Anda di halaman 1dari 27

BAB III

PERHITUNGAN DAN PERENCANAAN

3.1 PARAMETER PERENCANAAN


3.1.1 KLASIFIKASI JALAN
3.1 Penentuan Klasifikasi Jalan

Ditentukan klasifikasi jenis jalan menurut EMP ( Ekivalen Mobil


Penumpang ) mengacu pada ke MKJI, 1997.
1. Mobil penumpang = 1 x 273 = 273
2. Bus = 1,2 x 32 = 38.4
3. Truck 2 as = 1,2 x 28 = 33.6
4. Truck 3 as = 1,2 x 1 = 1,2 +
= 346.2
Klasifikasi jalan yang digunakan Sekunder Kolektor Kelas III
Tabel 3.1 Klasifikasi Jenis Jalan
Fungsi Volume Lalu Kelas
Lintas dalam (
SMP)
Primer : - Arteri - I
- Kolektor >10.000 I
< 10.000 II
Sekunder : - Arteri >20.000 I
< 20.000 II
- Kolektor >6000 II
< 6000 III
- Jalan Lokal >500 III
< 500 IV
Sumber : Standar Perencanaan Geometrik Untuk Jalan Perkotaan – 1988

37
3.1.2 PENENTUAN DIMENSI JALAN
Direncanakan pembuatan jalan kelas III untuk jalan penghubung. Peraturan
Perencanaan Jalan Raya (PPGJR) N0.13/1970 standar geometrik adalah sebagai
berikut:
1. Klasifikasi Jalan = Kolektor
2. Kecepatan Rencana = 80 km/jam
3. Lebar perkerasan = 2 x 3,5 m
4. Lebar Bahu jalan =2x1m
5. Miring Melintang Jalan (Transversal) =2%
6. Miring Melintang Bahu Jalan =4%
7. Miring memanjang jalan (longitudinal) maksimal = 10 %
8. Kemiringan Talud =1:2

3.1.3 PENENTUAN KECEPATAN RENCANA


Kecepatan yang dipilih sebagai dasar perencanaan geometrik jalan, yang
memungkinkan kendaraan dapat bergerak dengan aman dan nyaman dalam kondisi
cuaca cerah sesuai dengan data yaitu 80 km/jam.

3.2 PERENCANAAN ALINYEMEN HORIZONTAL


3.2.1 PERENCANAAN ALTERNATIF LINTASAN
Lintasan yang dipilih sebagai perencanaan geometrik jalan, yang
memungkinkan kendaraan berjalan dengan aman dan nyaman sesuai dengan trase
yang telah di buat dari tiga (3) alternatif yaitu trase A

3.2.2 PENENTUAN TITIK KOORDINAT DAN GRID


Titik yang telah dipilih untuk membuat perencanaan geometrik jalan sesuai
dengan yang telah ditentukan dari G ke M.

38
3.2.3 PERHITUNGAN LENGKUNGAN TIKUNGAN
Direncanakan jalan kelas III untuk jalan penghubung. Peraturan
Perencanaan Jalan Raya (PPGJR) N0.13/1970 standar geometrik. Direncanakan
bentuk tikungan Spiral – Lingkaran – Spiral ( S – C – S ) , bentuk tikungan Spiral
– Spiral (S – S ) dan bentuk tikungan Full Circle ( F – C )

3.2.3.1 Lengkung horizontal I


Menggunakan lengkung busur lingkaran dengan lengkung peralihan
(Spiral – Circle –Spiral), perhitungan sebagai berikut:
β = 34o
V = 80 Km/Jam
Direncanakan jari-jari Rc = 477 m
Melalui tabel 4.7 (silvia : 113) diperoleh : e = 0.068 dan Ls = 70
Ls X 90 70 X 90
o Besar Sudut Spiral 𝜃𝑆 = πXR
=3,14 X 477 = 4.20°
o Besar pusat busur lingkaran
c    2.s
= 34 - (2 x 4,20)
c = 25.6o
o Panjang lengkung circle
θc 25.6
𝐿𝑐 = 𝑋 2𝜋𝑅𝑐 = 360 𝑥 2 𝑥 3,14 𝑥 477 = 213,01 𝑚
360

Nilai Lc > 20, jadi tikungan yang dipilih Sipral – Circle - Spiral
dari tabel 4.10 silvia sukirman diperoleh
p* = 0,0006152
k* = 0,4999099
p = Ls x p*
= 70 x 0,0006152
p = 0,043 m
k = Ls x k*
= 70 x 0,4999099

39
k = 34.99 m
Ts = ( Rc + P) tg 1/2 + k
= (477 + 0,043) x tg ½ 34 + 34.99
Ts = 180.83 m
Es = (Rc + p) sec ½ - Rc
= (318 + 0,043) x sec ½ 34 – 477
Es = 21.51 m
L = Lc + 2 Ls
= 213,01 + (2 x 70 )
L = 353.01 m
Kontrol :
L < 2 Ts
353.01 m < (2 x 180.83) m
353.01 m < 361.66 m (OK)

3.2.3.2 Lengkung Horizontal II


Menggunakan tikungan jenis Spiral-Circle-Spiral dengan Rc = 955 m
Vr = 80 km/jam
β = 58 o
R rencanakan = 955
Lebar jalan = 2 x 3,5 m ; e max = 2 %
Dari table 4.7 (Metode Bina Marga), didapat e = 0,038 dan Ls 70
o Besar Sudut Spiral
Ls X 90 70 X 90
𝜃𝑆 = πXR
= = 2,1°
3,14 X 955

o Besar pusat busur lingkaran


c    2.s
= 58 - (2 x 2,1)
c = 53.79o

40
o Panjang lengkung circle
θc 53.79
𝐿𝑐 = 𝑋 2𝜋𝑅𝑐 = 360 𝑥 2 𝑥 3,14 𝑥 955 = 896.24𝑚
360

dari tabel 4.10 silvia sukirman diperoleh


p*= 0.00308046
k* = 0.4999774
p = Ls x p*
= 70 x 0.00308046
p = 0.2156322 m
Nilai p < 0.25, Lc>25 E<0,04 jadi tikungan yang dipilih Full-Circle
TC = Rc x tg x 1/2 ∆
= 955× tg ½ 58o
= 525.25 m
EC = Tc x tg x ¼ ∆
= 525.25× tg ¼ 34 o
= 131.31 m
LC = 0,01745 × ∆×RC
= 0,01745 × 58 o × 477
= 966.55 m

Data lengkung untuk lengkung busur lingkaran sederhana adalah :


Vr = 80 km/jam
∆ = 58o
RC = 955 m
TC = 525.25 m
EC = 131.31 m
LC = 966.55 m
Ls = 70 m

41
3.2.3.3 Lengkung horizontal III
Menggunakan lengkung busur lingkaran dengan lengkung peralihan (Spiral
– Circle –Spiral), perhitungan sebagai berikut:
β = 22 o
V = 80 Km/Jam
Direncanakan jari-jari Rc = 318 m
Melalui tabel 4.7 (silvia : 113) diperoleh : e = 0,088 dan Ls = 70
o Besar Sudut Spiral
Ls X 90 70 X 90
𝜃𝑆 = πXR
= = 6,3°
3,14 X 318

o Besar pusat busur lingkaran


c    2.s
= 22 - (2 x 6,3)
c = 9,3o

o Panjang lengkung circle


θc 9,3
𝐿𝑐 = 𝑋 2𝜋𝑅𝑐 = 𝑥 2 𝑥 3,14 𝑥 318 =52.04 𝑚
360 360

Nilai Lc > 20, jadi tikungan yang dipilih Sipral – Circle - Spiral
dari tabel 4.10 silvia sukirman diperoleh
p* = 0.0092444
k* = 0.4997974
p = Ls x p*
= 70 x 0.0092444
p = 0.64 m
k = Ls x k*
= 70 x 0.4997974
k = 34.98 m
Ts = ( Rc + P) tg 1/2∆ + k
= (318 + 0.64) x tg ½ 22 + 34.98
Ts = 96.52 m

42
Es = (Rc + p) sec ½∆ - Rc
= (318 + 0,146) x sec ½ 22 – 318
Es = 3,83 m
L = Lc + 2 Ls
= 52.04 + (2 x 70 )
L = 192.04 m
Kontrol :
L < 2 Ts
192.04 m < (2 x 96.52) m
192.04 m < 193.04 m (OK)

Rekapitulasi Alinyemen Horizontal


3.4 Tabel Rekapitulasi Data Geometri Untuk Perencanaan Lengkong
Horizontal Menggunakan Metode S – C – S , S – S dan F – C

No. Satuan 1 2 3
PI STA m
Β o
34 58 22
VR Km/Jam 80 80 80
RC m 477 955 318
LS m 70 70 70
θS o
4,2 2,1 6,3
θC o
25,6 53,79 9,3
P m 0.043 0.2156322 0.647108
K m 34.993693 - 34.985818
TS m 180.83 - 96.52
ES m 21.51 - 3,83

43
Tc m - 525.25 -
Ec m - 131.31 -
LC m 213,01 966.55 52.04
L m 353.01 - 192.04
E % 0.068 0,038 0,088
Jenis lengkung S-C-S F-C S-C-S

3.3 PERHITUNGAN JARAK PANDANGAN


3.3.1 Perhitungan Jarak Pandang Henti

Jarak pandang henti tikungan I, II dan III dengan data sebagai berikut :

V ( Kecepatan Kendaraan ) : 80 km / jam

T ( Waktu Rencana ) : 10

F ( Koefisien gesek antara ban dan perkerasan menurut AASHTO untuk


kecepatan 80 km / jam ) = 0,33

JPHmm ( Jarak pandang henti minimum ( Tabel Spesifikasi standar untuk


perencanaan geometrik jalan luar kota Bina Marga, 1990 ) = 120 – 140

Tabel Jarak Pandang Henti

Kecepatan Kecepatan d d d
Rencana Jalan fm perhitungan perhitungan
desain m
Km/Jam Km / Jam untuk Vr m untuk Vj m

30 27 0,400 29,71 25,94 25 – 30

40 36 0,375 44,60 38,63 40 – 45

44
50 45 0,350 62,87 54,05 55 – 65

60 54 0,330 84,65 72,32 75 – 85

70 63 0,313 110,28 93,71 95 – 110

80 72 0,300 139,59 118,07 120 – 140

100 90 0,285 207,64 174,44 175 – 210

120 108 0,280 285,87 239,06 240 – 285


Sumber : dasar –dasar perencanaan geometrik jalan, silvia sukirman.

d1 = Jarak yang ditempuh dalam waktu standar.

d1 = 0.278 . V t = 0.278 . 80 . 2.5

d1 =55,6 m

d2 ( Jarak Pengereman )

V2 80 2
d2 = =
254. f 254.0.30

d2 = 83,98 m

JPH =d1 + d2= 55,6 + 83,98

JPH = 139,59 m

Karena JPH > JPHmin maka dalam perencanaan dipakai nilai

JPH = 139,59 m

3.4 Perhitungan Kebebasan Samping

1. Tikungan I

R. = 477

V = 80 Km / Jam

45
JPH = 139,59 m

M = ( JPH )² : 8.R

= (139,59)2 : 8 . 477

= 5.10m

Jadi Kebebasan Samping Tikungan I =5.10m


2. Tikungan II

R. = 955

V = 80 Km / Jam

JPH = 139,59 m

M = ( JPH )² : 8.R

= (139,59)2 : 8 . 955

= 2.55m

Jadi Kebebasan Samping Tikungan II = 2.55m


3. Tikungan III

R. = 318

V = 80 Km / Jam

JPH = 139,59m

M = ( JPH )² : 8.R

= (139,59)2 : 8 . 318

= 7.65m

Jadi Kebebasan Samping Tikungan III = 7.65m

3.5 Perhitungan Jarak Pandang Henti


Untuk mendapatkan nilai Jarak Pandang diambil VR dari tikungan yang paling
besar yaitu : 80 Km/jam.

46
Jh = 139,59 M

 Tikungan Pertama S-C-S


Dik :
 β = 34o
 Ltotal = 529,93m
 Jhmin = 139,59
 Rc = 477
90 x Jh
E = R ( 1 − cos( )
πxR
90 x 139,59
E = 477 ( 1 − cos( )
π x 477

E = 5.24 meter
 Tikungan Kedua F-C
β = 58o
Ltotal = 966.55 m
Jhmin = 139,59
Rc = 955
Dapat disimpulkan bahwa jarak pandang lebih kecil dari pada panjang
tikungan ( Jh < Lt ), maka digunakan rumus :
90 x Jh
E = R ( 1 − cos( )
πxR
90 x 139,59
E = 955 ( 1 − cos( )
π x 955

E = 2.865 meter
 Tikungan Ketiga S-C-S
β = 22o
Ltotal = 192.04m
Jhmin = 139,59
Rc = 318
Dapat disimpulkan bahwa jarak pandang lebih kecil dari pada panjang
tikungan ( Jh < Lt ), maka digunakan rumus :
90 x Jh
E = R ( 1 − cos( )
πxR

47
90 x 139,59
E = 318 ( 1 − cos( )
π x 318

E = 7.95meter

3.6 Jarak Pandang Mendahului

Jd = d1 + d2 + d3 + d4

T1 = 2,120 + 0,026 x Vr (waktu dalam)


T2 = 6,560 + 0,048 x Vr (waktu kendaraan berada di jalur lawan)
a = 2,052 + 0,0036 x Vr (percepatan rata-rata)
m = Perbedaan kecepatan kendaraan yang menyiap dan yang
disiap (biasanya diambil 10-15 km/jam

𝑎𝑇1
 d1 = 0,278 x T1 x ( 𝑉 − 𝑚 + )
2

= 0,278 x (2,120 + 0,026 x 80) x[80 − 10 +

((2,052 +(0,0036 x 80))x (2,120 + 0,026 x 80)


] = 87,46
2
 d2 = 0,278 x Vr x T2
= 0,278 x 80 x (6,560 + 0,048 x 80) = 231,29 m

 d3 = 60 m

 d4 = 2/3 d2 = 2/3 x 231,29 = 154,19 m

Jadi dari hasil diatas, didapat Jd :


 Jd = d1 + d2 + d3 + d4
= 87,46 + 231,29 + 60 + 154,19 = 534,94 m

48
3.7 Perhitungan pelebaran pada tikungan

 Tikungan I (Spiral –Circle- Spiral)


Diketahui :
Ls = 70 m
e max = 0.0068
en = 2%
V = 80 km/jam
R = 477 m
Jumlah Jalur = 2 m
Bn = 2 x 3,5 = 7 m
Lebar Jalan = 3,5 m
Di dapatkan data dari buku-buku ” Dasar- dasar perencanaan
geometrik jalan ” truck tunggal sebagai kenderaan rencana (daerah bukit)
P = Jarak gander (6,5)
A = Panjang tonjolan depan (diukur dari gander depan = 1,5 m)
B = Lebar kenderaan rencana 2,5 m
C = Kebebasan samping 1 m

Pelebaran Perkerasan

 2  ( P  A) 2
2
B= Rc 2  ( P  A) 2  1 2 b  Rc 2  ( P  A)  1 2 b

Rc = R – ½ x lebar perkerasan + ½ b
= 477– ½ x 3,5 + ½ 2,5
Rc = 474 m
Maka :

B=  Rc 2  ( P  A) 2  1 2 b 2  ( P  A) 2  Rc 2  ( P  A) 2  1 2 b

= ( 474 2  (6,5  1,5) 2  1


2 2,5) 2  (6,5  1,5) 2  474 2  (6,5  1,5) 2  1
2 2.5

= ( 474 2  (64)  1,25) 2  (64)  474 2  (64)  1,25

49
B = 1,318 m
V
Z = 0,105 .
R

80
= 0,105 .
477
Z = 0,384 m

Bt = n (B+C) + Z
= 2 (1,318 +1) + 0,384
Bt = 5,02 m
Maka lebarnya perkerasan pada tikungan I
 = Bt – Bn
= 5,02 – 7
 = 1,98 m

 Tikungan II (Full-Circle)
Diketahui :
Ls = 70 m
e = 0,038
en = 2%
V = 80 km/jam
R = 955 m
Jumlah Jalur = 2 m
Bn = 2 x 3,5 = 7 m
Lebar Jalan = 3,5 m
Di dapatkan data dari buku-buku ” Dasar- dasar perencanaan
geometrik jalan ” truck tunggal sebagai kenderaan rencana (daerah bukit)
P = Jarak gander (6,5)
A = Panjang tonjolan depan (diukur dari gander depan = 1,5 m)
B = Lebar kenderaan rencana 2,5 m
C = Kebebasan samping 1 m

50
Pelebaran Perkerasan

B =  Rc 2  ( P  A) 2  1 2 b 2  ( P  A) 2  Rc 2  ( P  A)  1 2 b

Rc = R – ½ x lebar perkerasan + ½ b
= 955 – ½ x 3,5 + ½ 2,5
Rc = 954,5 m
Maka :

B =  Rc 2  ( P  A) 2  1 2 b 2  ( P  A) 2  Rc 2  ( P  A)  1 2 b

= ( 954,5 2  (6,5  1,5) 2  1 2 2,5) 2  (6,5  1,5) 2  954,5 2  (6,5  1,5)  1 2 2.5

= ( 954,5 2  (64)  1,25) 2  (64)  954,5 2  (8)  1,25

B = 1,28 m
V
Z = 0,105 .
R
60
= 0,105 .
955
Z = 0,20 m
Bt = n (B+C) + Z
= 2 (1,28+1) + 0,20
Bt = 4,76 m
Maka lebarnya perkerasan pada tikungan I
 = Bt – Bn
= 4,76 – 7
 = 2,24 m (Dibutuhkan Pelebaran)

 Tikungan III (Spiral –Circle- Spiral)

Diketahui :
Ls = 70 m
e = 0,088

51
en = 2%
V = 80 km/jam
R = 318 m
Jumlah Jalur = 2 m
Bn = 2 x 3,5 = 7 m
Lebar Jalan = 3,5 m
Di dapatkan data dari buku-buku ” Dasar- dasar perencanaan
geometrik jalan ” truck tunggal sebagai kenderaan rencana (daerah bukit)
P = Jarak gander (6,5)
A = Panjang tonjolan depan (diukur dari gander depan = 1,5 m)
B = Lebar kenderaan rencana 2,5 m
C = Kebebasan samping 1 m

Pelebaran Perkerasan

 2  ( P  A) 2
2
B = Rc 2  ( P  A) 2  1 2 b  Rc 2  ( P  A)  1 2 b

Rc = R – ½ x lebar perkerasan + ½ b
= 318– ½ x 3,5 + ½ 2,5
Rc = 317,5 m

Maka :

B=  Rc 2  ( P  A) 2  1 2 b 2  ( P  A) 2  Rc 2  ( P  A) 2  1 2 b

= ( 317,5 2  (6,5  1,5) 2  1


2 2,5) 2  (6,5  1,5) 2  317,5 2  (6,5  1,5) 2  1
2 2.5

= ( 317,5 2  (64)  1,25) 2  (64)  317,5 2  (64)  1,25

B = 1,35 m
V
Z = 0,105 .
R

60
= 0,105 .
318

52
Z = 0,35 m
Bt = n (B+C) + Z
= 2 (1,35+1) + 0,35
Bt = 5,05 m

Maka lebarnya perkerasan pada tikungan I


 = Bt – Bn
= 5,05 – 7
 = 1,95 m

53
3.8 Perencanaan Alinyemen Vertikal
Pergantian dari satu kelandaian ke kelandaian yang lain dilakukan dengan
menggunakan lengkung vertikal. Lengkung vertikal tersebut direncanakan
sedemikian rupa sehinggga memenuhi keamanan dan kenyamanan drainase.
Jenis lengkung vertikal dilihat dari letak titik perpotongan bagian lurus
(tangen) adalah :
1. Lengkung vertikal cekung, adalah lengkung dimanan titik perpotongan
antara kedua tangen berada di bawah permukaan jalan.
2. Lengkung vertikal cembung, adalah lengkung dimana titik perpotongan
antara kedua tangen berada di atas permukaan jalan.
Dalam perencanaan alinyemen vertikal, diperoleh tiga buah lengkung
vertikal cembung dan dua buah lengkung vertikal cekung.

3.8.1 Perencanaan Lengkungan


1. Lengkung Vertikal Cekung
G1 = ∆y x 100 %
x
G1 = 79,97 – 82,00 x 100 %
1300
G1 = -0.15%

G2 = ∆y x 100 %
x
G2 = 82,00 – 85,04 x 100 %
400
G2 = -0.76%
A = G1 – G2
= (– 0,156) – (– 0,76)
= 0.60 %
Dari Gambar 5.1 halaman 34 buku “Perencanaan Trase Jalan Raya”, dengan
nilai A = 0,60 % diperoleh Lv = 50 m

54
o Mencari Nilai Vertikal menurut Jarak Pandang Henti (Cekung)
Jh = 139,59 m
Lv = 50

o Mengunakan Metode Jh < Lv


𝐴 . 𝐽ℎ2
Lv = 120+3,5 (𝐽ℎ)

0,60 . 7139,5952
Lv = 120+3,5 (139,59)

Lv = 2.33 meter

o Mengunakan Meode Jh>Lv


120+3,5 (𝐽ℎ)
Lv = 2 𝑥 𝐽ℎ − 𝐴
120+3,5 (139,59)
Lv = 2 x 139,59 − 0,6

Lv = -735.095 meter

o Syarat mendapatkan nilai Lv: syarat pertama, Jh < ( Jh > Lv), jika tidak dapat
memenuhi maka di pakai Lv saat Jh < Lv. Syarat ke dua, jika sudah di pakai
nilai Lv pada syarat pertama, Lv > 0, maka diambil Lv tersebut, jika Lv < 0,
di pakai Lv dari grafik yaitu 50 meter
o Pada perhitungan di atas syarat mendspatkan Lv: syarat pertama, 139,59 < (-
735.095), jika tidak dapat memenuhi maka di pakai Lv saat 2,33. Syarat ke
dua, jika sudah di pakai nilai Lv pada syarat pertama, -735.095 > 0, maka di
ambil Lv tersebut, jika 2,33 < 0, di pakai Lv grafik yaitu 50 meter

AxLv 0,60 𝑥 50
Ev =  = 0.0375
800 800

o STA PLV1 berada pada STA 1+275 =82,00


o STA PPV1 berada pada STA 1+300 =82,00

55
o STA PTV1 berada pada STA 1+325 =90.65

Elevasi as jalan pada stasiun:

o STA 1+275 =82.00 - (-0.15) = 82.15


o STA 1+300 =82.00 - (0.0375) = 81,96
o STA 1+325 =82,76 - (-0.76) = 83,52

2. Lengkung Vertikal Cembung


G2 = ∆y x 100 %
x
G2 = 82,00 – 85,04 x 100 %
400
G2 = -0.76%

G3 = ∆y x 100 %
x
G3 = 85,04 – 86,20 x 100 %
700
G3 = -0.166%

A = G1– G2
= (-0.76) – (-0.166)
= – 0,59 %
Dari Gambar 5.1 halaman 34 buku “Perencanaan Trase Jalan Raya”, dengan
nilai A = – 0,59 % diperoleh Lv = 50 m
o Mencari Nilai Vertikal menurut Jarak Pandang Henti (Cembung)
Jh = 139,59 m
Lv = 50

o Mengunakan Metode Jh < Lv

56
𝐴 . 𝐽ℎ2
Lv = 120+3,5 (𝐽ℎ)

−0,59 . 139,592
Lv = 120+3,5 (139,59)

Lv = -2.29 meter

o Mengunakan Meode Jh>Lv


120+3,5 (𝐽ℎ)
Lv = 2 𝑥 𝐽ℎ − 𝐴
120+3,5 (139,59)
Lv = 2 x 139,59 − −0,59

Lv = 1310.64 meter

o Syarat mendapatkan nilai Lv: syarat pertama, Jh < ( Jh > Lv), jika tidak dapat
memenuhi maka di pakai Lv saat Jh < Lv. Syarat ke dua, jika sudah di pakai
nilai Lv pada syarat pertama, Lv > 0, maka diambil Lv tersebut, jika Lv < 0,
di pakai Lv dari grafik yaitu 50 meter
o Pada perhitungan di atas syarat mendspatkan Lv: syarat pertama, 139,59 <
(1310.64), jika tidak dapat memenuhi maka di pakai Lv saat -2.29. Syarat ke
dua, jika sudah di pakai nilai Lv pada syarat pertama, 1310.64 > 0, maka di
ambil Lv tersebut, jika -2.29 < 0, di pakai Lv grafik yaitu 50 meter

AxLv −0,59 𝑥 50
Ev =  = −0.036
800 800

o STA PLV1 berada pada STA 1+675 =85,04


o STA PPV1 berada pada STA 1+700 =85,04
o STA PTV1 berada pada STA 1+725 =85,20
Elevasi as jalan pada stasiun:

o STA 1+675 =85,04 - (-0.76) = 85.8


o STA 1+700 =85,04 - (0.036) = 85.07
o STA 1+725 =85,20 - (-0.165) = 85.36

57
3. Lengkung Vertikal Cekung
G3 = ∆y x 100 %
x
G3 = 85,04 – 86,20 x 100 %
700
G3 = -0.165%

G4 = ∆y x 100 %
x
G4 = 86,20 – 89,22 x 100 %
600
G4 = -0.503%

A = G1– G2
= (-0.165) – (-0.503)
= 0.33%
Dari Gambar 5.1 halaman 34 buku “Perencanaan Trase Jalan Raya”, dengan
nilai A = 0.33 % diperoleh Lv = 50 m
o Mencari Nilai Vertikal menurut Jarak Pandang Henti (Cekung)
Jh = 139,59 m
Lv = 50
o Mengunakan Metode Jh < Lv
𝐴 . 𝐽ℎ2
Lv = 120+3,5 (𝐽ℎ)

0.33. 139,592
Lv = 120+3,5 (139,59)

Lv = 1.28 meter

o Mengunakan Meode Jh>Lv


120+3,5 (𝐽ℎ)
Lv = 2 𝑥 𝐽ℎ − 𝐴
120+3,5 (139,59)
Lv = 2 x 139,59 − 0.33

58
Lv = -1564.95 meter

o Syarat mendapatkan nilai Lv: syarat pertama, Jh < ( Jh > Lv), jika tidak dapat
memenuhi maka di pakai Lv saat Jh < Lv. Syarat ke dua, jika sudah di pakai
nilai Lv pada syarat pertama, Lv > 0, maka diambil Lv tersebut, jika Lv < 0,
di pakai Lv dari grafik yaitu 50 meter
o Pada perhitungan di atas syarat mendspatkan Lv: syarat pertama, 139,59 < (-
1564.95), jika tidak dapat memenuhi maka di pakai Lv saat 1.28. Syarat ke
dua, jika sudah di pakai nilai Lv pada syarat pertama, -1564.95 > 0, maka di
ambil Lv tersebut, jika 1.28 < 0, di pakai Lv grafik yaitu 50 meter

AxLv 0,33 𝑥 50
Ev =  = 0.020
800 800

o STA PLV1 berada pada STA 2+375 =86,20


o STA PPV1 berada pada STA 2+400 =86,20
o STA PTV1 berada pada STA 2+425 =86,70
Elevasi as jalan pada stasiun:

o STA 2+375 =86,20- (-0.165) = 86.36


o STA 2+400 =86,20- (0.020) = 86.17
o STA 2+425 =86,70- (-0.503) = 87.20

4. Lengkung Vertikal Cembung


G4 = ∆y x 100 %
x
G4 = 86,20 – 89,22 x 100 %
700
G4 = -0.503%

G5 = ∆y x 100 %
x

59
G5 = 89,22 – 90,26 x 100 %
800
G5 = -0.13%

A = G1– G2
= (-0.76) – (-0.166)
= -0.37 %
Dari Gambar 5.1 halaman 34 buku “Perencanaan Trase Jalan Raya”, dengan
nilai A = -0.37% diperoleh Lv = 50 m
o Mencari Nilai Vertikal menurut Jarak Pandang Henti (Cembung)
Jh = 139,59 m
Lv = 50
o Mengunakan Metode Jh < Lv
𝐴 . 𝐽ℎ2
Lv = 120+3,5 (𝐽ℎ)

−0.37. 139,592
Lv =
120+3,5 (139,59)

Lv = -1.44 meter

o Mengunakan Meode Jh>Lv


120+3,5 (𝐽ℎ)
Lv = 2 𝑥 𝐽ℎ − 𝐴
120+3,5 (139,59)
Lv = 2 x 139,59 − −0.37

Lv = 1923.95 meter

o Syarat mendapatkan nilai Lv: syarat pertama, Jh < ( Jh > Lv), jika tidak dapat
memenuhi maka di pakai Lv saat Jh < Lv. Syarat ke dua, jika sudah di pakai
nilai Lv pada syarat pertama, Lv > 0, maka diambil Lv tersebut, jika Lv < 0,
di pakai Lv dari grafik yaitu 50 meter
o Pada perhitungan di atas syarat mendspatkan Lv: syarat pertama, 139,59 <
(1923.95), jika tidak dapat memenuhi maka di pakai Lv saat -1.44. Syarat ke

60
dua, jika sudah di pakai nilai Lv pada syarat pertama, 1923.95 > 0, maka di
ambil Lv tersebut, jika -1.44 < 0, di pakai Lv grafik yaitu 50 meter
AxLv 0,33 𝑥 50
Ev =  = −0.023
800 800

o STA PLV1 berada pada STA 2+9375 =89,22


o STA PPV1 berada pada STA 3+000 =89,22
o STA PTV1 berada pada STA 3+025 =89,41
Elevasi as jalan pada stasiun:

o STA 2+975 =89,22- (-0.503) = 89.72


o STA 3+000 =89,22- (−0.023) = 89.24
o STA 3+025 =89,41- (-0.13) = 89.54

Rekapitulasi Alinyemen Vertikal

Lengkung A (%) V Lv
Ev (m)
Vertikal G1 (%) G2 (%) G1 – G 2 (km/jam) (m)
Cekung -0.156 -0.76 0.60 80 50 0.0375

Cembung -0.76 -0.165 -0.59 80 50 -0.036

Cekung -0.165 -0.503 0.33 80 50 0.020

Cembung -0.503 -0.13 -0.37 80 50 -0.023

3.9 Perhitungan Stationing Horizontal

A. Lengkung Horizontal I ( S-C-S )


Dari perhitungan lengkung horizontal I diperoleh:
Awal STA = 0 + 000
STA PL1 = STA A+ d1
= 000 + (1000) = 1000,00 m
STA TS1 = STA A + d1 – TS1
= (000+1000,00) – 180,83 = 1180,83 m

61
STA SC1 = SC1
= STA TS1+ Ls1
= 1180,83 + 70
= 1250,83 m
STA P1 = STA SC1 + ½ .Lc
= 1250,83 + ½ x 213,01
= 1357,33 m
STA CS1 = STA P1 + ½ . LC
= 1357,33 + ½ x 213,01
= 1463,83 m
STA ST1 = STA CS1 + ½ .Ls
= 1463,83 + ½ x 70
= 1498,83 m

B. Lengkung Horizontal III (F-C)


Dari perhitungan lengkung horizontal II diperoleh:
STA TS2 = STA ST1 + d2 – TC – TS2
= 1498,83 + (800) – 525,25 –180,83 = 1592,75 m
STA P3 = STA TC3 + 1/2.LC
= 518,52 + ½ x 949,89 = 993,46 m
STA CT3 = STA P3+ ½ . LC
= 993,46 + ½ x 949,89 = 1468,40 m
STA akhir = STA CT3 + (d4) –TC
= 1468,40 + (1145) - 518,52 = 2094,88 m

C. Lengkung Horizontal II (S-C-S )


Dari perhitungan lengkung horizontal III diperoleh:
STA TC2 = STA ST1 + d2 – TS1 –TS2
= 899,48 + (1200) –247,75 – 103,51 = 1748,22 m

62
STA P2 = STA TS2+Ls
= 1748,22+70 = 1818,22 m
STA P1 = STA P2 +½ LC
= 1818,22 + ½ x 65,63 = 1851,03 m
STA CS2 = STA P2 +1/2.Lc
= 1851,03+1/2 x 65,63 = 1883,85m
STA ST2 = STA CS2 + Ls
= 1883,85 + 70 = 1953,85 m

63

Anda mungkin juga menyukai