1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah mengetahui cara mengencerkan
suatu larutan dengan berbagai konsentrasi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4.1. Hasil
Hasil yang didapatkan pada praktikum kali ini adalah:
HCL NaOH
Dik : M1 = 1 M Dik : M1 = 1 M
V2 = 100 mL V2 = 100 mL
M2 = 0,1 M M2 = 0,1 M
Dit : V1… ? Dit : V1… ?
Dij : M1 x V1 = M2 x V2 Dij : M1 x V1 = M2 x V2
1 M x V1= 0,1 M . 100 mL 1 M x V1= 0,1 M . 100 mL
V1 = 0,1 M . 100 mL V1 = 0,1 M . 100 mL
1M 1M
V1 = 10 mL V1 = 10 mL
4.2. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, larutan dapat diencerkan
apabila konsentrasinya terlalu pekat. Pengenceran dilakukan dengan
menambahkan aquadest ke dalam larutan yang pekat. Jika suatu larutan senyawa
kimia yang pekat diencerkan, terkadang terdapat sejumlah panas dilepaskan. Saat
pembuatan larutan asam klorida terjadi reaksi eksoterm yaitu melepaskan panas
dari sistem ke lingkungan, temperatur dari campuran reaksi akan naik dan energi
potensial dari zat-zat kimia yang bersangkutan akan turun. Sedangkan untuk
reaksi endoterm yaitu menyerap panas dari lingkungan ke sistem, temperatur dari
campuran reaksi akan turun dan energi potensial dari zat-zat imia tersebut akan
naik. Dalam pembuatan larutan HCl dan aquadest, jika kita salah melakukan
percobaan HCl dan aquadest maka dapat meledak. Konsentrasi HCl yang pekat
sehingga jika kita masukkan aquadest ke dalam HCl pekat maka larutan dapat
meledak dan dapat merusak jaringan pada kulit karena memiliki sifat korosif. Hal
ini terutama dapat terjadi pada pengenceran asam klorida pekat. Agar panas ini
dapat dihilangkan dengan aman, asam klorida pekat yang harus ditambahkan ke
dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam klorida
pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air
mendadak mendidih dan menyebabkan asam klorida memercik. Pengenceran
selalu menggunakan labu ukur. Pelarut harus ditambahkan sedikit demi sedikit
sampai volume larutan mencapai tanda batas labu takar. Larutan yang dibuat oleh
praktikan akan ditentukan konsentrasinya dengan dua cara yaitu melalui
perhitungan pengenceran dan melalui proses titrasi. Labu ukur digunakan karena
penggunaan labu takar akan lebih tepat dalam penakaran volume. Prinsip
percobaan pengenceran larutan di dasarkan pada konsentrsi suatu zat yang akan
dibuat, serta menggunakan ketelitian tinggi, karena jika terjadi kesalahan yang
kecil, maka larutannya tidak akan menjadi larutan yang diinginkan. Percobaan
kali ini, sebelum melakukan pembuatan larutan HCl, terlebih dahulu dilakukan
penimbangan kelas ukur dan labu takar. Hal ini dilakukan untuk mengetahui berat
larutan yang sebenarnya. Jika pada penimbangan ini terdapat kesalahan, maka
akan berpengaruh terhadap perhitungan nantinya.
Pengenceran larutan NaOH yaitu menyebabkan dapat terionisasi dengan
sempurna di dalam air, karena NaOH mempunyai kelarutan yang besar sehingga
sangat mudah terionisasi di dalam air. Untuk dapat membuat suatu senyawa
NaOH dapat dilakukan dengan cara melarutkan zat terlarut yang berada dalam
bentuk padatan yang telah di lakukan dalam percobaan ini yaitu dengan
melarutkan NaOH ke dalam gelas beker yang telah diisi dengan menggunakan
akuades dan mengaduk larutan tersubut untuk mempercepat laju reaksi dan
mendapatkan suatu larutan yang homogen maka senyawa NaOH yang berupa
butiran akan bereaksi dengan air dan akan terurai menjadi suatu ion Na dan ion
hidroksida sehingga dihasilkan konsentrasi larutan NaOH. NaOH sangat larut
dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan, karena pada proses
pelarutannya dalam air bereaksi secara eksotermis, yaitu pelepasan kalor dari
system ke lingkungan karena titik didih NaOH lebih besar dibandingakan titik
didih air. Semakin banyak massa NaOH maka larutan akan semakin panas dan
kalor yang dilepas juga semakin besarKetika NaOH dilarutkan dalam aquadest
NaOH akan terurai secara sempurna menjadi ion Na+ dan ion OH-, dimana ion Na
oleh keaktifan logam Na dapat menimbulkan panas. NaOH sangat larut dalam
air.dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan, karena pada proses pelarutan.
BAB 5
KESIMPULAN
Hersinta, A., dan Sari, P. 2011. Pembuatan Larutan dengan Pereaksi Pemisahan
Jenis KTA VIS T7. Jurnal Radioisotop. 13(4), 11-22.
Iskandar, D., A., dan Adhitama, I. 2012. Pengaruh Katalis Asam Klorida
Terhadap Sintetik Polieugenol dari Minyak Cengkeh (Syzgium
aromaticum). Jurnal Kimia. 17(2), 44-56.
Killeainda, E., S., Ginting, E., Suprihatin, J. 2015. Pengaruh Konsentrasi Larutan
Asam Klorida Tanpa dan dengan Inhibitor Kalium Kromat 0,2%
Terhadap Laju Korosi Baja Api 51 Grade B PsL 1. Jurnal Teori dan
Aplikasi Kimia. 3(1), 53-62.
Octovianto, B., Primudian, A., dan Wardhana, I. 2015. Pengaruh Natrium
Hidroksida pada Sintesis 2,6-BIS (4-Metoksibenzilin) Sikloheksanon
Melalui Reaksi Schmidit. Jurnal Industri Kimia. 20(2), 72-81.
Rivai, H., Sulistiawati, N., dan Krisyanella, Z. 2013. Pembuatan Larutan dan
Karakterisasi serta Penentuan Kadar Flavonoid dari Ekstrak Kering Herba
Meniran. Jurnal Sains Farmasi dan Farmakologi. 5(1), 43-55.
Sutrisna, C., Abimayyu, O., H., dan Kartohardjo, W. 2012. Pengaruh
Pengenceran Larutan Al2SO4 0,1% dengan Katalis H2SO4 Terhadap
Ketahanan Korosi Baja Galvanis pada Pipa Air Minum. Jurnal Kimia
Fisika. 9(5), 23-33.
Taufiqurrahman, H., Daryanti, V., dan Wasti, N. 2012. Pengaruh Berbagai
Macam Konsentrasi Bahan dalam Proses Pengenceran Ekstrak Kulit
Batang Jambu Biji. Jurnal Farmakologi. 7(1), 10-21.
Widihastuti, K., Jauhari, P., S., dan Omani, K. 2015. Pengaruh Konsentrasi
NaOH pada Proses Pemasakan Buah (Agave) Terhadap Sifat-Sifat Fisis
Serat. Jurnal Edukasi Kimia. 2(2), 30-39.