37
3.1.2 PENENTUAN DIMENSI JALAN
Direncanakan pembuatan jalan kelas III untuk jalan penghubung. Peraturan
Perencanaan Jalan Raya (PPGJR) N0.13/1970 standar geometrik adalah sebagai
berikut:
1. Klasifikasi Jalan = Kolektor
2. Kecepatan Rencana = 80 km/jam
3. Lebar perkerasan = 2 x 3,5 m
4. Lebar Bahu jalan =2x1m
5. Miring Melintang Jalan (Transversal) =2%
6. Miring Melintang Bahu Jalan =4%
7. Miring memanjang jalan (longitudinal) maksimal = 10 %
8. Kemiringan Talud =1:2
38
3.2.3 PERHITUNGAN LENGKUNGAN TIKUNGAN
Direncanakan jalan kelas III untuk jalan penghubung. Peraturan
Perencanaan Jalan Raya (PPGJR) N0.13/1970 standar geometrik. Direncanakan
bentuk tikungan Spiral – Lingkaran – Spiral ( S – C – S ) , bentuk tikungan Spiral
– Spiral (S – S ) dan bentuk tikungan Full Circle ( F – C )
Nilai Lc > 20, jadi tikungan yang dipilih Sipral – Circle - Spiral
dari tabel 4.10 silvia sukirman diperoleh
p* = 0,0006152
k* = 0,4999099
p = Ls x p*
= 70 x 0,0006152
p = 0,043 m
k = Ls x k*
= 70 x 0,4999099
39
k = 34.99 m
Ts = ( Rc + P) tg 1/2 + k
= (477 + 0,043) x tg ½ 34 + 34.99
Ts = 180.83 m
Es = (Rc + p) sec ½ - Rc
= (318 + 0,043) x sec ½ 34 – 477
Es = 21.51 m
L = Lc + 2 Ls
= 213,01 + (2 x 70 )
L = 353.01 m
Kontrol :
L < 2 Ts
353.01 m < (2 x 180.83) m
353.01 m < 361.66 m (OK)
40
o Panjang lengkung circle
θc 53.79
𝐿𝑐 = 𝑋 2𝜋𝑅𝑐 = 360 𝑥 2 𝑥 3,14 𝑥 955 = 896.24𝑚
360
41
3.2.3.3 Lengkung horizontal III
Menggunakan lengkung busur lingkaran dengan lengkung peralihan (Spiral
– Circle –Spiral), perhitungan sebagai berikut:
β = 22 o
V = 80 Km/Jam
Direncanakan jari-jari Rc = 318 m
Melalui tabel 4.7 (silvia : 113) diperoleh : e = 0,088 dan Ls = 70
o Besar Sudut Spiral
Ls X 90 70 X 90
𝜃𝑆 = πXR
= = 6,3°
3,14 X 318
Nilai Lc > 20, jadi tikungan yang dipilih Sipral – Circle - Spiral
dari tabel 4.10 silvia sukirman diperoleh
p* = 0.0092444
k* = 0.4997974
p = Ls x p*
= 70 x 0.0092444
p = 0.64 m
k = Ls x k*
= 70 x 0.4997974
k = 34.98 m
Ts = ( Rc + P) tg 1/2∆ + k
= (318 + 0.64) x tg ½ 22 + 34.98
Ts = 96.52 m
42
Es = (Rc + p) sec ½∆ - Rc
= (318 + 0,146) x sec ½ 22 – 318
Es = 3,83 m
L = Lc + 2 Ls
= 52.04 + (2 x 70 )
L = 192.04 m
Kontrol :
L < 2 Ts
192.04 m < (2 x 96.52) m
192.04 m < 193.04 m (OK)
No. Satuan 1 2 3
PI STA m
Β o
34 58 22
VR Km/Jam 80 80 80
RC m 477 955 318
LS m 70 70 70
θS o
4,2 2,1 6,3
θC o
25,6 53,79 9,3
P m 0.043 0.2156322 0.647108
K m 34.993693 - 34.985818
TS m 180.83 - 96.52
ES m 21.51 - 3,83
43
Tc m - 525.25 -
Ec m - 131.31 -
LC m 213,01 966.55 52.04
L m 353.01 - 192.04
E % 0.068 0,038 0,088
Jenis lengkung S-C-S F-C S-C-S
Jarak pandang henti tikungan I, II dan III dengan data sebagai berikut :
T ( Waktu Rencana ) : 10
Kecepatan Kecepatan d d d
Rencana Jalan fm perhitungan perhitungan
desain m
Km/Jam Km / Jam untuk Vr m untuk Vj m
44
50 45 0,350 62,87 54,05 55 – 65
d1 =55,6 m
d2 ( Jarak Pengereman )
V2 80 2
d2 = =
254. f 254.0.30
d2 = 83,98 m
JPH = 139,59 m
JPH = 139,59 m
1. Tikungan I
R. = 477
V = 80 Km / Jam
45
JPH = 139,59 m
M = ( JPH )² : 8.R
= (139,59)2 : 8 . 477
= 5.10m
R. = 955
V = 80 Km / Jam
JPH = 139,59 m
M = ( JPH )² : 8.R
= (139,59)2 : 8 . 955
= 2.55m
R. = 318
V = 80 Km / Jam
JPH = 139,59m
M = ( JPH )² : 8.R
= (139,59)2 : 8 . 318
= 7.65m
46
Jh = 139,59 M
E = 5.24 meter
Tikungan Kedua F-C
β = 58o
Ltotal = 966.55 m
Jhmin = 139,59
Rc = 955
Dapat disimpulkan bahwa jarak pandang lebih kecil dari pada panjang
tikungan ( Jh < Lt ), maka digunakan rumus :
90 x Jh
E = R ( 1 − cos( )
πxR
90 x 139,59
E = 955 ( 1 − cos( )
π x 955
E = 2.865 meter
Tikungan Ketiga S-C-S
β = 22o
Ltotal = 192.04m
Jhmin = 139,59
Rc = 318
Dapat disimpulkan bahwa jarak pandang lebih kecil dari pada panjang
tikungan ( Jh < Lt ), maka digunakan rumus :
90 x Jh
E = R ( 1 − cos( )
πxR
47
90 x 139,59
E = 318 ( 1 − cos( )
π x 318
E = 7.95meter
Jd = d1 + d2 + d3 + d4
𝑎𝑇1
d1 = 0,278 x T1 x ( 𝑉 − 𝑚 + )
2
d3 = 60 m
48
3.7 Perhitungan pelebaran pada tikungan
Pelebaran Perkerasan
2 ( P A) 2
2
B= Rc 2 ( P A) 2 1 2 b Rc 2 ( P A) 1 2 b
Rc = R – ½ x lebar perkerasan + ½ b
= 477– ½ x 3,5 + ½ 2,5
Rc = 474 m
Maka :
B= Rc 2 ( P A) 2 1 2 b 2 ( P A) 2 Rc 2 ( P A) 2 1 2 b
49
B = 1,318 m
V
Z = 0,105 .
R
80
= 0,105 .
477
Z = 0,384 m
Bt = n (B+C) + Z
= 2 (1,318 +1) + 0,384
Bt = 5,02 m
Maka lebarnya perkerasan pada tikungan I
= Bt – Bn
= 5,02 – 7
= 1,98 m
Tikungan II (Full-Circle)
Diketahui :
Ls = 70 m
e = 0,038
en = 2%
V = 80 km/jam
R = 955 m
Jumlah Jalur = 2 m
Bn = 2 x 3,5 = 7 m
Lebar Jalan = 3,5 m
Di dapatkan data dari buku-buku ” Dasar- dasar perencanaan
geometrik jalan ” truck tunggal sebagai kenderaan rencana (daerah bukit)
P = Jarak gander (6,5)
A = Panjang tonjolan depan (diukur dari gander depan = 1,5 m)
B = Lebar kenderaan rencana 2,5 m
C = Kebebasan samping 1 m
50
Pelebaran Perkerasan
B = Rc 2 ( P A) 2 1 2 b 2 ( P A) 2 Rc 2 ( P A) 1 2 b
Rc = R – ½ x lebar perkerasan + ½ b
= 955 – ½ x 3,5 + ½ 2,5
Rc = 954,5 m
Maka :
B = Rc 2 ( P A) 2 1 2 b 2 ( P A) 2 Rc 2 ( P A) 1 2 b
= ( 954,5 2 (6,5 1,5) 2 1 2 2,5) 2 (6,5 1,5) 2 954,5 2 (6,5 1,5) 1 2 2.5
B = 1,28 m
V
Z = 0,105 .
R
60
= 0,105 .
955
Z = 0,20 m
Bt = n (B+C) + Z
= 2 (1,28+1) + 0,20
Bt = 4,76 m
Maka lebarnya perkerasan pada tikungan I
= Bt – Bn
= 4,76 – 7
= 2,24 m (Dibutuhkan Pelebaran)
Diketahui :
Ls = 70 m
e = 0,088
51
en = 2%
V = 80 km/jam
R = 318 m
Jumlah Jalur = 2 m
Bn = 2 x 3,5 = 7 m
Lebar Jalan = 3,5 m
Di dapatkan data dari buku-buku ” Dasar- dasar perencanaan
geometrik jalan ” truck tunggal sebagai kenderaan rencana (daerah bukit)
P = Jarak gander (6,5)
A = Panjang tonjolan depan (diukur dari gander depan = 1,5 m)
B = Lebar kenderaan rencana 2,5 m
C = Kebebasan samping 1 m
Pelebaran Perkerasan
2 ( P A) 2
2
B = Rc 2 ( P A) 2 1 2 b Rc 2 ( P A) 1 2 b
Rc = R – ½ x lebar perkerasan + ½ b
= 318– ½ x 3,5 + ½ 2,5
Rc = 317,5 m
Maka :
B= Rc 2 ( P A) 2 1 2 b 2 ( P A) 2 Rc 2 ( P A) 2 1 2 b
B = 1,35 m
V
Z = 0,105 .
R
60
= 0,105 .
318
52
Z = 0,35 m
Bt = n (B+C) + Z
= 2 (1,35+1) + 0,35
Bt = 5,05 m
53
3.8 Perencanaan Alinyemen Vertikal
Pergantian dari satu kelandaian ke kelandaian yang lain dilakukan dengan
menggunakan lengkung vertikal. Lengkung vertikal tersebut direncanakan
sedemikian rupa sehinggga memenuhi keamanan dan kenyamanan drainase.
Jenis lengkung vertikal dilihat dari letak titik perpotongan bagian lurus
(tangen) adalah :
1. Lengkung vertikal cekung, adalah lengkung dimanan titik perpotongan
antara kedua tangen berada di bawah permukaan jalan.
2. Lengkung vertikal cembung, adalah lengkung dimana titik perpotongan
antara kedua tangen berada di atas permukaan jalan.
Dalam perencanaan alinyemen vertikal, diperoleh tiga buah lengkung
vertikal cembung dan dua buah lengkung vertikal cekung.
G2 = ∆y x 100 %
x
G2 = 82,00 – 85,04 x 100 %
400
G2 = -0.76%
A = G1 – G2
= (– 0,156) – (– 0,76)
= 0.60 %
Dari Gambar 5.1 halaman 34 buku “Perencanaan Trase Jalan Raya”, dengan
nilai A = 0,60 % diperoleh Lv = 50 m
54
o Mencari Nilai Vertikal menurut Jarak Pandang Henti (Cekung)
Jh = 139,59 m
Lv = 50
0,60 . 7139,5952
Lv = 120+3,5 (139,59)
Lv = 2.33 meter
Lv = -735.095 meter
o Syarat mendapatkan nilai Lv: syarat pertama, Jh < ( Jh > Lv), jika tidak dapat
memenuhi maka di pakai Lv saat Jh < Lv. Syarat ke dua, jika sudah di pakai
nilai Lv pada syarat pertama, Lv > 0, maka diambil Lv tersebut, jika Lv < 0,
di pakai Lv dari grafik yaitu 50 meter
o Pada perhitungan di atas syarat mendspatkan Lv: syarat pertama, 139,59 < (-
735.095), jika tidak dapat memenuhi maka di pakai Lv saat 2,33. Syarat ke
dua, jika sudah di pakai nilai Lv pada syarat pertama, -735.095 > 0, maka di
ambil Lv tersebut, jika 2,33 < 0, di pakai Lv grafik yaitu 50 meter
AxLv 0,60 𝑥 50
Ev = = 0.0375
800 800
55
o STA PTV1 berada pada STA 1+325 =90.65
G3 = ∆y x 100 %
x
G3 = 85,04 – 86,20 x 100 %
700
G3 = -0.166%
A = G1– G2
= (-0.76) – (-0.166)
= – 0,59 %
Dari Gambar 5.1 halaman 34 buku “Perencanaan Trase Jalan Raya”, dengan
nilai A = – 0,59 % diperoleh Lv = 50 m
o Mencari Nilai Vertikal menurut Jarak Pandang Henti (Cembung)
Jh = 139,59 m
Lv = 50
56
𝐴 . 𝐽ℎ2
Lv = 120+3,5 (𝐽ℎ)
−0,59 . 139,592
Lv = 120+3,5 (139,59)
Lv = -2.29 meter
Lv = 1310.64 meter
o Syarat mendapatkan nilai Lv: syarat pertama, Jh < ( Jh > Lv), jika tidak dapat
memenuhi maka di pakai Lv saat Jh < Lv. Syarat ke dua, jika sudah di pakai
nilai Lv pada syarat pertama, Lv > 0, maka diambil Lv tersebut, jika Lv < 0,
di pakai Lv dari grafik yaitu 50 meter
o Pada perhitungan di atas syarat mendspatkan Lv: syarat pertama, 139,59 <
(1310.64), jika tidak dapat memenuhi maka di pakai Lv saat -2.29. Syarat ke
dua, jika sudah di pakai nilai Lv pada syarat pertama, 1310.64 > 0, maka di
ambil Lv tersebut, jika -2.29 < 0, di pakai Lv grafik yaitu 50 meter
AxLv −0,59 𝑥 50
Ev = = −0.036
800 800
57
3. Lengkung Vertikal Cekung
G3 = ∆y x 100 %
x
G3 = 85,04 – 86,20 x 100 %
700
G3 = -0.165%
G4 = ∆y x 100 %
x
G4 = 86,20 – 89,22 x 100 %
600
G4 = -0.503%
A = G1– G2
= (-0.165) – (-0.503)
= 0.33%
Dari Gambar 5.1 halaman 34 buku “Perencanaan Trase Jalan Raya”, dengan
nilai A = 0.33 % diperoleh Lv = 50 m
o Mencari Nilai Vertikal menurut Jarak Pandang Henti (Cekung)
Jh = 139,59 m
Lv = 50
o Mengunakan Metode Jh < Lv
𝐴 . 𝐽ℎ2
Lv = 120+3,5 (𝐽ℎ)
0.33. 139,592
Lv = 120+3,5 (139,59)
Lv = 1.28 meter
58
Lv = -1564.95 meter
o Syarat mendapatkan nilai Lv: syarat pertama, Jh < ( Jh > Lv), jika tidak dapat
memenuhi maka di pakai Lv saat Jh < Lv. Syarat ke dua, jika sudah di pakai
nilai Lv pada syarat pertama, Lv > 0, maka diambil Lv tersebut, jika Lv < 0,
di pakai Lv dari grafik yaitu 50 meter
o Pada perhitungan di atas syarat mendspatkan Lv: syarat pertama, 139,59 < (-
1564.95), jika tidak dapat memenuhi maka di pakai Lv saat 1.28. Syarat ke
dua, jika sudah di pakai nilai Lv pada syarat pertama, -1564.95 > 0, maka di
ambil Lv tersebut, jika 1.28 < 0, di pakai Lv grafik yaitu 50 meter
AxLv 0,33 𝑥 50
Ev = = 0.020
800 800
G5 = ∆y x 100 %
x
59
G5 = 89,22 – 90,26 x 100 %
800
G5 = -0.13%
A = G1– G2
= (-0.76) – (-0.166)
= -0.37 %
Dari Gambar 5.1 halaman 34 buku “Perencanaan Trase Jalan Raya”, dengan
nilai A = -0.37% diperoleh Lv = 50 m
o Mencari Nilai Vertikal menurut Jarak Pandang Henti (Cembung)
Jh = 139,59 m
Lv = 50
o Mengunakan Metode Jh < Lv
𝐴 . 𝐽ℎ2
Lv = 120+3,5 (𝐽ℎ)
−0.37. 139,592
Lv =
120+3,5 (139,59)
Lv = -1.44 meter
Lv = 1923.95 meter
o Syarat mendapatkan nilai Lv: syarat pertama, Jh < ( Jh > Lv), jika tidak dapat
memenuhi maka di pakai Lv saat Jh < Lv. Syarat ke dua, jika sudah di pakai
nilai Lv pada syarat pertama, Lv > 0, maka diambil Lv tersebut, jika Lv < 0,
di pakai Lv dari grafik yaitu 50 meter
o Pada perhitungan di atas syarat mendspatkan Lv: syarat pertama, 139,59 <
(1923.95), jika tidak dapat memenuhi maka di pakai Lv saat -1.44. Syarat ke
60
dua, jika sudah di pakai nilai Lv pada syarat pertama, 1923.95 > 0, maka di
ambil Lv tersebut, jika -1.44 < 0, di pakai Lv grafik yaitu 50 meter
AxLv 0,33 𝑥 50
Ev = = −0.023
800 800
Lengkung A (%) V Lv
Ev (m)
Vertikal G1 (%) G2 (%) G1 – G 2 (km/jam) (m)
Cekung -0.156 -0.76 0.60 80 50 0.0375
61
STA SC1 = SC1
= STA TS1+ Ls1
= 1180,83 + 70
= 1250,83 m
STA P1 = STA SC1 + ½ .Lc
= 1250,83 + ½ x 213,01
= 1357,33 m
STA CS1 = STA P1 + ½ . LC
= 1357,33 + ½ x 213,01
= 1463,83 m
STA ST1 = STA CS1 + ½ .Ls
= 1463,83 + ½ x 70
= 1498,83 m
62
STA P2 = STA TS2+Ls
= 1748,22+70 = 1818,22 m
STA P1 = STA P2 +½ LC
= 1818,22 + ½ x 65,63 = 1851,03 m
STA CS2 = STA P2 +1/2.Lc
= 1851,03+1/2 x 65,63 = 1883,85m
STA ST2 = STA CS2 + Ls
= 1883,85 + 70 = 1953,85 m
63