http://informasiana.com/33-alat-musik-tradisional-indonesia-dan-asal-daerahnya
http://duodhil.blogspot.co.id/
Tari Piring merupakan tarian khas dari daerah Sumatera Barat, Minang Kabau
Pada mulanya, Tari Piring ini merupakan ritual ucapan rasa syukur masyarakat setempat kepada dewa-
dewa setelah mendapatkan hasil panen yang melimpah ruah. Ritual dilakukan dengan membawa sesaji
dalam bentuk makanan yang kemudian diletakkan di dalam piring sembari melangkah dengan gerakan
yang dinamis.
Setelah masuknya agama Islam ke Minangkabau, tradisi Tari Piring tidak lagi digunakan sebagai ritual
ucapan rasa syukur kepada dewa-dewa. Akan tetapi, tari tersebut digunakan sebagai sarana hiburan bagi
masyarakat banyak yang ditampilkan pada acara-acara keramaian.
Tari Piring juga dipakai dalam acara keramaian lain misalnya seperti pada acara pesta perkawinan.
Gerakan tarian ini seirama dengan iringan musik (magondangi) yang dimainkan menggunakan alat-alat
musiktradisional seperti gondang, suling, terompet batak, dan lain-lain.
Menurut sejarah, tari tor tor digunakan dalam acara ritual yang berhubungan dengan roh. Roh tersebut dipanggil dan
"masuk" ke patung-patung batu (merupakan simbol leluhur).
Tari Pendet termasuk dalam jenis tarian wali, yaitu tarian Bali yang dipentaskan khusus untuk keperluan upacara
keagamaan. Tarian ini diciptakan oleh seniman tari Bali, I Nyoman Kaler, pada tahun 1970-an yang bercerita tentang
turunnya Dewi-Dewi kahyangan ke bumi. Meski tarian ini tergolong ke dalam jenis tarian wali namun berbeda dengan
tarian upacara lain yang biasanya memerlukan para penari khusus dan terlatih, siapapun bisa menarikan tari Pendet, baik
yang sudah terlatih maupun yang masih awam, pemangku pria dan wanita, kaum wanita dan gadis desa. Pada dasarnya
dalam tarian ini para gadis muda hanya mengikuti gerakan penari perempuan senior yang ada di depan mereka, yang
mengerti tanggung jawab dalam memberikan contoh yang baik. Tidak memerlukan pelatihan intensif.
Pada awalnya tari Pendet merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di Pura, yang menggambarkan
penyambutan atas turunnya Dewa-Dewi ke alam marcapada,merupakan pernyataan persembahan dalam bentuk tarian
upacara. Lambat laun, seiring perkembangan zaman, para seniman tari Bali mengubah tari Pendet menjadi tari “Ucapan
Selamat Datang”, dilakukan sambil menaburkan bunga di hadapan para tamu yang datang, seperti Aloha di Hawaii.
Kendati demikian bukan berarti tari Pendet jadi hilang kesakralannya. Tari Pendet tetap mengandung anasir sakral-
religius dengan menyertakan muatan-muatan keagamaan yang kental. Dan tari pendet disepakati lahir pada tahun 1950.
Tari jaipong atau Jaipongan adalah sebuah kesenian dari sunda berupa seni tari dengan diiringi musik
Degung, yang dulunya bernama ketuk tilu dan bermula diciptakan seniman berbakat yang bernama
gugum gumilar. yang menjadi ciri utama Jaipongan adalah gaya kaleran,alami dan apa adanya, ceria,
erotis, humoris, bersemangat, berspontanitas, dan kesederhanaan. Tari Raden Bojong,Tari Daun dan
Pulus Keser Bojong adalah karya tari jaipong Gugum Gumbira yang pertamakalinya.
Gerakan-gerakan pada TARI JAIPONG sangat dipengaruhi oleh kliningan, pencak silat, seni ketuk tilu,
dan ronggeng sehingga terbentukGERAKAN TARI YANG INDAH dan enak untuk kita tonton
Dalam garak Tari Jaipong dapat dibedakan dari beberapa bagian diantaranya
1. Gerakan pembuka yang disebut juga Bukaan
2 . Bagian dari gerakan-gerakan yang disebut Pencungan
3. pemberhentian atau titik disebut Ngala
4. Pindahan dari peralihan sesudah ngala disebut Mincit
Dalam perjalanannya kesenian Jaipongan terjadi pro kontra mengenai keerotisan dalam pakaian dan
gaya tariannya. namun meski demikian seni JAIPONGAN masih tetap eksis di berbagai acara pentas
nasional maupun Internasional
Tari Merak merupakan salah satu tarian daerah kreasi baru yang dikreasikan oleh Raden TjetjepSomantri
sekitar tahun 1950-an, yang kemudian direvisi kembali oleh dra. Irawati Durban pada tahun 1965.
Pada tahun 1985 dra. Irawatai merevisi kembali koreografi tari merak dan mengajarkannya secara
langsung pada Romanita Santoso pada tahun 1993.
Walaupun tarian ini dibawakan oleh penari wanita, namun sebenarnya tarian ini mengambarkan tingkah
laku merak jantan dalam menebatkan pesonanya kepad merak betina.
Dalam tarian ini digambarkan bagaimana usaha merak jantan untuk menarik perhatian merak betina
dengan memamerkan bulu ekornya yang indah dan panjang.
Dalam usahanya menarik merak betina, sang jantan akan menampilkan pesona terbaik yang ada pada
dirinya hingga mampu membuat sang betina terpesona dan berlanjut pada ritual pekawinan.
Gerakan tari merak lebih didominasi oleh gerakan yang menggambarkan keceriaan dan kegembiraan
yang dipancarkan oleh sang merak jantan. Dan nilai keceriaan yang digambarkan dalam tari merak
semakin jelas dengan penggunaan kostum yang digunakan oleh sang penari.
Dalam membawakan tarian merak, umumnya penari akan menggunakan kostum yang berwarna – warni
dengan aksesoris yang semakin mempertegas kesan burung merak jantan.
Dan yang tidak pernah ketinggalan dalam kostum tari merak adalah sayap burung merak yang bisa
dibentangkan dan hiasan kepala (mahkota) yang akan bergoyang – goyang ketika penari menggerakan
kepalanya.
sebagai tarian persembahan untuk para tamu yang hadir dalam resepsi pernikahan
sebagai tarian penyambutan untuk rombongan pengantin pria ketika menuju pelaminan
sebagai tarian penyambutan tamu agung dalam sebuah acara atau ritual
sebagai sarana untuk memperkenalkan budaya Indonesia dalam kancah internasional. (nn)
http://syafa-tarian.blogspot.co.id/
Tari Gambyong merupakan suatu tarian yang disajikan untuk menyambut tamu atau
mengawali suatu resepsi perkawinan. Ciri khas, selalu dibuka dengan gendhing
Pangkur. Tariannya terlihat indah dan elok apabila si penari mampu menyelaraskan
gerak dengan irama kendang dan gending.
6. Tari Hudoq
Tarian ini dilakukan dengan menggunakan topeng kayu yang menyerupai binatang buas serta menggunakan daun
pisang atau daun kelapa sebagai penutup tubuh penari. Tarian ini erat hubungannya dengan upacara keagamaan
dari kelompok suku Dayak Bahau dan Modang. Tari Hudoq dimaksudkan untuk memperoleh kekuatan dalam
mengatasi gangguan hama perusak tanaman dan mengharapkan diberikan kesuburan dengan hasil panen yang
banyak.
http://ayunurlinda.blogspot.co.id/2014/04/jenis-tarian-tradisional-di-indonesia.html
7. Tari Belian Bawo
Upacara Belian Bawo bertujuan untuk menolak penyakit, mengobati orang sakit, membayar nazar dan lain
sebagainya. Setelah diubah menjadi tarian, tari ini sering disajikan pada acara-acara penerima tamu dan acara
kesenian lainnya. Tarian ini merupakan tarian suku Dayak Benuaq.
http://www.eastjava.com/tourism/banyuwangi/ina/gandrung-
dance.html
Tari Gandrung, atau biasa disebut saja dengan Gandrung Banyuwangi adalah salah satu tarian
tradisional Indonesia yang berasal dari Banyuwangi. Oleh karena tarian ini pulalah, Banyuwangi
juga di juluki sebagai Kota Gandrung, dan terdapat beberapa patung penari gandrung di setiap
sudut kota.
Menurut asal muasalnya, tarian ini berkisah tentang terpesonanya masyarakan Blambangan kepada
Dewi padi, Dewi Sri yang membawa kesejahteraan bagi rakyat.
Tarian ini di bawakan sebagai ucapan syukur masyarakan pasca panen dan dibawakan dengan
iringan instrumen tradisional khas Jawa dan Bali. Tarian ini di bawakan oleh sepasang penari, yaitu
penari perempuan sebagai penari utama atau penari gandrung, dan laki-laki yang biasa langsung di
ajak menari, biasa disebut sebagai paju.
ikon daerah jawa timur, seluruh jawa timur masih banyak menggelar acara kuda lumping ketika ada
hajatan atau fertival dan acara besar masyarakat. Kuda lumping lahir sebagai simbolisasi, bahwa
rakyat juga memiliki kemampuan (kedigdayaan), dalam menghadapi musuh ataupun melawan
kekuatan elit kerajaan, yang memiliki bala tentara. Selain itu, menghadirkan hiburan yang murah
http://www.azamku.com/tarian-tradisional-jawa-timur/
Tari Primitif(sederhana) adalah tari yang berkembang diruang lingkup masyarakat primitif yang
belum memiliki peradaban. Masa primitif adalah zaman prasejarah yaitu masa sebelum munculnya
kerajaan sehingga belum mempunyai pemimpin secara formal. Masa primitif ini berkisar anatara tahun
20.000 SM – 400 M. Pada masa ini, dibagi dalam zaman batu dan zaman Logam (perunggu dan besi).
Tarian pada zaman Batu, ada kemungkinan hanya diiringi dengan sorak sorai serta tepuk tangan,
sedangkan pada zaman Logam ditemukan nekara yang di sekelilingnya terdapat gambar penari dengan
menggunakan hiasan bulu-bulu burung dan daun-daunan di kepalanya.
Pada tarian primitif (sederhana), ciri yang paling menonjol adalah sifatnya yang magis dan sakral,
karena pola hidup masyarakat masa itu cenderung percaya bahwa alam memiliki kekuatan yang bersifat
magis. Masyarakat primitif belum mengenal keyakinan akan ajaran agama tapi mereka memiliki
pemimpin yang dipercaya atau yang dianggap paling tertua(seperti dukun). Oleh karena itu, tari yang
mereka lakukan semata-mata hanya untuk kepentingan upacara. Tarian biasanya dilakukan dengan
spontanitas, tak ada peraturan-peraturan atau hukum-hukum yang seragam dan tertentu. Nekara yang
ditemukan pada zaman Logam diperkirakan selain digunakan sebagai alat musik, juga dipukul
(dimainkan) pada saat upacara keagamaan serta hanya digunakan untuk mengiringi tari-tarian
persembahan yang bersifat magis dan sakral.
Bentuk tari primitif relatif sederhana, menirukan gerakan hewan, menirukan gerakan alam dengan
gerakan-gerakan tangan, didominasi kaki, gerakan kepala, bergerak melingkar mengelilingi api unggun
sambil bersuara yang membangun ritmis dari penari dan diiringi musik perkutif yang sederhana, serta
kekuatan yang luar biasa dalam mengekspresikan kehendaknya. Kesederhanaan kostum, gerak dan
iringan menjadi lebih dominan bertujuan untuk pengungkapan ekspresi yang dilakukan berhubungan
dengan permintaan yang dinginkan.
Adapun fungsi dari tari pada masa primitif dapat kita lihat dari gerak-gerik tariannya sangat
sederhana karena yang dipentingkan adalah keyakinan yang terletak di belakang tarian tersebut,
contohnya tarian meminta hujan, tarian untuk mempengaruhi binatang buruan. Fungsi lainnya untuk
upacara/ritual yng bersifat sakral/ magis.
Bila kita cermati tarian primitif pada saat ini tentunya tidak dapat lagi kita temukan, hanya bersisa jejak-
jejak dari tarian/ budaya primitif itu sendiri. Beberapa kesenian Indonesia yang sampai saat ini masih
hidup/berkembang dan mencerminkan keberlanjutan bentuk tarian primitif masih banyak kita saksikan,
misalnya: Kesenian Barong dari Banyuwangi dan Bali, Tarian perang yang masih hidup dalam berbagai
kepulauan di Indonesia, Tarian minta hujan, dan sebagainya. Sedangkan yang masih merupakan
ungkapan kehidupan rakyat yang pada umumnya merupakan tari gembira atau tarian pergaulan/sosial
misalnya tari joged.
Pengertian Tari Tradisional Dari beberapa bahan bacaan, dapat saya ambil kesimpulan bahwa
pengertian tari tradisional adalah suatu tarian yang tumbuh dan berkembang di suatu daerah
tertentu yang dianut secara turun temurun oleh masyaraktnya. Tari tradisional umumnya
memiliki nilai historis yang tinggi, pedoman yang luas, dan berpijak pada adaptasi adat istiadat
lingkungan sekitar tempat tumbuhnya. Berdasarkan koreografinya, tari tradisional dapat dibagi
menjadi 3 jenis yaitu tari rakyat, tari klasik, dan tari kreasi baru. 1. Pengertian Tari Rakyat (Tari
Folklasik) Tari rakyat adalah jenis tari tradisional yang lahir dari kebudayaan masyarakat lokal,
hidup dan berkembang sejak zaman primitif, dan diturunkan secara turun temurun sampai
sekarang. Tari rakyat atau juga dikenal dengan sebutan tari folklasik umumnya memiliki
beberapa ciri khas antara lain kental dengan nuansa sosial, merujuk pada adat dan kebiasaan
masyarakat, serta memiliki gerak, rias, dan kostum yang sederhana. Beberapa contoh tari
tradisional yang masuk dalam kategori tari rakyat antara lain tari Lengger, Tayub, Orek-Orek,
tari Piring, Joget, Kubrasiwa, Buncis, Ndulalak, Sintren, Angguk, dan tari Rodat. Perlu diketahui
bahwa tari rakyat umumnya juga sarat dengan nilai magis. 2. Pengertian Tari Klasik Pengertian
tari klasik adalah tari tradisional yang lahir di lingkungan keraton, hidup dan berkembang sejak
zaman feodal, dan diturunkan secara turun temurun di kalangan bangsawan. Tari klasik
umumnya memiliki beberapa ciri khas antara lain berpedoman pada pakem tertentu (ada
standarisasi), memiliki nilai estetis yang tinggi dan makna yang dalam, serta disajikan dalam
penampilan yang serba mewah mulai dari gerak, riasan, hingga kostum yang dikenakan.
Beberapa contoh tari tradisional yang masuk dalam kategori tari klasik antara lain tari bedaya,
srimpi, lawung ageng, lawung alit, Gathotkaca Gandrung, Bondabaya, Bandayuda, Palguna-
palgunadi, Retna Tinanding, dan tari Srikandi Bisma. 3. Pengertian Tari Kreasi Baru Pengertian
tari kreasi baru adalah tari klasik yang diaransemen dan dikembangkan sesuai perkembangan
zaman, namun tetap mempertahankan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Tari kreasi baru
umumnya diciptakan oleh para pakar tari. Beberapa tari kreasi dapat kita lihat pada karya-
karya Bagong Kusudiarjo dan Sauti. Contoh tari kreasi baru misalnya Tari Kupu-Kupu, Tari
Merak, Tari Roro Ngigel, Tari Ongkek Manis, Tari Manipuri, dan Tari Roro Wilis. Nah, itulah
pengertian tari tradisional, tari rakyat, tari klasik, dan tari kreasi baru beserta beberapa
contohnya. Dari pembahasan di atas saya harap sekarang anda tidak lagi kesulitan dalam
membedakan tari-tari tersebut. Semoga bermanfaat.
Sumber: http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/09/pengertian-tari-tradisional-klasik.html
Disalin dari Blog Kisah Asal Usul.
Pengertian tari tradisional merupakan seni tari yang tumbuh dan berkembang pada suatu
daerah tertentu dan dianut secara turun temurun oleh masyarakat di sekitarnya. Tari
tradisional pada umumnya mempunyai nilai-nilai historis yang tinggi, pedoman yang luas,
serta berdasarkan pada adaptasi adat istiadat lingkungan di sekitarnya. Tari tradisional
dapat dibedakan menjadi 3 jenis, antara lain :
Berikut contoh dari tari rakyat antara lain : tari Tayub, tari Piring, Lengger, Orek-Orek,
Joget, Ndulalak, Sintren, Angguk, Kubrasiwa, Buncis, dan tari Rodat. Bahwasannya perlu
diketahui juga bahwa tari rakyat pada umumnya masih sarat dengan nilai magis.
Pengertian tari klasik merupakan salah satu jenis tari tradisional yang lahir dan berkembang
di lingkungan keraton dan ada sejak zaman feodal. Tari klasik diturunkan secara turun
temurun pada kalangan bangsawan. Pada umumnya tari klasik mempunyai beberapa ciri
khas yang dimilikinya antara lain : masih berpedoman pada pakem tertentu (terdapat
standarisasi), mempunyai nilai estetis yang sangat tinggi serta makna yang dalam, dan
tariannya disajikan dalam berpenampilan yang serba mewah mulai gerak, riasan, sampai
kostum yang dikenakan para penari tari klasik.
Berikut contoh dari tari klasik antara lain : tari bedaya, srimpi, Palguna-palgunadi, lawung
alit, Retna Tinanding, Gathotkaca Gandrung, lawung ageng, Bondabaya, Bandayuda, dan
tari Srikandi Bisma.
Berikut contoh dari tari kreasi baru antara lain : Tari Kupu-Kupu, Tari Roro Ngigel, Tari
Merak, Tari Ongkek Manis, Tari Manipuri, dan Tari Merak.