Tanggal Praktikum :
Tanggal Pengumpulan :
Sifat fisika-kimia :
a. Menyebar lebih mudah dalam air pada suhu ruang karena adanya -D-(1-6 -
glukopiranosil yang meningkatkan kelarutan polisakarida dan β mengurangi
kemampuan untuk membentuk gel.
b. Kompatibel, dan menghasilkan sifat yang menguntungkan untuk pelepasan obat yang
dimodifikasi.
Kegunaan:
a. Di industri kosmetik, scleroglucan dapat digunakan dalam komposisi krim rambut dan
dalam berbagai persiapan perawatan kulit, krim dan lotion pelindung.
b. Untuk produk farmasi scleroglucan dapat digunakan sebagai Laksatif dalam
lapisan tablet dan secara umum untuk menstabilkan suspensi.
c. Penggunaan scleroglucan sebagai antitumor, senyawa antivirus dan antimikroba juga
telah diselidiki. Scleroglucan telah menunjukkan efek stimulasi kekebalan tubuh
dibandingkan dengan biopolimer lain.
1.2 Tujuan
Secara khusus mahasiswa diharapkan:
1. Mempelajari proses fermentasi aerobic dalam memproduksi metabolit.
2. Mempelajari proses hilir dalam suatu proses produksi.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
Skleroglucan merupakan senyawa polimer yang terdiri dari rantai lurus unit β-
D-1(1-3)-glukopyranosyl dan mengandung cabang β-D-1 (1-3) – glukopyranosyl.
Skleroglucan dihasilkan dalam bentuk cairan, tetapi demikian zat ini mempunyai
viskositas dan berat molekul yang sangat tinggi, yaitu masing-masing sekitar 300
Cps dan 1.000.000. Selain itu, skleroglucan mempunyai kisaran pH, salinitas dan
suhu yang cukup tinggi.
Di beberapa negara skleroglucan banyak digunakan sebagai moisturizer,
thickening agent, stabilizer pada industry kosmetik, medis, makanan dan oil
recovery industry. Bila dilihat dari sifat dan karakteristiknya skleroglucan
mempunyai kesamaan dengan xanthan gum. Perbedaannya adalah di Indonesia zat
ini belum dikenal, sedangkan xanthan gum sudah banyak digunakan walaupun
masih harus diimport. Skelroglucan dipasarkan dalam bentuk serbuk, hal ini
menunjukan bahwa dalam proses pemurniannya telah mengalami beberapa
tahapan seperti, homogenisasi, netralisasi, sentrifugasi, presipitasi dan
pengeringan.
Skelroglucan dihasilkan dari hasil fermentasi (submerged fermentation).
S.glucanicum dan S.Roflsii menggunakan berbagai jenis substrat berbahan dasar
karbohidrat atau gula. Dalam proses metabolismenya S.Glucanicum dan S.roflsii
akan menghasilkan enzim diantaranya selulase, fosfatidase, arabinose,
eksogalaktanase, poligalaktrunase, galactosidase dan eksomanase. Melalui proses
fermentasi enzim-enzim tersebut dapat mengubah bahan baku menjadi
skleroglucan. Di beberapa negara penelitian mengenai manfaat ke dua jamur ini
sudah banyak khususnya S.Roflsii. Dari beberapa penelusuran literature
disebutkan bahwa untuk menghasilkan skleroglucan dapat menggunakan bahan
baku sukrosa.
4
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
No Alat Jumlah
1 Tabung Reaksi 1
2 Erlenmeyer 250 mL 1
3 Gelas Kimia 100 mL 1
4 Gelas Kimia 500 mL 2
5 Fermentor berbentuk Erlenmeyer 1000 mL yang 1
dilengkapi dengan saluran pengambilan sample.
Labu angsa selang dan alat pengalir oksigen.
6 Inkubator Shaker 1
7 Tabung Spirtus 1
8 Korek Api 1
5
3.3 Skema Kerja
3.3.1. Pembuatan Scleroglucan
PDB dibuat dengan cara melarutkan 20 gram kentang, 2 gram dextrose, 0,002 gram
CaCO3 dan 0,002 gram MgSO4.7H2O ke dalam 100 ml aquades. PDB disterilkan
lalu didiamkan pada suhu ruang, kemudian diinokulasi pada 28°C, 180 rpm selama 2
hari untuk menjadi inokulum aktif.
Pembuatan larutan gula, gula yang digunakan yaitu gula teknis. Kandungan gula
tersebut yaitu 5%.
Sampel dilakukan pengecekan pH dan kadar gula (brix) setiap hari selama 3 hari.
Sel yang diperoleh di oven hingga menegering, kemudian berat sel ditimbang.
Gum yang diperoleh dioven sampai kering, kemudian ditimbang. Sedangkan larutan
IPA yang terpisah disimpan pada tempat khusus.
6
3.4 Keselamatan Kerja
3.4.1 Praktikan wajib mengenakan alat keselamatan kerja antara lain: jaslab, masker,
penutup kepala, sarung tangan. Hal ini dilakukan agar mikroba maupun senyawa
kimia yang digunakan tidak terhirup.
7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sentrifugasi 2
30 mL supernatan + 90 mL isopropyl alkohol = 0,12
0,12 gram dari 30 mL
8
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembahasan Oleh Tantri Prasetyani
4.2.2 Pembahasan Oleh Wulandari
4.2.3 Pembahasan Oleh Yaumi Istiqlaliyah
9
BAB V
KESIMPULAN
10
DAFTAR PUSTAKA
11