Tugas 2 Mi
Tugas 2 Mi
“TUGAS II“
Oleh:
SURABAYA
20 16
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengukuran menjadi tidak teliti dan tidak
tepat, yaitu:
Alat ukur
Menurut sifat dari alat ukur maka alat ukur dapat dibedakan menjadi:
1. Alat ukur langsung, hasil pengukurannya dapat langsung dapat dibaca pada
skala ukurnya. Misalnya jangka sorong, mikrometer dan sebagainya.
2. Alat ukur pembanding, alat ukur yang mempunyai skala ukur yang telah
dikalibrasi. Dipakai sebagai pembanding alat ukur yang lain. Misalnya: jam
ukur (dial indicator), pembanding (comparator).
3. Alat ukur standar, alat ukur yang mempunyai harga ukuran tertentu. Biasanya
digunakan bersama-sama dengan alat ukur pembanding misalnya: blok ukur
(gauge block), batang ukur (length bar) dan master ketinggian (height master).
4. Alat ukur batas, alat ukur yang digunakan untuk menentukan apakah suatu
dimensi objek ukur masih terletak dalam batas-batas toleransi ukuran.
Misalnya: kaliber-kaliber batas Go dan No Go.
5. Alat ukur bantu, alat ukur yang sifatnya hanya sebagai pembantu dalam proses
pengukuran. Misalnya: dudukan mikrometer, penyangga/pemegang jam ukur,
dan sebagainya.
Tidak semua benda ukur berbentuk pejal yang terbuat dari besi, seperti rol atau
bola baja, balok dan sebagainya. Kadang-kadang benda ukur terbuat dari bahan
alumunium, misalnya kotak-kotak kecil, silinder, dan sebagainya. Benda ukur
seperti ini mempunyai sifat elastis, artinya bila ada beban atau tekanan
dikenakan pada benda tersebut maka akan terjadi perubahan bentuk. Bila tidak
hati-hati dalam mengukur benda-benda ukur yang bersifat elastis maka
penyimpangan hasil pengukuran pasti akan terjadi. Oleh karena itu, tekanan
kontak dari sensor alat ukur harus diperkirakan besarnya.
Di samping benda ukur yang elastis, benda ukur tidak elastis pun tidak
menimbulkan penyimpangan pengukuran misalnya batang besi yang
mempunyai penampang memanjang dalam ukuran yang sama, seperti pelat
besi, poros-poros yang relatif panjang dan sebagainya.
Batang-batang seperti ini bila diletakkan di atas dua tumpuan akan terjadi
lenturan akibat berat batang sendiri. Untuk mengatasi hal itu biasanya jarak
tumpuan ditentukan sedemikian rupa sehingga diperoleh kedua ujungnya tetap
sejajar. Jarak tumpuan yang terbaik adalah 0.577 kali panjang batang dan juga
yang jaraknya 0.544 kali panjang batang.
Garis pengukuran tidak berhimpit atau sejajar dengan garis dimensi benda
ukur.
Lingkungan.
a. Kesalahan Umum
b. Kesalahan Sistematis
Kesalahan yang disebabkan oleh kesalahan alat ukur atau instrumen disebut
kesalahan sistematis. Kesalahan sistematis menyebabkan semua hasil data
salah dengan suatu kemiripan. Kesalahan sistematis dapat terjadi karena:
1. Kesalahan titik nol yang telah bergeser dari titik yang sebenarnya.
2. Kesalahan kalibrasi yaitu kesalahan yang terjadi akibat adanya penyesuaian
pembubuhan nilai pada garis skala saat pembuatan alat.
3. Kesalahan alat lainnya. Misalnya, melemahnya pegas yang digunakan pada
neraca pegas sehingga dapat memengaruhi gerak jarum penunjuk.
1. Standardisasi prosedur
2. Standardisasi bahan
3. Kalibrasi instrumen
c. Kesalahan Acak
Selain kesalahan pengamat dan alat ukur, kondisi lingkungan yang tidak
menentu bisa menyebabkan kesalahan pengukuran. Kesalahan pengukuran
yang disebabkan oleh kondisi lingkungan disebut kesalahan acak. Misalnya,
fluktuasi-fluktuasi kecil pada saat pengukuran e/m (perbandingan muatan dan
massa elektron). Fluktuasi (naik turun) kecil ini bisa disebabkan oleh adanya
gerak Brown molekul udara, fluktuasi tegangan baterai, dan kebisingan (noise)
elektronik yang besifat acak dan sukar dikendalikan.
Bagaimanapun presisinya alat ukur yang digunakan tetapi masih juga didapatkan adanya
penyimpangan pengukuran, walaupun
perubahan bentuk dari benda ukur sudah dihindari. Hal ini kebanyakan disebabkan oleh faktor
manusia yang melakukan pengukuran. Manusia memang mempunyai sifat-sifat tersendiri dan
juga mempunyai keterbatasan. Sulit diperoleh hasil yang sama dari dua orang yang
melakukan pengukuran walaupun kondisi alat ukur, benda ukur dan situasi pengukurannya
dianggap sama. Kesalahan pengukuran dari faktor manusia ini dapat dibedakan antara lain
sebagai berikut: kesalahan karena kondisi manusia, kesalahan karena metode yang digunakan,
kesalahan karena pembacaan skala ukur yang digunakan.
Jadi, faktor manusia memang sangat menentukan sekali dalam proses pengukuran.
Sebagai orang yang melakukan pengukuran harus menetukan alat ukur yang tepat
sesuai dengan bentuk dan dimensi yang akan diukur. Untuk memperoleh hasil
pengukuran yang betul-betul dianggap presisi tidak hanya diperlukan asal bisa
membaca skala ukur saja, tetapi juga diperlukan pengalaman dan ketrampilan dalam
menggunakan alat ukur. Ada beberapa faktor yang harus dimiliki oleh seseorang yang
akan melakukan pengukuran yaitu:
1. Memiliki pengetahuan teori tentang alat ukur yang memadai dan memiliki
ketrampilan atau pengalaman dalam praktik-praktik pengukuran.
2. Memiliki pengetahuan tentang sumber-sumber yang dapat menimbulkan
penyimpangan dalam pengukuran dan sekaligus tahu bagaimana cara
mengatasinya.
3. Memiliki kemampuan dalam persoalan pengukuran yang meliputi bagaimana
menggunakannya, bagaimana, mengalibrasi dan bagaimana memeliharanya.