Anda di halaman 1dari 12

e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha

Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 5 Tahun 2015)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING


TERHADAP HASIL BELAJAR IPA DITINJAU DARI MINAT BELAJAR
SISWA KELAS V SD NEGERI DI GUGUS VI KECAMATAN ABANG
KABUPATEN KARANGASEM TAHUN PELAJARAN 2014/2015

I Made Ari Artana, Nyoman Dantes, I Wayan Lasmawan

Program Studi Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: {ari.artana, nyoman.dantes, lasmawan.wayan}@pasca.undiksha.ac.id,


Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh pembelajaran inkuiri terbimbing
terhadap hasil belajar IPA ditinjau dari minat belajar siswa. Penelitian ini adalah penelitian
eksperimen semu dengan rancangan The Posttest-Only Control-Group Desain. Populasi penelitian
adalah seluruh siswa kelas V SD di Gugus VI Kecamatan Abang yang berjumlah 177 siswa.
Sebanyak 121 siswa dipilih sebagai sampel yang ditentukan dengan teknik random sampling. Data
minat belajar dikumpulkan dengan kuesioner dan hasil belajar menggunakan tes pilihan ganda. Data
dianalisis dengan menggunakan analisis Anava AB berbantuan SPSS 17.00 for windows. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Pertama, terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang
mengikuti pelajaran dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan siswa yang belajar dengan
model pembelajaran konvensional (FA=10,462;p<0,05). Kedua, terdapat pengaruh interaksi antara
model pembelajaran dengan minat belajar terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Gugus VI
Kecamatan Abang (FAB=29,062;p<0,05). Ketiga, untuk siswa yang memiliki minat belajar tinggi, ada
perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pelajaran dengan model pembelajaran
inkuiri terbimbing dan siswa yang mengikuti pelajaran dengan model pembelajaran konvensional
pada siswa kelas V SD di Gugus VI Kecamatan Abang (Qhitung=23,33;p<0,05). Keempat, untuk siswa
yang memiliki minat belajar rendah, ada perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti
pelajaran dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan siswa yang mengikuti pelajaran dengan
model pembelajaran konvensional pada kelas V SD di Gugus VI Kecamatan Abang
(Qhitung=5,32;p<0,05).
.
Kata kunci: inkuiri terbimbing, minat belajar, hasil belajar IPA

Abstract
This research aims to investigate the effect of guided inquiry learning towards science learning result
viewed from student’s interest. This is a quasi-experimental research using Posttest-Only Control-
Group Design. Research population were the entire fifth grade elementary school students in cluster
VI, sub-district Abang which were 177 students. One hundred and twenty one students were selected
as research samples determined by using random sampling technique. Learning interest data were
collected by using questionnaire and learning result data were obtained by using multiple choice test.
Data were analyzed using two-way ANOVA assisted by SPSS 17.00 for windows. Research findings
show that: First, there was a difference in science learning result between students who followed
learning using guided inquiry learning model with students who followed learning using conventional
learning model (FA= 10.462 ;p <0.05). Second, there was an interaction effect between learning model
with science learning interest (FAB =29.062 ;p<0.05). Third, for students who had high learning
interest, there was a difference in science learning result between those who followed learning using
guided inquiry learning model with those who followed learning using conventional learning model
(Q=23,33;p <0.05). Fourth, for students who had low learning interest, there was a difference in
scence learning result between students who followed learning using guided inquiry learning model
with students who followed learning using conventional learning model (Q= 5.32 ;p <0.05).

Keywords: guided inquiry, science learning result, learning interest

1
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 5 Tahun 2015)

PENDAHULUAN berbagai indikator mutu pendidikan belum


Pendidikan memiliki peranan menunjukkan peningkatan yang memadai.
yang sangat penting bagi kehidupan Permen No. 41 tahun 2007 tentang
peradaban manusia di tengah-tengah Standar Proses Pendidikan Nasional
persaingan ketat di era globalisasi dewasa menyatakan seorang guru profesional
ini. Era globalisasi menuntut Bangsa memiliki tugas utama untuk
Indonesia untuk bisa bersaing dan merencanakan pembelajaran,
menyesuaikan diri dengan negara melaksanakan pembelajaran,
lain.Para pakar pendidikan meyakini untuk melaksanakan penilaian. Begitu
meningkatkan daya saing tersebut pentingnya peran guru dalam
kebijakan pembangunan dalam bidang pembelajaran sehingga seorang guru bisa
pendidikan nasional mutlak perlu diibaratkan sebagai nahkoda kapal, yang
ditingkatkan. Oleh karena itu pendidikan bisa membawa kapal tersebut ke tujuan.
harus selalu ditumbuhkembangkan secara Apabila nahkoda itu terampil maka kapal
sistematis oleh para pengambil kebijakan. akan sampai di tujuan dengan selamat
Transformasi dalam dunia pendidikan dan tepat waktu, sebesar apapun
selalu harus diupayakan agar pendidikan gelombang dan tantangannya. Oleh sebab
benar-benar dapat memberikan kontribusi itu tidak salah ungkapan sehebat apapun
yang signifikan dalam usaha untuk kurikulum dan komponen pembelajaran
mencerdaskan kehidupan bangsa yang lain tetapi di tangan guru yang
sebagaimana yang telah diamanatkan kurang terampil maka hasil
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar pembelajarannya akan kurang baik, tetapi
1945. kekurangan komponen pembelajaran
Penyelenggaraan pendidikan yang akan tertutupi oleh seorang guru yang
bermutu akan menghasilkan sumber daya terampil dan profesional. Guru dalam
manusia yang bermutu dan mempunyai proses pembelajaran tidak hanya dituntut
daya saing. Pembangunan nasional di untuk pintar dalam penguasaan materi
bidang pengembangan sumber daya ajar, tetapi juga diharapkan mempunyai
manusia Indonesia yang berkualitas kemampuan dalam menciptakan suasana
melalui pendidikan merupakan upaya belajar siswa yang menyenangkan serta
yang sungguh-sungguh dan terus- mampu berkomunikasi dalam
menerus dilakukan untuk mewujudkan penyampaian bahan ajar secara
manusia Indonesia seutuhnya. terencana sesuai dengan tujuan
Sumberdaya yang berkualitas akan pembelajaran. Guru juga harus mengelola
menentukan mutu kehidupan pribadi, pembelajaran yang bertujuan untuk
masyarakat, dan bangsa dalam rangka membangun dan menemukan jati diri
mengantisipasi, mengatasi persoalan- melalui proses belajar yang aktif, kreatif,
persoalan, dan tantangan-tantangan yang efektif dan menyenangkan sehingga
terjadi dalam masyarakat pada kini dan menarik minat siswa untuk belajar.
masa depan. IPA merupakan bagian yang tidak
Salah satu permasalahan yang terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.
dihadapi oleh bangsa Indonesia dalam Hampir setiap proses kehidupan dapat
kaitannya dengan sumber daya manusia dijelaskan dengan IPA. IPA membahas
adalah rendahnya mutu pendidikan, tentang gejala-gejala alam yang disusun
khususnya pendidikan dasar dan secara sistematis yang didasarkan pada
menengah. Berbagai usaha telah hasil percobaan dan pengamatan yang
dilakukan untuk meningkatkan mutu dilakukan oleh manusia. Hal ini
pendidikan nasional, antara lain melalui sebagaimana yang dikemukakan Trianto
berbagai pelatihan dan peningkatan (2007:102) IPA adalah pengetahuan yang
kualitas guru, penyempurnaan kurikulum, diperoleh melalui pengumpulan data
pengadaan buku dan alat pelajaran, dengan eksperimen, pengamatan, deduksi
perbaikan sarana dan prasarana untuk menghasilkan suatu penjelasan
pendidikan lain, dan peningkatan mutu tentang sebuah gejala yang dapat
manajemen sekolah, namun demikian, dipercaya. sejalan dengan itu menurut
kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006),

2
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 5 Tahun 2015)

menyatakan bahwa IPA berhubungan menjelajahi dan memahami alam sekitar


dengan cara mencari tahu tentang alam secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan
secara sistematis sehingga IPA bukan untuk “mencari tahu” dan “berbuat”
hanya penguasaan kumpulan sehingga dapat membantu siswa untuk
pengetahuan yang berupa fakta, konsep, memperoleh pemahaman yang lebih
atau prinsip saja tetapi juga merupakan mendalam tentang alam sekitar. Menurut
suatu proses penemuan. Claxton (dalam Drost, 2003:119)
Pendidikan IPA diharapkan dapat menyatakan pembelajaran IPA akan
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mencapai hasil yang baik apabila anak
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, berkelakuan seperti ilmuwan, pernyataan
serta prospek pengembangan lebih lanjut ini mengandung pengertian bahwa anak
dan menerapkannya di dalam kehidupan dapat lebih meningkat hasil belajarnya jika
sehari-hari. Chaille dan Britain (dalam mereka mencerminkan kemampuan inkuiri
Drost, 2003;115-116) menyatakan sains ilmuwan.
melibatkan proses inkuiri ilmiah dalam Berdasarkan pengamatan di
menjawab pertanyaan mengenai dunia lapangan menunjukkan hasil belajar IPA di
mereka tinggal. Proses pembelajarannya sekolah dasar masih rendah. Beberapa
menekankan pada pemberian faktor yang menyebabkan rendahnya hasil
pengalaman langsung untuk belajar IPA disebabkan karena
mengembangkan kompetensi agar pengemasan pembelajaran IPA
menjelajahi dan memahami alam sekitar cenderung menciptakan kondisi yang
secara ilmiah. kurang menguntungkan siswa untuk dapat
Pembelajaran IPA di SD hendaknya berpikir dan bekerja secara ilmiah dalam
tidak mementingkan penguasaan siswa membentuk sendiri suatu konsep. Model,
terhadap produk tetapi yang lebih penting metode, maupun strategi tertentu yang
adalah proses. Dengan kata lain siswa digunakan oleh guru dalam proses
harus mendapatkan pengalaman pembelajaran masih bersifat tradisional
langsung dari proses penemuan tersebut. dan kurang memberikan kesempatan
Selanjutnya proses pembelajaran IPA kepada siswa untuk mengembangkan
menurut pandangan konstruktivisme pola pikirnya sesuai dengan kemampuan
seyogyanya disediakan serangkaian dan keterampilan masing-masing.
pengalaman berupa kegiatan nyata yang Pembelajaran IPA cenderung terkesan
rasional atau dapat dimengerti siswa dan bersifat prosedural, mekanistik, monoton,
memungkinkan terjadi interaksi rutinitas, dan kurang terbuka bagi
sosial.Konstruktivisme juga menekankan partisipasi peserta didik dan
bahwa konsep-konsep dan generalisasi membosankan. Guru dalam mengajar
IPA tidak diberikan begitu saja kepada lebih menekankan pada penguasaan
siswa melainkan ditemukan dan dibentuk konsep dan informasi belaka,
sendiri oleh siswa, siswa harus dilibatkan penumpukan konsep atau informasi pada
secara aktif dalam menyusun sendiri siswa cenderung bersifat satu arah seperti
konsep-konsep yang dipelajari dan menuang air ke dalam gelas. Guru masih
mengaitkannya dengan pengetahuan awal menganut asumsi bahwa pengetahuan
yang dimilikinya sehingga berdampak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran
aktivitas berpikir untuk membentuk sendiri guru ke pikiran siswa. Dengan asumsi
suatu konsep. Pembelajaran IPA tersebut guru memandang bahwa
sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri pembelajaran di kelas di mulai dengan
ilmiah (scientific inquiry) untuk siswa yang belum memiliki pengetahuan
menumbuhkan kemampuan berpikir, sama sekali tentang apa yang akan
bekerja dan bersikap ilmiah serta dipelajari (blank mind). Guru memandang
mengkomunikasikannya sebagai aspek setelah pembelajaran selesai maka isi
penting kecakapan hidup. Pendidikan IPA kepala siswa akan sama dengan
menekankan pada pemberian pengetahuan yang ada di kepala guru.
pengalaman langsung dan kegiatan Asumsi guru yang demikian akan semakin
praktis untuk mengembangkan menurunkan kualitas pembelajaran
kompetensi agar siswa mampu dengan didukung oleh pemilihan metode

3
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 5 Tahun 2015)

pembelajaran yang hanya di dominasi Pembelajaran IPA di sekolah dasar


ceramah, tanya-jawab, dan penugasan. sangat berkaitan dengan alam maupun
Pembelajaran hanya berpusat pada guru lingkungan sekitar, Pembelajaran akan
(teacher centered). Siswa relatif pasif efektif dan mencapai sasaran jika
karena pembelajaran hanya didominasi melibatkan fenomena yang terjadi di
oleh guru. Materi yang didapat siswa lingkungan sekitar siswa dalam kehidupan
hanya berupa hafalan jangka pendek. nyata sehari-hari (Hastuti, 2010:191).
Proses Pembelajaran yang berorientasi Untuk itu perlu dikembangkan model
terhadap target penguasaan materi pembelajaran yang memberikan siswa
terbukti berhasil dalam kompetensi kesempatan untuk melakukan kegiatan-
mengingat jangka pendek, namun gagal kegiatan nyata yang memancing
dalam membekali siswa memecahkan kreatifitas siswa dalam menemukan ide-
persoalan-persoalan dalam kehidupan ide baru dalam proses pembelajaran serta
jangka panjang (Depdiknas, 2006). Hal- mengaitkan materi yang diajarkan dengan
hal tersebut sudah seharunya segera pengetahuan awal siswa dan situasi dunia
dikoreksi guru karena proses belajar yang nyata. Banyak model pembelajaran yang
seharusnya berlangsung adalah proses dapat digunakan oleh guru di dalam
yang sebagaimana ditekankan oleh aliran memberikan pembelajaran kepada
konstruktivisme yaitu lebih ditekankan siswanya. Penggunaan berbagai macam
pada keterlibatan aktif peserta didik model pembelajaran akan dapat
melalui pendekatan proses mental untuk memberikan kesan positif terhadap hasil
mengkonstruksi dan mentransformasikan belajar siswanya, dan penggunaan model
pengetahuannya. Suasana pembelajaran pembelajaran yang tepat akan mampu
seperti ini menuntut seorang guru memberikan dampak terhadap dominasi
bertindak sebagai fasilitator yang siswa dalam belajar seperti kreatif, aktif,
memfasilitasi siswa untuk dapat belajar inovatif dan menimbulkan suasana
dan mengkonstruksi pengetahuannya menyenangkan yang akan berdampak
sendiri (Rahayu dan Nuryata, 2010:9-10). positif terhadap hasil belajar yang dicapai
Sebagai fasilitator guru peranan guru siswanya. Dalam pembelajaran IPA guru
dalam pembelajaran adalah menstimulasi dapat memilih satu model pembelajaran
dan memotivasi siswa, mendiagnosis dan yang tepat yang disesuaikan dengan
mengatasi kesulitan siswa, serta bahan pengajaran, siswa, situasi dan
menyediakan pengalaman untuk kondisi, dan media pengajaran.
menumbuhkan pemahaman siswa. Guru Selain penggunaan model
harus menyediakan dan memberikan pembelajaran minat belajar siswa
kesempatan sebanyak mungkin kepada merupakan salah satu faktor penentu
siswa untuk belajar secara aktif, Sehingga keberhasilan pembelajaran. Terdapat
para siswa dapat menciptakan, faktor-faktor yang berinteraksi dalam
membangun, mendiskusikan, pembelajaran, faktor siswa dengan segala
membandingkan, bekerja sama, dan karakteristiknya sebagai titik sentral dalam
melakukan eksperimen dalam kegiatan pembelajaran dan faktor guru sebagai
belajarnya. Menurut Rahayu dan Nuryata instrument input dalam proses
(2012;171) tugas guru sebagi fasilitator pembelajaran, karena siswa yang
adalah a) menjadikan pengetahuan mengalami pembelajaran maka siswa
bermakna dan relevan bagi peserta didik, pulalah yang harus bertanggung jawab
b) memberi kesempatan bagi peserta didik atas pembelajaran dirinya (Marhaeni,
menemukan dan menerapkan idenya 2012:14). Salah satu komponen yang
sendiri, c) menyadarkan peserta didik agar melekat pada faktor siswa adalah minat
menerapkan strategi mereka sendiri belajar. Minat merupakan aspek
dalam belajar. Model pembelajaran yang kepribadian yang berkaitan dengan hasil
dikembangkan harus dikemas dengan belajar. Seseorang berminat terhadap
cukup baik agar proses pembelajaran jenis kegiatan dalam bidang studi atau
berjalan dengan aktif, inovatif, kreatif, objek tertentu akan terdorong untuk
efektif, dan menyenangkan. terlibat didalamnya. Minat adalah
kecenderungan yang tetap untuk

4
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 5 Tahun 2015)

memperhatikan, mengenal, mengenai pembelajaran. Interaksi antar siswa jarang


sesuatu. Kegiatan yang dimiliki seseorang terlihat. Guru merasa khawatir jika
akan diperhatikan secara terus-menerus menggunakan metode eksperimen akan
yang disertai dengan keingintahuan yang kehabisan waktu dalam menjelaskan
tinggi. materi.
Minat belajar akan sangat 3) Dalam pembelajaran guru kurang
mempengaruhi kinerja siswa dalam memberikan kesempatan kepada siswa
pembelajaran, pengetahuan awal yang untuk mempelajari fenomena-fenomena
pada dasarnya adalah kemampuan yang alam yang terjadi di sekitar siswa dan
telah dimiliki siswa dan dibawa dari rumah menghubungkan dengan konsep yang
akan sangat mudah dikaitkan dengan dipelajari, siswa menjadi kurang mampu
pengetahuan yang akan diajarkan di kelas memahami materi karena tidak dikaitkan
jika pengetahuan itu menarik minat siswa dengan kehidupan sehari-hari siswa.
untuk mempelajarinya. Sebaliknya minat Berdasarkan uraian permasalahan
siswa yang rendah akan membuat siswa di atas maka perlu dilakukan inovasi
sulit membentuk pengetahuan baru pada pembelajaran dalam upaya meningkatkan
siswa. Ada juga yang mengatakan minat hasil belajar IPA. Setelah melakukan
belajar yang tinggi akan memudahkan analisis terhadap kendala yang dihadapi
siswa menerima sesuatu yang baru dan guru dalam pembelajaran IPA di SD maka
menjadikan pengetahuan baru yang dalam penelitian ini akan menerapkan
diperolehnya semakin bermakna. model pembelajaran inkuiri merupakan
Penelitian ini mengambil subjek langkah yang tepat untuk meningkatkan
penelitian di Gugus VI Kecamatan Abang, hasil belajar siswa.
Karangasem yang terdiri atas 7 SD Negeri Inkuiri terbimbing berorientasi pada
karena hasil belajar IPA siswa kelas V aktivitas kelas yang berpusat pada siswa
tergolong masih rendah. Hasil observasi dan memungkinkan siswa belajar
yang dilakukan di Gugus VI Kecamatan memanfaatkan berbagai sumber belajar
Abang, Karangasem yang terdiri atas 7 yang tidak hanya menjadikan guru
SD Negeri diketahui 60% (88 dari 148 sebagai sumber belajar. Siswa secara
siswa) diantaranya berada di bawah aktif akan terlibat dalam proses mentalnya
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang melalui kegiatan pengamatan,
ditetapkan yaitu 65. Berdasarkan pengukuran, dan pengumpulan data untuk
pengamatan dan wawancara dengan guru menarik suatu kesimpulan. Dalam
kelas V di Gugus VI kecamatan Abang, pembelajaran inkuiri terbimbing siswa
hasil belajar yang rendah disebabkan oleh secara aktif dalam proses pembelajaran
beberapa faktor antara lain: yaitu melalui dari perencanaan,
1) Pembelajaran masih bersifat pelaksanaan, sampai proses evaluasi.
konvensional, pembelajaran dimulai oleh Dengan menerapkan pembelajaran
guru dengan menjelaskan konsep dan berbasis inkuiri akan memacu
kemudian langsung memberikan soal-soal keingintahuan siswa dalam menemukan
latihan pada siswa. Guru hanya hal-hal yang ingin diketahui siswa.
menjelaskan konsep melalui ceramah dan Penjelasan di atas mengungkapkan
penugasan kurang memberi ruang untuk pembelajaran inkuiri terbimbing dapat
siswa menemukan dan membentuk mengembangkan kemampuan kognitif
konsep serta mengaitkannya dengan siswa. Kemampuan siswa dalam
pengetahuan awal siswa. berkomunikasi, mengembangkan sikap
2) Metode eksperimen jarang ilmiah, meningkatkan minat siswadan hasil
dilakukan. Dalam pembelajaran guru belajar siswa. Berdasarkan uraian di atas,
kurang kreatif untuk menciptakan kondisi maka perlu diketahui pengaruh model
yang mengarahkan siswa agar mampu pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap
mencari dan menemukan cara hasil belajar siswa dalam pembelajaran
memecahkan masalah yang dihadapinya IPA melalui penelitian yang berjudul
dengan bekerja secara ilmiah melalui “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri
percobaan-percobaan. Dapat dikatakan Terbimbing Terhadap Hasil Belajar IPA
keaktifan siswa tidak nampak pada proses Ditinjau dari Minat Belajar Siswa Kelas V

5
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 5 Tahun 2015)

SD Negeri di Gugus VI Kecamatan Abang Data minat belajar dalam


Kabupaten Karangasem Tahun Ajaran pembelajaran IPA dikumpulkan
2014/2015”. menggunakan kuesioner. Data hasil
belajar IPA dikumpulkan dengan
METODE PENELITIAN memberikan tes hasil belajar IPA dalam
Penelitian ini merupakan penelitian bentuk pilihan ganda dengan empat
eksperimen semu (quasi eksperiment), pilihan (option).
dengan rancangan The Posttest-Only Penelitian ini menggunakan
Control-Group Desain. Menurut Sugiyono instrumen sesuai dengan jenis dan sifat
(2012:72) penelitian eksperimen dapat data yang dicari. Kisi- kisi instrumen yang
diartikan sebagai metode penelitian yang dibuat dengan mempertimbangkan
digunakan untuk mencari pengaruh karakteristik tiap data. Penyusunan kisi-
perlakuan tertentu terhadap yang lain kisi yang disusun untuk menjamin
dalam kondisi yang terkendalikan. kelengkapan dan validitas instrumen. Kisi-
Populasi adalah wilayah kisi instrumen minat belajar dibuat sendiri
generalisasi yang terdiri atas objek, oleh peneliti dengan mengacu pada grand
subyek yang mempunyai kualitas dan teori minat belajar pada materi
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh pembelajaran IPA kelas V. Kisi- kisi
peneliti untuk dipelajari dan kemudian instrumen hasil belajar IPA berpedoman
ditarik kesimpulannya Sugiyono (2012:80). pada landasan kurikulum yang
Selanjutnya Sugiyono juga menjelaskan menyangkut tentang standar kompetensi,
sampel merupakan bagian dari jumlah dan kompetensi dasar, aspek materi dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. indikator pembelajaran.
Populasi dan sampel dalam penelitian ini Sebelum instrumen ini digunakan
adalah siswa kelas V SD Gugus VI maka dilakukan uji validitas isi dan
Kecamatan Abang yang berjumlah 177 reliabilitas. Untuk menentukan validitas isi
siswa. Sampel penelitian berjumlah 121 (content validity) dilakukan oleh judges.
orang siswa yang diperoleh dengan Instrumen yang telah dinilai oleh judgis
melakukan uji kesetaraan pada masing- selanjutnya diuji cobakan di lapangan.
masing kelas terlebih dahulu. Uji Tujuan dari pengujicobaan intrumen
kesetaraan dilakukan dengan adalah untuk menentukan validitas dan
menggunakan program SPSS 17.00 for reliabilitas instrumen, tingkat kesukaran
windows dengan taraf signifikansi 5%. dan daya beda pada instrumen minat
Dalam penelitian ini melibatkan belajar dan hasil belajar IPA. Analisis
beberapa variabel, yaitu variabel statistik yang digunakan untuk menguji
bebasnya adalah model pembelajaran hipotesis adalah menggunakan teknik
inkuiri terbimbing pada kelompok Anava A- B dengan taraf signifikansi 0,05
eksperimen, sedangkan kelompok kontrol berbantuan SPSS 17.00 for windows.
menggunakan model pembelajaran
konvensional. Variabel terikatnya adalah HASIL PENELITIAN DAN
adalah hasil belajar siswa. Selain itu PEMBAHASAN
penelitian ini menggunakan variabel Deskripsi data dikelompokakan
moderator yaitu minat belajar siswa. untuk menganalisis pengaruh model
Data pada penelitian ini pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap
dikumpulkan dengan metode hasil belajar IPA ditinjau dari minat belajar
pengumpulan data yang disesuaikan siswa. Rekapitulasi hasil perhitungan skor
dengan tuntunan data dari masing- ketiga variabel dapat dilihat pada pada
masing rumusan permasalahan. Berkaitan Tabel 01 berikut.
dengan permasalahan yang dikaji pada
penelitian ini maka ada dua jenis data
yang diperlukan yakni minat belajar dan
hasil belajar IPA siswa. Oleh karena itu,
data penelitian minat belajar dan hasil
belajar IPA yang diperoleh harus valid dan
reliabel.

6
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 5 Tahun 2015)

Tabel 01 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Skor Minat belajar dan Hasil Belajar IPA

Statistik A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A1 A2 B1 B2


Mean 86.70 70.30 69.60 74.20 79.50 71.4 138.1 109.35
Median 88 71.50 70 73 80 70 138.5 109.5
Mode 90 63 68 68 80 68 143 96
Std. 8.89766 8.053 5.725 6.79473 11.105 6.46410 7.56103 8.93725
Deviation
Variance 79.168 64.85 32.77 46.168 123.333 41.785 57.169 79.874
Range 32 28 20 25 40 28 25 27
Minimum 68 60 60 63 60 60 125 96
Maximum 100 88 80 88 100 88 150 123
Sum 1734 1446 1392 1464 3180 2856 5524 4374
Keterangan:
A1 :Hasil belajar IPA siswa yang mengikuti model inkuiri terbimbing.
A2 :Hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
A1B1 :Hasil belajar IPA siswa yang mengikuti model inkuiri terbimbing yang
memiliki minat belajar tinggi.
A1B2 : Hasil belajar IPA siswa yang mengikuti model inkuiri terbimbing yang
memiliki minat belajar rendah.
A2B1 : Hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional yang
memiliki minat belajar tinggi.
A2B2 : Hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional yang
memiliki minat belajar rendah.
Berdasarkan hasil pengujian inkuiri terbimbing lebih unggul dalam
hipotesis yang telah diuraikan, terlihat meningkatkan hasil belajar IPA daripada
bahwa keempat hipotesis yang diajukan model pembelajaran konvensional.
pada penelitian ini telah berhasil menolak Keunggulan pendekatan model
hipotesis nol, rincian hasil hipotesis pembelajaran inkuiri terbimbing juga
tersebut sebagai berikut. dibuktikan dengan hasil penelitian
Pertama, hasil uji hipotesis pertama Mertiana (2011) dalam penelitiannya yang
telah berhasil menolak Ho dan menerima berjudul “Pengaruh Implementasi Model
H1, yang berarti bahwa ada perbedaan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
hasil belajar IPA antara siswa yang Terhadap Peningkatan Motivasi Belajar
mengikuti pelajaran dengan model Dan Hasil Belajar IPA Di Kelas VI SD
pembelajaran inkuiri terbimbing dengan Santo Yoseph 1 Denpasar Tahun
model pembelajaran konvensional pada Pelajaran 2011-2012”. Hasil penelitian
siswa Kelas V SD yang dijadikan sampel. menunjukkan bahwa: (1) terdapat
Skor rata-rata hasil belajar IPA siswa yang perbedaan secara signifikan motivasi
mengikuti pelajaran dengan model belajar pada mata pelajaran IPA antara
pembelajaran inkuiri terbimbing = 79,50 peserta didik yang mengikuti model
dan rata-rata skor hasil belajar IPA siswa pembelajaran inkuiri terbimbing dengan
yang mengikuti pelajaran dengan model peserta didik yang mengikuti model
pembelajaran konvensional = 71,40 pembelajaran langsung (F=9,127 dan
Sehingga secara keseluruhan, hasil sig=0,003;p< 0,05). (2) terdapat
belajar IPA siswa yang mengikuti perbedaan hasil belajar pada mata
pelajaran dengan model pembelajaran pelajaran IPA antara peserta didik yang
inkuiri terbimbing lebih baik daripada mengikuti model pembelajaran inkuiri
model pembelajaran konvensional. terbimbing dengan peserta didik yang
Hasil uji hipotesis tersebut mengikuti model pembelajaran langsung
menunjukkan bahwa model pembelajaran (F=29,293 dan sig=0,000; p< 0,05). dan

7
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 5 Tahun 2015)

(3) terdapat perbedaan motivasi belajar IPA dalam kehidupan anak, sehingga
dan hasil belajar secara simultan terhadap anak belajar IPA ada keterkaitan dengan
pelajaran IPA antara peserta didik yang pengalaman anak sehari-hari.
mengikuti model pembelajaran inkuiri Berdasarkan paparan di atas,
terbimbing dengan peserta didik yang tampak jelas bahwa pembelajaran inkuiri
mengikuti model pembelajaran terbimbing lebih baik diterapkan untuk
langsung.(harga F hitung lebih kecil dari siswa daripada pembelajaran
0,05). Berdasarkan temuan tersebut dapat konvensional karena dengan
disimpulkan bahwa 1) motivasi belajar pembelajaran inkuiri terbimbing semua
peserta didik yang mengikuti model indra siswa terlibat dalam proses
pembelajaran inkuiri terbimbing lebih baik pembelajaran. Oleh karena itu, hasil
daripada peserta didik yang mengikuti belajar siswa yang mengikuti pelajaran
pembelajaran langsung. 2) hasil belajar dengan model pembelajaran inkuiri
IPA peserta didik yang mengikuti terbimbing pada pembelajaran IPA lebih
pembelajaran dengan model inkuiri baik daripada siswa yang mengikuti
terbimbing lebih tinggi dibandingkan pelajaran dengan menggunakan model
dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran konvensional.
model pembelajaran langsung. 3) bahwa Kedua, hasil uji hipotesis kedua
terdapat pengaruh yang signifikan berhasil menolak Ho dan menerima H1.
penggunaan model pembelajaran inkuiri Ini berarti ada pengaruh interaksi antara
terbimbing terhadap motivasi belajar dan model pembelajaran dengan minat belajar
hasil belajar IPA kelas VI SD Santo terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V
Yoseph I Denpasar.Penelitian ini memiliki SD di Gugus VI Kecamatan Abang yang
persamaan dengan penelitian yang dijadikan sampel penelitian.
dilakukan penulis yaitu sama-sama Untuk siswa yang memiliki minat
meneliti pengaruh penerapan model belajar tinggi, skor rata-rata hasil belajar
pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap IPA siswa yang mengikuti pelajaran
hasil belajar siswa. dengan model pembelajaran inkuiri
Jika dibandingkan dengan model terbimbing=86,70 dan skor rata-rata hasil
pembelajaran konvensional, maka belajar IPA siswa yang mengikuti
pembelajaran inkuiri terbimbing tampak pelajaran dengan model pembelajaran
lebih menekankan keterlibatan siswa konvensional=69,60 sehingga dapat
dalam belajar, sehingga siswa aktif terlibat disimpulkan bahwa untuk siswa yang
dalam proses pembelajaran dan penilaian memiliki minat belajar tinggi, hasil belajar
untuk pembuatan keputusan. Hal ini IPA siswa yang mengikuti pelajaran
sesuai dengan panduan kurikulum yang dengan model pembelajaran inkuiri
menyatakan bahwa pengalaman belajar terbimbing lebih baik daripada siswa yang
siswa menempati posisi penting dalam mengikuti pelajaran dengan model
usaha meningkatkan kualitas lulusan. pembelajaran konvensional.
Untuk itu guru dituntut harus mampu Selanjutnya, untuk siswa yang
merancang dan melaksanakan proses memiliki minat belajar rendah, skor rata-
pembelajaran dengan tepat. Setiap siswa rata hasil belajar IPA siswa yang
memerlukan bekal pengetahuan dan mengikuti pelajaran dengan model
kecakapan agar dapat hidup di pembelajaran inkuiri terbimbing=70,30
masyarakat dan bekal ini diharapkan dan skor rata-rata hasil belajar IPA siswa
diperoleh melalui pengalaman belajar di yang mengikuti pelajaran dengan model
sekolah. Oleh sebab itu pengalaman pembelajaran konvensional=74,20
belajar di sekolah sedapat mungkin sehingga hasil belajar IPA siswa yang
memberikan bekal siswa dalam mencapai mengikuti pelajaran dengan model
kecakapan untuk berkarya. Kecakapan ini pembelajaran konvensional lebih baik
disebut dengan kecakapan hidup yang daripada siswa yang mengikuti pelajaran
cakupannya lebih luas dibanding hanya dengan model pembelajaran inkuiri
sekadar keterampilan. Pembelajaran yang terbimbing. Keunggulan pendekatan
mengaitkan anak dengan pengalamannya model pembelajaran inkuiri terbimbing
sehari-hari, akan tampak jelas manfaat juga dibuktikan dengan hasil penelitian

8
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 5 Tahun 2015)

Darma (2013) dalam penelitiannya yang pembelajaran inkuiri terbimbing akan


berjudul “Pengaruh Pendekatan tumbuh kebiasaan berkompetisi positif
Pembelajaran Kontekstual Terhadap Hasil diantara mereka untuk mencapai hasil
Belajar Pkn Ditinjau Dari Minat Belajar yang terbaik. Dorongan ini pula
Siswa”. Hasil penelitian menunjukan menyebabkan terjadinya pembelajaran
bahwa: 1) hasil belajar PKn siswa yang yang efektif dan efesien. Sehingga model
mengikuti Pendekatan pembelajaran pembelajaran inkuiri terbimbing akan
kontekstual lebih tinggi daripada siswa meningkatkan hasil belajar siswa yang
yang mengikuti Pendekatan pembelajaran mempunyai minat belajar tinggi terhadap
konvensional (FA=21,29< α=0,05); 2) IPA.
terdapat pengaruh interaksi yang Siswa yang memiliki minat belajar
signifikan antara pendekatan tinggi diduga akan memiliki hasil belajar
pembelajaran dan minat belajar terhadap yang lebih tinggi apabila mengikuti
hasil belajar PKn (FAB=71,32 < α=0,05); 3) pembelajaran dengan model
untuk siswa yang memiliki minat belajar pembelajaran inkuiri terbimbing.
tinggi, hasil belajar PKn siswa yang Sebaliknya, siswa yang memiliki minat
mengikuti Pendekatan pembelajaran belajar rendah, hasil belajarnya akan lebih
kontekstual lebih tinggi daripada siswa tinggi apabila mengikuti pembelajaran IPA
yang mengikuti Pendekatan pembelajaran dengan model pembelajaran
konvensional (Qhitung=13,06<α=0,05); 4) konvensional. Berdasarkan pendapat
untuk siswa yang memiliki minat belajar diatas, dapat diduga terdapat interaksi
rendah, hasil belajar PKn siswa yang antara model pembelajaran inkuiri
mengikuti Pendekatan pembelajaran terbimbing dan konvensional dalam
konvensional lebih tinggi daripada siswa pembelajaran IPA dengan tingkat minat
yang mengikuti Pendekatan pembelajaran belajar, yaitu minat belajar tinggi dan
kontekstual (Qhitung=3,83< α=0,05). Atas rendah terhadap hasil belajar IPA.
dasar temuan itu, disimpulkan bahwa Ketiga, hasil uji hipotesis ketiga
penerapan pendekatan pembelajaran dan berhasil menolak Ho dan menerima H1
minat belajar mempunyai pengaruh yang yang berarti bahwa untuk siswa yang
signifikan terhadap hasil belajar PKn. memiliki minat belajar tinggi, ada
Penelitian ini memiliki persamaan dengan perbedaan hasil belajar IPA antara siswa
penelitian yang dilakukan penulis yaitu yang mengikuti pelajaran dengan model
sama-sama melihat hasil belajar siswa pembelajaran inkuiri terbimbing dengan
ditinjau dari minat belajar siswa. siswa yang mengikuti pelajaran dengan
Minat belajar dapat diekspresikan model pembelajaran konvensional pada
anak didik melalui pernyataan lebih siswa kelas V SD di Gugus VI Kecamatan
menyukai sesuatu daripada yang lainnya, Abang yang dijadikan sampel penelitian.
partisipasi dalam aktif dalam suatu Pendekatan model pembelajaran
kegiatan, dan memberi perhatian yang inkuiri terbimbing pada siswa yang
lebih besar terhadap sesuatu yang memiliki minat belajar tinggi memberikan
diminatinya tanpa menghiraukan yang peluang kepada siswa untuk bisa
lain, model pembelajaran inkuiri mengeksplorasikan kemampuannya
terbimbing memberikan kesempatan sehingga pada saat proses pembelajaran
kepada siswa untuk aktif terlibat dalam terjadi siswa mampu mengembangkan
proses mentalnya melalui kegiatan kemampuan yang mereka miliki secara
pengamatan, pengukuran, dan optimal, karena pada proses
pengumpulan data untuk menarik suatu pembelajaran dengan model
kesimpulan. Dengan penerapan model pembelajaran Inkuiri terbimbing mereka
pembelajaran inkuiri terbimbing, minat dilibatkan secara aktif untuk menemukan
belajar siswa akan semakin tinggi pada dan memahami konsep-konsep materi
pembelajaran IPA, minat yang tinggi pada pelajaran yang dipelajari serta diberi
pelajaran IPA merupakan motivasi dan kesempatan untuk melakukan penilaian
dorongan bagi mereka untuk lebih giat terhadap apa yang sudah mereka
belajar IPA sehingga mendapatkan hasil lakukan. Dengan demikian, pembelajaran
belajar yang tinggi, selain itu pada model akan terasa lebih bermakna karena

9
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 5 Tahun 2015)

melibatkan siswa secara keseluruhan yang menyatakan bahwa untuk siswa


dalam proses pembelajaran. yang memiliki minat belajar rendah, ada
Minat belajar adalah keinginan atau perbedaan hasil belajar IPA antara siswa
perasaan senang untuk melakukan yang mengikuti pelajaran dengan model
aktivitas belajar sehingga diperoleh inkuiri terbimbing dengan siswa yang
perubahan berupa kecakapan atau mengikuti pelajaran dengan model
pengetahuan pada diri siswa. Siswa pembelajaran konvensional pada siswa
dengan minat belajar tinggi cenderung kelas V SD di Gugus VI Kecamatan
tertarik untuk memperhatikan dan terlibat Abang yang dijadikan sampel penelitian.
dalam aktivitas belajar karena menyadari Skor rata-rata hasil belajar IPA
pentingnya atau bernilainya hal yang ia siswa yang memiliki minat belajar rendah
pelajari. Jika dikaitkan dengan aktivitas yang mengikuti pelajaran dengan model
belajar, minat belajar merupakan salah pembelajaran inkuiri terbimbing = 70,30
satu alat motivasi atau alasan bagi siswa dan skor rata-rata hasil belajar IPA siswa
terhadap hal yang akan dipelajari. yang mengikuti pelajaran dengan model
Siswa yang mempunyai minat pembelajaran konvensional = 74,20
belajar tinggi akan lebih aktif dalam proses sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk
pembelajaran, terlebih didukung dengan siswa yang memiliki minat belajar rendah,
model pembelajaran inkuiri terbimbing hasil belajar IPA siswa yang mengikuti
yang melibatkan siswa secara langsung pelajaran dengan model pembelajaran
untuk aktif dalam proses pembelajaran konvensional lebih baik daripada siswa
untuk mengetahui apa yang dipelajarinya yang mengikuti pelajaran dengan model
serta memberikan dorongan belajar bagi pembelajaran pembelajaran inkuiri
dirinya sendiri. Sementara itu, terbimbing pada siswa kelas V SD di
pembelajaran model konvensional kurang Gugus VI Kecamatan Abang yang
menyediakan kesempatan bagi peserta dijadikan sampel penelitian.
didik untuk aktif karena pembelajaran Pendekatan model inkuiri terbimbing
hanya berpusat pada pengajar. pada siswa yang memiliki minat belajar
Berdasarkan hal tersebut, maka rendah membuat siswa tidak terbiasa
dapat diduga bahwa siswa dengan minat dalam mengikuti pelajaran karena pada
belajar yang tinggi dan mengikuti model model pembelajaran inkuiri terbimbing
pembelajaran inkuiri terbimbing akan siswa dituntut oleh guru dan dibimbing.
hasil belajar yang lebih tinggi Siswa diorientasikan pada masalah yang
dibandingkan dengan siswa yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari,
mengikuti pembelajaran konvensional. dan berdasarkan pada masalah tersebut
Dilihat dari uraian di atas, siswa diharapkan mampu untuk
tampaknya bahwa model pembelajaran mengembangkan konsep-konsep yang
Inkuiri terbimbing memberi kesempatan berkaitan dengan permasahan yang
kepada siswa untuk mengembangkan ide- sedang dihadapi. Siswa dituntut terlibat
idenya secara sendiri yang melibatkan secara aktif untuk menemukan dan
semua indranya. Model pembelajaran memahami konsep-konsep materi
konvensional lebih menekankan pada pelajaran yang dipelajari serta mampu
kemampuan guru dalam memberikan untuk melakukan penilaian terhadap apa
motivasi ekstrinsik kepada siswa sehigga yang sudah mereka lakukan. Dengan
siswa kelihatan pasif, karena semua demikian, pembelajaran betul-betul
sudah diatur oleh guru. Dengan demikian, berpusat siswa. Sehingga untuk siswa
dapat disimpulkan bahwa untuk siswa yang memiliki minat belajar rendah, hal ini
yang memiliki minat belajar tinggi, hasil akan sangat sulit dilakukan karena
belajar IPA siswa yang mengikuti mereka akan cenderung menerima saja
pelajaran dengan model pembelajaran apa yang diberikan oleh guru tanpa ada
Inkuiri terbimbing lebih baik daripada keinginan untuk mengkritisi permasalahan
siswa yang mengikuti pelajaran dengan yang diberikan.
model pembelajaran konvensional. Sementara itu, jika siswa yang
Keempat, hasil uji hipotesis keempat memiliki minat belajar rendah diberikan
berhasil menolak Ho dan menerima H1 model pembelajaran konvensional yaitu

10
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 5 Tahun 2015)

pembelajaran yang berpusat pada guru, Dari pembahasan masing-masing hasil


akan merasa senang dalam mengikuti hipotesis di atas, menunjukkan bahwa
proses pembelajaran karena meraka untuk siswa yang memiliki minat belajar
terbiasa dengan proses pembelajaran tinggi, model pembelajaran inkuiri
terbimbing. Jika siswa sudah merasa terbimbing lebih unggul dalam
senang dengan apa yang mereka lakukan meningkatkan hasil belajar IPA siswa
maka ini akan memicu mereka untuk daripada model pembelajaran
berprestasi, sehingga model pembelajaran konvensional. Sementara untuk siswa
konvensional lebih cocok diberikan yang memiliki minat belajar rendah, model
kepada siswa yang memiliki minat belajar pembelajaran konvensional lebih unggul
rendah. dalam meningkatkan hasil belajar IPA
Siswa yang memiliki minat belajar siswa daripada model pembelajaran inkuiri
rendah memiliki karakteristik antara lain terbimbing.
cepat putus asa, kurang aktif, kurang Berdasarkan uraian tersebut, terlihat
memahami tujuan belajarnya sehingga adanya keunggulan dan kelemahan
tidak memiliki target yang jelas, tidak masing-masing model pembelajaran,
inovatif dalam menyelesaikan masalah, tergantung dari tingkat minat belajar
dan cenderung menunggu campur-tangan siswa. Sehingga dalam proses
orang lain dalam proses belajarnya. Siswa pembelajaran sebaiknya guru
yang memiliki minat belajar rendah lebih mempertimbangkan kondisi siswa
suka mengikuti langkah-langkah belajar tersebut. Siswa yang memiliki minat
yang teratur dan jelas karena mereka belajar tinggi lebih baik diberikan pelajaran
umumnya suka menerima apa adanya dengan menggunakan model
bersama-sama dengan temannya. pembelajaran inkuiri terbimbing,
Bagi siswa yang punya minat belajar sementara siswa yang memiliki minat
rendah pada IPA, model pembelajaran belajar rendah lebih baik diberikan
inkuiri terbimbing akan menambah beban pelajaran dengan menggunakan model
bagi mereka, mereka akan kesulitan pembelajaran konvensional.
mengkontruksikan pengetahuan yang
mereka miliki. Mereka mengalami PENUTUP
kesulitan menghubungkan materi dengan Berdasarkan analisis dan
keadaan sehari-hari. Dengan pembahasan seperti yang telah diuraikan
pembelajaran inkuiri terbimbing mereka kesimpulan yang dapat diambil sebagai
mengalami kesulitan belajar IPA, karena berikut. Pertama, terdapat perbedaan
mereka sudah terbiasa belajar dan hasil belajar IPA antara siswa yang
bekerja mengikuti contoh-contoh yang mengikuti pelajaran dengan model
diberikan gurunya, sehingga hasil belajar pembelajaran inkuiri terbimbing dan siswa
yang diharapkan sulit meningkat. Siswa yang belajar dengan model pembelajaran
yang memiliki minat belajar rendah, akan konvensional (FA=10,462;p<0,05). Kedua,
lebih senang untuk menerima materi terdapat pengaruh interaksi antara model
pelajaran melalui model pembelajaran pembelajaran dengan minat belajar
konvensional. Karena pada model terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V
pembelajaran ini para siswa hanya SD di Gugus VI Kecamatan Abang
dituntut untuk mendengarkan keterangan (FAB=29,062;p<0,05). Ketiga, untuk siswa
yang diberikan oleh guru di depan kelas, yang memiliki minat belajar tinggi, ada
menerima informasi secara teratur dari perbedaan hasil belajar IPA antara siswa
guru, dan tidak ada proses bertukar yang mengikuti pelajaran dengan model
informasi di antara teman sekelasnya pembelajaran inkuiri terbimbing dan siswa
Dengan demikian, dapat yang mengikuti pelajaran dengan model
disimpulkan bahwa untuk siswa yang pembelajaran konvensional pada siswa
memiliki minat belajar rendah, hasil belajar kelas V SD di Gugus VI Kecamatan
IPA siswa yang mengikuti pelajaran Abang (Qhitung=23,33;p<0,05). Keempat,
dengan model pembelajaran konvensional untuk siswa yang memiliki minat belajar
lebih baik daripada siswa yang mengikuti rendah, ada perbedaan hasil belajar IPA
pelajaran dengan model inkuiri terbimbing. antara siswa yang mengikuti pelajaran

11
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 5 Tahun 2015)

dengan model pembelajaran inkuiri Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007.


terbimbing dan siswa yang mengikuti Tentang Standar Proses Untuk
pelajaran dengan model pembelajaran Satuan Pendidikan Dasar Dan
konvensional pada kelas V SD di Gugus Menengah. Tersedia pada
VI Kecamatan Abang http://bsnp-indonesia.org/id/wp-
(Qhitung=5,32;p<0,05). content/uploads/proses/Permen_41
_Th-2007.pdf . Diakses tanggal 26
DAFTAR RUJUKAN Februari 2014.
Darma, I Putu Susila, 2013. Pengaruh
Pendekatan Pembelajaran Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Kontekstual Terhadap Hasil Belajar Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Pkn Ditinjau Dari Minat Belajar
Siswa Tesis (online). Tersedia pada Trianto. 2007. Model Pembelajaran
http://pasca.undiksha.ac.id /e- Terpadu dalam Teori dan Praktek.
journal/index.php/jurnal_pendas Jakarta: Prestasi Pustaka.
/article/view/538. Diakses tanggal 15
/03/2014.

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat


Satuan Pendidikan. Jakarta:
Depdiknas BSNP.

Drost, Pater. 2003. Pendidikan Sains yang


Humanistik. Yogyakarta: Kanisius.

Endang Rahayu, dan I Made Nuryata.


2012. Pembelajaran Masa Kini.
Jakarta: Sekarmita.

Hastuti, Retno. 2010. Ilmu Pengetahuan


Alam untuk SD Kelas V. Klaten: PT
Intan Pariwara

Marhaeni, A.A.I.N. 2012. Landasan dan


Inovasi Pembelajaran. Singaraja:
Universitas Pendidikan Ganesha.

Mertiana, I Ketut M. 2011. Pengaruh


Implementasi Model Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing Terhadap
Peningkatan Motivasi Belajar dan
Hasil Belajar IPA di Kelas VI SD
Santo Yoseph I Denpasar. Tesis
(online). Tersedia pada
http://pasca.undiksha.ac.id/e-
journal/index.php/jurnal_pendas/arti
cle/ view/244. Diakses pada tanggal
15/03/2014.

12

Anda mungkin juga menyukai