Anda di halaman 1dari 6

Diwiya Aryyaguna

Diskusi ProTaper

ProTaper

ProTaper adalah instrumen yang digunakan dalam perawatan saluran akar menggunakan Teknik crown-
down, dimana preparasi saluran akar dimulai dari 1/3 koronal-1/3 tengah- dan diakhiri dengan preparasi
1/3 apikal, Teknik ini menguntungkan karena dapat mencegah terdorongnya debris ke apical. ProTaper
terbuat dari nickel – titanium sehingga memiliki elastisitas yang lebih baik daripada stainless-steel files,
selain itu, protaper juga memiliki efisiensi dan keamanan yang lebih baik dibandingkan file stainless-steel.
Elastisitas yang lebih baik memungkinkan operator untuk melakukan preparasi pada saluran akar yang
bengkok. File protaper juga memiliki bentuk yang unik, yaitu porgresively tapered yang meningkatkan
flexibilitas, efisiensi preparasi dan keamanan. Secara cross-section, protaper berbentuk triangular convex
yang mengurangi luas permukaan yang berkontak dengan dentin sehingga mengurangi beban torsional,
mengurangi fatigue dari file dan mencegah patahnya file.

Satu set protaper terdiri dari 3 shaping file (SX, S1,S2) dan 3 finishing file (F1, F2, F3).

 Shaping file: berguna untuk mempreparasi dan membentuk 2/3


koronal saluran akar.
o S1: shaping file pertama, berguna untuk preparasi 1/3
koronal saluran akar
 warna ungu
 Panjang 14mm
 Diameter D0 0.17mm
o S2: shaping file kedua, berguna untuk preparasi 1/3 tengah
koronal saluran akar
 warna putih
 Panjang 14mm
 Diameter D0 0.20mm
o SX: Auxillary shaping file, berguna sebagai orifice opener dan
menghilangkan triangular dentin
 warna oranye
 Panjang 14mm
 Diameter D0 0.19mm
 Finishing File: Berguna untuk mempreparasi 1/3 apikal saluran akar
o F1: finishing file pertama, sama dengan k-file no.20
 Warna kuning
 Panjang 14mm
 Diameter D0 0.20 mm
o F2: finishing file kedua, sama dengan k-file no.25
 Warna merah
 Panjang 14mm
 Diameter D0 0.25 mm
o F3: finishing file ketiga, sama dengan k-file no.30
 Warna biru
 Panjang 14mm
 Diameter D0 0.30 mm

Indikasi penggunaan Protaper:

 Saluran akar Sempit


 Anatomi Saluran akar yang kompleks
 Saluran akar Bengkok

Kontraindikasi penggunaan protaper;

 Saluran akar lebar (diameter >= 0.4mm)

SOP PSA NON-ISO PADA GIGI POSTERIOR

1. Kontrol infeksi pada daerah kerja, dental unit, alat dan bahan yang digunakan harus steril
2. Foto radiograf dental pre-operatif dan menentukan Panjang kerja estimasi
3. Ekskavasi jaringan karies menggunakan metal round bur atau excavator
4. Anastesi lokal apabila gigi masih vital
5. Isolasi daerah kerja
6. Preparasi akses kamar pulpa
a. Preparasi akses disesuaikan dengan bentuk kamar pulpa
b. Menggunakan bur intan bulat , tegak lurus permukaan oklusal hingga terasa tembus ke
kamar pulpa
c. Membuka atap kamar pulpa menggunakan bur intan bulat dengan gerakkan ke oklusal
dan diamendo bur untuk menghaluskan dinding kavitas
d. Apabila gigi masih vital, lakukan ekstirpasi jaringan pulpa dengan jarum ekstirpasi
e. Periksa preparasi kavitas dengan sonde berkait
f. Irigasi kavitas dengan NaOCL 2,5%
g. Preparasi Akses dikatakan selesai apabila:
i. Atap pulpa terangkat seluruhnya
ii. Dasar kamar pulpa dan seluruh orifis telrihat jelas
iii. Jarum endodommtik dapat masuk ke saluran akar tanpa hambatan
iv. Bentuk kavitas bebas dari karies maupun tumpatan yang buruk
v. Preparasi kavitas dapat memberi retensi untuk tumpatan
7. Penjajakan Saluran akar
a. Setiap saluran akar di jajaki dengan gerakkan watch-winding menggunakan file nomor 8,
10 atau 15 sampai 2/3 panjang kerja estimasi sampai file terasa longgar
b. Irigasi dengan NaOCL 2,5%
8. Preparasi 2/3 koronal
a. Preparasi orifis menggunakan dengan file SX sepanjang 2/3 panjang kerja estimasi
b. Preparasi 1/3 koronal menggunakan file S1 sepanjang 2/3 panjang kerja estimasi 
rekapitulasi dengan file no.15
c. Preparasi 1/3 tengah menggunakan file S2 sepanjang 2/3 panjang kerja estimasi 
rekapitulasi dengan file no.15
d. Setiap file diolesi dengan EDTA dan irigasi dengan NaOCl 2.5%
9. Penentuan Panjang Kerja
a. Masukkan file no.20 ke dalam setiap saluran akar sepanjang kerja estimasi dikurangi 2-
3mm dan ditandai dengan stopper
b. Lakukan foto radiograf
c. Tentukan Panjang kerja sebenarnya dengan mengukur perbedaan ujung file dan apeks
radiograf
d. Apabila no.20 tidak masuk se Panjang kerja estimasi  tidak usah dipaksakan
10. Penentuan File Awal
11. Preparasi 1/3 apikal
a. Lakukan penjajakan dengan file no.15 hingga sepanjang kerja sebenarnya
b. Irigasi dengan NaOCl 2,5%
c. Lakukan preparasi dengan S1 yang diolesi EDTA sepanjang kerja sebenarnya hingga file
terasa longgar
d. Irigasi dengan NaOCl 2,5%
e. Rekapitulasi dengan file no.20
f. Lakukan preparasi dengan S2 yang diolesi EDTA sepanjang kerja sebenarnya hingga file
terasa longgar
g. Irigasi dengan NaOCl 2,5%
h. Rekapitulasi dengan file no.20
i. Lakukan preparasi dengan F1 yang diolesi EDTA sepanjang kerja sebenarnya hingga file
terasa longgar
j. Irigasi dengan NaOCl 2,5%
k. Rekapitulasi dengan file no.20
l. Lakukan preparasi dengan F2 yang diolesi EDTA sepanjang kerja sebenarnya hingga file
terasa longgar
m. Irigasi dengan NaOCl 2,5%
n. Rekapitulasi dengan file no.25
o. Pada saluran akar yang besar dapat dilanjutkan hingga F3, yang sudah diolesi dengan
EDTA, sepanjang kerja sebenarnya, irigasi dengan NaOCl 2,5%, rekapitulasi dengan file
no.30
12. Penentuan Kon Gutap Utama
a. Pencobaan KGU dengan memasukan gutap sesuai dengan nomor FAU
b. Periksa adanya apical stop dan tug back
c. Masukan spreader yang tertahan 2mm dari Panjang kerja
d. Potong KGU setinggi titik acuan , letakkan kapas disekeliling KGU, tumpat sementara
e. Foto radiograf KGU
f. Evaluasi:
i. KGU fit pada 1/3 apikal Panjang kerja
ii. Tidak ada radiolusensi antara dinding apical dengan KGU
iii. Saat guttap diangkat 1/3 apikal gutap tidak kriting  preparasi halus
iv. Jika under  penjajakan ulang
v. Jika over  gunakan guttap yang lebih besar
vi. KGU berada pada konstriksi apical
13. Medikasi saluran akar
a. Irigasi saluran akar dengan NaOCl 2.5%
b. Keringkan dengan paper point
c. Aplikasi medikamen
14. Tumpat Sementara (cavit) hingga kavitas penuh dan padat, kelebihan tumpatan dibuang dengan
cotton pellet basah
15. Kontrol 1 minggu kemudian
16. Pengisian Saluran Akar,
a. Evaluas, pengisian dilakukan apabila;
i. Preparasi saluran akar selesai
ii. Tidak ada keluhan subjektif
iii. Pemeriksaan objektif perkusi -, palpasi –
iv. Saluran akar kering dan tidak bau
v. Tidak ada dentin nekrotik yang keluar saat irigasi
b. Bongkar tumpatan sementara  menggunakan metal round bur
c. Irigasi dengan NaOCl 2.5%
d. Rekapitulasi
e. Irigasi dengan NaOCl 2.5%
f. Keringkan dengan paper point
g. Pengadukan sealer saluran akar
i. Letakkan powder dan liquid eugenol di paper pad, pada mixing slab
ii. Aduk dengan semen spatle sampai didapatkan konsistensi seperti krim
h. Pengisian single cone technique, Kon utama yang sudah di sterilkan dengan NaOCl 2.5%
diolesi dengan sealer, dimasukkan secara perlahan ke saluran akar dan ditarik sedikit satu-
dua kali agar kelebihan udara dan semen dapat keluar, kemudian dimasukkan kembali
hingga sepanjang kerja
i. Potong kon gutap dengan ekskavator panas sebatas orifis. Isi kavitas dengan cotton pellet
j. Foto radiograf evaluasi obturasi
k. Apabial dari foto radiograf sudah baik, keluarkan cotton pellet dan irigasi dengan NaoCl
2.5%
l. Letakan basis berupa zinc phosphate setebal 1mm
m. Setelah zinc phosphate setting, letakkan cotton pellet pada kamar pulpa, tumpat
sementara dengan ZOE
17. Kontrol hasil obturasi 1 minggu setelah obturasi

Anda mungkin juga menyukai