, tentukan terlebih dahulu biloks Fe dalam senyawa FeCl2.
(1 x b.o Fe) + (2 x b.o Cl) = 0

b.o Fe + 2 (-1) = 0
b.o Fe = -2

FeCl2 = Besi(II) klorida


 Besi = nama unsur logam

81
(II) = bilangan oksidasi unsur logam yaitu Fe dalam huruf Romawi

 Klorida = nama unsur non logam yang ditambah akhiran -ida


1. Senyawa ion yang Mengandung ion Poliatom
Ion poliatomik adalah ion yang terdiri atas lebih dari satu unsur. Jadi senyawa ion yang mengandung
ion poliatom terdiri atas unsur logam/non logam dan ion poliatom.

Tabel 1
Beberapa Ion Poliatom
Rumus Molekul Ion Nama ion Rumus Molekul Ion Nama ion

Asetat
Karbonat
Sianida
Kromat
Hipoklorit
Dikromat
Klorit
Peroksida
Klorat
Hidrogen fosfat
Perklorat
Sulfit
Dihidrogen fosfat
Anion bermuatan -1
CH3COO– Sulfat
CN– Bikarbonat
ClO– Anion bermuatan -2 Tiosulfat
ClO2– Bisulfat CO32-
ClO3– CrO42-
ClO4– Cr2O72-
H2PO4– Permanganat 82
O22-
HPO42-
Hidroksida SO32-
HCO3– SO42-
HSO4– Nitrit S2O32- Fosfit

MnO4
OH– Anion bermuatan -3
NO2– Nitrat PO33- Fosfat
– 3-
NO3 PO4
Jika suatu senyawa ion terdiri atas unsur logam yang memiliki lebih dari satu bilangan oksidasi dan
ion poliatom, penamaan senyawa ion tersebut menurut sistem stock yaitu :
Nama unsur logam + (bilangan oksidasi unsur logam dengan angka Romawi tanpa spasi) +
nama ion poliatom
Contoh: Cr(ClO4)3
Senyawa ini terdiri atas 1 ion logam Cr3+ dan 3 ion poliatom ClO4– . Langkah pertama untuk member
nama senyawa tersebut adalah menentukan bilangan oksidasi dari logam Cr. Bilangan oksidasi logam
Cr dapat ditentukan dengan menguraikan senyawa Cr(ClO4)3 menjadi ion-ionnya.
Cr(ClO4)3 → Cr3+ + 3ClO4–
83
Ion ClO4– memiliki muatan -1. Jumlah ion ClO4– ada tiga sehingga total muatannya adalah 3-. Untuk
menetralkan muatan 3-, logam Cr harus memiliki muatan 3+. Jadi dapat disimpulkan logam Cr
memiliki bilangan oksidasi +3.
Cr(ClO4)3 = Kromium(III) perklorat
 Kromium = nama unsur logam Cr
 (III) = bilangan oksidasi logam Cr
 Perklorat = nama ion poliatom
2. Senyawa Kovalen
Senyawa kovalen merupakan senyawa yang tersusun atas unsur nonlogam dan unsur non logam.
Contoh: NO2, PCl3, NO, N2O5, dan lain-lain. Dalam pemberian nama senyawa kovalen menggunakan
awalan dari bahasa Yunani untuk menunjukkan jumlah atom setiap macam unsur dalam satu molekul
zat. Awalan ini menurut artinya adalah:
 mono- berarti satu
 di- berarti dua
 tri- berarti tiga
 tetra- berarti empat
 penta- berarti lima
 heksa- berarti enam
 hepta- berarti tujuh
 okta- berarti delapan
 nona- berarti Sembilan

84
deka- berarti sepuluh

Dalam memberi nama suatu senyawa kovalen, unsur non logam pertama diberi nama dalam bahasa
Indonesia. Unsur non logam kedua ditunjukkan dengan menambah akhiran –ida pada nama asal dari
unsur non logam tersebut.

Pemberian nama senyawa kovalen menurut sistem stock secara lengkapnya yaitu

Awalan yang menunjukkan jumlah atom unsur non logam pertama + nama unsur non logam
pertama + Awalan yang menunjukkan jumlah atom unsur non logam kedua + nama unsur non
logam kedua ditambah akhiran –ida.
Contoh: P4O10
Langkah- langkah pemberian nama senyawa kovalen di atas menurut system stock yaitu

 Jumlah atom unsur P dalam senyawa P4O10 adalah 4. Oleh karena itu diberi awalan tetra-
 P = fosfor
 Jumlah atom unsur O dalam senyawa P4O10 adalah 10. Oleh karena itu diberi awalan deka-
 O = oksigen
 Oksigen ditambah akhiran –ida menjadi oksida
85
Jadi, P4O10 adalah tetrafosfor dekaoksida

Anda mungkin juga menyukai