Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki kekayaan sumber daya perikanan yang cukup besar, termasuk didalamnya jenis-jenis ikan konsumsi budidaya air
tawar yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Di sisi lain, negara kita juga memiliki perairan daratan yang sangat luas yang dapat
dimanfaatkan sebagai media pembudidayaan ikan air tawar. Usaha budidaya perikanan saat ini semakin berkembang dan bervariasi.
Keberhasilan usaha budidaya ikan dapat ditentukan dengan tersedianya benih yang memenuhi syarat baik kualitas, kuantitas, maupun
kontinuitasnya.
Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu komoditi ekonomis yang sedang dikembangkan, memiliki berbagai keunggulan
dibandingkan dengan lele lokal sehingga saat ini banyak petani yang ingin memeliharanya. Lele dumbo merupakan salah satu jenis
ikan yang memiliki daging yang lezat, mudah dicerna dan bergizi, selain itu dapat tumbuh dengan cepat dan mempunyai nilai ekonomis
yang cukup tinggi Dengan keunggulan-keunggulan tersebut lele dumbo telah menjadi komoditi yang populer dan dapat mendatangkan
keuntungan sangat besar (Susanto, 2002).
Budidaya lele dumbo memang agak rumit, pemijahannya bisa dilakukan secara alami dan secara buatan. Hasil pemijahan alami lele
dumbo biasanya kurang memuaskan. Musim pemijahan biasanya terjadi pada saat musim hujan. Jumlah benih yang dihasilkan juga
sangat sedikit karena produksi telur yang keluar tidak banyak (Susanto, 2002). Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk
mempercepat proses pemijahan lele dumbo adalah dengan teknik induceed breeding, yaitu kawin buatan dengan melakukan
perangsangan hormon perangsang HCG (human chlorionic gonadotropin) dengan merek dagang hormon ovaprim lewat kawin suntik
(Susanto, 2002).
Sampai saat ini praktek pemijahan buatan ikan lele dumbo dengan teknik ini sudah pernah dilakukan di kolam Politeknik Negeri Nusa
Utara oleh Hatimanis (2011)., namun ternyata tidak menunjukkan hasil, yaitu telur hasil pemijahan tidak menetas padahal jumlahnya
cukup banyak. Padahal kantung testes induk lele dumbo jantan sudah diambil dan distriping sesuai dengan prosedur pemijahan
buatan. Hal inilah yang menjadi alasan untuk dilakukan lagi praktek pemijahan dengan cara berbeda, yaitu semi buatan tanpa
mengorbankan induk lele dumbo jantan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana teknik pemijahan semi buatan yang dilakukan pada ikan lele dumbo?
2. Berapa presentase keberhasilan penetasan telur yang dilakukan pada wadah yang berbeda?

1.3 Tujuan
1. Mendeskripsikan teknik pemijahan semi buatan yang dilakukan pada ikan lele dumbo.
2. Menentukan presentasi keberhasilan penetasan telur yang dilakukan di wadah yang berbeda.

1.4 Manfaat
Secara teoritis hasil praktek ini diharapkan harus berhasil sehingga dapat menjadi patokan prosedur pemijahan buatan ikan lele
dumbo. Di samping itu hasil penetas telur di wadah yang berbeda ini akan memberikan informasi tentang persiapan wadah penetasan
yang baik (berhasil telur menetas). Aplikasinya teknik pemijahan ini dapat menjadi acuan bagi kelompok ikan lainnya yang sulit
memijah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah dan asal usul Ikan Lele Dumbo


Lele dumbo merupakan jenis lele yang ukuran tubuhnya besar (bongsor). Ukuran tubuh inilah yang membuatnya disebut dengan lele
dumbo. atau dumbo sendiri diduga berasal dari kata “jumbo” yang berarti berukuran raksasa (Khairuman dan Amri,2008). Bentuk ikan
lele dumbo sama dengan lele lokal, hanya ukurannya lebih besar dan patilnya tidak terlalu berbisa (Susanto, 2002).
Melihat asal-usul lele dumbo, sementara ini ada dua pendapat yang berbeda. Pendapat pertama menyatakan lele dumbo berasal dari
Afrika, tepatnya dari Kenya. Pendapat ini cukup beralasan karena memang di perairan Kenya hidup sejenis lele yang nama ilmiahnya
Clarias gariepinus. Pendapat kedua menyatakan lele dumbo bukan dari Afrika tetapi merupakan hasil persilangan atau hibrida lele asli
Taiwan (Clarias fuscus) dengan lele dari Afrika yang tidak jelas nama ilmiahnya. Namun karena dilihat dari bentuk tubuhnya yang mirip
lele asli Kenya maka sebutannya pun diubah menjadi Clarias gariepinus dan digunakan sampai sekarang (Prihartono dkk, 1999).

2.2. Klasifikasi Ikan Lele Dumbo


Klasifikasi ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) menurut Khairuman dan Amri (2008) adalah sebagai berikut :
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Ostariophysi
Subordo : Silaroidae
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias gariepinus
Nama Asing : African catfish
Nama Lokal : lele dumbo, dumbo
2.3. Morfologi Ikan Lele Dumbo
Ikan lele dumbo mempunyai bentuk badan yang berbeda dengan jenis ikan lainnya, seperti ikan mas, gurame, atau tawes. Oleh karena
itu lele dumbo sangat mudah dibedakan dari jenis-jenis ikan tersebut. Ikan lele dumbo memiliki bentuk badan yang memanjang,
berkepala pipih, tidak bersisik, dan memiliki empat pasang sungut, yaitu satu pasang sungut hidung, satu pasang sungut maksilar
(berfungsi sebagai tentakel), dua pasang sungut mandibula. Siripnya terdiri atas lima jenis, yaitu sirip dada, sirip punggung, sirip perut,
sirip dubur, dan sirip ekor. Sirip dadanya berbentuk bulat agak memanjang dengan ujung runcing, dan dilengkapi dengan sepasang duri
yang biasa disebut patil, (Najiyati, 2005).
Gambar 1. Morfologi ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) : Koleksi pribadi, April 2012

2.4. Syarat Hidup


Lele dumbo memiliki insang tambahan yang sering disebut dengan arborescent atau labirin. Insang tambahan ini memungkinkannya
dapat hidup di dalam lumpur atau di air yang hanya mengandung sedikit oksigen. Oleh karena itu ikan ini tidak memerlukan kualitas air
yang baik, walaupun begitu, para ahli perikanan tetap memberi syarat dari kualitas air yang harus dipenuhi jika ingin sukses
membudidayakan lele dumbo, syarat-syarat tersebut yaitu (Khairuman dan Amri, 2008) :
Ø Suhu yang cocok untuk memelihara lele dumbo adalah 20-30°C.
Ø Suhu optimum untuk lele dumbo adalah 27°C.
Ø Tingkat keasaman tanah (pH) yang ditoleransi lele dumbo adalah 6,5-8.

2.5. Teknik Pemijahan dengan kawin suntik pada lele dumbo


Selain dapat dipijahkan secara alami, lele dumbo juga dapat dipijahkan secara buatan melalui proses perangsangan dengan kawin
suntik. Teknik ini dilakukan dengan cara merangsang induk lele dumbo agar mau memijah melalui penyuntikan zat perangsang berupa
kelenjar hyphofisa atau HCG (human chlorionic gonadotropin). Kelenjar hyphofisa ini dapat diperoleh dari ikan donor seperti lele dumbo
atau ikan mas yang telah matang kelamin dan minimum telah berumur 12 bulan. Sementara itu, HCG dapat dibeli di pasaran dengan
merek jual ovaprim. Jumlah dosis penyuntikan ovaprim adalah 0,5 ml/kg berat induk yang akan dipijahkan (Khairuman dan Amri, 2008).
Induce breeding (kawin suntik) adalah salah satu usaha untuk memproduksi benih ikan secara optimal yang tidak tergantung pada
musim. Di samping itu, metode itu dapat digunakan untuk memproduksi benih dari induk yang tidak mau memijah secara alami, tetapi
memiliki nilai jual yang tinggi, (Susanto, 2002).
Teknik kawin suntik sangatlah perlu karena memungkinkan pemijahan ikan peliharaan yang sulit dikawinkan secara alami. Hasil
pemijahan alami lele dumbo biasanya kurang memuaskan. Selain terjadi dalam beberapa tahapan, salah satunya adalah ketika musim
hujan. Jumlah benih yang dihasilkan juga sangat sedikit, hal ini disebabkan karena jumlah telur yang keluar tidak banyak agar jumlah
telur yang dikeluarkan sangat banyak, maka dilakukan pemijahan buatan, atau dengan kawin suntik (Susanto, 2002).

2.6 Ovaprim
Hormon perangsang adalah larutan yang merangasang keluarnya telur ikan. Hormone perangasang dapt berupa hormone
komersial,yaitu ovaprin dan HCG( Human chorionic gonadotropin). Ovaprimdi rancang khusus untuk merangsang pertumbuhan dan
pematangan telur ikan untuk waktu yang super singkat. Penyuntikan umumnya terdiri atas dua tahap dengan selang waktu 8-10 jam
(Mahyuddin, 2011 dan Tjong, 2011 ).

BAB III
METODE PRAKTEK KERJA

3.1 Waktu dan Tempat


Kegiatan praktek kerja lapangan III ini telah dilakukan di kolam Politeknik Negeri Nusa Utara, kelurahan Soataluara II
Kecamatan Tahuna Kabupaten Kepulauan Sangihe. Waktu pelaksanaannya dilakukan selama 1 bulan dimulai dari pemijahan sampai
pada penetesan telur (23 April-23 Mei 1012) .
3.2 Alat dan Bahan
Tabel 1: Alat dan Bahan
No
Alat dan Bahan
Satuan
Fungsi
1
Induk lele Dumbo
3 pasang
Sampel ikan
2
Ovaprim
0,30/kg
Hormon perangsang
3
NaCl
Secukupnya
Pengencer
4
Alat Suntik/Dispo
2 @ 5 ml
Pemasukan larutan campuran Ovaprim + NaCl
5
Alkohol
Secukupnya
Mensterilkan
6
Kolam terpal
1 petak
Wadah pemijahan dan penetasan telur
7
Galon air
3 petak
Wadah penetasan telur
7
Kakaban Ijuk
3 petak
Tempat penempelan telur
8
Akuarium
3 petak
Wadah penetasan telur
9
Kertas lakmus
Disesuaikan
Mengukur keasaman air
10
Heather
4 buah
Menstabilkan suhu
11
Kateter
1 buah
Memeriksa kematangan telur
12
Scopnet
2 buah
Panen telur
13
Thermometer celup
1 buah
Mengukur suhu air
14
Kamera digital
1 buah
Alat dukumentasi
15
Mistar
I buah
Mengukur panjang larva
16
Timbangan
1 buah
Mengukur berat induk
17
Buku dan polpen
1 set
Alat tulis menulis

3.3 Prosedur Praktek Kerja Lapangan III


3.3.1 Persiapan sarana dan Prasarana
a. Kolam pemijahan dan penetasan
Kolam pemijahan yang di pakai adalah kolam terpal berukuran (pxlxt) 2,0 x 1,0 x 0,5 m. Wadah penetasan yang dipakai : (a) corong
penetasan dari gelon air (3 unit); (b) akuarium berukuran (pxlxt) 2,0 x 1,0 x 0,5 m (3 petak); (c) kolam terpal yang semula adalah kolam
pemijahan.

Gambar 2: Wadah pemijahan dan Penetasan


3.3.2 Seleksi Induk
Pemilihan atau seleksi induk yang siap memijah sangat penting. Sebelum induk dipijahkan, induk dipilih atau diseleksi terlebih dahulu.
Teknik seleksi induk yang digunakan adalah dengan cara mengamati langsung ciri-ciri induk yang siap memijah.
Menurut Susanto (2002) seleksi induk pada lele dumbo dapat melihat tanda-tanda tubuh berikut ini :
Tanda-tanda induk betina yang matang gonad :
· Perut membesar ke arah anus dan bila diraba terasa empuk
· Alat genitalia berwarna kemerahan
· Gerakan lambat
Tanda-tanda induk jantan yang matang gonad :
· Perut ramping
· Alat kelamin berwarna kemerahan
· Gerakan lincah
Bobot induk lele dumbo jantan yang telah matang gonad adalah 0,7 kg sedangkan bobot induk Lele Dumbo betina adalah 0,75 kg
(Susanto, 2002).

3.3.3 Penyuntikan Ovaprim


Penyuntikan pada praktek ini adalah kegiatan memasukan hormon perangsang ke tubuh induk. Hormon perangsang yang umum
digunakan adalah ovaprim. Proses penyuntikan adalah sebagai berikut :
1. Penyiapan alat suntik/Dispo yang digunakan
2. Dilakukan penimbangan untuk induk jantan dan betina ikan lele dumbo.
3. Penyuntikan dilakukan pada punggung induk yang sudah disiapkan kira-kira jarak dari sirip punggung kurang lebih 1 cm dan
kemiringan dari jarum suntik perkirakan sekitar 45%. setelah selesai penyuntikan induk ditebar lagi pada wadah yang disiapkan dan
penyuntikan kedua dilakukan 6 jam dihitung dari penyuntikan pertama.
Menurut Khairuman dan Amri (2008), dosis penyuntikan ovaprim adalah 0,5 ml/kg berat induk yang akan dipijahkan. Namun pada
praktek ini diuji coba dosis ovaprim yang lebih sedikit, yaitu 0,3 ml/kg berat induk. Alasannya untuk menyelaraskan proses pematangan
gonad induk jantan dan betina. Apabila dosis yang dipakai 0,5 ml, dikuatirkan sperma jantan lebih dulu matang dibandingkan dengan
telur betina. Akibatnya sperma akan terbuang percuma, padahal telur belum siap untuk disemprotkan oleh induk betina.

3.3.4 Pemijahan dan Penetasan Telur


Bak pemijahan dilengkapi aerasi dari blower air pump. Penggunaan aerasi yang kuat dapat merangsang induk cepat memijah dan
menyuplai oksigen terlarut selama pemijahan. Selama pemijahan kolam terpal di tutup ,agar supaya induk tidak melompat keluar.
Apabila telur-telur sudah terbuahi , kemudian akan dipindahkan di wadah penetasan. Kisaran suhu pemijahan yang dipertahankan
dengan heater adalah .

3.3.5 Analisis Data


Untuk mengetahui daya tetas telur atau larva yang dihasilkan pada setiap wadah yang berbeda digunakan rumus menurut (
Gurisna,2008)

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Persiapan dan Seleksi induk


Langkah awal dalam kegiatan pembenihan adalah persiapan induk. Induk dipisahkan menurut jenis kelaminnya dan dipelihara di kolam
yang berbeda dengan sistem pengairan seri. Hal ini dilakukan agar proses pematangan gonadnya berlangsung baik dan tidak terjadi
pemijahan dini, yaitu induk jantan sudah menyemburkan spermanya lebih dahulu karena kehadiran induk betina.
Selama persiapan induk, pakan yang diberikan kaya akan nutrisi berupa : daging rucah, pelet, buah-buahan dan suplemen vitamin E.
Jumlah pakan yang diberikan lebih banyak dari biasanya.
Setelah prose persiapan induk berjalan 14 hari, dilakukan seleksi induk yang siap dipijahkan. Hal ini disebabkan karena tidak semua
induk telah matang kelamin dan siap dipijahkan. .
Seleksi induk yang dipakai dalam praktek ini adalah sebagai berikut :
1. Memiliki berat badan di atas 1 (satu) kg.
2. Penampilan tubuh normal
3. Pada induk jantan alat kelaminnya meruncing ke arah ekor, perut ramping dan pada ujung alat kelamin berwarna kemerahan, dan
gerakan lincah. Pada induk betina alat kelaminnya berbentuk bundar (oval), bagian perut membesar ke arah anus dan jika diraba
terasa empuk, gerakan lambat, serta alat kelamin kemerahan.
Gambar 3. Induk Betina dan Induk Jantan
Hasil seleksi induk yang siap memijah adalah : satu ekor jantan dengan berat 3 kg dan dua ekor betina dengan berat masing
1,4 dan 1,6 kg.

4.2 Penyuntikan
Induk yang telah terseleksi, ditampung dalam happa untuk menunggu waktu penyuntikan. Proses penyuntikan induk betina
memerlukan frekuensi 2 kali penyuntikan, sedangkan untuk induk jantan frekuensi penyuntikannya hanya sekali. Dosis ovaprim dan
larutan NaCL untuk penyuntikan secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 : Dosis ovaprim dan NaCl yang digunakan dalam pemijahan buatan Lele Dumbo
Induk lele dumbo
Dosis ovaprim
Dosis NaCl
Total
Jantan 3 kgx0,3 ml
Kedua 0,9 ml
1,8 ml
2,7 ml
Betina 1,4 kgx03 ml
Pertama : 0,14 ml
Kedua : 0,28 ml
0,28 ml
0,56 ml
0,42 ml
0,84 ml
Betina 1,6 kgx 0,3 ml
Pertama : 0,16 ml
Kedua : 0,32 ml
0,32 ml
0,64 ml
0,48 ml
0,96 ml

Dalam proses penyuntikan induk lele dumbo, awalnya induk tersebut ditangkap dengan hati-hati menggunakan sibu-sibu. Caranya
bagian kepala ditutup dengan menggunakan kain. Hal ini dilakukan agar induk tidak stress. Menurut jika induk lele stress karena ada
gangguan maka peluang gagal memijah cukup tinggi. Prosedur penyuntikan diawali dengan mengangkat perlahan-lahan/hati-hati induk
lele dengan cara bagian kepala ditutup dengan menggunakan kain. Hal ini dilakukan agar induk tidak stress. Induk lele ditempatkan di
atas papan yang sudah disediakan di samping kolam pemijahan.
Penyuntikan induk dilakukan pada bagian punggung tepat di bagian samping sirip punggung tubuh induk . Penyuntikan pertama pada
betina dilakukan pada pukul 19.00 wita, setelah penyuntikan pertama induk betina dilepaskan ke kolam pemijahan. Penyuntikan kedua
dilakukan pada pukul 02.00 wita. Untuk penyuntikan kedua dilakukan pada induk betina dan jantan dengan waktu berurutan : betina
lebih dulu. Setelah penyuntikan induk dilepaskan ke dalam kolam pemijahan.
Gambar 4: Teknik penyuntikan induk Lele dumbo (Betina dan Jantan
4.3 Proses pemijahan
Selama proses pemijahan berlangsung, kolam pemijahan dipasang aerasi yang kuat dan ditutup dengan terpal. Untuk menjaga
suhu tetap stabil di angka 27 oC dipasang pemanas/ heater. Untuk penempelan telur dipasang kakaban yang terbuat dari ijuk.
Gambar 5: penutupan bak pemijahan
Mejelang pukul 04.00 nampak telur sudah dikeluarkan dan tersebar di permukaan kakaban. Pada pagi hari jam 07.00 induk-induk
sudah diangkat dan dikembalikan ke kolam induk masing-masing. Pada jam ini dianggap proses pemijahan telah selesai.
Gambar 6: Pemasangan aerasi dan heather serta kakaban
Hasil pengamatan ada dua macam warna telur : transparan dan putih susu. Telur yang transparan berarti telur yang
terbuahi,sedangkan telur yang berwana putih susu tidak terbuahi (Mahyuddin, 2011).
Gambar 7: Telur transparan : terbuahi dan putih susu : tidak Terbuahi
4.4 Penetasan Telur
Kegiatan penetasan telur dilakukan pada beberapa wadah : kolam terpal, gelon air,dan akuarium. Caranya di setiap wadah
dimasukkan kakaban yang sudah tertempel telur. Selama menunggu telur menetas, setiap wadah dilengkapi dengan aerasi untuk
suplai oksigen terlarut dan heather untuk menstabilkan suhu agar tetap di angka 27 oC. Telur menetas pada pukul 16.00.
4.5 Keberhasilan penetasan telur yang dilakukan pada wadah yang berbeda
Jumlah dan persentase telur yang dipijahkan secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar. Prosentase daya tetas
telur menunjukkan bahwa daya tetas tertinggi terdapat pada wadah akuarium (88%), kemudian kolam terpal (71%) dan paling rendah di
corong penetasan (13%). Faktor kepadatan tebar telur dan kualitas air mempengaruhi daya tetas telur. Sedangkan keberhasilan hidup
larva jika dibandingkan dengan jumlah telur yang terbuahi tergolong tinggi (> 50%). Nilai tertinggi ditemukan di wadah kolam terpal
(81%), kemudian diikuti akuarium (80%) dan terendah di corong penetasan (67%). Faktor luasan wadah pemeliharaan diduga
mempengaruhi keberhasilan hidup larva tahap awal.
Tabel 3. Jumlah dan persentase telur lele dumbo yang dipijahkan
Kondisi Telur
Jumlah Telur di Wadah penetasan (butir)
Corong penetasan
Akuarium
Kolam terpal
Telur tidak terbuahi
1600
600
2760
Telur terbuahi
240
4500
6700
Total
1840
5100
9460
Larva hidup
160
3600
5400

Kondisi Telur
PersentaseTelur di Wadah penetasan (%)
Corong penetasan
Akuarium
Kolam terpal
Telur tidak terbuahi
87
12
29
Telur terbuahi
13
88
71
Total
100
100
100
Larva hidup
67
80
81
Gambar 8 . Jumlah dan persentase telur lele dumbo yang dipijahkan
Keterangan : jumlah telur yang terbuahi dan jumlah telur yang menetas di wadah yang berbeda di akibatkan oleh, jumlah padat tebar
dan kulitas air yang tidak baik.
BAB VI
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Teknik pemijahan semi buatan pada lele dumbo dapat dilakukan ketika induk sudah benar-benar matang gonad dan teknik
penyuntikan harus sesuai posedur.
2. Presentase keberhasilan penetasan telur tertinggi terjadi di kolam terpal (81%), Adanya perbedaan nilai ini disebabkan oleh
kepadatan telur dan kualitas air.

5.2 Saran
Dalam melakukan teknik pemijhan lele dumbo dengan menggunakan teknik kawin suntik,diharapkan bagi masyarakat untuk
lebih memahami teknik penyuntika.

DAFTAR PUSTAKA
Amri. K, dan Khairuman, 2008. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. PT. Agromedia Pustaka: Jakarta.
Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Nusantama. Yogyakarta.
Hatimanis, F. Pemijahan ikan lele dumbo (clarias gariepinus) . Karya Tulis ilmiah. Politeknik Negeri Nusa Utara.
Mahyuddin, K. 2011. Usaha pembenihan ikan bawal di berbagai wadah. Penebar swadaya. Jakarta.
Prihartono dkk. 1999. Mengatasi Permasalahan Budidaya Lele Dumbo. Penebar Swadaya. Jakarta
Sri Najiyati. 2003. Memelihara Lele Dumbo di Kolam Tanah. Penebar Swadaya : Jakarta.
Sri Najiyati. 2005. Memelihara Lele Dumbo di Kolam Tanah. Penebar Swadaya : Jakarta.
Susanto. H, 2002. Teknik Kawin Suntik Ikan Ekonomis. PT. Penebar Swadaya: Jakarta.
Suyanto. R. S. 1999. Budidaya Ikan Lele. Penebar Swadaya. Jakarta
Suyanto. R. S. 2008. Pembenihan dan Pembesaran Lele Dumbo. Penebar Swadaya. Jakarta
Tjong , R. 2011. Tentang Pemijahan Telur Ikan dengan metode suntik ovaprim. Html.
Lampiran 1. Alat dan bahan yang digunakan saat penyuntikan
Lampiran 2. Cara penimbangan induk lele dumbo

Proses penimbangan induk

Lampiran 3. Proses pengambilan ovaprim


Lampiran 4. Proses pengambilan NaCl
Lampiran 5. Penyuntikan pada induk betina

Lampiran 6. Proses penyuntikan induk jantan


Lampiran 7. Telur yang menempel pada kakaban
Lampiran 8. Larva ikan lele

Anda mungkin juga menyukai