Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sepsis dan syok septik merupakan salah satu penyebab morbiditas dan
mortalitas (50-60%) anak yang dirawat di ruang rawat inap dan ruang rawat
intensif. Angka kematian lebih tinggi pada anak dengan imunodefisiensi.1-3 konsesus
Diagnosis sepsis dengan menggunakan definisi tahun 2001 pada Surviving sepsis
campaign (SSC) terlalu sensitif (sensitivitas 96,9%) dan kurang spesifik (spesifitas
58,3%), sehingga mengakibatkan tingginya resistensi antibiotika, serta tingginya
penggunaan antibiotika, sarana dan prasarana.
Insiden sepsis lebih tinggi pada kelompok neonatus dan bayi <1 tahun
dibandingkan dengan usia >1-18 tahun (9,7 versus 0,23 kasus per 1000 anak).
Pasien sepsis berat, sebagian besar berasal dari infeksi saluran nafas (36-42%),
bakteremia, dan infeksi saluran kemih. Penelitian Sepsis Prevalence Outcomes and
Therapies (SPROUT) pada tahun 2015 mengumpulkan data PICU dari 26 negara,
memperoleh data penurunan prevalensi global sepsis berat (Case Fatality Rate) dari
10,3% menjadi 8,9% (95%IK; 7,6-8,9%). Usia rerata penderita sepsis berat 3,0
tahun (0,7-11,0), infeksi terbanyak terdapat pada sistem respirasi (40%) dan 67%
kasus mengalami disfungsi multi organ. Angka kematian selama perawatan di
rumah sakit sebesar 25% dan tidak terdapat perbedaan mortalitas antara PICU di
negara berkembang dan negara maju.
Kondisi sakit kritis yang menjadi kriteria rawat di ruang intensif, yaitu
kegawatan jantung (gagal jantung, disritmia kordis), kegawatan respirasi (gagal
napas akut, status asmatikus), kegawatan neurologis (koma, penurunan kesadaran),
kegawatan sirkulasi/ homeostasis (gagal sirkulasi, gangguan keseimbangan
elektrolit, gagal ginjal akut, ketoasidosis diabetikum), kegawatan khusus (status
konvulsivus/epileptikus), memerlukan pemantauan khusus/ketat (obat-obatan yang
perlu titrasi, pasca operasi kepala, toraks atau abdomen dengan kecenderungan
gagal napas dan gagal jantung).
Skor pediatric logistic organ dysfunction (PELOD) adalah sistem
penilaian deskriptif yang digunakan untuk mengetahui adanya disfungsi/gagal
organ, dan keparahan penyakit pada anak sakit kritis. Rancangan PELOD-2 untuk
memperbarui dan memperbaiki PELOD. Perubahan yang dilakukan adalah
penambahan tekanan arteri rata-rata dan laktatemia pada disfungsi kardiovaskular
yang dinilai juga pada skor SOFA dan P-MODS. Di sisi lain, PELOD-2 tidak
termasuk disfungsi hepar, yang merupakan bagian dari versi pertama PELOD.
Disfungsi organ meliputi disfungsi sistem kardiovaskular, respirasi,
hematologis, sistem saraf pusat, dan hepatik. Disfungsi organ ditegakkan
berdasarkan skor PELOD-2. Diagnosis sepsis ditegakkan bila skor ≥11 (atau ≥7).
Dan kami bermaksud menilai kesesuaian antara skor PELOD2 dengan kriteria
sepsis 2016.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada penelitian
ini adalah:
Untuk mengetahui mengetahui kesesuaian antara skor PELOD2 dengan kriteria
sepsis 2016 di PICU RSUD Dr. Soetomo.

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Untuk mengetahui mengetahui kesesuaian antara skor PELOD2 dengan
kriteria sepsis 2016 di PICU RSUD Dr. Soetomo.

1.4 MANFAAT PENELITIAN


a. Mengetahui kriteria sepsis 2016.
b. Mengetahui kesesuaian antara skor PELOD2 dengan kriteria sepsis 2016
di PICU RSUD Dr. Soetomo.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Sepsis merupakan sindroma respons inflamasi sistemik (systemic
inflammatory response syndrome) dengan etiologi mikroba yang terbukti atau
dicurigai. Bukti klinisnya berupa suhu tubuh yang abnormal (>38oC atau <36oC);
takikardi; asidosis metabolik; biasanya disertai dengan alkalosis respiratorik
terkompensasi dan takipneu; dan peningkatan atau penurunan jumlah sel darah
putih. Sepsis juga dapat disebabkan oleh infeksi virus atau jamur. Sepsis berbeda
dengan septikemia. Septikemia (nama lain untuk blood poisoning) mengacu pada
infeksi dari darah, sedangkan sepsis tidak hanya terbatas pada darah, tapi dapat
mempengaruhi seluruh tubuh, termasuk organ-organ.
Sementara itu di tahun yang sama 2016, Society of Critical Care Medicine
(SCCM) dan European Society of Intensive Care Medicine (ESICM) mengadakan
konferensi ketiga yang membahas mengenai sepsis secara global. Pada pertemuan
ini diusulkan sebuah definisi baru. Sepsis didefinisikan sebagai suatu keadaan
disfungsi organ yang mengancam nyawa disebabkan oleh respon pejamu (pasien)
yang tidak teregulasi terhadap infeksi. Definisi baru ini meninggalkan penggunaan
kriteria systemic inflammatory response syndrome (SIRS) dalam identifikasi
sepsis, dan tahap klinis yang sebelumnya dikenal dengan sepsis berat (severe
sepsis). Pada konsensus terbaru ini digunakan dalam mendefinisikan sepsis.

2.2 Epidemiologi
Insiden sepsis lebih tinggi pada kelompok neonatus dan bayi <1 tahun
dibandingkan dengan usia >1-18 tahun (9,7 versus 0,23 kasus per 1000 anak).
Pasien sepsis berat, sebagian besar berasal dari infeksi saluran nafas (36-42%),
bakteremia, dan infeksi saluran kemih. Di unit perawatan intensif anak Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), sejumlah 19,3% dari 502 pasien anak yang
dirawat mengalami sepsis dengan angka mortalitas 54%.6 Sepsis berat lebih sering
dialami anak dengan komorbiditas yang mengakibatkan penurunan sistem imunitas
seperti keganasan, transplantasi, penyakit respirasi kronis dan defek jantung
bawaan.
Penelitian Sepsis Prevalence Outcomes and Therapies (SPROUT) pada
tahun 2015 mengumpulkan data PICU dari 26 negara, memperoleh data penurunan
prevalensi global sepsis berat (Case Fatality Rate) dari 10,3% menjadi 8,9%
(95%IK; 7,6-8,9%). Usia rerata penderita sepsis berat 3,0 tahun (0,7-11,0), infeksi
terbanyak terdapat pada sistem respirasi (40%) dan 67% kasus mengalami disfungsi
multi organ. Angka kematian selama perawatan di rumah sakit sebesar 25% dan
tidak terdapat perbedaan mortalitas antara PICU di negara berkembang dan negara
maju.

2.3 Etiologi
Sepsis disebabkan oleh respon imun yang dipicu oleh infeksi.3,5 Bakteri
merupakan penyebab infeksi yang paling sering, tetapi dapat pula berasal dari
jamur, virus, atau parasit.3 Respon imun terhadap bakteri dapat menyebabkan
disfungsi organ atau sepsis dan syok septik dengan angka mortalitas relatif tinggi.
Organ tersering yang merupakan infeksi primer, adalah paru-paru, otak, saluran
kemih, kulit, dan abdomen. Faktor risiko terjadinya sepsis antara lain usia sangat
muda, kelemahan sistem imun seperti pada pasien keganasan dan diabetes melitus,
trauma, atau luka bakar mayor.

2.4 Diagnosis
Sepsis ditegakkan berdasarkan adanya: (1) Infeksi, meliputi (a) faktor
predisposisi infeksi, (b) tanda atau bukti infeksi yang sedang berlangsung, (c)
respon inflamasi; dan (2) tanda disfungsi/gagal organ. Alur penegakan diagnosis
sepsis tertera pada gambar 1.

Gambar 1. Alur penegakan diagnosis sepsis


Tabel 1. Penanda Biologis Infeksi
Penanda Kegunaan Keterbatasan Cut-off Validitas
biologis
Leukosit Diagnosis Keterbatasan: 0 hr–1 mgg : Sensitivitas: 57,6%
untuk infeksi tidak spesifik >34.000/ Spesifitas: 53,5%
dan sepsis untuk 3
mm 
 1 PPV:
menunjukan
mgg-1 bln : 55,2%
 NPV:
infeksi
>19.500 55,7%
atau
<5.000/mm3
Limfosit Limfopenia Keterbatasan: <1300 /uL Sensitivitas: 73,9%
menunjukkan dapat Spesifitas: 57,6%
diagnosis menurun pada PPV: 63,6%
bakteremia infeksi virus, NPV: 68,8%
penyakit
kritis, atau
malnutrisi
Rasio Peningkatan Keterbatasan: >10 Sensitivitas: 77,2%
netrofil:limfosit rasio dapat Spesifitas: 63,0%
menunjukkan menurun pada PPV:
diagnosis infeksi virus, 67,6%
 NPV:
bakteremia penyakit
73,4%
kritis, atau
malnutrisi
C-reactive  Diagnosis Keterbatasan: 1,56–110 Sensitivitas: 43-
protein (CRP) untuk infeksi kinetik mg/L 90% (infeksi); 31-
dan sepsis lambat, tidak 82%
 Menentukan spesifik untuk (sepsis)
 Spesifitas:
derajat menunjukkan
33-88% PPV: 31-
keparahan infeksi
100%
infeks (meningkat
pada keadaan
inflamasi)
Prokalsitonin  Diagnosis Keterbatasan: 0,3–8,05 Sensitivitas: 74,8-
(PCT) dini sepsis dapat ng/ml 100%
 Spesifitas:
 Faktor meningkat
70-100% PPV: 55-
prognostik pada penyakit
100%
(indikator non-infeksi
perbaikan (trau- ma
NPV: 56,3-100%
sepsis) berat, pasca
 Menentukan henti jantung,
lama pembedahan,
pemberian karsinoma
antibiotika tiroid
medular,
penyakit
autoimun)
PCT + CRP  Membedakan Belum ada Bakteri:
infeksi peneli- tian CRP >10
bakteri, klinis mg/L; PCT
virus, dan >0,3 ng/mL
Jamur: CRP
jamur 10-100
mg/L; PCT
0,3-2 ng/mL
Virus: CRP
<10mg/L;
PCT <2
ng/mL

2.5 Kecurigaan disfungsi organ


Kecurigaan disfungsi organ (warning signs) bila ditemukan salah satu dari
3 tanda klinis: penurunan kesadaran (metode AVPU), gangguan kardiovaskular
(penurunan kualitas nadi, perfusi perifer, atau tekanan arterial rerata), atau
gangguan respirasi (peningkatan atau penurunan work of breathing, sianosis)

2.6 Kriteria disfungsi organ


Disfungsi organ meliputi disfungsi sistem kardiovaskular, respirasi,
hematologis, sistem saraf pusat, dan hepatik. Disfungsi organ ditegakkan
berdasarkan skor PELOD-2. Diagnosis sepsis ditegakkan bila skor ≥11 (atau ≥7).
Skor pediatric logistic organ dysfunction (PELOD) adalah sistem
penilaian deskriptif yang digunakan untuk mengetahui adanya disfungsi/gagal
organ, dan keparahan penyakit pada anak sakit kritis. Rancangan PELOD-2 untuk
memperbarui dan memperbaiki PELOD. Perubahan yang dilakukan adalah
penambahan tekanan arteri rata-rata dan laktatemia pada disfungsi kardiovaskular
yang dinilai juga pada skor SOFA dan P-MODS. Di sisi lain, PELOD-2 tidak
termasuk disfungsi hepar, yang merupakan bagian dari versi pertama PELOD.
Tabel 2. Pediatric logistic organ dysfunction (PELOD)

2.7 Evaluasi disfungsi organ dan prognosis


Perbaikan disfungsi organ dan prognosis dinilai dengan skor PELOD 2
dan prokalsitonin, menggunakan panduan derajat keparahan penyakit:
Derajat ringan: skor PELOD2 nilai 0-3 dan kadar PCT 0,5-1,99 ng/ml, derajat
sedang: skor PELOD2 nilai >3-9 dan kadar PCT 2,0-9,99 ng/ml dan derajat berat:
skor PELOD2 nilai >9 dan kadar PCT 10 ng/ml.
BAB III
KERANGKA KONSEP

Pasien dirawat di PICU RSUD DR. Soetomo Surabaya

Disfungsi organ yang


mengancam nyawa

Sepsis

Menilai kesesuaian antara skor


PELOD2 dengan kriteria sepsis 2016
BAB 4

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian


Penelitian menggunakan desain Deskriptif statistik

3.2 Tempat dan Waktu penelitian


Penelitian dilakukan di PICU RS DR Soetomo, Surabaya.

3.3 Waktu penelitian


Pengumpulan data primer penelitian dilakukan mulai Januari-Juni 2018.
Jadwal penelitian selengkapnya dapat dilihat sebagai berikut:

Bulan/kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli


2018 2018 2018 2018 2018 2018 2018
Persiapan:

penyusunan
proposal

pengurusan surat
etik
Pengambilan
sampel
Pengolahan data
Penyusunan
laporan
3.4 Populasi dan sampel
3.4.1 Populasi
Semua pasien di PICU RS.Dr. Sutomo Surabaya yang
mempunyai manifestasi sepsis

3.4.2 Sampel
Semua pasien di PICU RS.Dr. Sutomo Surabaya yang
mempunyai manifestasi klinis sepsis periode 1 Januari 2018
sampai 31 Juni 2018. Metode pengambilan sampel adalah
total sampling.

3.4.2.1 Kriteria Inklusi


1. Anak dengan manifestasi sepsis sesuai kriteria 2016
2. Pasien Rawat inap di PICU
3.4.2.2 Kriteria Ekslusi
1. Anak di rawat di PICU namun tidak mengalami sepsis
3.5 Definisi Operasional
3.5.1 Sepsis kriteria 2016
3.5.2 Perawatan di PICU
3.6 Desain Penelitian dan Prosedur
3.6.1 Alur Penelitian

Data rekam medis pasien di PICU RS.Dr. Sutomo Surabaya


yang mempunyai manifestasi klinis sepsis periode 1 Januari
2018 sampai 31 Juni 2018

Inklusi Ekslusi

Sampel penelitian

Evaluasi dengan skore


PELOD 2
3.7 Pengumpulan, Pengolahan dan Penyajian Data
3.7.1 Pengumpulan Data
3.7.2 Pengolahan Data
3.7.3 Penyajian Data

3.8 Variabel dan definisi operasional


3.8.1 Karakteristik demografi
Meliputi usia, diagnosa pada pasien yang dirawat di PICU RSUD
Dr. Soetomo, Surabaya.

3.8.2 Karakteristik klinis


a. Kesadaran
b. Fungsi jantung
c. Fungsi ginjal
d. Fungsi respiratory
e. Fungsi hematologi
3.9 Metode pengumpulan data
Data dikumpulkan dari rekam medis pasien anak yang rawat inap di
PICU RSUD Dr. Sutomo Surabaya selama periode 1 Juni 2017 sampai 31
Juni 2018.

3.10 Analisis data


Deskriptif dalam tabel dan frekwensi.
3.11 Anggaran Penelitian
Pembuatan proposal Rp 200.000,00
Pengambilan sampel Rp 3.000.000,00

Pembuatan laporan hasil penelitian Rp 400.000,00

Presentasi hasil penelitian Rp 500.000,00

Lain-lain Rp 300.000,00

Total biaya Rp.4.400.000,00


PENILIAIAN SCORE PELOD 2 TERHADAP KRITERIA SEPSIS 2016 DI
PICU RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

Anda mungkin juga menyukai