Risiko likuiditas dengan menggunakan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) dihitung
dengan rumus:
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP Tahun 2004 Penilaian atas
Risiko inheren dilakukan dengan memperhatikan parameter/indikator yang bersifat
kuantitatif maupun kualitatif. Penetapan tingkat Risiko inheren atas masing-masing
jenis Risiko mengacu pada prinsip-prinsip umum penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum. Penetapan tingkat Risiko inheren untuk masing-masing jenis Risiko
dikategorikan ke dalam peringkat 1 (low), peringkat 2 (low to moderate), peringkat 3
(moderate), peringkat 4 (moderate to high), dan peringkat 5 (high).
1. Risiko Kredit adalah Risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam
memenuhi kewajiban kepada Bank. Risiko kredit pada umumnya terdapat pada
seluruh aktivitas Bank yang kinerjanya bergantung pada kinerja pihak lawan
(counterparty), penerbit (issuer), atau kinerja peminjam dana (borrower). Risiko
Kredit juga dapat diakibatkan oleh terkonsentrasinya penyediaan dana pada debitur,
wilayah geografis, produk, jenis pembiayaan, atau lapangan usaha tertentu. Risiko ini
lazim disebut Risiko Konsentrasi Kredit dan wajib diperhitungkan pula dalam
penilaian Risiko inheren.
2. Risiko Pasar adalah Risiko pada posisi neraca dan rekening administratif termasuk
transaksi derivatif, akibat perubahan dari kondisi pasar, termasuk Risiko perubahan
harga option. Risiko Pasar meliputi antara lain Risiko suku bunga, Risiko nilai tukar,
Risiko ekuitas, dan Risiko komoditas. Risiko ini dapat berasal baik dari posisi trading
book maupun posisi banking book.
3. Risiko Likuiditas adalah Risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi
kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas, dan/atau dari asset
likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan
kondisi keuangan Bank. Risiko ini disebut juga Risiko likuiditas pendanaan (funding
liquidity risk).
4. Risiko Operasional adalah Risiko akibat ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya
proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian
eksternal yang mempengaruhi operasional Bank. Sumber risiko ini antara lain oleh
sumber daya manusia, proses, sistem, dan kejadian eksternal.
5. Risiko Hukum adalah Risiko yang timbul akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan
aspek yuridis. Risiko ini juga dapat timbul antara lain karena ketiadaan peraturan
perundang-undangan yang mendasari atau kelemahan perikatan, seperti tidak
dipenuhinya syarat sahnya kontrak atau agunan yang tidak memadai.
6. Risiko Stratejik adalah Risiko akibat ketidaktepatan Bank dalam mengambil
keputusan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam
mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. Sumber Risiko Stratejik antara lain
ditimbulkan dari kelemahan dalam proses formulasi strategi dan ketidaktepatan dalam
perumusan strategi, ketidaktepatan dalam implementasi strategi, dan kegagalan
mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
7. Risiko Kepatuhan adalah Risiko yang timbul akibat Bank tidak mematuhi dan/atau
tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku.
Sumber Risiko Kepatuhan antara lain timbul karena kurangnya pemahaman atau
kesadaran hukum terhadap ketentuan maupun standar bisnis yang berlaku umum.
8. Risiko Reputasi adalah Risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder
yang bersumber dari persepsi negatif terhadap Bank. Salah satu pendekatan yang
digunakan dalam mengkategorikan sumber Risiko Reputasi bersifat tidak langsung
(below the line) dan bersifat langsung (above the line).
Peringkat Keterangan
1 Sangat Baik
2 Baik
3 Cukup Baik
4 Kurang Baik
5 Tidak Baik
Dalam penerapannya, penggunaan yang efektif fan efisien untuk mewujudkan konsep
Good Corporate Governance (GCG), setidaknya terdapat 5 pilar GCG yang
ditetapkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), yang kita biasa
kita kenal dengan konsep TARIF (Transparency, Accountability, Responsibility,
Independency, and Fairness) (dalam anonymous 2015:5), konsep inilah yang
nantinya akan banyak dibahas dalam penerapan Good Corporate Governance (GCG)
dalam suatu organisasi atau perusahaan. Secara singkat, menurut pendapat dan sejauh
pemahaman saya mengenai konsep TARIF tersebut akan dijabarkan sebagai berikut:
1. Transparency, konsep ini diperlukan dalam menjaga objektivitas suatu organisasi atau
perusahaan dalam menjalankan suatu bisnis dengan memberikan informasi-informasi
yang jelas, akurat, mudah diakses dan dipahami serta dapat dipertanggung jawabkan
oleh semua pemangku kepentingan dalam organisasi atau perusahaan tersebut.
Dengan semakin berkembangnya teknologi dewasa ini, tidak menjadi suatu alasan
bagi suatu organisasi atau perusahaan untuk tidak dapat melakukan inisiatif untuk
mengungkapkan berbagai informasi yang berkaitan dengan proses pegambilan
keputusan atau kebijakan yang sangat diperlukan oleh para pemangku kepentingan.
2. Accountability, konsep ini diperlukan untuk melihat sejauhmana kinerja yang telah
dihasilkan oleh suatu organisasi dan perusahaan. Dalam hal ini suatu kinerja haruslah
dapat dikelola dengan tepat dan terukur untuk melihat seberapa jauh kesinambungan
antara proses perencanaan, organisir, pelaksanaan serta evaluasi yang dilakukan
dengan tujuan organisasi atau perusahaan itu sendiri. Dalam konsep ini pula,
organisasi dan perusahaan harus mampu menjawab segala pertanyaan yang akan
diajukan oleh para pemangku kepentingan atas apa yang telah diperbuat dan hasil
yang dicapai oleh organisasi atau perusahaan itu sendiri.
5. Fairness, konsep ini diperlukan untuk menjaga stabilitas perusahaan dengan menjaga
kewajaran dan kesetaraan bagi setiap anggota, pemangku kepentingan dan
stakeholders lainnya dalam suatu organisasi atau perusahaan dengan porsinya masing-
masing. Hakikatnya setiap bagian dalam organisasi atau perusahaan memiliki
kesempatan yang sama untuk berkembang dan berkontribusi untuk organisasi atau
perusahaan. Sehingga, konsep ini menjadi sangat penting untuk mendapatkan
kepercayaan atau sebagai motivasi bagi setiap bagian dari organisasi atau perusahaan,
karena mereka akan memiliki rasa dan kesempatan yang sama dalam memberikan
kontribusi kepada organisasi atau perusahaan, sehingga akan memacu setiap individu
dalam berkompetisi untuk memberikan yang terbaik kepada organisasi atau
perusahaan tersebut.
Kesimpulan = Bedasarkan penjelasan dari kelima konsep di atas, konsep ini sangat
diperlukan bagi organisasi atau perusahaan dalam menerapkan konsep Good
Corporate Governance (GCG), yang mana konsep ini dapat dijadikan sebagai standar
pengukuran kesesuaian dan peyimpangan dalam pencapaian tujuan organisasi atau
perusahaan. Konsep ini juga dapat digunakan melihat sejauhmana organisasi atau
perusahaan dalam mengelola sumber daya-sumber daya yang tersedia dan dapat
diinformasikan, dipertanggung jawabkan dan dapat dipertanyakan alokasinya kepada
para pemangku kepentingan. Disamping itu, melalui konsep ini pula, dapat dilihat
pula sejauhmana organisasi atau perusahaan mampu memberikan melakukan tata
kelolanya sendiri dan tetap pada jalur yang tepat dalam mencapai tujuan, dengan
memperhatikan penyerataan kesempatan yang ada kepada seluruh bagian organisasi
atau perusahaan yang disesuaikan pada porsi dan kemampuannya masing-masing.
c. Earning (Rentabilitas)
Penilaian earning (rentabilitas) diukur dengan menggunakan rasio Return On
Asset (ROA) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
ROA=(laba sebelum pajak)/(rata-rata total aset) x 100%
ROA (Rentabilitas Ekonomi) = Laba Bersih Sebelum Pajak / Total Aktiva x 100%
4. Return on Equity(ROE)
d. Capital (Permodalan)
Riyadi (2006:171) mengatakan bahwa setiap bank yang beroperasi di
Indonesia diwajibkan untuk memelihara Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
(KPMM). Tinggi rendahnya Kewajiban Penyediaan Modal Minimum atau CAR suatu
bank akan dipengaruhi oleh 2 faktor utama yaitu besarnya modal yang dimiliki bank
dan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) yang dikelola oleh bank
tersebut. Hal ini disebabkan penilaian terhadap faktor permodalan didasarkan pada
rasio Modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Penilaian faktor
capital diukur dengan menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR) dengan rumus
sebagai berikut :
Per Januari 2012 seluruh Bank Umum di Indonesia sudah harus menggunakan
pedoman penilaian tingkat kesehatan bank yang terbaru berdasarkan Peraturan Bank
Indonesia (PBI) No.13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum,
yang mewajibkan Bank Umum. Tatacara terbaru tersebut, kita sebut saja sebagai
Metode RGEC, yaitu singkatan dari Risk Profile, Good Corporate Governance,
Earning, dan Capital.
Pedoman perhitungan selengkapnya diatur dalam Surat Edaran (SE) Bank
Indonesia No.13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 tentang Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum tersebut merupakan petunjuk pelaksanaan dari Peraturan
Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011, yang mewajibkan Bank Umum untuk melakukan
penilaian sendiri (self assessment) Tingkat Kesehatan Bank dengan menggunakan
pendekatan Risiko (Risk-based Bank Rating/RBBR) baik secara individual maupun
secara konsolidasi.
1. Berorientasi Risiko
Penilaian tingkat kesehatan didasarkan pada Risiko-Risiko Bank dan
dampak yang ditimbulkan pada kinerja Bank secara keseluruhan. Hal ini
dilakukan dengan cara mengidentifikasi faktor internal maupun eksternal
yang dapat meningkatkan Risiko atau mempengaruhi kinerja keuangan
Bank pada saat ini dan di masa yang akan datang. Dengan demikian, Bank
diharapkan mampu mendeteksi secara lebih dini akar permasalahan Bank
serta mengambil langkah-langkah pencegahan dan perbaikan secara efektif
dan efisien.
2. Proporsionalitas
Penggunaan parameter/indikator dalam tiap faktor penilaian Tingkat
Kesehatan Bank dilakukan dengan memperhatikan karakteristik dan
kompleksitas usaha Bank. Parameter/indikator penilaian Tingkat
Kesehatan Bank dalam Surat Edaran ini merupakan standar minimum
yang wajib digunakan dalam menilai Tingkat Kesehatan Bank. Namun
demikian, Bank dapat menggunakan parameter/indikator tambahan yang
sesuai dengan karakteristik dan kompleksitas usahanya dalam menilai
Tingkat Kesehatan Bank sehingga dapat mencerminkan kondisi Bank
dengan lebih baik.
3. Materialitas dan Signifikansi
Bank perlu memperhatikan materialitas atau signifikansi factor
penilaian Tingkat Kesehatan Bank yaitu Profil Risiko, GCG,
Rentabilitas, dan Permodalan serta signifikansi parameter/indikator
penilaian pada masing-masing faktor dalam menyimpulkan hasil
penilaian dan menetapkan peringkat faktor. Penentuan materialitas dan
signifikansi tersebut didasarkan pada analisis yang didukung oleh data dan
informasi yang memadai mengenai Risiko dan kinerja keuangan Bank.
4. Komprehensif dan Terstruktur
Proses penilaian dilakukan secara menyeluruh dan sistematis serta
difokuskan pada permasalahan utama Bank. Analisis dilakukan secara
terintegrasi, yaitu dengan mempertimbangkan keterkaitan antar Risiko dan
antar faktor penilaian Tingkat Kesehatan Bank serta perusahaan anak yang
wajib dikonsolidasikan. Analisis harus didukung oleh fakta-fakta pokok dan
rasio-rasio yang relevan untuk menunjukkan tingkat, trend, dan tingkat
permasalahan yang dihadapi oleh Bank.
Penilaian faktor Profil Risiko merupakan penilaian terhadap Risiko inheren dan
kualitas penerapan Manajemen Risiko dalam aktivitas operasional Bank. Risiko yang wajib
dinilai terdiri atas 8 (delapan) jenis Risiko yaitu Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko
Operasional, Risiko Likuiditas, Risiko Hukum, Risiko Stratejik, Risiko Kepatuhan, dan
Risiko Reputasi.
Salah satu perbedaan utama metode RGEC dan Metode CAMELS adalah perhitungan
profil risiko pada metode RGEC menggunakan dua dimensi penilaian, yaitu (1) Penilaian
Risiko Inheren dan (2) Penilaian Kualitas Penerapan Manajemen Risiko.
TUGAS
KENDARI
2018