Anda di halaman 1dari 119

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fisika merupakan bagian dari sains yang berkaitan dengan cara mencari

tahu tentang fenomena alam secara sistematis sehingga proses pembelajarannya

bukan hanya sekedar penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta,

konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

penemuan. Salah satu tujuan mata pelajaran fisika pada jenjang Sekolah

Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) adalah siswa harus memiliki

kemapuan mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah,

mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit

instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data, serta

mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis (Depdiknas, cit.

Azizah, 2014: 235). Dengan demikian pembelajaran fisika di SMA/MA

dimaksudkan sebagai wahana untuk melatih siswa mengembangkan keterampilan

proses sains.

Salah satu permasalahan yang terdapat dalam proses pembelajaran fisika

saat ini adalah lemahnya proses pembelajaran. Menurut Depdiknas (Azizah, 2014:

235) dalam proses pembelajaran siswa hanya menghafal konsep dan kurang

mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan

nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki. Proses pembelajaran di

dalam kelas lebih banyak diarahkan kepada siswa untuk menghafal informasi
2

tanpa dituntut untuk memahami dan mengembangkan informasi yang diingat

dalam kehidupan sehari-hari.

Permasalahan tersebut dikarenakan model pembelajaran yang digunakan

kurang inovatif, guru cenderung menggunakan ceramah dan tugas serta metode

yang digunakan kurang mendukung untuk proses pembelajaran fisika, sehingga

siswa tidak aktif terlibat dalam pembelajaran. Dengan demikian pembelajaran IPA

khususnya fisika yang baik seharusnya tidak hanya sekedar menghafal, melainkan

lebih menekankan pada proses terbentuknya suatu pengetahuan dan penguasaan

siswa terhadap konsep sehingga siswa dituntut untuk bisa memperoleh

pengetahuaan dengan peran aktifnya selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMA Negeri 10 Kota

Ternate pada semester ganjil 2016, sebagian besar siswa tidak memiliki kesiapan

belajar karena mereka tidak terlebih dahulu mempelajari materi yang akan

diajarkan, sehingga sulit bagi mereka untuk mengerti materi yang akan

disampaikan padahal jika adanya kesiapan siswa akan lebih mempermudah guru

dalam menyampaikan materi dan siswa akan lebih mudah memahami materi

karena sudah adanya gambaran akan materi pembelajaran. Kondisi ini juga

mengakibatkan daya ingat siswa terhadap materi pelajaran menjadi kurang.

Sehingga pemahaman mereka terhadap materi pelajaran tidak maksimal yang

akhirnya menyebabkan hasil belajar mereka kurang optimal.

Salah satu faktor penyebab rendahnya keterampilan proses sains dan hasil

belajar fisika siswa adalah model pembelajaran yang digunakan guru kurang

inovatif. Model pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru di SMA Negeri 10
3

Kota Ternate adalah model Direct Instruction dengan metode ceramah, penugasan

dan mengerjakan soal latihan. Model Direct Instruction dengan metode

demonstrasi, eksperimen dan diskusi jarang digunakan di kelas. Kelemahan model

Direct Instruction antara lain: (1) pembelajaran berpusat pada guru, sehingga

siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, (2) siswa

hanya mendapatkan produk (pengetahuan) dari guru tanpa memahami proses, (3)

siswa sering kehilangan perhatian dan konsentrasi (bosan) sehingga siswa hanya

akan mengingat sedikit materi yang diberikan oleh guru dan hasil belajar rendah.

Pembelajaran seperti ini, tidak sesuai dengan hakikat fisika dan pembelajaran

fisika yang menekankan pada proses (meliputi; merumuskan masalah,

merumuskan hipotesis, verifikasi data, dan menarik kesimpulan) dan menuntut

siswa untuk aktif belajar hingga menghasilkan suatu produk pengetahuan fisika

yang berupa hukum, teori, prinsip, aturan, atau rumus-rumus.

Menurut Winarno (Azizah 2014: 236) pembelajaran dengan menggunakan

model inkuiri dapat meningkatakan keterampilan proses sains siswa yaitu sebesar

80,40% pada siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 5 Surakarta, dan pada penelitian

Hamid (2008) model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatakan hasil

belajar siswa dengan skor rata-rata nilai sebesar 71,70% pada siswa SMA Negeri

3 Banda Aceh.

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis berpikir perlu melakukan suatu

penelitian tentang “Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran

Fisika pada Konsep Suhu dan Kalor Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses

Sains Siswa di SMA Negeri 10 Kota Ternate”.


4

B. Identifikasi Masalah

1. Kurangnya penerapan model pembelajaran inkuiri dalam proses pembelajaran

2. Siswa menganggap mata pelajaran fisika yang sulit dan menjenuhkan

3. Proses pembelajaran fisika di SMA Negeri 10 Kota Ternate masih dalam

bentuk transfer pengetahuan saja dan bukan terhadap proses sains.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan deskripsi latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah apakah dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri

dalam pembelajaran fisika dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa

pada konsep suhu dan kalor?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan dari

penelitian ini yaitu untuk mengetahui peningkatan keterampilan proses sains

siswa dengan menerapkan model pembelajaran inkuri pada konsep suhu dan

kalor.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagi guru:

1. Memberinformasi bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran fisika dapat

digunakan beberapa pendekatan terpadu yang memungkinkan siswa

melakukan keterampilan proses sains siswa.

2. Sebagai bahan pertimbangan pemilihan pendekatan pembelajaran yang

dapat mengupayakan siswa melakukan keterampilan proses sains.


5

3. Memberikan motivasi untuk selalu melakukan inovasi pembelajaran yang

memungkinkan siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran.

b. Bagi siswa:

1. Memperoleh kesempatan untuk dapat mengeksplor diri dan

pengetahuannya dalam pelaksanaan pembelajaran fisika

2. Memperoleh pengalaman baru untuk dapat memberdayakan kecakapan

hidup dan keterampilan proses sains dalam proses pembelajaran.

3. Memaksimalkan potensi yang dimiliki untuk melakukan keterampilan

proses sains dalam pembelajaran fisika.

c. Bagi sekolah:

1. Mengetahui suatu cara yang diterapkan disekolah untuk memfasilitasi

proses pembelajaran.

2. Memperoleh informasi baru tentang alternative pendekatan pembelajaran

yang dapat dikembangakan dalam kegiatan pembelajaran.

F. Asumsi penelitian

Asumsi dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Guru atau peneliti mampu menerapkan model inkuiri

2. Ketrampilan proses sains siswa dapat meningkat dengan diterapkan model

pembalajaran inkuiri.

3. Siswa SMA Negeri 10 kota Ternate mampu memecahkan masalah dalam

pembelajaran dengan diterapkannya model pembelajaran inkuri


6

G. Ruang Lingkup penelitian

Agar penelitian ini memiliki arah yang jelas dan terarah, maka peneliti

Ruang linkup penelitian ini antaralain:

1. Variabel dalam Peneletian

Variabel dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran inkuiri, dan

keterampialan proses sains siswa.

2. Populasi Penelitian

Populasi disinia adalah siswa di kelas X IPA-2 SMA Negeri 10 Kota

Ternate.

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dijadikan sebagai kelas penelitian adalah siswa kelas X

IPA-2 SMA Negeri 10 kota Ternate yang berjumlah 21 siswa, yang terdiri dari 7

laki-laki dan 14 perempuan.

4. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 10 Kota Ternate di Jln. Ki.

Hajar Dewantara Kel. Takoma Kec. Kota Ternate Tengah.

H. Definisi Istilah/Operasional

1. Pembelajaran inkuiri adalah suatu rangkaiian kegiatan belajar yang

melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan

menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analisis, sehingga dapat

merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

2. Keterampilan Proses Sains (KPS) merupakan metode ilmiah yang di

dalamnya melatihkan langkah-langkah untuk menemukan sesuatu melalui


7

eksperimen dan percobaan. Menurut Wahono (Sartika S.B, 2015: 28),

keterampilan proses sains (KPS) adalah keterampilan dasar bereksperimen,

metode ilmiah, dan berinkuiri.


8

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Belajar

1. Pengertian Belajar

Menurut Karwati & Priansah (2014: 186), Belajar adalah suatu perubahan

yang terjadi dalam diri organisasi (manusia atau hewan) disebabkan oleh

perubahan pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkahlaku organisme

tersebut.

Belajar adalah suatu perubahan internal didalam diri seseorang,

pembentukan asosiasi baru, atau potensi untuk suatu tanggapan baru. Belajar

adalah suatu perubahan kemapuan seseorang yang relatif permanen (Abdullah,

2011: 34). Menurut Woolfold & Lorrence (Abdullah, 2011: 34), bahwa belajar

menyebabkan seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungannya, memberikan

tanggapan terhadap apa yang terjadi disekelilingnya dan membangun relasi baru

dengan sesame serta mengarah pada upaya pembaharuan diri kearah yang lebih

baik.

Gagne dalam bukunya “The Conditions of Learning” (Purwanto, 1990:

82), menyatakan bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama

dengan isi ingatan mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga

perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami

situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.

Belajar (Learning), merupakan perngkat proses kofgnitif yang mengubah

memori orang dari satu keadaan ke keadaan lain, menghasilkan satu kapsitas atau
9

lebih. Konsep-konsep yang dikemukakan oleh Skinner mampu mengguling

konsep-konsep yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh sebelumnya. Ia mampu

menjelaskan teorinya secara sederhana, namun dapat menunjukan konsepnya yang

lebih komprehensip.

Hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi memlalui interaksi

dalam konsekwensi yang mungkin akibat respon tersebut. Lingkunganya yang

kemudian akan menimbulkan perubahan tingkahlaku. Stimulus-stimulus yang

diberikan kepada seseorang akan saling berinteraksi dan antara stimulus-stimulus

tersebut akan mempengaruhi bentuk respon yang akan dimunculkan. Demikian

juga dengan respon yang dimunculkan ini akan mempunyai konsekwensi-

konsekwensi. Konsekwensi inilah yang pada gilirannya akan mempengaruhi atau

menjadi pertimbangan munculnya perilaku. Untuk itu harus, memahami

tangkahlaku seseorang secara benar, perlu terlebih dahulu memahami hubungan

antara stimulus satu dengan lainya, serta memahami respon yang mungkin

dimunculkan (Abdullah, 2011: 37).

2. Ciri dan Gaya Belajar

Beberapa element penting yang menjadi ciri dari belajar menurut

purwanto dalam Karwati & Priansa (2014: 188) adalah:

a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan

itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada

kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk;

b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan akal

pengalaman; dalam arti perubahan-perubahan yang desbabkan oleh


10

pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar; seperti

perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi;

c. Untuk dapat desbut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap; harus

merupakan akhir daripada suatu periode waktu itu berlangsung sulit

ditemukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir

dari suatu periode yang mungkin langsung berlangsung berhari-hari,

berbulan-bulan ataupun bertahun-tahun. Ini berarti kita harus

mengesampingkan perubahan-perbahan tingkah laku yang disebabkan oleh

motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang

yang biasanya hanya berlaku sementara;

d. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar dengan menyangkut

berbagai aspek kepribaidian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan

dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/berpikir, keterampilan,

kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.

3. Prinsip-Prinsip Belajar

Menurut Karwati & Priansa (2014: 192), belajar yang efektif bisa terjadi

jika prinsip-prinsip belajar dapat diterapkan dengan baik. prinsip-prinsip belajar

dalam proses pembelajaran adalah :

a. Hal apapun yang dipelajari oleh peserta didik, maka pesera didik harus

mempelajarinya sendiri. Tidak seorangpun yang dapat memaksa peserta didik

untuk mengikuti kegiatan belajar yang diinginkannya;

b. Setiap peserta didik belajar berdasarkan tempo atau kecepatannya masing-

masing sehingga terdapat berbagai variasi tempo atau kecepatan belajar yang
11

dimiliki oleh setiap peserta didik. Dengan demikian, tempo dan kecepatan

belajar yang miliki oleh peserta didik itu disesuaikan dengan umur dan

kemampuan pengembangan diri yang dimiliki peserta didik;

c. Peserta didik akan belajar dengan lebih banyak apabila setiap langkah dalam

belajar segera diberikan penguatan (reinforcement) sehingga ia akan terus

termotivasi untuk mempelajarinya;

d. Penguasaan terhadap setiap langkah-langkah pembelajaran akan

memungkinkan peserta didik untuk belajar secara lebih berarti atau

bermakna;

e. Apabila peserta didik diberikan tanggunggjawab untuk mempelajari materi

pelajaran sesuai dengan kemampuan dan keinginannya, maka ia lebih

termotivasi untuk belajar dan kemampuan mengingat yang milikinya akan

lebih baik.

Selain kelima prinsip belajar tersebut beberapa prinsip belajar yang dapat

dikembangkan dalam proses pembelajaran yaitu :

a. Perhatian dan motivasi.

Perhatian dan motivasi merupakan dua aktivitas yang memiliki keterkaitan

yang sangat erat satu dengan yang lainya. Untuk menumbuhkan perhatian

diperlukan adanya motivasi. Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa hasil

belajar peserta didik pada umumnya meningkat jika peserta didik tersebut

memiliki motivasi yang kuat untuk belajar.

Peran guru sangat penting dalam menumbuhkan motivasi belajar peserta

didik. Menyadari bahwa motivasi terkait erat dengan kebutuhan, maka tugas guru
12

adalah meyakinkan peserta didik bahwa tujuan belajar yang ingin diwujudkan

merupakan kebutuhan bagi setiap peserta didik. Peranan prinsip-prinsip motivasi

dalam proses pembelajaran akan dapat berlangsung dengan baik apabila guru

memahami aspek-aspek yang berkenaan dengan motivasi peserta didik.

Agar motivasi peserta didik dalam belajar meningkat, maka guru perlu

untuk:

1) Mendesain materi belajar yang unik dan mampu menarik perhatian peserta

didik,

2) Mengkondisikan peserta didik agar mampu belajar melalui proses belajar

yang aktif;

3) Menggunakan metode dan teknik pembelajaran yang menarik dan

menyenangkan;

4) Menciptakan suasana belajar yang nyaman dengan cara menghargai setiap

partisipasi peserta didik dalam belajar;

5) Membangun keyakinan peserta didik bahwa merupakan orang yang terpilih

dalam hidup yang memiliki takdir untuk menjadi orang berprestasi;

6) Mengevaluasi setiap tugas yang diberikan kepada peserta didik dengan cepat;

7) Memberikan arahan dan nasehat yang segara kepada peserta didik apabila

hasil evaluasi menunjukkan mereka memiliki nilai yang buruk;

8) memberi hadiah (reward) bagi setiap peserta didik yang memiliki prestasi

belajar, sekaligus memotivasi rekan-rekanya untuk berprestasi


13

b. Transfer dan Retensi

Pembelajaran yang baik terkait dengan proses transfer dan retensi.

Beberapa prinsip dalam transfer dan retensi yang perlu diperhatikan adalah:

1) Tujuan belajar akan tercapai dengan optimal jika proses transfer berlangsung

secara efektif;

2) Daya ingat peserta didik akan semakin kuat dengan adanya retensi;

3) Materi belajar akan bermakna bagi peserta didik jika sistematika transfer dan

retensinya sudah disusun secara bertahap dan sistematis;

4) Retensi peserta didik dipengaruhi oleh kondisi psikologis dan fisik yang ada

di sekitar peserta didik;

5) Pelatihan yang sistematis dan tersebar memungkinkan retensi yang dialami

oleh peserta didik menjadi lebih baik;

6) Penelaahan materi belajar secara faktual, penguasaan keterampilan, dan

pemahaman konsep yang dimiliki peserta didik akan mampu meningkatkan

retensi;

7) Proses belajar peserta didik akan lebih baik bermakna jika kegiatan yang

dilaksanakan dalam belajar berorentasi kepada hasil;

8) Proses saling mempengaruhi dalam belajar akan terjadi bila materi belajar

yang digunakan saat ini sesuai dengan materi pelajaran yang diperoleh

sebelumnya, artinya materi belajar yang disajikan saat ini hanya penguatan

dan pendalaman terhadap materi pelajaran yang telah diperoleh peserta didik

di masa lalu;
14

9) Penguatan tentang konsep, prinsip dan generalisasi keilmuan dapat diserap

dengan baik oleh peserta didik jika mampu diabstraksi dalam ilustrasi yang

mudah dipahami oleh peserta didik;

10) Transfer hasil belajar dalam situasi baru yang dihadapi oleh peserta didik

tersebut memiliki kemampuan untuk mengadaptasi pengetahuan yang

dimilikinya merupakan model penting bagi retensi dan transfer.

c. Keaktifan

Keaktifan peserta didik dalam belajar perlu mendapatkan perhatian.

Keaktifan belajar yang dimiliki oleh peserta didik ditandai dengan adanya

keterlibatan peserta didik secara optimal, baik secara intelektual, emosional

maupun fisik. Ketidaktepatan dalam pemilihan metode pembelajaran akan

menyebabkan keaktifan peserta didik menjadi tidak berkembang.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru untuk mengembangkan

keatifan peserta didik dalam belajar adalah:

1) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berkreativitas dalam

proses belajarnya, sesuai dengan keinginannya;

2) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan pengamatan,

penyelidikan, dan pemahaman melalui pembelajaran inkuiri dan eksperimen.

3) Memberikan pujian verbal dan nonverbal kepada peserta didik yang aktif

mengajukan pertanyaan;

4) Menggunakan model pembelajaran multimedia sehingga peserta didik tertarik

dan terangsang untuk belajar aktif.


15

d. Keterlibatan Langsung.

Keterlibatan langsung peserta didik dalam proses pembelajaran memiliki

makna yang penting. Dalam keterlibatan langsung, peserta didik tidak hanya

sekedar aktif dalam mendengar, mengamati dan berfikir namun juga terlibat

langsung dalam melaksanakan pembelajaran, misalnya di laboratorium. Beberapa

penelitian membuktikan lebih dari 60% kemampuan peserta didik dalam kegiatan

belajar.

Dampak dari keterlibatan langsung peserta didik dalam pembelajaran bagi

seorang guru adalah:

1) Mengaktifkan peran peserta didik, baik secar individu maupun kelompok

dalam penyelesaiian tugas;

2) Memanfaatkan media secara langsung dan melibatkan peserta didik dalam

praktik penggunaan tersebut;

3) Memberikan keleluasaan kepada peserta didik untuk melakukan barbagai

percobaan atau eksperimen;

4) Memberikan tugas-tugas praktik yang sesuai dengan materi pelajaran dan

kompetensi yang dibutuhkan.

Dampak dari keterlibatan langsung peserta didik dalam pembelajaran bagi

peserta didik itu sendiri adalah:

1) Peserta didik akan terdorong secara aktif untuk belajar kerena dalam proses

belajarnya peserta didik terliabat lansung dalam aktivitas pembelajarannya;

2) Peserta didik dituntut untuk aktif dalam dalam mengerjakan tugas-tugas yang

lansung berhubungan dengan ativitas yang dilakukannya;


16

3) Peserta didik akan lebih mudah untuk belajar karena ia memperoleh manfaat

langsung dari apa yang dilakukannya.

e. Pengulangan.

Belajar pada dasarnya pengulangan. Dengan pengulangan, maka

pengalaman belajar akan semakin memperkuat hubungan stimulus dan respon.

Belajar juga merupakan salah satu bentuk upaya untuk mengkondisikan atau

membiasakan suatu perilaku yang berulang. Mengajar pada hakikatnya

merupakan bentuk kebiasaan, sehingga dengan kebiasaan tersebut, peserta didik

akan terbiasa melakukan sesuatu dengan baik sesuai dengan perilaku yang

diharapkan.

Dampak penerapan prisip-prinsip pengulangan bagi guru adalah:

1) Memilah serta memilih materi belajar yang membutuhkan pengulangan;

2) Merancang materi pembelajaran yang akan diulang berdasarkan urutan dan

skala prioritas yang memadai;

3) Mengembangkan soal-soal latihan yang berfokus pada pengulangan-

pengulangan sehingga peserta didik tidak akan mengalami kejenuhan.

Prisip pengulangan bagi peserta didik perlu diiringi dengan kesadaran,

karena tidak tertutup kemungkinan bahwa peserta didik akan mengalami

kejenuhan dalam pembelajaran pengulangan yang dilakukan.

f. Tantangan.

Berbagai hasil riset menunjukkan bahwa peserta didik akan lebih giat

dalam belajar jika ia merasa tertantang, tantangan tersebut akan menyebabkan

peserta didik untuk fokus dalam belajar. Kondisi tersebut menuntut guru untuk
17

menemukan dan memparsiapkan materi belajar yang menarik, baru, dan serta

mampu merangasang keikutsertaan peserta didik dalam memecahkan masalah.

Berkaitan dengan prinsip tantangan, diharapkan guru secara cernat dapat

memilah dan menentukan model dan metode pembelajaran yang tepat bagi peserta

didik untuk belajar. Beberapa bentuk kegiatan berikut dapat dijadikan sebagai

acuan bagi guru untuk menciptakan tantangan dalam kegiatan belajar, yaitu:

1) Merancang dan mengelola model pembelajaran inquiry dan eksperimen;

2) Memberikan tugas yang berfokus pada pemecahan masalah berdasarkan

pemahaman peserta didik;

3) Mendorong peserta didik untuk memiliki kemampuan dalam membuat

simpulan pada setiap sesi pembelajaran yang dilakukan;

4) Mengembangkan model dan metode pembelajaran yang unik dan menarik

bagi peserta didik;

5) Membimbing peserta didik menemukan fakta, konsep, prinsip dan

generalisasi;

6) Merencanakan dan mengelola kegiatan diskusi yang dilakukan, baik antara

guru dengan peserta didik, maupun antara peserta didik.

g. Umpan Balik dan Penguatan.

Prinsip umpan balik dan penguatan memandang bahwa peserta didik akan

belajar giat lagi jika ia mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik dari belajar

yang telah dilaluinya. Namun demikian, tidak tertutup kemungkinan juga apabila

peserta didik memperoleh hasil buruk, ia akan termotivasi untuk memperbaiki

proses belajarnyan dengan harapan hasil belajar yang akan diperoleh menjadi
18

lebih baik. Nilai yang baik dapat merupakan operant conditioning atau penguatan

positif. Demikian pula jika peserta didik tidak mendapatkan nilai yang baik, juga

akan memberikan manfaat dalam rangka mendorong ativitas belajar yang lebih

giat lagi.

Ketepatan situasi dan waktu dalam pemberian penguatan bagi peserta

didik harus mendapatkan perhatian guru, karena jika penguatan dilakukan dengan

tepat, maka akan memberikan pengaruh yang positif terhadap aktivitas belajar

yang cocok untuk guru dalam memberikan penguatan bagi peserta didik, yaitu:

1) Ketika peserta didik menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru mampu

oleh temannya;

2) Ketika peserta didik sedang menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru;

3) Ketika peserta didik sedang memperbaiki tugas yang dikerjakannya;

4) Ketika peserta didik sedang mengerjakan tugas dengan kelompok;

5) Ketika peserta didik sedang mengikuti tambahan belajar dari guru;

6) Ketika peserta didik sedang dalam kondisi yang optimal ketika belajar.

h. Perbedaan Individu.

Guru perlu memahami karakteristik peserta didik dengan baik, karena

berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik peserta didik, seperti

sikap dan perilaku peserta didik, kemampuan dan gaya belajar yang dimiliki

peserta didik, pengetahuan serta kemampuan yang dimiliki peserta didik,

semuanya merupakan karakteristik yang memberikan dampak sangat penting

terhadap apa sesungguhnya yang harus peserta didik pelajari.


19

Upaya untuk mempelajari karakteristik peserta didik merupakan kegiatan

yang berlangsung serta terus menerus, karena kebutuhan perserta didik bersifat

dinamis, sesuai dengan tahap-tahap perkembangan kedewasaan yang dialami

peserta didik. Bahkan seringkali perubahan yang terjadi di dalam diri peserta didik

berlangsung dengan cepat sehingga guru mengalami kesulitan untuk

memahaminya.

Berkenaan dengan prinsip-prinsip perbedaan individual dalam proses

pembelajaran, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

1) Peserta didik dengan batuan guru, dibimbing untuk mengenali dan memahami

kekuatan serta kelemahan yang dimilikinya dibandingkan dengan peserta

didik yang lain, sehingga ia akan memperoleh perlakuan yang tepat sesuai

dengan kebutuhannya untuk belajar;

2) Peserta didik dengan bantuan guru, dibimbing untuk mengenali dan

memahami potensi serta ancaman yang dihadapinya dibandingkan dengan

peserta didik yang lain, sehingga ia akan memperoleh perlakuan yang tepat

sesuai dengan pengembangan yang dibutuhkannya;

3) Peserta didik membutuhkan variasi layanan, tugas, bahan dan metode yang

sesuai dengan minat, tujuan, dan serta latar belakang yang mereka butuhkan.

Menurut kuslan & Stone (Julianto dkk, 2011:91) ditandai dengan ciri-ciri

sebagai berikut:

1) Menggunakan keterampilan proses

2) Jawaban yang dicari siswa tidak diketahui terlebih dahulu

3) Siswa berhasrat untuk menemukan pemecahan masalah


20

4) Suatu masalah ditemukan dengan pemecahan siswa sendiri

5) Hipotesis dirumuskan oleh siswa untuk membimbing percobaan atau

eksperimen

6) Para siswa mengusulkan cara-cara mengumpulkan data dengan mengadakan

pengamatan, membaca/menggunakan sumber lain

7) Siswa melakukan penelitian secara individu/kelompok untuk mengumpulkan

data yang diperlukan untuk menguji hipotesis tersebut.

8) Siswa mengolah data sehingga mereka sampai pada kesimpulan.

B. Model Pembelajaran Inkuiri

a. Pengertian model inkuiri

Secara bahasa, inkuiri berasal dari kata inquiry yang merupakan kata

dalam bahasa Inggris yang berarti; penyelidikan/meminta keterangan; terjemahan

bebas untuk konsep ini adalah “siswa diminta untuk mencari dan menemukan

sendiri”. Dalam konteks penggunaan inkuiri sebagai model belajar mengajar,

siswa ditempatkan sebagai subjek pembelajaran yang berarti bahwa siswa

memiliki andil besar dalam menentukan suasana dan model pembelajaran. setiap

peserta didik didorong untuk terlibat aktif dalam proses belajar mengajar, salah

satunya dengan secara aktif mengajukan pertanyaan yang baik terhadap setiap

materi yang disampaikan dan pertanyaan tersebut tidak harus selalu dijawab oleh

guru, karena semua peserta didik memiliki kesempatan yang sama untuk

memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Dalam hal ini, pertanyaan

yang baik adalah pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang sedang
21

dibicarakan/dibahas, dapat dijawab sebagian atau keseluruhannya dan dapat diuji

serta diselidiki secara bermakna (Anam, 2015: 7-8).

Proses belajar mengajar dengan menggunakan model ini tidak memberi

celah kepada seiswa untuk melakukan D3: datang, duduk, diam. Demikian juga

halnya untuk guru; guru tidak lagi berperan sebagai orator yang menyampaikan

materi pelajaran lainya membaca tuntutan dalam sebuah aksi demonstrasi.

Siswalah yang harus diberi ruang untuk menyerap, mengerti dan merespon setiap

bagian dari materi yang disampaikan. Guru harus berlomba dengan dirinya sendiri

untuk membuat siswa menikmati dan mendapat hasil maksimal dari proses

belajar yang dilakukan, bukan berlomba untuk menyelesaikan materi pelajaran

tepat sebelum ujian, seperti yang umum terjadi. Meskipun demikian, hal ini tidak

berarti bahwa proses belajar boleh molor asalkan siswa senang, karena walau

bagaimanapun, setiap proses belajar memiliki durasi waktu yang harus tetap

dipatuhi (Anam, 2015: 8).

1. Tujuan Pembelajaran Berbasis Inkuiri

Penekanan utama dalam proses belajar berbasis inkuiri terletak pada

kemampuan siswa untuk memahami, kemudian mengidentifikasi dengan cermat

dan teliti, lalu diakhiri dengan memberikan jawaban atau solusi atas permasalahan

yang tersaji. Sekilas, metode ini tampak seperti metode strategi pemecahan

masalah (problem solving) namun sesungguhnya metode ini berbeda; titik tekan

yang menjadi perhatian umum dalam pembelajaran berbasis inkuiri bukan terletak

pada solusi atau jawaban yang diberikan, tetapi pada proses pemetaan masalah

dan kedalaman pemahaman atas masalah yang menghasilkan penyajian solusi


22

atau jawaban yang valid dan meyakinkan; siswa bukan hanya mampu untuk

menjawab ‘apa’, tetapi juga mengerti ‘mengapa’ dan ‘bagaimana’. Sehingga

ketika siswa ditanya hewan apa yang dapat hidup di dua alam misalnya, mereka

bukan hanya akan memberi jawaban hewan yang dimaksud (apa), tetapi mampu

memberi jawaban atas ‘mengapa’ dan ‘bagaimana’ hewan-hewan yang dimaksud

tersebut dapat hidup di dua alam.

Selain itu, pembelajaran berbasis inkuiri bertujuan untuk mendorong siswa

semakin berani dan kreatif dalam berimajinasi. Dengan imajinasi, siswa

dibimbing untuk menciptakan penemuan-penemuan, baik yang berupa

penyempurnaan dari apa yang telah ada, maupun menciptakan ide, gagasan, atau

alat yang belum pernah ada sebelumnya. Dalam metode ini, imajinasi ditata dan

dihargai sebagi wujud dari rasa penasaran yang ilmiah. Hal ini desebabkan oleh

bukti yang menunjukkan bahwa banyak penemjuan penting yang ada saat ini

hanya bermula dari imajinasi. Oleh karenanya, siswa didorong bukan saja untuk

mengerti materi pelajaran, tetapi juga mampu menciptakan penemuan. Dengan

kata lain, siswa tidak akan lagi berada dalam lingkup pembelajaran tilling science

akan tetapi didorong hingga bisa doing science (Anam, 2015: 9).

2. Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Inkuiri

Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengetahui efektivitas inkuiri

dalam proses pembelajaran, salah satunya dengan mengamati ciri-cirinya. Berikut

adalah ciri-ciri yang dimaksud:

1) Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk

mencari dan menemukan. Artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai


23

subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan

sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi

mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran yang

disampaikan.

2) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan

menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga

diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri. Dengan demikian,

strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagi sumber

belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktivitas

pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan

siswa. Oleh karena itu, kemampuan guru dalam menggunakan teknik

bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri.

3) Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah

mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis, atau

mengembangkan kemampuan intelektual sebagi bagian dari proses mental.

Dengan demikian, siswa tak hanya dituntut untuk menguasai materi

pelajaran, akan tetapi lebih pada bagianmana mereka dapat menggunakan

potensi yang dimilikinya untuk lebih mengembangkan pemahamannya

terhadap materi pelajaran tertentu. Strategi merupakan bentuk dari

pendekatan bembelajaran yang berpusat dan berorentasi kepada siswa.

Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini siswa memegang peran yang

sangat dominan proses belajar-mengajar berlangsung.


24

Sebagai metode pembelajaran yang berorientasi pada penemuan

(discovery), inkuiri mendorong guru menyajikan bahan belajar tidak dalam

‘bentuk jadi’ dengan tujuan dalam dapat merangsang beragam pertanyaan atau

bahkan keraguan. Selanjutnya guru mendorong siswa untuk mencari, mengamati

dan menemukan masalahnya.

Berikut adalah ‘rangkaian’ aktivitas yang dilakukan siswa dalam mencari,

mengamati, dan menemukan masalah:

1) Siswa menemukan masalah sendiri atau mempunyai keinginan sendiri untuk

memecahkan masalah;

2) Masalah dirumuskan seoperasional mungkin, sehingga terlihat

kemungkinannya untuk dipecahakan;

3) Siswa merumuskan hipotesis, untuk menuntun mencari data;

4) Siswa menyusun cara-cara pengumpulan data dengan melakukan eksperimen,

mengadakan pengamatan’ membaca atau memanfaatkan sumber lain yang

relevan;

5) Siswa melakukan penelitian secara individual atau kelompok untuk

pengumpulan data;

6) Siswa mengolah data dan mengambil kesimpulan.

3. Langkah-langkah model pembelajaran inkuiri

Menurut Sanjaya (Ardiansyah 2014: 11-12), terdapat enam langkah dalam

pelaksaan model inkuiri, yaitu:


25

1) Orientasi

Orientasi adalah satu langkah untuk membina suasana atau iklim

pembelajaran yang responsif, dimana guru mengkondisikan agar siswa siap

melaksanakan proses pembelajaran dan guru juga merangsang dan mengajak

siswanya untuk berpikir dan memecahkan masalah. Adapun beberapa hal yang

dapat dilakukan dalam tahapan orientasi, yaitu:

a) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat

tercapai oleh siswa

b) Mejelaskan pokok-pokok kegiatan yang dilakukan oleh siswa untuk

mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta

tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai

merumuskan kesimpulan.

c) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan

dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa

2) Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah untuk membawa siswa pada

suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah

persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu.

Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah itu tentu ada jawabannya. Teka-teki

yang menjadi masalah dalam inkuiri adalah teka-teki yang mengandung konsep

yang harus dicari dan ditentukan.


26

3) Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang

dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu dikaji kebenarannya.

4) Mengumpulkan Data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang

dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam model inkuiri,

mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam

pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan

motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan

kemauan menggunakan potensi berpikirnya. Oleh karena itu, tugas dan peran guru

dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat

mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.

5) Menguji Hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima

sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.

Dalam pengujian hipotesis yang paling terpenting adalah mencari tingkat

keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Disamping itu, menguji hipotesis

juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya kebenaran

jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus

dibuktikan dengan data yang ditemukan dan dapat dipertanggung jawabkan.

6) Merumuskan Kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang

diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan


27

merupakan “gongnya” dalam pembelajaran. Oleh karena itu, banyaknya data yang

diperoleh menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus terhadap

masalah yang hendak dipecahkan.Karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang

akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan kepada siswa data-data yang relevan.

C. Keterampilan Proses Sains

Sains sebagai suatu proses ilmiah mempunyai arti bahwa untuk

memperoleh pengetahuan tentang alam semesta diperlukan suatu proses yang

harus dijalani. Prosedur yang dilakukan para ilmuwan untuk melakukan

penyelidikan dalam usaha mendapatkan pengetahuan tentang alam biasa dikenal

dengan istilah metode ilmiah. Kegiatan yang dilakukan oleh para ilmuwan untuk

mendapatkan atau menemukan suatu ilmu pengetahuan membutuhkan kecakapan

dan keterampilan dasar untuk melakukan kegiatan ilmiah tersebut. Keterampilan

disini berarti kemampuan untuk menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan

secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu hasil tertentu termasuk kreativitas

(Depdiknas cit. Maradona, 2013: 63-64).

Dalam pembelajaran berbasis inkuiri diperlukan suatu keterampilan siswa

yang digunakan untuk melakukan suatu penyelidikan dan penemuan.

Keterampilan yang dimiliki oleh siswa ketika siswa bertindak selayaknya ilmuan

dalam melakukan kegiatan eksperimen dikenal sebagai keterampilan proses sains.

Keterampilan proses adalah keterampilan kognitif yang lazim melibatkan

keterampilan penalaran dan fisik seseorang untuk membangun suatu gagasan atau

pengetahuan baru. Keterampilan proses juga dikatakan untuk meyakinkan dan


28

menyempurnakan suatu gagasan yang sudah terbentuk (Karhami cit. Puspita,

2015 :23).

Beberapa keterampilan proses sains dasar yang dikembangkan dalam

proses pembelajaran, seperti yang dikemukakan oleh Dimyati (Puspita, 2015 :23),

antara lain:

1) Mengamati

Kemampuan mengumpulkan data, fakta-fakta dan informasi dengan

menggunakan semua indera yang dimiliki. Mengamatai memiliki dua sifat utama,

yaitu kualitatif jika dalam pelaksanaannya hanya menggunakan panca indera

untuk memperoleh informasi, dan kuantitatif jika dalam pelaksanaannya selain

menggunakan panca indera juga menggunakan peralatan lain yang memberikan

informasi khusus dan cepat.

2) Mengklasifikasikan

Keterampilan memilah berbagai objek peristiwa berdasarkan sifat

khususnya, sehingga diperoleh kelompok sejenis dari objek yang dimaksud.

3) Mengkomunikasikan

Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain untuk mengemukakan ide

dan perasaan untuk memperoleh fakta, konsep dan prinsip ilmu pengetahuan

dalam bentuk audio, visual dan audio visual.

4) Mengukur

Kemampuan membandingkan objek yang diukur dengan satuan ukuran

tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.


29

5) Meramal/Memprediksi

Kemampuan mengemukakan/ memperkirakan apa yang mungkin terjadi

keadaan mendatang atau yang belum diamati berdasarkan penggunaan pola

keteraturan/ kecenderungan-kecenderungan gejala tertentu yang telah diketahui

sebelumnya.

6) Menyimpulkan

Kemampuan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa

berdasarkan fakta, konsep, dan prinsip yang diketahui.

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan

proses sains adalah keterampilan-ketarampilan memproses perolehan, sehingga

anak akan mampu menemukan dan mengembangkan konsep, teori, prinsip,

hukum maupun fakta. Proses sains diturunkan dari langkah-langkah yang

dilakukan saintis ketika melakukan penelitian ilmiah, yaitu seperti merencanakan

penelitian ilmiah, melaksanakan penelitian ilmiah, mengkomunikasikan penelitian

ilmiah. Berikut ini adalah tabel keterampilan proses sains dan indikatornya Harlen

(Ardiansyah, 2014: 22)

Tabel 2.1 keterampilan Proses Sains dan Indikator

Observasi 1. Menggunakan sebanyak mungkin indra


2. Menggunakan fakta relevan
Klasifikasi 1. Mencatat setiap pengamatan
2. Mencari perbedaan/persamaan
3. Mengontraskan ciri-ciri
4. Membandingkan
5. Mencari dasar pengelompokkan
6. Menghubungkan hasil pengamatan
30

Interpretasi 1. Menghubungkan hasil pengamatan


2. Menemukan pola dalam 1 seri pengamatan
3. Menyimpulkan
Prediksi 1. Menggunakan pola/hasil pengamatan
2. Mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada
keadaan yang belum diamati
Mengajukan 1. Bertanya apa, bagaimana, mengapa
Pertanyaan 2. Bertanya untuk meminta penjelasan
Berhipotesis 1. Mengetahui bahwa ada lebih dari 1 kemungkinan
penjelasan dari 1 kejadian
2. Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji
kebenarannya dengan memperoleh bukti
Merencanakan 1. Menentukan alat dan bahan yang digunakan
Percobaan 2. Menentukan variabel/faktor penentu
3. Menentukan apa yang akan diukur, diamati, dicatat.
Menggunakan 1. Memakai alat/bahan
alat/bahan 2. Mengetahui alasan mengapa menggunakan alat/bahan
3. Mengetahui bagaimana menggunakan alat/bahan
Menerapkan 1. Menerapkan konsep pada situasi baru
Konsep 2. Menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk
menjelaskan apa yang sedang terjadi
Berkomunikasi 1. Memberikan data empiris hasil percobaan dengan
tabel/grafik/diagram
2. Menyampaikan laporan sistematis
3. Menjelaskan hasil percobaan
4. Membaca grafik
5. Mendiskusikan hasil kegiatan
Eksperimentasi Melakukan eksperimen
31

D. Suhu dan Kalor

a. Suhu dan termometer.

Suhu adalah ukuran panas atau dinginnya suatu benda atau ukuran jumlah

kalor yang terkandung pada benda. Suhu dapat mengubah sifat zat, contohnya

sebagian besar zat akan memuai ketika dipanaskan. Alat yang dirancang untuk

dapat mengukur suhu atau temperatur disebut termometer. Termometer yang

tergolong kedalam termometer zat cair adalah termometer klinis, termometer

dinding, dan termometer maksimum/ minimum. Pada pembuatan termometer

memerlukan titik acuan, yaitu titik tetap bawah dan titik tetap atas.

Termometer bekerja dengan memanfaatkan perubahan sifat-sifat fisis

benda akibat perubahan suhu. Termometer berupa tabung kaca yang di dalamnya

berisi zat cair, yaitu raksa atau alkohol. Pada suhu yang lebih tinggi, raksa dalam

tabung memuai sehingga menunjuk angka yang lebih tinggi pada skala.

Sebaliknya, pada suhu yang lebih rendah raksa dalam tabung menyusut sehingga

menunjuk angka yang lebih rendah pada skala. Terdapat empat skala yang

digunakan dalam pengukuran suhu, yaitu skala Celcius, Fahrenheit, Reamur, dan

Kelvin (Nuracmandani, 2009: 152).

Ketika mengukur temperatur dengan menggunakan termometer, terdapat

beberapa skala yang digunakan, di antaranya skala Celsius, skala Reamur, skala

Fahrenheit, dan skala Kelvin. Keempat skala tersebut memiliki perbedaan dalam

pengukuran suhunya. Berikut rentang temperatur yang dimiliki setiap skala

(Saripudin dkk, 2009: 109).


32

1) Termometer skala Celsius Memiliki titik didih air 1000C dan titik bekunya

00C. Rentang temperaturnya berada pada temperatur 00C-1000C dan dibagi

dalam 100 skala.

2) Temometer skala Reamur Memiliki titik didih air 800R dan titik bekunya

00R. Rentang temperaturnya berada pada temperatur 00R-800R dan dibagi

dalam 80 skala.

3) Termometer skala Fahrenheit Memiliki titik didih air 2120F dan titik

bekunya 320F. Rentang temperaturnya berada pada temperatur 320F-2120F

dan dibagi dalam 180 skala.

4) Termometer skala Kelvin Memiliki titik didih air 373,15 K dan titik

bekunya 273,15 K. Rentang temperaturnya berada pada temperatur 273,15

K-373,15 K dan dibagi dalam 100 skala.

Jadi, jika diperhatikan pembagian skala tersebut, satu skala dalam derajat

Celsius sama dengan satu skala dalam derajat Kelvin, sementara satu skala Celsius

kurang dari satu skala Reamur dan satu skala Celsius lebih dari satu skala

Fahrenheit. Secara matematis perbandingan keempat skala tersebut, yaitu sebagai

berikut.

𝐶−0 R−0 F−32 𝐾−273,15


= = = .........................................................(2.1)
100 80 180 373,15
33

Gambar 2.1 perbandingan 4 skala termometer (Saripudi dkk 2009: 109).

1) Pemuiaan Zat

Pemuaian merupakan gerakan atom penyusun benda karena mengalami

pemanasan. Makin panas suhu suatu benda, makin cepat getaran antaratom yang

menyebar ke segala arah. Karena adanya getaran atom inilah yang menjadikan

benda tersebut memuai ke segala arah. Pemuaian dapat dialami zat padat, cair, dan

gas (Nuracmandani, 2009: 153).

Pemuaian zat pada dasarnya ke segala arah. Namun, disini Anda hanya

akan mempelajari pemuaian panjang, luas, dan volume. Besar pemuaian yang

dialami suatu benda tergantung pada tiga hal, yaitu ukuran awal benda,

karakteristik bahan, dan besar perubahan suhu benda. Setiap zat padat mempunyai

besaran yang disebut koefisien muai panjang. Koefisien muai panjang suatu zat

adalah angka yang menunjukkan pertambahan panjang zat apabila suhunya

dinaikkan 10C. Makin besar koefisien muai panjang suatu zat apabila dipanaskan,

maka makin besar pertambahan panjangnya. Demikian pula sebaliknya, makin

kecil koefisien muai panjang zat apabila dipanaskan, maka makin kecil pula

pertambahan panjangnya. Koefisien muai panjang beberapa zat dapat dilihat pada

Tabel 2.2 berikut. Sedangkan koefisien muai luas dan volume zat padat, masing-

masing adalah B = 2 (x dan y = 3α).


34

Tabel 2.2 Koefisien muai panjang (Nuracmandani 2009: 153)

No Jenis bahan Koefisien muai panjang/0C


1 Aluminium 0,000026
2 Baja 0,000011
3 Besi 0,000012
4 Emas 0,000014
5 Kaca 0,000009
6 Kuningan 0,000018
7 Timbaga 0,000017
8 Platina 0,000009
9 Timah 0,00003
10 Seng 0,000029
11 Pirex 0,000003
12 Perak 0,00002

Pemuaian pada zat pada pada umumnya dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu

perubahan suhu benda, karakteristik bahan, dan ukuran awal benda.

1) Muai panjang

Jika temperatur dari sebuah benda naik, kemungkinan besar benda tersebut

akan mengalami pemuaian. Misalnya, sebuah benda yang memiliki panjang L0

pada temperatur T akan mengalami pemuaian panjang sebesar jika temperatur

dinaikan sebesar ΔT Secara matematis, perumusan pemuaian panjang dapat

dituliskan sebagai berikut.

∆L=αL0∆T ................................................................................................... (2.2)

atau

L= L0(1+α∆T) ............................................................................................. (2.3)

Keterangana:

∆L = pertambahan panjang (m)

∆ = koevesien muai panjang (0C-1)

∆T = perunahan suhu (0C)


35

L0 = panjang mula-mula (m)

L = panjang akhir benda (m)

2) Pemuaian Luas.

Sebuah benda yang padat, baik bentuk persegi maupun silinder, pasti memiliki

luas dan volume. Seperti halnya pada pemuaian panjang, ketika benda

dipanaskan, selain terjadi pemuaian panjang juga akan mengalami pemuaian luas.

Perumusan pada pemuaian luas hampir sama seperti pada pemuaian panjang,

yaitu sebagai berikut

∆A = βA0∆T dimana β = 2α ........................................................................ (2.4)

Keterangan:

∆A = pertambahan luas (m2)

A0 = luas mula-mula (m2)

β = koefisien muai luas (0C-1)

3) Pemuaian Volume.

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, setiap benda yang padat pasti

memiliki volume. Jika panjang sebuah benda dapat memuai ketika dipanaskan

maka volume benda tersebut juga ikut memuai. Perumusan untuk pemuaian

volume sama dengan perumusan panjang dan luas, yaitu:

∆V =γV0∆T dimana γ = 3α .......................................................................... (2.5)

∆V = pertambahan volume mula-mula (m3)

V0 = volume mula-mula (m3)

γ = koefisien muai luas (0C-1)


36

b. Kalor

Kalor dapat didefinisikan sebagai proses transfer energi dari suatu zat ke

zat lainnya dengan diikuti perubahan temperatur. Satuan kalor adalah joule (J)

yang diambil dari nama seorang ilmuwan yang telah berjasa dalam bidang ilmu

Fisika, yaitu James Joule. Satuan kalor lainnya adalah kalori. Hubungan satuan

joule dan kalori, yakni 1 kalori = 4,184 joule, Satuan kalor dalam satuan SI adalah

joule, (Saripudin dkk., 2009: 113)

1) Kalor jenis dan kapasitas kalor

Apabila temperatur dari suatu benda dinaikkan dengan besar kenaikan

temperatur yang sama, ternyata setiap benda akan menyerap energi kalor dengan

besar yang berbeda. Kalor jenis suatu benda dapat didefinisikan sebagai jumlah

kalor yang diperlukan untuk menaikkan temperatur 1 kg suatu zat sebesar 1K.

Kalor jenis menunjukkan kemampuan suatu benda untuk menyerap kalor.

Semakin besar kalor jenis suatu benda, semakin besar pula kemampuan benda

tersebut untuk menyerap kalor. Secara matematis, kalor jenis suatu zat dapat

dituliskan sebagai berikut:


𝑄
𝐶 = 𝑚.∆𝑇 atau Q=m.c. ∆𝑇.............................................................................(2.6)

Keterangan:

Q =kalor (jaule)

m = massa benda (kg)

c = kalor jenis benda (j/kg0K)

∆T = perubahan suhu (0K)


37

Untuk suatu benda, faktor faktor ini disebut sebagai kapasitas kalor.

Secara matematis dituliskan sebagai berikut.


𝑄
𝐶 = 𝑐𝑚 = 𝑚...................................................................................................(2.7)

Satuan kapasitas kalor adalah J/K. Jika Persamaan (2.6) dan Persamaan

(2.7) diuraikan, besarnya kalor suatu zat adalah


𝑄
𝐶 = ∆𝑇 atau Q = M.C.∆𝑇................................................................................(2.8)

Keterangan:

Q = kalor (joule)

m = massa benda (kg)

c = kalor jenis benda (j/kg0C)

∆T = perubahan suhu (0C)

2) Perubahan wujud zat

Setiap zat memiliki kecenderungan untuk berubah jika zat tersebut

diberikan temperatur yang tinggi (dipanaskan) ataupun temperatur yang rendah

(didinginkan). Kecenderungan untuk berubah wujud ini disebabkan oleh kalor

yang dimiliki setiap zat. Suatu zat dapat berubah menjadi tiga wujud zat, di

antaranya cair, padat, dan gas. Perubahan wujud zat ini diikuti dengan penyerapan

dan pelepasan kalor. Berikut merupakan gambar dari perubahan wujud zat:
38

mencair
Padat Cair
membeku

mengembun

mengkristal menyublim menguap

Gas

Gambar 2.2 Proses perubahan wujud

1) Hubungan Kalor Laten dengan Perubahan Wujud

Sebuah benda dapat berubah wujud ketika diberi kalor. Coba Anda

perhatikan perilaku suatu benda ketika dipanaskan. Apabila suatu zat padat,

misalnya es dipanaskan, es tersebut akan menyerap kalor dan beberapa lama

kemudian berubah wujud menjadi zat cair. Perubahan wujud zat dari padat

menjadi cair ini disebut proses melebur. Temperatur pada saat zat mengalami

peleburan disebut titik lebur zat. Adapun proses perubahan wujud zat dari cair

menjadi padat disebut sebagai proses pembekuan dan temperatur ketika zat

mengalami proses pembekuan disebut titik beku zat.

Jika zat cair dipanaskan akan menguap dan berubah wujud menjadi gas.

Perubahan wujud dari zat cair menjadi uap (gas) disebut menguap. Ketika sedang

berubah wujud, baik melebur, membeku, menguap, dan mengembun, temperatur

zat akan tetap, walaupun terdapat pelepasan atau penyerapan kalor. Dengan

demikian, terdapat sejumlah kalor yang di lepaskan atau diserap pada saat

perubahan wujud zat, tetapi tidak digunakan untuk menaikkan atau menurunkan

temperatur. Kalor ini disebut sebagai kalor laten dan disimbolkan dengan huruf
39

bergantung pada jumlah zat yang mengalami perubahan wujud (massa benda).

Jadi, kalor laten adalah kalor yang dibutuhkan oleh suatu benda untuk mengubah

wujudnya per satuan massa.

Kalor laten ada dua jenis, yaitu kalor lebur dan kalor didih atau kalau

penguapan. Kalor lebur adalah kalor yang dibutuhkan untuk merubah 1 kg zat

dari zat padat menjadi cair. Sedangkan kalor penguapan adalah kalor yang

dibutuhkan untuk merubah suatu zat dari fase cair ke uap.

Q = m.L ....................................................................................................... .(2.9)

Q = kalor (joule)

m = massa benda (kg)

L = kalor laten (j/kg.0C)

2) Asas Black

Kalor adalah energi yang dipindahkan dari benda yang memiliki

temperatur tinggi ke benda yang memiliki temperatur lebih rendah sehingga

pengukuran kalor selalu berhubungan dengan perpindahan energi. Energi adalah

kekal sehingga benda yang memiliki temperatur lebih tinggi akan melepaskan

energi sebesar QL dan benda yang memiliki temperatur lebih rendah akan

menerima energi sebesar QT dengan besar yang sama.

Apabila dua zat atau lebih mempunyai suhu yang berbeda dan terisolasi

dalam suatu sistem, maka kalor akan mengalir dari zat yang suhunya lebih tinggi

ke zat yang suhunya lebih rendah. Dalam hal ini, kekekalan energi memainkan

peranan penting. Sejumlah kalor yang hilang dari zat yang bersuhu tinggi sama

dengan kalor yang didapat oleh zat yang suhunya lebih rendah. Hal tersebut dapat
40

dinyatakan sebagai Hukum Kekekalan Energi Kalor, yang berbunyi “kalor yang

dilepas = kalor yang diserap” (Sumarsono, 2009: 51)

Qlepas = Qterima ........................................................................................................................................... (2.10)

Persamaan (2.5) menyatakan hukum kekekalan energi pada pertukaran kalor yang

disebut sebagai Asas Black. Nama hukum ini diambil dari nama seorang ilmuwan

Inggris sebagai penghargaan atas jasa-jasanya, yakni Black (1728-1799).

Pengukuran kalor sering dilakukan untuk menentukan kalor jenis suatu zat. Jika

kalor jenis suatu zat diketahui, kalor yang diserap atau dilepaskan dapat

ditentukan dengan mengukur perubahan temperatur zat tersebut. Kemudian,

dengan menggunakan persamaan.

Q = m.c.ΔT .................................................................................................. (2.11)

Besarnya kalor dapat dihitung. Ketika menggunakan persamaan ini, perlu

diingat bahwa temperatur naik berarti zat menerima kalor, dan temperatur turun

berarti zat melepaskan kalor.

3) Perpidahan kalor

Pada sebuah benda, perpindahan kalor atau perambatan kalor terjadi dari

benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah. Kalor dapat merambat

dengan tiga cara, di antaranya secara konduksi (hantaran), secara konveksi

(aliran), dan secara radiasi (pancaran). Berikut pembahasan mengenai setiap jenis

perambatan kalor tersebut.

a) Perpidahan kalor secara konduksi

Jika salah satu ujung batang logam dimasukkan ke dalam api atau

dipanaskan, ujung batang yang lainnya akan ikut menjadi panas, walaupun tidak
41

ikut dimasukkan ke dalam api. Mengapa demikian? Atom-atom di dalam zat padat

yang dipanaskan tersebut akan bergetar dengan sangat kuat. Kemudian, atom-

atom tersebut akan memindahkan sebagian energi yang dimilikinya ke atom-atom

tetangga terdekat yang ditumbuknya. Atom tetangga ini menumbuk atom

tetangga lainnya dan seterusnya sehingga terjadi hantaran energi di dalam zat

padat tersebut. Untuk bahan logam,

terdapat elektron-elektron yang dapat bergerak bebas yang juga ikut berperan

dalam merambatkan energi tersebut. Perpindahan kalor yang tidak diikuti

perpindahan massa ini disebut konduksi.

Gambar 2.3 Rambatan kalor didalam koduktor (Saripudin dkk, 2009: 119).

Kalor yang mengalir dalam batang per satuan waktu dapat dinyatakan

dalam hubungan:
𝛥𝑇
𝐻 = 𝐾𝐴 ....................................................................................................(2.12)
𝐿

Keterangan:

H = jumlah kalor yang merambat per satuan waktu per satuan luas

K = koefisien konduksi termal

L = panjang batang

A = luas penampang hantaran kalor dan batang logam

ΔT = perbedaan temperatur antara kedua tempat fluida mengalir


42

b) Perpidahan kalor secara konveksi

Perambatan kalor yang disertai perpindahan massa atau perpindahan

partikel- partikel zat perantaranya disebut perpindahan kalor secara aliran atau

konveksi. Rambatan kalor konveksi terjadi pada fluida atau zat alir, seperti pada

zat cair, gas, atau udara.

Gambar 2.4 Rambatan kalor di dalam gas (Saripudin dkk, 2009: 120).

Apabila dua sisi yang berhadapan dari silinder pada Gambar 2.5 suhunya

berbeda, akan terjadi aliran kalor dari dinding yang bersuhu T ke dinding yang

bersuhu T . Besarnya kalor yang merambat tiap satuan waktu, dapat dituliskan

sebagai berikut.

H = hAΔT .................................................................................................... (2.13)

Keterangan:

H = jumlah kalor yang berpindah tiap satuan waktu,

h = koefisien konveksi termal

A = luas penampang aliran

ΔT = perbedaan temperatur antara kedua tempat fluida mengalir

Besarnya koefisien konveksi termal dari suatu fluida bergantung pada

bentuk dan kedudukan geometrik permukaan-permukaan bidang aliran serta

bergantung pula pada sifat fluida perantaranya.


43

c) Perpidahan kalor secara radiasi

Matahari merupakan sumber energi utama bagi manusia di permukaan

bumi ini. Energi yang dipancarkan Matahari sampai di Bumi berupa gelombang

elektromagnetik. Cara perambatannya disebut sebagai radiasi, yang tidak

memerlukan adanya medium zat perantara. Semua benda setiap saat

memancarkan energi radiasi dan jika telah mencapai kesetimbangan termal atau

temperatur benda sama dengan temperatur lingkungan, benda tersebut tidak akan

memancarkan radiasi lagi. Dalam kesetimbangan ini, jumlah energi yang

dipancarkan sama dengan jumlah energi yang diserap oleh benda tersebut.

Dari hasil percobaan yang dilakukan oleh Josef Stefan dan Ludwig

Boltzmann, diperoleh besarnya energi per satuan luas per satuan waktu

yang dipancarkan oleh benda yang bersuhu T, yakni

W = eσT4 ...................................................................................................................................................... (2.14)

Keterangan:

W = energi yang dipancarkan per satuan luas per satuan waktu (watt/m2)

σ = konstanta Stefan Boltzmann = 5,672 × 10-8 watt/m2K2

T = temperatur mutlak benda (K)

e = koefisien emisivitas (0 < e ≤ 1).


,
44

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu

dengan melihat presentase ketuntasan belajar baik secara pribadi maupun umum.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) karena penelitian

tindakan kelas adalah suatu kegiatan penelitian dengan mencermati sebuah

kegiatan belajar yang diberi tindakan, yang secara sengaja dimunculkan dalam

sebuah kelas, yang bertujuan memecahkan masalah atau meningkatkan mutu

pembelajaran di kelas tersebut. Penelitian yang rancang untuk memberdayakan

semua partisipan dalam proses pembelajaran baik itu pada siswa, guru, dan

peserta lainnya dengan maksud untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, serta

mencapai tujuan pembelajaran atau pendidikan yang lebih baik.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di lakukan di SMA Negeri 10 Kota Ternate Penelitian ini

dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2015-2016 yang berlangsung

selama 1 bulan dimulai dari tanggal 9 November sampai tanggal 19 November

2016.

C. Kelas dan subjek penelitian

Penelitian tindakan kelas ini digunakan kelas dan sujek penelitian, kelas dalam

penelitian ini adalah kelas X dan menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas

X IPA-2 SMA Negeri 10 Kota Ternate pada semester genap dengan jumlah 21

siswa yang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan.


45

D. Rencana penelitian

Rencana penelitian tindakan kelas ini mengacu pada jenis Penelitian

Tindakan Kelas seperti yang digambarkan oleh Arikunto (2010: 34) adalah

sebagai berikut:

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

Gambar 3.1 Penelitian Tindakan Kelas Model Arikunto

(Paizeludin & Ermalida, 2010).

1. Tahap perencanaan

Tahap perencanaan, kegiatan yang dilakukan ialah merumuskan Rencana

Perangkat Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada kurikulum 2013 serta

mempersiapkan bahan ajar pada materi suhu dan kalor.

2. Tahap pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan tindakan adalah peneliti melaksanakan pembelajaran

delam upaya membantu meningkatkan pemahaman siswa sebagai subjek


46

penelitian dalam mempelajari materi suhu dan kalor. Penelitian tindakan kelas ini

tidak dapat dilakukan secara individu, tetapi dilakukan secara kaliboratif. Dalam

penelitian ini dimulai dengan siklus pertama.

Adapun rincian tahapan dari siklus pertama yaitu:

Siklus 1

a. Perencanaan (planning)

Kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahap perencanaan adalah:

1) Menyusun Rencanana Pembelajaran (RPP) sesuai dengan Kompetensi Inti

atau Kompetensi Dasar yang telah ditentukan.

2) Lembar observasi (pedoman pemantauan) sesuai dengan model

pembelajaran yang digunakan.

3) Membuat instrumen keterampilan proses siswa pada siklus 1.

4) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS).

b. Pelaksanaan tindakan (Acting)

Pelaksanaan pembelajaran melalui model pembelajaran inkuiri.

c. Pengamatan

Observasi merupakan kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan

pengamat dengan tujuan untuk memperoleh informasi mengenai hal-hal yang

terjadi pada individu siswa atau kelompok mulai dari kegiatan awal sampai pada

akhir tindakan. Pengamatan dilakukan oleh guru senior yang terdiri dari dua orang

guru, yang bertindak sebagai pengamat (observer).

1) Pelaksanaan dengan menggunakan model inkuiri serta respon siswa

terhadap model tersebut.


47

2) Siswa dibimbing guru untuk melakukan percobaan, siswa diberi

keleluasaan untuk mengekspresikan gagasannya sedangkan guru sebagai

fasilitator, motivator dan pembimbing.

3) Siswa melakukan percobaan dengan melihat petunjuk yang ada dalam

Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sudah disediakan.

d. Refleksi (reflecting)

Kegiatan refleksi dilakukan untuk memperbaiki tindakan berdasarkan catatan

observasi yang ditemukan di kelalas selama siklus pertama berlangsung. Hasil

yang dipernoleh merupakan informasi tentang apa yang perlu diperbaiki, catatan

jika hasil temuan tersebut, hasilnya telah mencapai apa yang diharapkan maka

penelitian ini tidak dilanjutkan pada siklus selanjutnya, namun apabila belum

tercapai seperti yang diharapkan kemudian didiskusikan kembali dengan

pengamat sebagai dasar penyusunan rencana tindakan pada siklus berikutnya.

E. Data dan Sumber Data

1. Data dalam penelitian ini adalah keterampilan proses sains siswa yang

diperoleh melalui observasi, aktivitas siswa dan guru dalam proses

pembelajaran.

2. Sumber data, sumber data dari penelitian ini adalah siswa kelas X-IPA 2 dan

guru (peneliti).

F. Prosedur Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini deperoleh dari siswa kelas

X IPA-2 SMA Negeri 10 Kota Ternate. Adapun teknik yang dipakai untuk

mengumpulkan data adalah sebagai berikut:


48

1. Observer mengamati dan menilai aktivitas guru.

2. Observer mengamati dan menilai aktivitas keterampilan proses sains siswa.

G. Analisis Data

Perhitungan presentase kemunculan tiap item aspek keterampilan proses

sains dengan menggunakan rumus:


𝑅
NP = 𝑆𝑀 𝑥 100% ............................................................................................ (3.1)

Keterangan:

NP = Nilai persen yang dicari atau yang diharapkan

R = Skor mentah yang diperoleh siswa

SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan

Kemudian hasil diperhitungkan dan disesuaikan dengan kriteria dibawah

ini:

Tabel 3.1 Kriteria Nilai Keterampilan Proses Sains Purwanto

(Racmawati, 2013: 34).

No Interval (5%) Kriteria


1 86-100 Baik sekali
2 76-85 Baik
3 60-75 Sedang
4 55-59 Kurang
5 <54 Kurang sekali
49

H. Pengecekan Keabsahan Data

Teknik yang digunakan pada penentuan keabsahan data dalam penelitian

tindakan kelas ini adalah menggunakan standar tentang bagaimana cara untuk

menentukan keabsahan data yaitu dengan cara sebagai berikut:

1. Penilaian kajian terutama diarahkan kepada apakah pertanyaan mendorong

dilakukan pengumpulan data dan analisisnya.

2. Penelitian diajukan kepada apakah pengumpulan data, analisisnya secara

teknis dilakukan dengan kompeten.

3. Penilaian seharusnya memiliki nilai baik dalam memberikan informasi baru

maupun dalam meningkatkan dan memperbaiki keterampilan meneliti, baik

dalam melindungi hal-hal yang terkait privasi seseorang maupun dalam

memegang kebenaran dari semua partisipasi penelitian Creswel 1998 (Albar,

2016: 29).
50

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pelaksanaan

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan

peneliti di SMA Negeri 10 Kota Ternate di kelas X IPA 2 akan diuraikan berupa

siklus-siklus yang dilakukan dalam proses pembelajaran di kelas. Adapun hasil

penelitian ini terdiri dari dua kegiatan, yaitu kegiatan tindakan siklus I dan siklus

II.

Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan pada semester ganjil.

Adapun siswa kelas X IPA-2 yang berjumlah 21 orang, yang terdiri dari 7 siswa

laki-laki dan 14 siswa perempuan yang ditangani oleh guru fisika Ibu Tahla Talib

S.Pd, sebelum meneliti, peneliti melakukan obsevasi dan wawancara dengan guru

matapelajaran guna mengetahui keadaan sekolah dan kelas pada khususnya.

Setelah peneliti melakukan observasi dan wawancara barulah peneliti melakukan

penelitian.

Siklus pertama dilakukan pada hari rabu Tanggal 9 November dan

pertemuan kedua pada hari sabtu Tanggal 12 November 2016 dengan alokasi

waktu setiap pertamuan 4x3 jam pelajaran. Siklus II dilaksanakan pada hari rabu

Tanggal 16 November dan 19 November 2016 dengan aspek yang diteliti adalah

keterampilan proses sains siswa.


51

B. Laporan Tindakan Penelitian

1. Siklus I

Siklus I terdiri atas 4 tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan,

pengamatan dan refleksi. Untuk lebih jelasnya pelaksanaan penerapan model

pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan proses sains

siswa pada konsep suhu dan kalor dilaksankan dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Perencanaan (planning)

Kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahap perencanaan adalah:

1. Menyusun Rencanana Pembelajaran (RPP) sesuai dengan Kompetensi Inti

atau Kompetensi Dasar yang telah ditentukan.

2. Lembar observasi (pedoman pemantauan) sesuai dengan model pembelajaran

yang digunakan.

3. Membuat instrumen keterampilan proses siswa pada siklus 1.

4. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS).

b. Pelaksanaan Tindakan (action)

Proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran inkuiri dalam

pembelajaran fisika untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada

konsep suhu dan kalor, pada siklus I dilaksanakan dua kali pertemuan. Pertemuan

pertama dilaksanakan pada hari Selasa 9 November dan pertemuan kedua

dilaksanakan pada hari sabtu 12 November 2016. Pelaksanaan pada pertemuan

pertama adalah kegiatan proses belajar mengajar yang berlangsung selama 2x45

(menit) sesuai jadwal yang ditentukan, sedangkan pada pertemuan kedua siswa
52

melakukan percobaan dan diberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan instrumen

untuk mengukur keterampilan proses sains pada waktu percobaan berlangsung.

Dalam proses pembelajaran untuk pertemuan pertama guru atau peneliti

memulai pembelajaran dengan pendahuluan yang terdapat pada Rancangan

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat, setelah itu guru melanjutkan

pada kegiatan inti dengan menggunakan langkah-langkah model pembelajaran

inkuiri antaralain sebagai berikut:

a) Pendahuluan (15 menit)

1) Mengucapkan salam dan berdo’a

2) Mengecek kehadiran siswa.

3) Guru menanyakan kesiapan siswa dalam melakukan pembelajaran.

4) Guru menyampaikan tema pembelajaran yang akan dilakukan. Misalnya:

Kita hari ini akan mempelajari suhu dan kalor.

5) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru menanyakan kembali

tentang pengertian suhu dan kalor yang telah diketahui oleh siswa.

Misalnya: “Anak-anak , ada yang tau tidak apa itu suhu?”

b) Kegiatan inti

1) Orientasi:

Guru menunjukkan fenomena berupa gambar atau peristiwa tentang suhu

dan kalor.
53

Gambar 4.1 Termometer alat untuk mengukur suhu

2) Merumuskan masalah:

Guru meminta dan membimbing siswa untuk merumuskan permasalahan

dari fenomena yang telah diberikan.

3) Merumuskan hipotesis

Guru meminta siswa untuk merumuskan hipotesis sesuai permasalahan

yang dikemukakan.

4) Mengumpulkan data

Guru membagi siswa dalam kelompok dan membimbing siswa untuk

melakukan eksperimen sesuai dengan petunjuk LKS.

5) Menguji hipotesis

Guru membimbing siswa untuk menguji hipotesis dari data yang diperoleh

dari eksperimen.

6) Merumuskan kesimpulan

Membimbing siswa dalam membuat kesimpulan sesuai dengan hasil

penelitian yang telah dilakukan.

c) Penutup
54

1) Guru dan siswa sama-sama mengambil kesimpulan mengenai materi yang

dipelajari.

2) Guru memberikan penguatan kepada peserta didik yang sudah aktif dalam

pembelajaran dan memberikan dorongan kepada siswa yang kurang aktif

dalam pembelajaran.

3) Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam.

c. Pengamatan (observing)

Selama proses pembelajaran berlangsung peneliti dibantu oleh dua orang

guru yang berperan sebagai observer yang bertugas untuk memantau aktivitas

mengajar guru (peneliti) dan aktivitas siswa, dari pengamatan tersebut didapat

bahwa proses belajar mengajar berlangsung sesuai dengan Rencana pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), hanya saja masih terdapat beberapa kekurangan yang perlu

diperbaiki untuk ditinjau ulang.

1) Hasil observasi kegiatan pembelajaran siklus I

Guru (peneliti) sudah melaksanakan pembelajaran dengan baik sesuai

dengan RPP yang dibuat sesuai dengan model yang akan diterapkan, seperti

mengucapkan salam, mengecek kehadiran siswa, mengajak siswa untuk

mempersiapkan alat-alat belajar sebelum pembelajaran dimulai, dalam hal ini

guru menyampaikan tujuan pembelajaran,apresepsi/motivasi namun guru tidak

mengorientasikan siswa pada suatu permasalahan dalam pembelajaran dengan

baik sehingga siswa menjadi kurang bersemangat untuk mengikuti pembelajaran.

Pada kegiatan inti proses pembelajaran terlihat kurang kodusif, hal ini

dilihat dari sikap siswa yang kurang bersemangat dalam mengikuti kegiatan
55

pembelajaran. Saat guru menjelaskan materi, penjelasan yang diberikan terlalu

cepat sehingga ada beberapa siswa yang tidak memahai dengan jelas maksud dari

materi yang dijelaskan. Selain itu pada saat pembagian kelompok suasana dikelas

semakin gaduh, hal ini disebabkan karena guru tidak dapat mengelolah kelas

dengan baik. Melihat kondisi kelas yang kurang kondusif guru segera

menenangkan kelas dengan memberikan teguran kepada siswa yang ribut. Ketika

kegiatan diskusi berlangsung ada beberapa siswa yang tidak bergabung dengan

kelompok yang telah ditentukan oleh guru sehingga siswa tidak serius dalam

melakukan percobaaan.

Aktivitas belajar siswa, sesuai dengan hasil yang diperoleh dari hasil

pengamatan keterampilan proses sains, pada kegiatan siklus I diperoleh skor rata-

rata 10,42 atau dengan perolehan seluruh siswa yaitu sebesar 219 dengan

presentase 57,93% (lampiran 13). Dari hasil tersebut diperlukan untuk ditinjau

kembali. Hal ini terjadi karena peneliti baru pertama kali menerapkan model

pembelajaran inkuiri secara langsung dalam kegiatan belajar mengajar, dan

berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer presentase yang

diperoleh adalah sebesar 66,66% (lampiran 6) hasil ini masih perlu diperbaiki

supaya bisa mencapai target yang diinginkan.

d. Refleksi siklus I

Pada saat pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I masih

terdapat beberapa kekurangan yang perlu diperbaiki, hal ini terlihat dari aktivitas

guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, perlu adanya
56

langkah-langkah perbaikan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran

selanjutnya.

1) Refleksi Aktivitas Guru

Proses keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh

guru dapat dilihat melalui lembar observasi. Berdasarkan pembelajaran yang

dilaksanakan pada siklus I, terlihat ada beberapa aspek yang telah dicapai oleh

guru antara lain:

a) Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP

b) Membuka pembelajaran dengan baik

c) Mengecek kehadiran siswa dengan baik

d) Mengelolah kelas

e) Menjelaskan materi yang diajarkan sesuai dengan tujuan pembelajaran

f) Guru memberikan apersepsi/motivasi sesuai dengan materi yang diajarkan.

Adapun kelemahan-kelemahan yang harus diperbaiki pada siklus I yang

dilakukan pengamat antara lain:

a) Tidak melaksanakan orientasi

b) Guru meminta siswa untuk merumuskan masalah dari gambar atau

fenomena yang telah diberikan tetapi tidak membimbing siswa.

c) Guru meminta siswa untuk merumuskan hipotesis tetapi kurang sesuai

dengan permasalahan yang dikemukakan.

d) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok tetapi tidak membimbing

semua kelompok untuk melakukan eksperimen.


57

e) Guru membimbing siswa untuk menguji hipotesis tetapi kurang sesuai

dengan data yang diperoleh.

f) Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan sesuai dengan hasil

penelitian tetapi hanya sebagian kelompok saja.

g) Guru menutup pembelajaran dengan salam tetapi tidak memberikan

dorongan dan saran yang bersifat membangun.

Adapun langkah-langkah perbaikan untuk proses pembelajaran selanjutnya

yaitu pada siklus II antara lain:

a) Guru (peneliti) sebaiknya mengelolah kelas sedemikian rupa sebelum

memulai pembelajaran

b) Menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapi oleh siswa

c) Memberikan apersepsi dan motivasi sebelum pembelajaran dimulai

d) Memberikan gambaran atau fenomena tentang materi yang akan diajarkan

e) Guru meminta dan membimbing siswa untuk merumuskan permasalahan

dari fenomena yang diberikan.

f) Guru meminta siswa untuk mermuskan hipotesis sesuai dengan

permasalahan yang dikemukakan.

g) Membimbing siswa dalam kelompok untuk melakukan percobaan sesuai

dengan petunjuk LKS.

h) Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan sesuai dengan hasil

penelitian yang telah dikemukakan.

i) Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil percobaan dan

menyimpulkan secara keseluruhan dari kesimpulan siswa.


58

j) Guru menutup pembelajaran dengan memberikan dorongan dan saran-

saran yang membangun kemudian mengakhiri dangan salam.

2) Refleksi Aktivitas Belajar Siswa

Aktivitas belajar siswa, sesuai dengan hasil yang diperoleh dari hasil

pengamatan keterampilan proses sains, pada siklus I diperoleh skor rata-rata siswa

yaitu 10,42 atau dengan perolehan seluruh siswa yaitu sebesar 219 dengan

presentase 57,93 (lampiran 16). Dari hasil tersebut diperlukan untuk ditinjau

kembali.

3) Refleksi peningkatan keterampilan proses sians

Dari hasil yang diperolah rendahnya keterampilan proses sains siswa yang

dilihat dari kemampuan siswa, perlu diperbaiki dengan melihat hanya 12 siswa

yang tuntas itupun masih dalam kreteria sedang, sendangkan yang lainya 3 dalam

kreteria kurang, dan 6 kurang sekali. Berdasarkan nilai rata-rata dari setiap

kreteria didapatkan hasil presentasi sebesar 57,93, dalam hal ini kreteria yang

dicapai masih terbilang kurang (lampiran 13).

2. Siklus II

a. Perencanaan (planning)

Melihat masih terdapat kekurangan pada siklus I, maka dilanjutkan dengan

siklus II guna memperbaiki kekurangan-kerungan pada siklus I. Perbaikan proses

pembelajaran dengan menyampaikan materi yang diajarkan dengan menggunakan

model pembelajaran inkuiri dengan sebaik mungkin dan jelas, meningkatkan

keterampilan proses sains siswa dengan melakukan percobaan secara

berkelompok. Perencanaan tindakan siklus II disusun berdasarkan refleksi dari


59

siklus I. Sebelum melaksanakan kegiatan siklus II maka dilakukan perencanaan

terlebih dahulu guna mempersiapkan segala sesuatu sebelum melakukan tindakan,

seperti menyusun RPP, memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terdapat pada

siklus I membuat lembar observasi dan membuat LKS.

b. Pelaksanaan Tindakan (action)

Pelaksanaan tindakan siklus II dilakukan dua kali pertemuan yaitu pada

hari rabu 16 November dengan jumlah siswa sebanyak 21 orang, dan pertemuan

kedua hari sabtu 19 November 2016, dengan jumlah siswa 21 orang. Pelaksanaan

yang pertama adalah belajar mengajar sedangkan pertemuan kedua siswa

melakukan percobaan dengan menggunakan LKS dan siswa deberikan instrumen

untuk mengukur keterampilan proses sains siswa pada waktu percobaan. Dalam

proses pembelajaran untuk pertemuan pertama guru atau peneliti memulai dengan

pendahuluan yang terdapat dalam RPP, setelah itu guru melanjutkan pada

tahapan-tahapan model pembelajaran inkuiri antara lain sebagi berikut:

a. Pendahuluan (15 menit)

1) Mengucapkan salam dan berdo’a

2) Mengecek kehadiran siswa.

3) Guru menanyakan kesiapan siswa dalam melakukan pembelajaran.

4) Guru menyampaikan tema pembelajaran yang akan dilakukan. Misalnya:

Kita hari ini akan mempelajari suhu dan kalor.

5) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru menanyakan kembali

tentang pengertian suhu dan kalor yang telah diketahui oleh siswa.

Misalnya: “Anak-anak, ada yang tau tidak apa itu kalor?”


60

b. Kegiatan inti

1) Orientasi:

Guru menunjukkan fenomena berupa gambar atau peristiwa tentang suhu

dan kalor.

Gambar 4.2 Perpindahan kalor.

2) Merumuskan masalah:

Guru meminta dan membimbing siswa untuk merumuskan permasalahan

dari fenomena yang telah diberikan.

3) Merumuskan hipotesis

Guru meminta siswa untuk merumuskan hipotesis sesuai permasalahan

yang dikemukakan.

4) Mengumpulkan data

Guru membagi siswa dalam kelompok dan membimbing siswa untuk

melakukan eksperimen sesuai dengan petunjuk LKS.

5) Menguji hipotesis

Guru membimbing siswa untuk menguji hipotesis dari data yang diperoleh

dari eksperimen.
61

6) Merumuskan kesimpulan

Membimbing siswa dalam membuat kesimpulan sesuai dengan hasil

penelitian yang telah dilakukan.

c. Penutup

1) Guru dan siswa sama-sama mengambil kesimpulan mengenai materi yang

dipelajari.

2) Guru memberikan penguatan kepada peserta didik yang sudah aktif dalam

pembelajaran dan memberikan dorongan kepada siswa yang kurang aktif

dalam pembelajaran.

3) Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam.

c. Pengamatan siklus II

Pengamatan disiklus II sama seperti yang ada di siklus I. Selama kegiatan

berlangsung, observer melakukan observasi seperti sebelumnya yang dilakukan di

siklus I. Berdasarkan hasil observasi hasil yang didapat dalam proses belajar

mengajar sudah mengalami perubahan yang membaik dibandingkan dengan hasil

dari siklus I. Siswa lebih aktif dan semangat dalam mengikuti pembelajaran,

berikut ini adalah gambaran deskripsi pengamatan:

1. Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus II

sama seperti kegiatan pada siklus I, guru sudah melaksanakan

pembelajaran berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah

buat sebelumnya. Proses kegiatan awal dilakukan oleh guru sudah baik, guru telah

melaksanakan apersepsi, mengelolah kelas sebelum pembelajaran, menjelaskan

tujuan pembelajaran yang harus dicapai, membagi kelompok dan membimbing


62

siswa untuk seluruh kelompok dalam melakukan percobaan, dan meminta siswa

untuk menyimpulkan hasil percobaan kemudian menyimpulkan secara

keseluruhan kesimpulan yang disampaikan oleh siswa. Walaupun ada beberapa

siswa yang masih kurang serius dalam kegiatan melakukan percobaan namun

berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Aktivitas belajar siswa, berdasarkan dari hasil pengamatan keterampilan

proses sains, sudah mengalami perubahan yang membaik. Hal ini dilihat dari hasil

pengamtan yang dilakukan dalam proses pembelajaran pada siklus II dengan

diperolehnya skor rata-rata 13,85 atau dengan skor perolehan 291 dengan

presentase 77,24% (lampiran 26). Sudah terlihat adanya peningkatan hal ini

dikarenakan siswa sudah memahami pembelajaran dengan menggunakan model

inkuiri.

Hal ini juga dapat dilihat dengan pengamatan kegiatan guru (peneliti) juga

mengalami perubahan yang meningkat dilihat dari skor perolehan yang diperoleh

22 dengan presentase 87,50% dibandingkan dengan siklus I diperoleh skor

perolehan 16 dengan skor rata-rata 2, dan presentase 66,66% (lampiran 6 dan 19).

d. Refleksi (reflecting) siklus II

Pada proses pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus II telah

mengalami peningkatan dari beberapa aspek yang telah diperbaiki, hal ini dilihat

dari aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran dan data yang diperoleh.

Oleh keran itu, tidak perlu adanya langkah-langkah untuk melakukan perbaikan

untuk melaksanakan siklus selanjutnya.


63

1. Refleksi aktivitas Guru

Berdasarkan hasil analisis observasi guru yang dilakukan observer pada

siklus II sudan dibilang dengan kreteria baik, yaitu sebagi berikut:

a. Sudah mengelolah kelas dengan baik

b. Menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai dengan baik

c. Memberikan apersepsi dan motivasi

d. Memberikan gambaran atau fenomena tentang materi yang akan diajarkan

e. Membimbing siswa dalam kelompok untuk melakukan percobaan sesuai

dengan petunjuk LKS

f. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil percobaan dan

menyimpulkan secara keseluruhan dari kesimpulan siswa.

Berdasarkan hasil refleksi di atas dapat dikatakan bahwa aktivitas guru

sudah berhasil dan telah mencapai indikator yang telah ditetapkan pada lembar

observasi. Dengan demkian perlunya untuk meningkatkan model pembelajaran

inkuiri dalam proses belajar mengajar.

2. Refleksi aktivitas belajar siswa

Aktivitas belajar siswa dalam kegiatan siklus II berdasarkan hasil

pengamatan yang dilakukan oleh observer dari data yang diperoleh sudah

tergolong tinggi hal ini dengan melihat hasil yang didapatkan dengan skor rata-

rata 13,85 atau dengan skor perolehan seluruh siswa 291 dengan presentase 77,24

(lampiran 26). Sudah terlihat meningkat karena siswa sudah mulai memahami

model pembelajaran inkuiri.


64

3. Refleksi peningkatan keterampilan proses sains

Berdasarkan hasil yang pengamatan yang dilakukan observer data yang

diperoleh keterampilan proses sians siswa sudah meningkat, hal ini dilihat dari

siswa yang sudah tuntas yaitu 18 orang dari 21 orang siswa yang memiliki

kreteria nilai baik dan sangat baik sedangkan 3 diantaranya belum tuntas hal ini

karena nilai KKM yang di ditetapkan adalah 72, maka keberhasilan siswa yang

diperoleh pada siklus II sudah meningkat, karena nilai yang didapatkan dari siswa

sudah memenuhi syarat ketuntasan yang telah ditentukan.

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan SMA Negeri 10 Kota Ternate

pada kelas X IPA-2 telah diuraikan dari beberapa hasil penelitian sebelumnya.

Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah aktivitas guru dalam

proses belajar mengajar dan peningkatan keterampilan proses sains siswa.

Dalam penelitian ini yang menjadi observer yaitu dua orang guru yaitu Ibu

Tahla Talib S.pd sebagai observer. Observer mengamati proses mengajar peneliti

berdasarkan instrumen lembar pengamatan aktivitas guru yang sudah disediakan

oleh peneliti dari pembelajaran dimulai hingga menutup pembelajaran. Kemudian

digunakan intrumen lembar pengamatan keterampilan proses sains siswa untuk

mengukur keterampilan proses sains siswa dan aktivitas belajar siswa selama

proses pembelajaran berlangsung.

1. Aktivitas guru dalam proses belajar mengajar.

Untuk siklus I skor perolehan guru yaitu 16 dan presentase sebesar

66,66%, sedangkan untuk siklus II skor perolehan guru yaitu 22 dan presentase
65

sebesar 87,50% (lampiran 6 dan 19). Untuk lebih jelasnya, hasil observasi

kegiatan belajar mengajar guru akan di jelaskan pada tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 Hasil observasi kegiatan belajar mengajar guru siklus I dan II

Siklus Skor perolehan Skor maksimum Presentase (%)


Siklus I 16 24 66,66
Siklus II 22 24 87,50

Secara umum, observasi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar disetiap

siklus dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dapat ditunjukan pada

gambar 4.3 sebagi berikut:

100%
87.50%
80%
66.66%
Presentase (%)

60%
Siklus I
40% Siklus II

20%

0%
Siklus I Siklus II

Gambar 4.3 Grafik aktivitas guru pada siklus I dan siklus II

2. Presentase keterampilan proses sains

Berdasarkan hasil analisis observasi keterampilan proses sains siswa yang

diperoleh dari tiap-tiap siklus untuk siswa yang memiliki nilai keterampilan

proses sains dengan nilai kreteria sedang ada 12 siswa itupun masih di bawah

KKM dengan skor rata-rata adalah 10,42 dengan presentase 57,93%, dan siswa

yang belum berhasil ada 9 siswa yang memiliki kreteria kurang. Sedangkan pada
66

siklus II siswa yang dikatakan berhasil ada 18 siswa dengan skor rata-rata 13,85

dengan presentase 77,24 yang memenuhi KKM yaitu 72 sementara 3 diantaranya

masih dibawah KKM. Adapun peningkatan keterampilan proses sains siswa pada

siklus I dan siklus II dapat ditunjuk pada tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2 Presentase peningkatan keterampilan proses sains pada siklus I dan II

Siklus Jumlah Siswa yang belum Siswa yang Presentase


siswa berhasil berhasil (%)
Siklus I 21 9 12 57,93
Siklus II 21 3 18 76,98

Dari tabel 4.2 diatas, gambaran perubahan peningkatan keterampilan

proses sains terlihat pada siklus II di bandingkan dengan siklus I. Seperti yang

dijelaskan pada gambar 4.4 dibawah ini:

100%
76.98%
80%
Presentase (%)

57.93%
60%
Siklus I
40% Siklus II
20%

0%
Siklus I Siklus II

Gambar 4.4 Garafik peningkatan keterampilan proses sains pada siklus I dan II

Peningkatan keterampilan proses sains pada setiap siklus I maupun siklus

II yang telah diperoleh, berdasarkan data observasi diperlukan perbandingan

untuk dilajutkan ke siklus berikutnya, namun pada siklus II peningkatan

keterampilan prose sains secara KKM sudah tercapai. Dengan demikian tidak
67

perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya. Dari hasil analisis data di atas dan

pembahasan yang telang menjelaskan tentang bagaimana dengan menerapkan

model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa

pada konsep suhu dan kalor.

Hal ini menunjukan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran

inkuiri siswa lebih aktif selama proses pembelajaran berlangsung karena dengan

model inkuiri ini juga siswa dapat menemukan dan memecahkan masalah, begitu

juga dengan keterampilan proses sains kemampuan siswa akan lebih meningkat

karena siswa merasakan adanya perubahan dalam proses pembelajaran dengan

lebih aktif dan karena sudah paham tentang tujuan dari pembelajaran itu sendiri.

Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan judul

penerapan model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran fisika untuk

meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada konsep suhu dan kalor di

SMA Negeri 10 Kota Ternate.

Dari hasil penelitian tersebut, membuktikan bahwa sebelum melakukan

pembelajaran siswa memerlukan kesiapan diri dan gambaran tentang materi dalam

belajar. Karena dengan kesiapan sebelum belajar secara umum siswa dapat

mengigat kembali pengetahuan yang telah ia dapatka sebelumnya. Begitu juga

dengan keterampilan proses sains (KPS) adalah keterampilan dasar

bereksperimen, metode ilmiah, dan berinkuiri. Saat ini KPS memang mempunyai

peranan penting dalam membantu peserta didik untukmenemukan konsep dan

merupakan langkah penting dalam proses belajar mengajar khususnya dalam

menemukan konsep materi IPA (Wahono. 2009. Cit. Sartika, 2015: 28).
68

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasar hasil penelitian dan pembahasan yang telah dibahas maka

peneniti dapat menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri dapat

meningkatkan keterampilan proses sains yang telah dilakukan dalam dua siklus

yakni siklus I dan siklus II dimana terdapat perubahan hal ini dilihat dari

presentase aktivitas belajar siswa, aktivitas guru di kelas maupun keterampilan

proses sains mengalami peningkatan yang diperolah dari masing-masing siklus.

Dimana presentasi yang didapatkan dari keterampilan proses sains pada siklus I

57,93% dan mengalami peningkatan di siklus II sebesar 77,24%. Faktor yang

mempengaruhi adalah dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri lebih

ditekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan.

B. Saran

Dari hasil penelitian ini peneliti dapat menyarankan:

1. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru diharapkan mampu menjadikan model

pembelajaran inkuiri sebagai salah satu alternatif pada mata pelajaran fisika

guna meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

2. Diharapkan dilakukan penelitian selanjutnya untuk bagaimana dapat memberi

suatut trobosan baru, yang dapat memperbaiki penggunaan model inkuiri itu

sendiri.
69

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, T. 2011. Teori Pembelajaran. Yogyakarta: Mida Pustaka

Albar, A. 2016. Penggunaan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan


Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas VII SMP Negeri 12 Kota Ternate
Pada Konsep Kalor. (Skripsi) (Unkhair) (diakses pada 2016).

Ardiansyah, D. 2014. Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa pada Materi


Asam Basa Menggunakan Model Pembelajaran Guided Inquiry, (Skrip)
(Online) (diakses pada 2014).

Anam, K. 2015. Pembelajaran Berbasis Inkuiri: Metode dan Aplikasi.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar (Anggota IKAPI)

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Renika Cipta, Cet Ke-12

Azizah, N. dkk. 2014. Penerapan Model Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan


Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X.C di
MAN 2 jember tahun ajaran 2013/201, vol (3), 235-241.

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004: Standar Kompetensi, Mata Pelajaran Fisika,


Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Depdiknas

Depdiknas. 2006. Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mata


Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Badan Standar Nasional
Pendidikan.

Dimyanti & Mudjiono. 2009. Belajar dan pembelajaran, Jakarta Renika Cipta

Karwati, E. & D.J, Priansa. 2014. Menajemen Kelas (clasroom management).


Bandung: Alfabeta,cv

Maradona. 2013. Analisis Ketrampilan Proses Sains Siswa Kelas XI IPA SMA
Islam Samarinda Pada Pokok Bahasan Hidrolisis Melalui Metode
Eksperimen, Universitas Wulawarman, Samarinda

Paizaluddin & Ermalinda. 2013. Penelitian Tindakan Kelas (classroom Action


Researsh) Panduan Teoritis dan Praktis. Bandung: Alfabeta

Puspita, A. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning


Berbasis Inkuiri Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan
Keterampilan Proses Sains Siswa SMP, (Skripsi) (online) (diakses pada
20/5/2015.
70

Rahmawati. 2013. Profil Keterampilan Proses Sains dan Motivasi Belajar Siswa
Melaui Kegiatan Fild Trip Pada Konsep Ekosistem. Universitas
pendidikan Indonesia
Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana

Saripudin, A. dkk. 2009. Praktis Belajar Fisika Kelas X Sekolah Menengah Atas/
Madrasah Aliyah. Jakarta: Visindo Media Persada

Sartika, S. 2015. Analisis keteranpilan proses sains (kps) Mahasiswa calon Guru
dalam menyelesaikan soal ipa terpadu (Skripsi) (Online) (diakses pada
24/10/2015).

Setya. 2009. Fisika untuk SMA/MA kelas x. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.

Sumarsono, J. 2009. Fisika untuk SMA/MA. Jakarta: CV Teguh Karya

Suprayitno, dkk. 2011. Teori dan Implementasi Model-Model Pembelajaran


Inovatif. Surabaya:UNESA

Winkel, W.S. 1999. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo


71

Lampiran 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
Siklus I

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 10 Kota Ternate

Mata Pelajaran : Fisika

Kelas/Semester : X IPA-2/Dua

Materi Pokok : Suhu dan Pemuaiian

Alokasi Waktu : 4 × 3 JP (2 kali pertemuan)

A. Kompetensi Inti (KI)

KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI 2 : Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun,

ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan

pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai

permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan

lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai

cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural

dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan

wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait

fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada

bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk

memecahkan masalah.
72

KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak

terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara

mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator

1.1 Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan

kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang

menciptakannya

1.2 Menyadari kebesaran Tuhan yang mengatur karakteristik fenomena gerak,

fluida, kalor dan optik

2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti;

cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif

dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud

implementasi sikap dalam melakukan percobaan dan berdiskusi

2.2 Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai

wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil

percobaan

3.8 Menganalisis pengaruh kalor dan perpindahan kalor pada kehidupan sehari-

hari

Indikator

1. Mendeskripsikan pengertian suhu

2. Menjelaskan alasan mengapa indera peraba tidak dapat digunakan sebagai

alat pengukur derajat perubahan suhu zat


73

3. Membandingkan skala pengukuran temometer celcius dengan skala

pengukuran termometer yang lain

4. Menganalisis pengaruh kalor terhadap perubahan suhu benda

5. Menganalisis pengaruh perubahan suhu benda terhadap ukuran benda

(pemuaian)

6. Menganalisis pengaruh kalor terhadap perubahan wujud benda

4.8 merencanakan dan melaksanakan percobaan untuk menyelidiki karakteristik

termal suatu bahan, terutama kapasitas dan konduktivitas kalor

1. Melakukan percobaan prinsip kerja termometer

2. Mengolah dan menyajikan data percobaan prinsip kerja termometer

3. Menyajikan hasil percobaan prinsip kerja termometer

4. Melakukan percobaan pemuaian gas

5. Mengolah dan menyajikan data percobaan pemuaian gas

6. Menyajikan hasil percobaan pemuaian gas

C. Tujuan Pembelajaran

Setelah proses orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,

mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan kesimpulan, peserta

didik dapat

dapat:

1. Mendeskripsikan pengertian suhu

2. Menjelaskan alasan mengapa indera peraba tidak dapat digunakan sebagai

alat pengukur derajat perubahan suhu zat


74

3. Membandingkan skala pengukuran temometer celcius dengan skala

pengukuran termometer yang lain

4. Menganalisis pengaruh kalor terhadap perubahan suhu benda

5. Menganalisis pengaruh perubahan suhu benda terhadap ukuran benda

(pemuaian)

6. Menganalisis pengaruh kalor terhadap perubahan wujud benda

7. Melakukan percobaan prinsip kerja termometer

8. Mengolah dan menyajikan data percobaan prinsip kerja termometer

9. Menyajikan hasil percobaan prinsip kerja termometer

10. Melakukan percobaan pemuaian gas

11. Mengolah dan menyajikan data percobaan pemuaian gas

12. Menyajikan hasil percobaan pemuaian gas

E. Materi Pembelajaran

Fakta

1. Kalor berpindah dari benda yang bersuhu lebih tinggi kebenda yang bersuhu

lebih rendah

Konsep

1. Suhu dan pemuaian

Prinsip

1. Termometer (alat untuk mengukur suhu)

2. Pemanasan es menjadi air

Prosedur

1. Percobaan prinsip kerja termometer


75

2. Percobaan pemuaian pada gas

F. Model dan Metode Pembelajaran

Model pembelajaran : Inkuiri

Metode Pembelajaran : Eksperimen, ceramah dan tanya jawab

G. Media, Alat dan Sumber Belajar

1. Media:

a. Alat demonstrasi

b. Alat dan Bahan:

1) Botol kaca 1 buah, bejana air 1 buah, sedotan 1 buah, air berwarna,

alkohol, dan air panas

2) Baskom 2 buah, botol 1 buah, balon 1 buah, air panas, dan air dingin

3) Gelas ukur, neraca, pembakar spiritus, termometer, kaki tiga, kawat

kasa, statif, dan air

4) Air hangat, baskom, dan es

5) Paku, lilin, korek api, zat pewarna, gelas kimia, pembakar bunsen,

penyangga kaki tiga, air, mentega, kawat tembaga, dan kawat besi

c. Sumber Belajar:

Kanginan, Marthen. 2013. Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta:

Erlangga.

Langkah-langkah pembelajaran:

Rincian kegiatan Waktu


Pendahuluan 15 menit
1. Mengucapkan salam dan berdo’a
2. Mengecek kehadiran siswa.
76

3. Guru menanyakan kesiapan siswa dalam melakukan


pembelajaran.
4. Guru menyampaikan tema pembelajaran yang akan dilakukan.
Misalnya: Kita hari ini akan mempelajari suhu dan kalor.
5. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru menanyakan
kembali tentang pengertian suhu dan kalor yang telah
diketahui oleh siswa. Misalnya :“Anak-anak, ada yang tau
tidak apa itu suhu?”
6. Guru menilai keterampilan proses sains siswa dalam hal
mengamati dan menjawab pertanyaan.
Kegiatan inti 105 menit
Orientasi:
1. Guru menunjukkan fenomena berupa gambar atau peristiwa
tentang suhu dan kalor.
2. Siswa mengidentifikasi fenomena dari gambar atau peristiwa
yang telah ditunjukkan oleh guru.
3. Guru menilai keterampilan siswa dalam hal orientasi.
Merumuskan masalah:
1. Guru meminta dan membimbing siswa untuk merumuskan
permasalahan dari fenomena yang telah diberikan.
2. Siswa mengamati dan merumuskan masalah dari gambar atau
peristiwa.
3. Guru menilai keterampilan proses siswa dalam hal
merumuskan masalah.
Merumuskan hipotesis
1. Guru meminta siswa untuk merumuskan hipotesis sesuai
permasalahan yang dikemukakan.
2. Siswa merumuskan hipotesis sesuai permasalahan yang
dikemukakan.
3. Guru menilai keterampilan proses sains siswa dalam hal
merumuskan hipotesis
77

Mengumpulkan data
1. Guru membagi siswa dalam kelompok dan membimbing siswa
untuk melakukan eksperimen sesuai dengan petunjuk LKS
2. Siswa melakukan eksperimen secara berkelompok sesuai
dengan petunjuk LKS
3. Guru menilai keterampilan proses sains siswa dalam hal dan
melakukan eksperimen.
Menguji hipotesis
1. Guru membimbing siswa untuk menguji hipotesis dari data
yang diperoleh dari eksperimen.
2. Peserta didik melakukan interprestasi yaitu menghubungkan
hipotesis dengan hasil eksperimen yang dilakukan.
3. Guru menilai keterampilan proses sains siswa dalam hal
interprestasi.
Merumuskan kesimpulan
1. Membimbing siswa dalam membuat kesimpulan sesuai dengan
hasil penelitian yang telah dilakukan.
2. Siswa menyimpulkan hasil percobaan sesuai dengan percobaan
yang dilakukan.
3. Guru menilai keterampilan proses sains siswa dalam hal
merumuskan kesimpulan.
Penutup 15 menit
1. Guru dan siswa sama-sama mengambil kesimpulan mengenai
materi yang dipelajari.
2. Guru memberikan penguatan kepada peserta didik yang sudah
aktif dalam pembelajaran dan memberikan dorongan kepada
siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran.
3. Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam.
78

Taknik Penilaian

1. Teknik penilaian : Tes tertulis

2. Bentuk Instrumen : Lembar Instrumen keterampilan proses sains siswa

Ternate 9 November 2016

Mengetahui

Guru Matapelajaran

Arman Tomsio
NPM: 030912080
79

Lampiran 2
Lembar Kerja Siswa (LKS)
Siklus I
Prinsip Kerja Termometer
Mata Palajaran :

Kelas :

Nama :

Petunjuk belajar:

Bacalah dengan seksama langkah-langkah kerja sebelum kalian menjawab

pertanyaan. Bacalah setiap pertanyaan dengan seksama. Gunakan buku siswa

sebagai penuntun dalam mengerjakan.

Tujuan:

Mengamati cara kerja termometer.

Alat dan Bahan:

1. Baskom 1

2. Botol dengan tutup berlubang 1

3. Sedotan 1

4. Air panas

5. Air dingin/air Berwarna

6. Alkohol

Langkah Kerja:

1. Masukkan air berwarna ke dalam sebagian botol dan campur dengan Alkohol

sampai botol penuh .


80

2. Masukkan sebagian ujung sedotan ke lubang pada tutup botol sampai

menyentuh cairan dalam botol.

3. Isi baskom dengan air panas, celupkan bagian bawah botol ke dalam baskom

berisi air panas tersebut. Apa yang terjadi?

.........................................................................................................................

.........................................................................................................................

.........................................................................................................................

4. Dari hasil pengamatan nyatakan kesimpulanmu.

.........................................................................................................................

.........................................................................................................................

.........................................................................................................................

Diskusi dan Kesimpulan

Dari pengamatan hasil percobaan Kalian, maka bagaimana prinsip kerja

termometer?

........................................................................................................................

........................................................................................................................

........................................................................................................................

........................................................................................................................

........................................................................................................................
81

Lampiran 3
Lembar Kerja Siswa (LKS)
Siklus I
Pemuaian Pada Gas
Mata Palajaran :

Kelas :

Nama :

Petunjuk belajar:

Bacalah dengan seksama langkah-langkah kerja sebelum kalian menjawab

pertanyaan. Bacalah setiap pertanyaan dengan seksama. Gunakan buku siswa

sebagai penuntun dalam mengerjakan.

Tujuan:

1. Menunjukkan bahwa gas memuai.

2. mengetahui pengertian pemuaian gas.

Alat dan Bahan:

1. Baskom 2 buah

2. Botol 1 buah

3. Balon 1 buah

4. Air panas

5. Air dingin

Langkah Kerja:

1. Masukkan mulut balon yang belum ditiup ke dalam mulut botol.

2. Isi baskom dengan air panas, celupkan bagian bawah botol ke dalam baskom

berisi air panas tersebut. Apa yang terjadi?


82

.........................................................................................................................

.........................................................................................................................

.........................................................................................................................

3. Masulkan botol tersebut ke dalam baskom berisi air dingin. Apa yang terjadi?

.........................................................................................................................

.........................................................................................................................

.........................................................................................................................

4. Dari hasil pengamatan langkah kerja 2 dan 3, nyatakan kesimpulanmu.

.........................................................................................................................

.........................................................................................................................

.........................................................................................................................

Data Pengamatan dan Diskusi:

No Dicelupkan dalam air panas Dicelupkan dalam air dingin


1

1. Pada kolom 1 disebut peristiwa

.........................................................................................................................

.........................................................................................................................

2. Pada kolom 2 disebut peristiwa


83

.........................................................................................................................

.........................................................................................................................

kesimpulan:

.........................................................................................................................

.........................................................................................................................

.........................................................................................................................

.........................................................................................................................
84

Lampiran 4
Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Dalam Proses Belajar Mengajar
Siklus I
No Kegiatan Kemunculan
3 2 1
1 Apersepsi/motovasi √
2 Orientasi √
3 Merumuskan masalah √
4 Merumuskan hipotesis √
5 Mengumpulkan data √
6 Menguji hipotesis √
7 Merumuskan kesimpulan √
8 Menutup pembelajaran √
Jumlah 17

Keterangan :

1 = kurang

2 = cukup

3 = baik

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
(rumus = tingkat aktivitas = x 100% )
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙

Observer I

Tahla Talib S.pd


197707242003122008
85

Lampiran 5

Rubrik Pengamatan Guru


Siklus I
No Kegiatan Rubrik
1 Apersepsi/ 1. Tidak melaksanakan apersepsi.
motivasi 2. Guru melaksanakan apresepsi tetapi kurang sesuai
dengan materi yang diajarkan.
3. Guru melaksanakan apresepsi sesuai dengan materi
yang diajarkan.
2 Orientasi 1. Tidak melaksanakan orientasi.
2. Guru menunjukkan fenomena berupa gambar atau
peristiwa tetapi kurang sesuai dengan materi suhu
dan kalor.
3. Guru menunjukkan fenomena berupa gambar atau
peristiwa tentang suhu dan kalor.
3 Merumuskan 1. Tidak merumuskan masalah.
masalah 2. Guru meminta siswa untuk merumuskan
permasalahan dari fenomena yang telah diberikan
tetapi tidak membimbing siswa.
3. Guru meminta dan membimbing siswa untuk
merumuskan permasalahan dari fenomena yang
telah diberikan.
3 Merumuskan 1. Tidak membimbing siswa untuk merumuskan
hipotesis hipotesis.
2. Guru meminta siswa untuk merumuskan hipotesis
tetapi kurang sesuai permasalahan yang
dikemukakan.
3. Guru meminta siswa untuk merumuskan hipotesis
sesuai permasalahan yang dikemukakan.
4 Mengumpulkan 1. Guru tidak membimbing siswa untuk melakukan
data eksperimen.
2. Guru membagi siswa dalam kelompok tetapi tidak
membimbing semua kelompok untuk melakukan
eksperimen sesuai dengan petunjuk LKS.
3. Guru membagi siswa dalam kelompok dan
membimbing siswa untuk melakukan eksperimen
sesuai dengan petunjuk LKS.
5 Menguji 1. Guru tidak membimbing siswa untuk menguji
hipotesis hipotesis.
2. Guru membimbing siswa untuk menguji hipotesis
tetapi kurang sesuai dengan data yang diperoleh
3. Guru membimbing siswa untuk menguji hipotesis
sesuai dengan data yang diperoleh.
6 Merumuskan 1. Guru tidak membimbing siswa membuat
86

kesimpulan kesimpulan.
2. Guru membimbing siswa dalam membuat
kesimpulan sesuai dengan hasil penelitian yang
telah dilakukan tetapi hanya sebagian kelompok
saja.
3. Guru membimbing siswa dalam membuat
kesimpulan sesuai dengan hasil penelitian yang
telah dilakukan kepada seluruh kelompok.
7 Menutup 1. Guru tidak menutup pembelajaran.
pembelajaran 2. Guru menutup pembelajaran dengan memberikan
salam tetapi tidak memberikan dorongan dan saran
yang besifat membangun.
3. Guru menutup pembelajaran dengan memberikan
dorongan dan saran-saran yang bersifat
membangun kemudian mengakhiri dengan salam.
87

Lampiran 6
Data Hasil Observasi Aktivitas Guru Dalam Proses Pembelajaran
Siklus I

Data hasil observasi proses belajar mengajar responden guru

No Kegiatan Skor perolehan Skor ideal Presentase


observer (%)
1 Apersepsi/motovasi 3 3 100
2 Orientasi 1 3 33,33
3 Merumuskan masalah 2 3 66,67
4 Merumuskan hipotesis 2 3 66,67
5 Mengumpulkan data 2 3 66,67
6 Menguji hipotesis 2 3 66,67
7 Merumuskan kesimpulan 2 3 66,67
8 Menutup pembelajaran 2 3 66,67
Jumlah 16 24 533,35
Rata-rata 2 3 66,66

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
Tingkat aktivitas = x100%
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙
88

Lampiran 7

Kisi-Kisi Lembar Observasi Siswa


Siklus I
No Keterampilan prosesn sains Indikator
1 Mengamati Menggunakan sebanyak mungkin indra.
2 Prediksi Mengemukakan apa yang mungkin terjadi
pada keadaan yang belum diamati.
3 Berhipotesis Mengetahui bahwa ada lebuh dari 1
kemungkinan penjelasan dari 1 kejadian.
4 Eksperimentasi Melakukan eksperimen.
5 Interprestasi Menghubungkan hasil pengamatan.
6 Menyimpulkan Kemampuan untuk memutuskan keadaan
suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta,
konsep, dan prinsip yang diketahui.
89

Lampiran 8
Instrumen Keterampilan Proses Sains Siswa
Lembar Observasi keterampilan Proses Sains Siswa
Siklus I

Konsep :

Sub konsep :

Tanggal :

Kelompok :

Nama Anggota :

No Keterampilan prosesn sains No Presentasi


3 2 1
1 Mengamati
2 Prediksi
3 Berhipotesis
4 Eksperimentasi
5 Interprestasi
6 Menyimpulkan
90

Lampiran 9
Rubrik Penilaian Keterampilan Proses Sains
Siklus I
No Aspek yang Rubrik
dinilai
1 Mengamati 1. Tidak mengamati penjelasan dari guru.
2. Mengamati penjelasan dari guru tetapi kurang
termotivasi untuk mengikuti pembelajaran.
3. Mengamati penjelasan dari guru dengan teliti dan
baik dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran.
2 Prediksi 1. Tidak memprediksi.
2. Mengemukakan pendapat terhadap fenomena berupa
gambar atau peristiwa tentang suhu dan kalor yang
diberikan oleh guru tetapi masih keliru.
3. Mengemukakan pendapat secara sopan dan baik
terhadap fenomena berupa gambar atau peristiwa
tentang kalor yang diberikan oleh guru.
3 Berhipotesis 1. Tidak berhipotesis
2. Merumuskan hipotesis tapi kurang sesuai dengan
permasalahan yang diberikan oleh guru.
3. Merumuskan hipotesis secara baik dan benar sesuai
dengan permasalahan yang diberikan yang diberikan
oleh guru.
4 Eksperimentasi 1. Tidak melakukan eksperimen.
2. Melakukan eksperimen tetapi tidak berkordinasi
dengan kolompok sesuai dengan panduan yang ada
(LKS).
3. Melakukan eksperimen dengan kelompok secara
benar dan teliti sesuai dengan panduan yang ada
(LKS).
5 Interprestasi 1. Tidak melakukan interprestasi.
2. Menghubungkan hasil eksperimen tetapi kurang
sesuai dengan hipotesi yang dikemukakan.
3. Menghubungkan hasil eksperimen sesuai dengan
hipotesis dan arahan guru yang telah dikemukakan
secara baik dan benar.
6 Menyimpulkan 1. Tidak menyimpulkan hasil percobaan.
2. Menyimpulkan hasil percobaan tetapi kurang sesuai
dengan percobaan yang dilakukan.
3. Menyimpulkan hasil percobaan sesuai dengan
percobaan yang dilakukan.
91

Lampiran 10
Data Mentah Instrumen Keterampilan Proses Sains
Siklus I
Mengamati Prediksi Berhipotesis Eksperimentasi Interprestasi Menyimpulkan Skor
No Nama siswa 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 perolehan
1 Aldiana La Haeri √ √ √ √ √ √ 9
2 Askia N Musa √ √ √ √ √ √ 10
3 Ardi Masud √ √ √ √ √ √ 11
4 Dewiyanti Muin √ √ √ √ √ √ 11
5 Fira Ishak √ √ √ √ √ √ 9
6 Fahria A Sidete √ √ √ √ √ √ 10
7 Hajrawati Marola √ √ √ √ √ √ 8
8 Indri Boy √ √ √ √ √ √ 11
9 Indriyani Rahma √ √ √ √ √ √ 11
10 Iqhar Suhardi √ √ √ √ √ √ 11
11 Khasmawati Tamrin √ √ √ √ √ √ 13
12 Jainab Hasib √ √ √ √ √ √ 11
13 Julfitriani Usman √ √ √ √ √ √ 10
14 Kartika Marwan √ √ √ √ √ √ 10
15 Lisman M.H.Djen √ √ √ √ √ √ 12
16 Marwa Murad √ √ √ √ √ √ 11
17 M. Akbar Murkam √ √ √ √ √ √ 11
18 Rifandi Mahmud √ √ √ √ √ √ 9
19 Rahmi Husen √ √ √ √ √ √ 11
20 Rofita Salim √ √ √ √ √ √ 12
21 Safria Burhan √ √ √ √ √ √ 8
Jumlah 3 13 5 3 14 4 0 12 9 0 17 4 0 11 10 1 12 8 219
92

Lampiran 11
Data Mentah Keterampilan
Proses Sains Siswa
Siklus I
No Nama siswa 1 2 3 4 5 6 Xt Xt2
1 Aldiana La Haeri 2 1 2 2 1 1 9 81
2 Askia N Musa 2 2 2 1 1 2 10 100
3 Ardi Masud 2 2 1 2 2 2 11 121
4 Dewi Yanti Muin 3 2 1 2 1 2 11 121
5 Fira Ishak 2 1 1 2 2 1 9 81
6 Fahria A Sidete 1 2 2 2 1 2 10 100
7 Hajrawati Marola 1 2 1 2 1 1 8 64
8 Indri Boy 2 2 2 2 2 1 11 121
9 Indriyani Rahma 2 2 2 2 2 1 11 121
10 Iqhar Suhardi 2 1 2 2 2 2 11 121
11 Khasmawati Tamrin 2 3 2 2 2 2 13 169
12 Jainab Hasib 2 3 1 2 2 1 11 121
13 Julfitriani Usman 3 2 1 2 1 1 10 100
14 Kartika Marwan 1 2 2 2 1 2 10 100
15 Lisman M.H. Djen 2 3 2 2 1 2 12 144
16 Marwa Murad 2 2 1 2 2 2 11 121
17 M. Akbar Murkam 3 2 2 1 1 2 11 121
18 Rifandi Mahmud 1 2 1 2 2 1 9 81
19 Rahmi Husen 2 2 1 1 2 3 11 121
20 Rofita salim 2 2 1 2 2 3 12 144
21 Safria Burhan 1 1 2 1 1 2 8 64
∑X 40 41 32 38 32 36 219 2317
93

Lampiran 12
Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa
Siklus I
A. Mencari Angka Presentase Tiap-Tiap Item
𝑅
NP = SM 𝑥 100%

9 11
1. NP1 = 18 𝑥 100% = 50 12. NP12= 18 𝑥 100% = 61,11

10 10
2. NP2 = 18 𝑥 100% = 55,55 13. NP13= 18 𝑥 100% = 55,55

11 10
3. NP3 = 18 𝑥 100% = 61,11 14. NP14= 18 𝑥 100% = 55,55

11 12
4. NP4 = 18 𝑥 100% = 61,11 15. NP15= 18 𝑥 100% = 66,66

9 11
5. NP5 = 18 𝑥 100% = 50 16. NP16= 18 𝑥 100% = 61,11

10 11
6. NP6 = 18 𝑥 100% = 55,55 17. NP17= 18 𝑥 100% = 61,11

8 9
7. NP7 = 18 𝑥 100% = 44,44 18. NP18= 18 𝑥 100% = 50

11 11
8. NP8 = 18 𝑥 100% = 61,11 19. NP19= 18 𝑥 100% = 61,11

11 12
9. NP9 = 18 𝑥 100% = 61,11 20. NP20= 18 𝑥 100% = 66,66

11 8
10. NP10 = 18 𝑥 100% = 61,11 21. NP21= 18 𝑥 100% = 44,44

13
11. NP11= 18 𝑥 100% = 72,22

∑NPt = NP1+NP2+NP3+NP4+NP5+NP6+NP7+NP8+NP9+NP10+NP11+NP12+NP13

+NP14 +NP15+NP16+NP17+NP18+NP19+NP20+NP21

=50+55,55+61,11+61,11+50+55,55+44,44+61,11+61,11+61,11+72,22+61

,11+55,55+55,55+66,66+61,11+61,11+50+61,11+66,66+44,44

= 1216,61
94

Lampiran 13
Hasil Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa
Siklus I
No Nama Siswa Skor Skor Nilai Kriteria
Total Maksimum Presentase
1 Aldiana la haeri 9 18 50 Kurang sekali
2 Askia N Musa 10 18 55,55 Kurang
3 Ardi Masud 11 18 61,11 Sedang
4 Dewiyanti Muin 11 18 61,11 Sedang
5 Fira Ishak 9 18 50 Kurang sekali
6 Fahria A Sidete 10 18 55,55 Kurang sekali
7 Hajrawati Marola 8 18 44,44 Kurang sekali
8 Indri Boy 11 18 61,11 Sedang
9 Indriyani Rahma 11 18 61,11 Sedang
10 Iqhar Suhardi 11 18 61,11 Sedang
11 Khasmawati Tamrin 13 18 72,22 Sedang
12 Jainab Hasib 11 18 61,11 Sedang
13 Julfitriani Usman 10 18 55,55 Kurang
14 Kartika Marwan 10 18 55,55 Kurang
15 Lisman M.H.Djen 12 18 66,66 Sedang
16 Marwa Murad 11 18 61,11 Sedang
17 M. Akbar Murkam 11 18 61,11 Sedang
18 Rifandi Mahmud 9 18 50 Kurang sekali
19 Rahmi Husen 11 18 61,11 Sedang
20 Rofita Salim 12 18 66,66 Sedang
21 Safria Burhan 8 18 44,44 Kurang sekali
Rata-rata 10,42 18 57,93 Kurang
95

Lampiran 14
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
Siklus II

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 10 Kota Ternate

Mata Pelajaran : Fisika

Kelas/Semester : X IPA-2/Dua

Materi Pokok : Suhu dan Pemuaiian

Alokasi Waktu : 4 × 3 JP (2 kali pertemuan)

D. Kompetensi Inti (KI)

KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI 2 : Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun,

ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan

pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai

permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan

lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai

cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural

dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan

wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait

fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada

bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk

memecahkan masalah.
96

KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak

terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara

mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

E. Kompetensi Dasar dan Indikator

1.3 Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan

kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang

menciptakannya

1.4 Menyadari kebesaran Tuhan yang mengatur karakteristik fenomena gerak,

fluida, kalor dan optik

2.3 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti;

cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif

dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud

implementasi sikap dalam melakukan percobaan dan berdiskusi

2.4 Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai

wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil

percobaan

3.9 Menganalisis pengaruh kalor dan perpindahan kalor pada kehidupan sehari-

hari

Indikator

1. Menentukan besaran-besaran yang mempengaruhi suhu akhir campuran

dua benda

2. Membandingkan massa masing-masing benda yang dicampur

3. Menerapkan Azas Black untuk menentukan kalor jenis bahan


97

4.9 merencanakan dan melaksanakan percobaan untuk menyelidiki karakteristik

termal suatu bahan, terutama kapasitas dan konduktivitas kalor

1. Melakukan percobaan besaran-besaran kalor

2. Mengolah dan menyajikan data percobaan besaran-besaran kalor

3. Menyajikan hasil percobaan besaran-besaran kalor

4. Melakukan percobaan perpidahan kalor

5. Mengolah dan menyajikan data percobaan perpindahan kalor

6. Menyajikan hasil percobaan perpindahan kalor

F. Tujuan Pembelajaran

Setelah proses orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,

mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan kesimpulan, peserta

didik dapat

dapat:

1. Menentukan besaran-besaran yang mempengaruhi suhu akhir campuran

dua benda

2. Membandingkan massa masing-masing benda yang dicampur

3. Menerapkan Azas Black untuk menentukan kalor jenis bahan

4. Melakukan percobaan besaran-besaran kalor

5. Mengolah dan menyajikan data percobaan besaran-besaran kalor

6. Menyajikan hasil percobaan besaran-besaran kalor

7. Melakukan percobaan perpindahan kalor

8. Mengolah dan menyajikan data percobaan perpindahan kalor

9. Menyajikan hasil percobaan perpindahan kalor


98

E. Materi Pembelajaran

Fakta

2. Pemanasan air es menjadi air

3. Fenomena pengaruh kalor pada benda dan perambatan kalor.

Konsep

2. Kalor dan Azas black

Prinsip

3. Asas Black

Prosedur

3. Percobaan besaran-besaran kalor

4. Percobaan perpindahan kalor

F. Model dan Metode Pembelajaran

Model pembelajaran : Inkuiri

Metode Pembelajaran : Eksperimen, ceramah dan tanya jawab

G. Media, Alat dan Sumber Belajar

1. Media:

d. Alat demonstrasi

e. Alat dan Bahan:

6) Botol kaca 1 buah, bejana air 1 buah, sedotan 1 buah, air berwarna,

alkohol, dan air panas

7) Baskom 2 buah, botol 1 buah, balon 1 buah, air panas, dan air dingin

8) Gelas ukur, neraca, pembakar spiritus, termometer, kaki tiga, kawat

kasa, statif, dan air


99

9) Air hangat, baskom, dan es

10) Paku, lilin, korek api, zat pewarna, gelas kimia, pembakar bunsen,

penyangga kaki tiga, air, mentega, kawat tembaga, dan kawat besi

f. Sumber Belajar:

Kanginan, Marthen. 2013. Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta:

Erlangga.

Langkah-langkah pembelajaran:

Pertemuan ke-3

Rincian kegiatan Waktu


Pendahuluan 15
1. Mengucapkan salam dan berdo’a menit
2. Mengecek kehadiran siswa.
3. Guru menanyakan kesiapan siswa dalam melakukan
pembelajaran.
4. Guru menyampaikan tema pembelajaran yang akan dilakukan.
Misalnya: Kita hari ini akan mempelajari suhu dan kalor.
5. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru menanyakan
kembali tentang pengertian suhu dan kalor yang telah diketahui
oleh siswa. Misalnya :“Anak-anak, ada yang tau tidak apa itu
kalor?”
6. Guru menilai keterampilan proses sains siswa dalam hal
mengamati dan menjawab pertanyaan.

Kegiatan inti 105


Orientasi:
1. Guru menunjukkan gambar atau peristiwa tentang suhu dan kalor.
2. Siswa mengidentifikasi fenomena dari gambar atau peristiwa
yang telah ditunjukkan oleh guru.
100

3. Guru menilai keterampilan siswa dalam hal memecahkan


masalah.

Merumuskan masalah:
1. Guru meminta dan membimbing siswa untuk merumuskan
permasalahan dari fenomena yang telah diberikan.
2. Siswa mengamati dan merumuskan masalah dari gambar atau
peristiwa.
3. Guru menilai keterampilan proses siswa dalam hal merumuskan
masalah.

Merumuskan hipotesis
1. Guru meminta siswa untuk merumuskan hipotesis sesuai
permasalahan yang dikemukakan.
2. Siswa merumuskan hipotesis sesuai permasalahan yang
dikemukakan.
3. Guru menilai keterampilan proses sains siswa dalam hal
merumuskan hipotesis

Mengumpulkan data
1. Guru membagi siswa dalam kelompok dan membimbing siswa
untuk melakukan eksperimen sesuai dengan petunjuk LKS
2. Siswa melakukan eksperimen secara berkelompok sesuai dengan
petunjuk LKS
3. Guru menilai keterampilan proses sains siswa dalam hal dan
melakukan eksperimen.

Menguji hipotesis
1. Guru membimbing siswa untuk menguji hipotesis dari data yang
diperoleh dari eksperimen.
2. Peserta didik melakukan interprestasi yaitu menghubungkan
hipotesis dengan hasil eksperimen yang dilakukan.
3. Guru menilai keterampilan proses sains siswa dalam hal
101

interprestasi.

Merumuskan kesimpulan
1. Membimbing siswa dalam membuat kesimpulan sesuai dengan
hasil penelitian yang telah dilakukan.
2. Siswa menyimpulkan hasil percobaan sesuai dengan percobaan
yang dilakukan.
3. Guru menilai keterampilan proses sains siswa dalam hal
merumuskan kesimpulan.

Penutup Penutup 15
1. Guru dan siswa sama-sama mengambil kesimpulan mengenai menit
materi yang dipelajari.
2. Guru memberikan penguatan kepada peserta didik yang sudah
aktif dalam pembelajaran dan memberikan dorongan kepada
siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran.
3. Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam.

Taknik Penilaian

3. Teknik penilaian : Tes tertulis

4. Bentuk Instrumen : Lembar Instrumen keterampilan proses sains siswa

Ternate, 16 November 2016

Mengetahui

Guru Matapelajaran

Arman Tomsio
NPM: 030912080
102

Lampiran 15
Lembar Kerja Siswa (LKS)
Siklus II
Besaran-Besaran Kalor
Mata Palajaran :

Kelas :

Nama :

Petunjuk belajar:

Bacalah dengan seksama langkah-langkah kerja sebelum kalian menjawab

pertanyaan. Bacalah setiap pertanyaan dengan seksama. Gunakan buku siswa

sebagai penuntun dalam mengerjakan.

Tujuan:

1. Menemukan besaran-besaran kalor yang berpengaruh pada kenaikan suhu

benda.

2. Memformulasikan persamaan kalor

Alat dan Bahan:

1. Gelas ukur

2. Pembakar bunsen

3. Termometer

4. Kaki Tiga

5. Kawat Kasa

6. Statif

7. Air
103

Prosedur Percobaan

1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan!

2. Susun alat-alat seperti pada gambar di bawah ini!

3. Tuang air dalam gelas kimia sebesar 100 ml!

4. Ukur suhu awal air sebagai T1!

5. Panaskan air 100 ml dengan menggunakan pembakar spiritus!

6. Ukur suhu air tersebut setelah waktu 1 menit, 2 menit, dan 3 menit!

7. Catat data hasil percobaan pada tabel kegiatan 1!

8. Tuang air dalam gelas kimia sebesar 100 ml!

9. Ukur suhu awal 100 ml air sebagai T1!

10. Panaskan air 100 ml dengan menggunakan pembakar spiritus hingga suhunya

naik! (catatan: suhu akhir-suhu awal = tetap untuk setiap massa yang

digunakan)

11. Catat waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu tersebut.

12. Catat data hasil percobaan pada tabel kegiatan 2!

13. Ulangi kegiatan 8-12 untuk massa air 150 ml dan 200 ml!
104

Data Hasil Percobaan

1. Tabel Kegiatan 1

mair = 100 gr T1 = 260C

No Waktu (s) Suhu akhir (0C) Perubahan Suhu (0C)


1
2
3

𝑚
Catatan: 𝜌 = → m = ρv
𝑣

ρair =1gr/ml

2. Tabel kegiatan 2

No Massa (gr) Suhu awal Suhu akhir Perubahan suhu Waktu(s)


(0C) (0C) (0C)
1
2
3

Diskusi

1. Kalor yang diterima (Q) identik dengan lama pemanasan. Berdasarkan data

yang diperoleh,

a. Bagaimana hubungan antara Q dan ΔT?

..........................................................................................................................

..........................................................................................................................

Dapat ditulis .....................................................................................................

b. Bagaimana hubungan antara Q dan m?


105

..........................................................................................................................

..........................................................................................................................

Dapat ditulis .....................................................................................................

c. Sehingga dapat ditulis hubungan antara Q, ΔT dan m adalah

..........................................................................................................................

..........................................................................................................................

2. Karena jenis zat yang digunakan dalam percobaan tersebut adalah sama, maka

zat tersebut nilai khas yang berharga tetap dan dinamakan sebagai kalor jenis

(biasanya dilambangkan dengan c). Jadi, bagaimanakah persamaan kalor

secara matematis?

.......................................................................................................................

.......................................................................................................................

Kesimpulan:

Berikanlah kesimpulanmu terhadap percobaan yang telah dilakukan!

........................................................................................................................

........................................................................................................................

........................................................................................................................

........................................................................................................................
106

Lampiran 16
Lembar Kerja Siswa (LKS)
Perpindahan kalor secara konveksi
Siklus II
Mata pelajaran :

Kelas :

Nama :

Petunjuk belajar

Bacalah dengan seksama langkah-langkah kerja dan pertanyaan sebelum

kalian melakukan praktikum dan menjawab pertanyaan. Gunakan buku siswa

sebagai penuntun dalam mengerjakan praktikum.

Tujuan

1. Mendeskripsikan perpindahan kalor secara konduksi, konveksi dan radiasi

2. Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan kalor secara

Konduksi, Konveksi dan Radiasi

3. Menyebutkan contoh perpindahan kalor secara konduksi, konveksi dan radiasi

dalam kehidupan sehari-hari

Alat dan bahan

1. Zat pewarna

2. Gelas kimia

3. Pembakar bunsen

4. korek api

5. Tripod (Penyangga kaki tiga)

6. Air
107

Langkah Kerja

1. Isilah gelas kimia dengan air,letakkan di atas kaki tiga

2. Dengan pipet kecil masukkan zat pewarna ke dasar gelas kimia pada sisi

tepinya

3. Nyalakan bunsen, nyala lampu tempatkan dibawah zat warna dalam gelas

kimia tersebut

4. Amatilh dengan seksama penjalaran zat warna tersebut dalam air. Kemanakah

arah aliran zat warna tersebut?

5. Ulangi langkah no.3 diatas dengan menggeser pembakar bunsen ditengah-

tengah zat warna tersebut.

6. Amatilh dengan seksama penjalaran zat warna tersebut dalam air. Kemanakah

arah aliran zat warna tersebut?

Hasil Pengamatan

1. Setelah melakukan percobaan diatas, apa yang terjadi? Jelaskan!

....................................................................................................................

....................................................................................................................
108

2. Apakah partikel-partikel zat dalam air ikut mengalir dalam perpindahan kalor

tersebut? Gambarkan sketsa pergerakan zat pewarna sesuai dengan hasil

pengamatan!

....................................................................................................................

....................................................................................................................

3. Percobaan diatas termasuk perpindahan kalor secara?

....................................................................................................................

....................................................................................................................

4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi laju perpindahan kalor dalam

percobaan ini?

....................................................................................................................

....................................................................................................................

5. Berikan contohnya dalam kehidupan sehari-hari!

....................................................................................................................

....................................................................................................................
109

Lampiran 17
Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Dalam Proses
Belajar Mengajar
Siklus II
No Kegiatan Kemunculan
3 2 1
1 Apersepsi/motovasi √
2 Orientasi √
3 Merumuskan masalah √
4 Merumuskan hipotesis √
5 Mengumpulkan data √
6 Menguji hipotesis √
7 Merumuskan kesimpulan √
8 Menutup pembelajaran √
Jumlah 22

Keterangan :

1 = kurang

2 = cukup

3 = baik

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
(rumus = tingkat aktivitas = x 100% )
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙

Observer I

Tahla Talib S.pd


197707242003122008
110

Lampiran 18
Rubrik Pengamatan Guru
Siklus II
No Kegiatan Rubrik
1 Apersepsi/ 1. Tidak melaksanakan apersepsi.
motivasi 2. Guru melaksanakan apresepsi tetapi kurang sesuai
dengan materi yang diajarkan.
3. Guru melaksanakan apresepsi sesuai dengan materi
yang diajarkan.
2 Orientasi 1. Tidak melaksanakan orientasi.
2. Guru menunjukkan fenomena berupa gambar atau
peristiwa tetapi kurang sesuai dengan materi suhu
dan kalor.
3. Guru menunjukkan fenomena berupa gambar atau
peristiwa tentang suhu dan kalor.
3 Merumuskan 1. Tidak merumuskan masalah.
masalah 2. Guru meminta siswa untuk merumuskan
permasalahan dari fenomena yang telah diberikan
tetapi tidak membimbing siswa.
3. Guru meminta dan membimbing siswa untuk
merumuskan permasalahan dari fenomena yang
telah diberikan.
3 Merumuskan 1. Tidak membimbing siswa untuk merumuskan
hipotesis hipotesis.
2. Guru meminta siswa untuk merumuskan hipotesis
tetapi kurang sesuai permasalahan yang
dikemukakan.
3. Guru meminta siswa untuk merumuskan hipotesis
sesuai permasalahan yang dikemukakan.
4 Mengumpulkan 1. Guru tidak membimbing siswa untuk melakukan
data eksperimen.
2. Guru membagi siswa dalam kelompok tetapi tidak
membimbing semua kelompok untuk melakukan
eksperimen sesuai dengan petunjuk LKS.
3. Guru membagi siswa dalam kelompok dan
membimbing siswa untuk melakukan eksperimen
sesuai dengan petunjuk LKS.
5 Menguji 1. Guru tidak membimbing siswa untuk menguji
hipotesis hipotesis.
2. Guru membimbing siswa untuk menguji hipotesis
tetapi kurang sesuai dengan data yang diperoleh
111

3. Guru membimbing siswa untuk menguji hipotesis


sesuai dengan data yang diperoleh.
6 Merumuskan 1. Guru tidak membimbing siswa membuat
kesimpulan kesimpulan.
2. Guru membimbing siswa dalam membuat
kesimpulan sesuai dengan hasil penelitian yang
telah dilakukan tetapi hanya sebagian kelompok
saja.
3. Guru membimbing siswa dalam membuat
kesimpulan sesuai dengan hasil penelitian yang
telah dilakukan kepada seluruh kelompok.
7 Menutup 1. Guru tidak menutup pembelajaran.
pembelajaran 2. Guru menutup pembelajaran dengan memberikan
salam tetapi tidak memberikan dorongan dan saran
yang besifat membangun.
3. Guru menutup pembelajaran dengan memberikan
dorongan dan saran-saran yang bersifat
membangun kemudian mengakhiri dengan salam.
112

Lampiran 19
Data Hasil Observasi Aktivitas Guru Dalam
Proses Pembelajaran
Siklus II
No Kegiatan Skor perolehan Skor ideal Presentase
observer (%)
1 Apersepsi/motovasi 3 3 100
2 Orientasi 2 3 66,67
3 Merumuskan masalah 3 3 100
4 Merumuskan hipotesis 3 3 100
5 Mengumpulkan data 2 3 66,67
6 Menguji hipotesis 2 3 66,67
7 Merumuskan kesimpulan 3 3 100
8 Menutup pembelajaran 3 3 100
Jumlah 22 24 700,01
Rata-rata 2,75 3 87,50

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
Tingkat aktivitas = x100%
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙
113

Lampiran 20

Kisi-Kisi Lembar Observasi Siswa


Siklus II
No Keterampilan prosesn sains Indikator
1 Mengamati Menggunakan sebanyak mungkin indra.
2 Prediksi Mengemukakan apa yang mungkin terjadi
pada keadaan yang belum diamati.
3 Berhipotesis Mengetahui bahwa ada lebuh dari 1
kemungkinan penjelasan dari 1 kejadian.
4 Eksperimentasi Melakukan eksperimen.
5 Interprestasi Menghubungkan hasil pengamatan.
6 Menyimpulkan Kemampuan untuk memutuskan keadaan
suatu objek atau peristiwa berdasarkan
fakta, konsep, dan prinsip yang diketahui.
114

Lampiran 21
Instrumen Keterampilan Proses Sains Siswa
Lembar Observasi keterampilan Proses Sains Siswa
Siklus II
Konsep :

Sub konsep :

Tanggal :

Kelompok :

Nama Anggota :

No Keterampilan prosesn sains No Presentasi


3 2 1
1 Mengamati
2 Prediksi
3 Berhipotesis
4 Eksperimentasi
5 Interprestasi
6 Menyimpulkan
115

Lampiran 22

Rubrik Penilaian Keterampilan Proses Sains


Siklus II
No Aspek yang Rubrik
dinilai
1 Mengamati 1. Tidak mengamati penjelasan dari guru.
2. Mengamati penjelasan dari guru tetapi kurang
termotivasi untuk mengikuti pembelajaran.
3. Mengamati penjelasan dari guru dengan teliti dan
baik dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran.
2 Prediksi 1. Tidak memprediksi.
2. Mengemukakan pendapat terhadap fenomena berupa
gambar atau peristiwa tentang suhu dan kalor yang
diberikan oleh guru tetapi masih keliru.
3. Mengemukakan pendapat secara sopan dan baik
terhadap fenomena berupa gambar atau peristiwa
tentang kalor yang diberikan oleh guru.
3 Berhipotesis 1. Tidak berhipotesis
2. Merumuskan hipotesis tapi kurang sesuai dengan
permasalahan yang diberikan oleh guru.
3. Merumuskan hipotesis secara baik dan benar sesuai
dengan permasalahan yang diberikan yang diberikan
oleh guru.
4 Eksperimentasi 1. Tidak melakukan eksperimen.
2. Melakukan eksperimen tetapi tidak berkordinasi
dengan kolompok sesuai dengan panduan yang ada
(LKS).
3. Melakukan eksperimen dengan kelompok secara
benar dan teliti sesuai dengan panduan yang ada
(LKS).
5 Interprestasi 1. Tidak melakukan interprestasi.
2. Menghubungkan hasil eksperimen tetapi kurang
sesuai dengan hipotesi yang dikemukakan.
3. Menghubungkan hasil eksperimen sesuai dengan
hipotesis dan arahan guru yang telah dikemukakan
secara baik dan benar.
6 Menyimpulkan 1. Tidak menyimpulkan hasil percobaan.
2. Menyimpulkan hasil percobaan tetapi kurang sesuai
dengan percobaan yang dilakukan.
3. Menyimpulkan hasil percobaan sesuai dengan
percobaan yang dilakukan.
116

Lampiran 23
Data Mentah Instrumen Keterampilan Proses Sains
Siklus II
NO Nama Siswa Mengamati Prediksi Berhipotesis Eksperimentasi Interprestasi Menyimpulkan Skor
3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 perolehan
1 Aldiana La Haeri √ √ √ √ √ √ 16
2 Askia N Musa √ √ √ √ √ √ 14
3 Ardi Masud √ √ √ √ √ √ 16
4 Dewi Yanti Muin √ √ √ √ √ √ 15
5 Fira Ishak √ √ √ √ √ √ 14
6 Fahria A Sidete √ √ √ √ √ √ 13
7 Hajrawati Marola √ √ √ √ √ √ 12
8 Indri Boy √ √ √ √ √ √ 16
9 Indriyani Rahma √ √ √ √ √ √ 15
10 Iqhar Suhardi √ √ √ √ √ √ 15
11 Khasmawati Tamrin √ √ √ √ √ √ 13
12 Jainab Hasib √ √ √ √ √ √ 11
13 Julfitriani Usman √ √ √ √ √ √ 13
14 Kartika Marwan √ √ √ √ √ √ 11
15 Lisman M.H. Djen √ √ √ √ √ √ 15
16 Marwa Murad √ √ √ √ √ √ 16
17 M. Akbar Murkam √ √ √ √ √ √ 13
18 Rifandi Mahmud √ √ √ √ √ √ 13
19 Rahmi Husen √ √ √ √ √ √ 13
20 Rofita salim √ √ √ √ √ √ 15
21 Safria Burhan √ 1 √ √ √ √ 13
Jumlah 9 12 0 8 12 1 8 12 2 8 11 1 8 12 1 6 13 2 292
117

Lampiran 24
Data Mentah Keterampilan
Proses Sains Siswa
Siklus II
No Nama Siswa 1 2 3 4 5 6 Xt Xt2
1 Aldiana la haeri 3 2 3 3 2 2 15 256
2 Askia N Musa 3 2 3 2 2 2 14 196
3 Ardi Masud 2 3 3 2 3 3 16 256
4 Dewiyanti Muin 3 2 2 3 3 2 15 225
5 Fira Ishak 2 2 2 3 3 2 14 196
6 Fahria A Sidete 2 3 2 2 2 2 13 169
7 Hajrawati Marola 2 3 2 2 2 1 12 144
8 Indri Boy 3 3 3 3 2 2 16 256
9 Indriyani Rahma 2 2 3 3 2 3 15 225
10 Iqhar Suhardi 3 2 2 2 3 3 15 225
11 Khasmawati Tamrin 2 3 2 2 2 2 13 169
12 Jainab Hasib 2 3 1 2 2 1 11 121
13 Julfitriani Usman 3 2 2 2 2 2 13 169
14 Kartika Marwan 2 2 2 2 1 2 11 121
15 Lisman M.H.Djen 2 3 3 3 2 2 15 225
16 Marwa Murad 3 2 3 2 3 3 16 256
17 M. Akbar Murkam 3 3 2 1 2 2 13 169
18 Rifandi Mahmud 2 2 3 2 2 2 13 169
19 Rahmi Husen 2 2 2 3 2 2 13 169
20 Rofita Salim 2 2 2 3 3 3 15 225
21 Safria Burhan 3 1 2 1 3 3 13 169
∑X 51 49 49 48 48 46 291 4079
118

Lampiran 25
Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa
Siklus II
A. Mencari Angka Presentase Tiap-Tiap Item
𝑅
NP = SM 𝑥 100%

15 11
1. NP1 = 18 𝑥 100% = 83,33 12. NP12= 18 𝑥 100% = 61,11

14 13
2. NP2 = 18 𝑥 100% = 77,77 13. NP13= 18 𝑥 100% = 72,22

16 11
3. NP3 = 18 𝑥 100% = 88,88 14. NP14= 18 𝑥 100% = 61,11

15 15
4. NP4 = 18 𝑥 100% = 83,33 15. NP15= 18 𝑥 100% = 83,33

14 16
5. NP5 = 18 𝑥 100% = 77,77 16. NP16= 18 𝑥 100% = 88,88

13 13
6. NP6 = 18 𝑥 100% = 72,22 17. NP17= 18 𝑥 100% = 72,22

12 13
7. NP7 = 18 𝑥 100% = 66,66 18. NP18= 18 𝑥 100% = 72,22

16 13
8. NP8 = 18 𝑥 100% = 88,88 19. NP19= 18 𝑥 100% = 72,22

15 15
9. NP9 = 18 𝑥 100% = 83,33 20. NP20= 18 𝑥 100% = 83,33

15 13
10. NP10 = 18 𝑥 100% = 83,33 21. NP21=18 𝑥 100% = 72,22

13
11. NP11= 18 𝑥 100% = 72,22

∑NPt = NP1+NP2+NP3+NP4+NP5+NP6+NP7+NP8+NP9+NP10+NP11+NP12+NP13

+NP14+NP15+NP16+NP17+NP18+NP19+NP20+NP21

=83,33+77,77+88,88+83,33+77,77+72,22+66,66+88,88+83,33+83,33+72,2

2+61,11+72,22+61,11+83,33+88,88+72,22+72,22+72,22+83,33+72,22

= 1616,58
119

Lampiran 26
Hasil Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa
Siklus II
Skor Skor Presentase Kriteria
No Nama Siswa Total Maksimum (%)
1 Aldiana la haeri 15 18 83,33 Baik
2 Askia N Musa 14 18 77,77 Baik
3 Ardi Masud 16 18 88,88 Baik sekali
4 Dewiyanti Muin 15 18 83,33 Baik
5 Fira Ishak 14 18 77,77 Baik
6 Fahria A Sidete 13 18 72,22 Sedang
7 Hajrawati Marola 12 18 66,66 Sedang
8 Indri Boy 16 18 88,88 Baik sekali
9 Indriyani Rahma 15 18 83,33 Baik
10 Iqhar Suhardi 15 18 83,33 Baik
11 Khasmawati Tamrin 13 18 72,22 Sedang
12 Jainab Hasib 11 18 61,11 Sedang
13 Julfitriani Usman 13 18 72,22 Sedang
14 Kartika Marwan 11 18 61,11 Sedang
15 Lisman M.H.Djen 15 18 83,33 Baik
16 Marwa Murad 16 18 88,88 Baik sekali
17 M. Akbar Murkam 13 18 72,22 Sedang
18 Rifandi Mahmud 13 18 72,22 Sedang
19 Rahmi Husen 13 18 72,22 Sedang
20 Rofita Salim 15 18 83,33 Baik
21 Safria Burhan 13 18 72,22 Sedang
Rata-rata 13,85 18 76,98 Baik

Anda mungkin juga menyukai