BAB III
PERENCANAAN INJEKSI THERMAL
3.2.1.2. Kemiringan
Faktor kemiringan mempunyai arti penting jika terdapat rapat massa antara
fluida pendesak dan fluida yang didesak cukup besar.
Pengaruh kemiringan tidak terlalu besar, jika kecepatan pendesakan besar.
Fluida pendesak air cenderung untuk maju lebih cepat di bagian bawah apabila
kecepatan pendesakan tidak begitu besar, akan tetapi jika fluida pendesaknya gas
maka gas akan cenderung untuk menyusul di bagian atas.
(ko/µo). Semakin kecil perbandingan mobilitasnya, maka akan semakin baik effisiensi
penyapuannya, hal ini dapat terjadi jika viscositas minyak semakin kecil.
yang besar, karena ditinggalkan oleh gas yang bergerak lebih cepat, zona ini disebut
sebagai zona “oil bank”.
Fluida pendesak dan fluida yang didesak keduanya dapat bergerak dalam zona
transisi, dalam hal ini saturasi dan fraksi aliran pendesak akan bertambah besar ke
arah sumur injeksi, kemudian tentu saja saturasi dan fraksi aliran yang didesak akan
bertambah besar ke arah sumur produksi. Fluida yang diinjeksikan akan mengisi
semua ruangan pori-pori di daerah reservoir yang tersapu pada beberapa proses
injeksi, tetapi ada juga kemungkinan bahwa fluida yang diinjeksikan tidak dapat
mengisi semua pori, karena pori-pori tersebut telah ditempati oleh minyak, air atau
gas yang merupakan saturasi residu. Effisiensi pendesakan dan distribusi saturasi
yang terdapat di dalam zona yang tersapu oleh fluida injeksi tergantung pada
beberapa faktor. Salah satu faktor yang terpenting adalah miscibility dari fluida
injeksinya.
Dimana :
Mf = Mobilitas fluida, md/cp
kf = Permeabilitas efektif fluida, md
µf = Viscositas fluida, cp
(subscript f menunjukkan fluida tertentu, seperti :minyak, air atau gas)
Mobilitas fluida merupakan fungsi dari sifat-sifat fisik fluida dan batuannya,
yaitu : saturasi, tekanan, dan temperature. Mobilitas fluida akan berbeda-beda
tergantung pada tempat fluida itu berada dan waktu pelaksanaan injeksi fluidanya.
126
Harga mobilitas suatu fluida terkadang tidak bervariasi pada saat proses pendesakan
berlangsung, namun bila terjadi perubahan biasanya dicari harga rata-ratanya
sehingga dapat digunakan untuk perhitungan.
Mobilitas ratio didefinisikan sebagai perbandingan mobilitas minyak dengan
mobilitas fluida pendesak. Mobilitas dari satu fasa dinyatakan sebagai berikut :
ko kw kg
Mo , Mw , Mg
o w g
Dimana :
Mo = Mobilitas minyak, md/cp
Mw = Mobilitas air,md/cp
Mg = Mobilitas gas, md/cp
ko = Permeabilitas minyak, md
kw = Permeabilitas air, md
kg = Permeabilitas gas, md
µo = Viscositas minyak, cp
µw = Viscositas air, cp
µg = Viscositas gas, cp
Mobilitas ratio air terhadap minyak dinyatakan sebagai berikut :
M w k rw o
M w,o x .............................................................................. (3.2)
Mo k ro w
4. Viscositas, permeabilitas efektif, dan mobilitas fluida pendesak, dan fluida yang
didesak dianggap tetap selama pendesakan berlangsung.
Dimana :
Ed = Efisiensi pendesakan, fraksi
Soi = Saturasi minyak mula-mula pada saat proses pendesakan, fraksi
Sor = Saturasi minyak residu, fraksi
Harga Sor dan Ed dalam prakteknya akan tetap sampai pada bidang front
mencapai titik produksinya. Efisiensi pada saat dan sebelum breaktrough air terjadi,
dinyatakan dengan :
S oi ( S or ) BT
( E d ) BT ............................................................................... (3.4)
S oi
Harga Sor akan berkurang dan Ed akan bertambah dengan terus berlalunya zona
transisi melalui sumur produksi hinga setelah zona transisi ini berlalu akan diperoleh
suatu harga Sor minimum yang merupakan saturasi minyak irreducible dan efisiensi
pendesakan mencapai harga maksimum, sesuai dengan persamaan :
S oi ( S or ) min
( E d ) max ............................................................................. (3.5)
S oi
128
perbandingan volume pori yang dapat didesak oleh fluida pendesak terhadap volume
pori reservoirnya. Efisiensi volumetric secara matematik dinyatakan dengan
persamaan :
Ev = Es x Ei ................................................................................................. (3.6)
Dimana :
Ev = Efisiensi volumetric, fraksi
Es = Efisiensi penyapuan, fraksi
Ei = Efisiensi invasi, fraksi
3.4.1.1. Konduksi
Konduksi adalah proses perpindahan panas, dimana panas mengalir dari
daerah yang bertemperatur tinggi ke daerah yang bertemperatur rendah di dalam
suatu zat (padat, cair atau gas) atau aliran panas akibat perbedaan temperatur antara
berbagai zat yang bersentuhan langsung secara fisik.
Persamaan dasar perpindahan panas secara konduksi diusulkan pertama kali
oleh Fourier (1822). Persamaan ini menyatakan bahwa laju perpindahan panas oleh
konduksi dalam suatu zat (qk) adalah sama dengan perkalian ketiga besaran berikut :
Konduktivitas panas dari suatu zat, k (BTU/jam-ft-oF)
Luas penampang suatu zat (diukur tegak lurus terhadap arah aliran panas), A (ft2)
Gradient temperature pada sumbu x, dT/dx (oF/ft)
dT
q k KA .......................................................................................... (3.7)
dx
130
3.4.1.2. Konveksi
Konveksi adalah proses perpindahan panas yang disebabkan oleh aksi
serentak dari kegiatan konduksi, penyimpanan panas dan gerakan aduk (agitasi).
Konveksi merupakan mekanisme perpindahan panas yang sangat penting antara suatu
permukaan benda padat dengan cairan atau gas. Laju perpindahan panas secara
konveksi dapat dihitung dengan persamaan :
Qc hc AT ............................................................................................. (3.8)
Dimana :
Qc = Lajuperpindahan panas konveksi, BTU/jam
hc = Koefisien perpindahan panas konveksi, BTU/jam-ft-oF
A = Luas permukaan perpindahan panas konveksi, ft2
T = Beda temperatur antara permukaan benda dengan temperatur suatu
titik tertentu dalam fluida, oF.
Koefisien perpindahan panas konveksi, hc merupakan fungsi dari geometri
permukaan, kecepatan aliran konveksi, sifat fisik fluida dan perbedaan temperatur.
3.4.1.3. Radiasi
Radiasi adalah proses perpindahan panas dari benda temperatur tinggi ke
temperatur rendah, dimana kedua benda tersebut dipisahkan oleh ruang bebas atau
hampa. Persamaan dasar untuk radiasi thermal dari suatu radiasi ideal (benda hitam)
dikemukakan oleh Stefan-Boltzman sebagai berikut:
Qr A1T1 ..............................................................................................
*4
(3.9)
Dimana :
131
M R (1 ) M m ( S o M o S w M w S g M g ) ....................................... (3.12)
Dimana :
MR = Kapasitas panas volumetrik batuan reservoir, BTU/ft2-oF
C = Panas spesifik, BTU/lb-oF
S = Saturasi fluida, fraksi
Dimana :
= Difusivitas panas batuan, ft2/jam
= Konduktivitas batuan, BTU/jam-ft-oF
= Densitas materi, lb/cuft
C = Kapasitas panas volumetrik, BTU/lb-oF
Gambar 3.1
Grafik Kapasitas Panas Vs Temperatur 4)
136
Gambar 3.2
Grafik Ratio Konduktivitas Panas Vs Temperatur
A. Viskositas
Viskositas fluida didefinisikan sebagai besarnya keengganan fluida untuk
mengalir, merupakan fungsi dari temperatur dan tekanan. Viskositas akan bertambah
137
kecil sebagai akibat dari kenaikan temperatur. Gambar 3.3. menunjukkan pengaruh
panas terhadap viskositas minyak untuk berbagai macam oAPI gravity.
Gambar 3.3
Grafik Beberapa Viskositas Minyak Sebagai Fungsi Temperatur 6)
B. Mobilitas
Produktivitas suatu reservoir sangat bergantung pada mobilitas minyak.
Mobilitas adalah perbandingan antara permeabilitas terhadap viskositas. Proses
injeksi-produksi dapat dibuat sederhana bila mobilitas minyak tinggi, karena minyak
yang terdesak dalam reservoir cenderung sama dengan yang terproduksi.
Penyebab rendahnya mobilitas minyak ada dua macam, yaitu permeabilitas
yang terlalu kecil atau viskositas minyak yang terlalu besar.
Contoh pada kasus pertama, misalkan suatu reservoir mengalami penurunan
produksi tahap primer, dalam hal ini mobilitas minyak yang rendah bukan disebabkan
oleh viskositas tetapi karena kecilnya permeabilitas minyak yang merupakan fungsi
138
dari saturasi minyak. Minyak akan terdesak front uap atau front pembakaran menuju
sumur produksi, pada proses injeksi thermal, pori-pori reservoir akan mengalami fill
up. Hal ini akan mengakibatkan naiknya saturasi dan permeabilitas minyak. Kenaikan
permeabilitas minyak akan mempengaruhi laju alir minyak di permukaan karena
masih tergantung pada jumlah kandungan minyak dan karakteristik aliran fluida
dalam reservoir.
Kasus kedua, tingginya viskositas minyak menyebabkan mobilitas minyak
rendah. Sebagai contoh, diambil tar sand dengan 2 oAPI. Cara untuk memproduksikan
minyak jenis ini adalah dengan memberikan pemanasan awal berupa injeksi uap atau
pembakaran di tempat. Setelah viskositas minyak turun maka pendesakan minyak
melalui proses thermal dapat dimulai. Gambar 3.4 menunjukkan hubungan antara
viskositas dengan mobilitas ratio.
C. Saturasi
Saturasi minyak reducible (Sor) dan saturasi air irreducible (Swirr) akan
bertambah dengan adanya kenaikan temperatur. Bertambahnya Swirr disebabkan oleh
sifat water wet batuan reservoir semakin kuat dengan naiknya temperatur.
Berkurangnya Sor dipengaruhi oleh turunnya viskositas karena naiknya temperatur.
Hal ini telah dibuktikan oleh Poston et al dan Weinbrandt et al yang telah menyelidiki
pengaruh temperatur terhadap saturasi minyak reducible dan saturasi air irreducible.
Gambar 3.5, menunjukkan pengaruh temperatur terhadap saturasi minyak reducible
dan saturasi air irreducible.
139
Gambar 3.4
Grafik Hubungan Antara Viscositas Vs Mobilitas Ratio 11)
D. Permeabilitas
Permeabilitas relatif minyak-air akan berkurang dengan naiknya temperatur.
Sudut kontak dalam system minyak-air akan menjadi kecil atau sistem akan menjadi
water wet dengan naiknya temperatur, akibatnya minyak akan mudah bergerak.
Hubungan antara permeabilitas relatif air minyak terhadap saturasi air fungsi
temperatur ditunjukkan pada Gambar 3.6.
Adanya perubahan sifat-sifat fisik fluida dan batuan reservoir akibat kenaikan
temperatur maka pengaruhnya terhadap reservoir akan meningkatkan ultimate
recovery dan laju produksi.
140
Gambar 3.5
a. Grafik Saturasi Irreducible Vs Temperatur 13)
b. Grafik Saturasi Minyak Reducible Vs Temperatur 13)
141
Gambar 3.6
Grafik Permeabilitas Relatif Minyak-Air Vs Saturasi Air Fungsi Temperatur
13)
serta lapisan cap rock dan base rock. Kehilangan panas yang terjadi merupakan
gabungan dari mekanisme konduksi, konveksi, dan radiasi.
(3.16)
Dimana :
U = Koefisien overall heat transfer, BTU/ft-D
r = Jari-jari pipa permukaan, ft
Gambar 3.7
Kehilangan Panas Dan Temperatur Pada Pipa Permukaan 16)
Persamaan 3.16 di atas menurut Parts juga dapat dirumuskan sebagai berikut :
(T A TB )
Qls ...................................................................................... (3.17)
Rh
Dimana :
1
Rh ............................................................................................. (3.18)
2rU
Rh adalah thermal resisten per unit panjang pipa, ft-D-oF/BTU
Thermal resistance (Rh) untuk pipa yang diisolasi dapat ditentukan dengan :
144
1 1 1 1 r 1 1 rins 1
Rh ln o ln ......... (3.19)
2 h f ri h pi ri k P ri hPo k ins ro h fe rins
Dimana :
hf = Koefisien perpindahan panas diantara fluida di dalam pipa dan
dinding pipa, BTU/ft2-D-oF
hPi = Koefisien perpindahan panas , BTU/ft2-D-oF
hfe = Koefisien perpindahan panas forced convection permukaan bagian
luar isolasi, BTU/ft2-D-oF
ri = Jari-jari dalam pipa, ft
ro = Jari-jari luar pipa, ft
rins = Jari-jari luar isolasi, ft
kP = Konduktivitas thermal pipa, BTU/ft2-D-oF
kins = Konduktivitas thermal isolasi, BTU/ft2-D-oF
Dimana :
r1 = Jari-jari luar tubing, ft
U = Koefisien overall heat transfer antar tubing bagian dalam dan casing
bagian luar, BTU/ft2-D-oF
e = Konduktivitas panas formasi, BTU/ft2-D-oF
f(t) = Fungsi konduksi panas transient, dimensionless
Ts = Temperatur uap dalam tubing, oF
Tm = Temperatur permukaan, oF
Z = Kedalaman formasi, ft
a = Gradient geothermal, oF/ft
aliran panas melalui tubing, casing dinding semen, dan isolasi adalah murni secara
konduksi. Persamaan berikut ini didapat berdasarkan Hukum Fourier yaitu :
2k tbg (Tti Tto )L
Tubing : q ............................................... (3.22)
ln rto / rti
(3.23)
2k cem (Tco Th ) L
Semen : q ............................................. (3.24)
ln rh / rco
(3.25)
Gambar 3.8
147
Dimana :
K = Konduktivitas thermal, BTU/ft2-D-oF
Dit = Inside diameter tubing, ft
G = Aliran massa, lb/hr-ft2
Cp = Spesifik heat, BTU/lb-oF
Untuk minyak cair atau untuk aliran fluida dengan viskositas rendah pada daerah
aliran laminar (Re<2100), digunakan Persamaan Sieder-Tate berikut :
h f 0.027(k / Dit )( / s ) 0.14 ( Dit G / ) 0.8 (Cp / K ) 0.33 ......................... (3.28)
Dimana :
s = Viskositas yang dievaluasi pada temperatur permukaan tubing
Energi radiasi diemisikan pada laju yang ditentukan oleh benda tersebut, jika
suatu benda dipanaskan dan ketika energi radiasi mengenai benda, sebagian diserap,
sebagian dipantulkan, dan sebagian lagi mungkin menembus benda tersebut.
Permukaan benda yang berbeda memiliki emisivitas dan absorbsivitas yang berbeda
148
Dimana :
to = Emisivitas di luar tubing
ci = emisivitas di dalam casing
Persamaan 3.30 digunakan untukmenghitung hr di permukaan reflektif yang
tersebar, jika ruang annulus diisi dengan absorbsi gas, misalnya udara :
0.172
1
1
(0.01T ' ) 4 (0.001T ) 4
to ci
rto 1
1
....................
to
rci
ci
hf
(T ' to T ' ci )
(3.30)
Dimana :
T’ = Temperatur absolut, oR
= Emisivitas permukaan
Persamaan 3.31 digunakan jika refleksi yang terjadi terpantul sempurna :
0.172
1
1
0.01T ' 4 0.0001T 4
to ei
1
1
........................ (3.31)
to ci
hf
Tto Tci
Penyelesaiaan untuk perbedaan temperatur yang berurutan dan untuk
penurunan temperatur individual ditentukan dengan :
149
1
r t ln(rto / rti ) 1 r ( r / r ) ln(rh / rco )
U to to to w co ei ........ (3.32)
rti h f k tbg ( hc hr ) k csg k cem
Persamaan dapat dituliskan dalam bentuk lain, jika tubing diisolasi dengan
ketebalan r rins rto dengan konduktivitas thermal Kins :
r t ln(rto / rti ) rto r (r / r ) ln(rh / rco )
U to to to to co ei ... (3.33)
rti h f k tbg (h' c h' r )rins k csg k cem
h’c dan hf ditentukan berdasarkan area permukaan isolasi dan perbedaan temperatur
antara pemukaan luar isolasi dan permukaan dalam casing.
T 2T
............................................................................................ (3.34)
t y 2
T(0,t) = Ts
Dimana :
Ts = Temperatur uap, oF
Te = Temperatur tetap bumi, oF
T = Waktu, hr
Y = Jarak vertikal dari permukaan yang dipanaskan, ft
= Difusivitas thermal, ft2/hr
Solusi didapat dari Carslaw dan Jaeger :
x
T( y ,t ) Ts (Ts Te )erf ..........................................................
2 t
(3.35)
Dimana :
2 x t 2
Erf ( x) 0 e dt ........................................................................... (3.36)
Kondisi panas sepanjang arah vertikal pada waktu t :
T
Qt k .......................................................................................... (3.37)
y
y2
T (Tg Te ) 4 t
e
y t
T (T Te )
y s
y 0 t
k (Ts Te )
QL .................................................................................... (3.38)
t
Dimana :
QL = Kehilangan panas overburden dan underburden, BTU/hr
Nilai kesalahan fungsi diplot pada Gambar 3.9, yang diambil dari tulisan
Marx-Langenheim, Ramey memodifikasikannya supaya lebih mudah digunakan
Ramey mendefinisikan fungsi waktu tak berdimensi (dimensionless), tD, pada :
4k 2 t k 4t
x2 , , tD
M 2 h 2 M h2
Gambar 3.9
Grafik Hubungan Kesalahan Fungsi 6)
(3.44)
153
Gambar 3.10
Grafik Kehilangan Panas Pada Lapisan Yang Saling Berdekatan Sebagai
Fungsi Panas Total Yang Diinjeksikan 6)
Grafik yang dibuat oleh Ramey tentang kehilangan panas pada lapisan yang
saling berdekatan tampak pada Gambar 3.10, di dalamnya terdapat solusi baik denagn
model Marx-Langenheim maupun Rubenstein.
Dr. W. John Lee mengklasifikasikan injeksi thermal menjadi dua jenis, yaitu :
a. Stimulation Treatments, yaitu menstimulasi reservoir dekat sumur produksi
dengan fluida panas atau pemanasan lubang sumur. Stimulation treatments terdiri
dari injeksi uap bersiklus dan pemanasan lubang sumur. Metode yang paling
umum digunakan adalah injeksi uap bersiklus karena memberikan penetrasi yang
lebih besar ke dalam formasi dan dapat meningkatkan mobilitas minyak dengan
menurunkan viskositas.
b. Displacement processes, yaitu menginjeksikan fluida panas ke dalam sumur
injeksi untuk mendesak minyak yang selanjutnya diproduksikan pada sumur
produksi.displacement processes terdiri dari injeksi air panas, injeksi uap dan in
situ combustion. Metode yang paling sering digunakan dari displacement
processes adalah injeksi uap, karena injeksi uap memberikan perolehan minyak
yang lebih besar dari injeksi air panas untuk input energi yang sama. In situ
combustion memakan biaya relatif lebih besar dibanding dengan metode injeksi
thermal lainnya, karena itu diharapkan peningkatan perolehan minyak lebih besar
dan lebih cepat.
(kontinyu). Dalam injeksi uap bersiklus, steam diinjeksikan melalui sumur produksi,
penginjeksian steam dilakukan dalam beberapa hari atau beberapa minggu, setelah itu
maka sumur didiamkan, yang dikenal dengan periode perendaman (soak period)
setelah melalui tahapan soak maka sumur dapat diproduksikan lagi, Gambar 3.12.
Gambar 3.11
Peningkatan Perolehan Minyak Dengan Injeksi Steam Bersiklus 7)
156
Gambar 3.12
Stimulasi Steam Huff-Puff 7)
3.5.1.1.1. Mekanisme Stimulasi Uap
Selama proses injeksi uap berlangsung berbagai mekanisme produksi terjadi
dan bersifat komplek. Telah diketahui bahwa adanya penurunan viskositas minyak di
zona terpanasi dekat sumur akan mempengaruhi laju produksi.
Menurut Parts, mekanisme produksi dengan peningkatan fasa gas yang tidak
dapat terkondensasi juga menyertai mekanisme di atas. Mekanisme ini terjadi karena
penurunan jumlah gas terlarut dengan adanya kenaikan temperatur. Selain karena
pengaruh temperatur, penurunan jumlah gas terlarut juga dapat disebabkan oleh
reaksi-reaksi kimia. Reaksi-reaksi tersebut meliputi :
1. Decarboxylation minyak (dekomposisi CO2 dari radikal –CO).
2. Pembentukan H2S dari sulfur yang terkandung dari radikal minyak.
3. Pembentukan H2, CO, CH4, dan CO2 dari rekasi air dengan minyak.
4. Pembentukan CO2 dari dekomposisi dan reaksi mineral carbonat dan bikarbonat
yang tidak terlarut.
Parts juga berpendapat bahwa pada steam drive terjadi dekomposisi gas, dan
dapat diambil suatu anggapan bahwa mekanisme yang sama juga terjadi pada proses
injeksi uap bersiklus, setidak-tidaknya selama fasa injeksi steam (huff). Adanya gas
tersebut memberikan tambahan tenaga pendorong dalam produksi minyak. Selain itu
tambahan tenaga pendorong yang lain terjadi karena air dan minyak yang ada di pori-
pori batuan akan berubah menjadi steam dengan adanya pemanasan dan penurunan
tekanan pada fasa produksi, ekspansi gas terlarut, dan ekspansi liquid akan terjadi
karena terpanasi. Mekanisme yang paling berpengaruh dalam meningkatkan tenaga
pendorong pada fasa produksi adalah mekanisme yang terjadi secara gravity drainage
dan solution gas drive. Kondensasi steam yang terjadi selama perendaman (soaking)
157
serta produksi cenderung menurunkan tekanan di sekitar sumur, proses ini akan
meningkatkan laju alir fluida.
Sedangkan menurut Gomma, mekanisme yang paling utama dalam injeksi uap
bersiklus untuk meningkatkan laju produksi minyak adalah penurunan viskositas
minyak sehubungan dengan adanya kenaikan temperatur. Selain itu mekanisme
seperti yang disebutkan di bawah ini juga memberikan pengaruh dalam peningkatan
perolehan minyak.
1. Perforation dan Wellbore Cleaning
Minyak berat ditandai dengan faktor skin yang tinggi, sehubungan dengan
terjadinya endapan aspal di sekitar lubang sumur. Lubang perforasi kadang-
kadang tersumbat oleh campuran minyak berat dan pertikel-partikel padatan
dari formasi. Injeksi uap menaikkan temperatur seingga endapan-endapan aspal
tersebut dapat dibersihkan dan laju produksi naik.
2. Peningkatan Permeabilitas Relatif Minyak
Pada temperatur tinggi, permeabilitas relatif minyak meningkat sehubungan
dengan penurunan saturasi minyak tersisa dan meningkatnya saturasi air
irreducible. Mekanisme ini sama dengan mekanisme yang terjadi pada injeksi
air panas.
Dimana :
rh = Radius zona terinvasi, ft
h = Ketebalan rata-rata, ft
Ns = Jumlah lapisan produktif
hfg = Entalpy uap, BTU/lb
hfs = Entalpy cairan pada Ts, BTU/lb
hfr = Entalpy cairan pada Tr, BTU/lb
Harga s merupakan fungsi dari waktu tak berdimensi
4 Dt i / h 2 ............................................................................................. (3.46)
Dimana :
D = diffusivitas panas, ft2/d
159
Gambar 3.13
Grafik Faktor Tak Berdimensi s Sebagai Fungsi Waktu Tak Berdimensi 9)
Temperatur rata-rata dari daerah yang telah diinvasi uap dapat dihitung
dengan persamaan Faroug Ali yaitu :
Tavg Tr [Ts Tr ][Vr V z (1 ) ] ................................................... (3.47)
Dimana :
Tavg = Temperatur rata-rata daerah terinvasi, oF
Vr = 0.180304 – 0.41269 x + 0.18217 x2 + 0.149516 x3 + 0.024183 x4
x = log (D t / rh2)
Vz = 0.474884 – 0.56832 y – 0.239719 y2 – 0.035737 y3
y = log (4 D t / h2)
= 0 pada t = ti
Performance dari sumur yang telah distimulasi uap dapat dihitung dengan
metode Boberg dan Lantz. Laju produksi setelah stimulasi dapat dicari apabila data
produksi sebelum stimulasi uap juga diketahui.
Jh
Qoh Qoc ............................................................................................ (3.48)
Jc
Dimana :
Qoh = Laju produksi setelah huff and puff, STB/D
Qoc = Laju produksi sebelum huff and puff, STB/D
1
Jh / Jc = , F1 dan F2 dapat dilihat pada Tabel 3.2.
( oh / oc ) F1 F 2
Tabel III-2
Faktor Geometris F1 dan F2
16)
160
Flow Condition F1 F2
Steady State [ln (rh / rw) + Sh] / [ln (re / rh)] /
ln (re/rw)S [ln (re / rw)+S]
Semisteady State [ln (rh / rw)-(rh2/2re2) + Sh] / [ln (re / rh) – ½ + rh2/2re2] /
[ln (re/rw)-1/2 + S] [ln (re / rw) – ½ + S]
Untuk reservoir yang mempunyai tekanan yang rendah dan ketebalan formasi
yang tipis, mekanisme produksi yang dapat terjadi setelah injeksi steam adalah
gravity drainage. Metode Towson dan Boberg memperhitungkan pengaruh gravity
drainage terhadap laju produksi dengan menggunakan Persamaan 3.49. dalam
pengembangan persamaan tersebut diasumsikan distribusi fluida reservoir seperti
pada Gambar 3.14, dengan batas antara minyak dengan air cukup jelas (pada batas
tersebut tidak ada percampuran minyak dengan air.
1.27 o k o (hh hw )
2 2
qo ..................................................................... (3.49)
o ln(rh / rw ) 0.5
Persamaan tersebut diatas selain dapat digunakan untuk menghitung laju produksi
minyak, juga dapat digunakan untuk menghitung laju produksi air. Perhitungan
dilakukan dengan penggantian sifat-sifat fisik minyak dengan sifat-sifat fisik air.
Disarankan untuk menggunakan Persamaan 3.49 di atas, ketinggian h h harus
diperhitungkan untuk masing-masing interval waktu. Perkiraan tersebut dapat
dilakukan dengan memperhitungkan besarnya laju alir dari zona yang tidak terpanasi
ke zona yang terpanasi.
Besarnya laju alir dari zona yang tidak terpanasi ke zona yang terpanasi dapat
dihitung dengan persamaan di bawah ini.
7.082k o h( Pe Ph )
qc ....................................................................... (3.50)
oc ln(re / rh )
Dimana :
Pe = Tekanan pada zona yang tidak terpanasi, psia
Ph = Tekanan pada zona terpanasi, psia
161
h = Ketebalan formasi, ft
µoc = Viskositas minyak tidak terpanasi, cp
Minyak yang tertinggal di zona yang terpanasi pada interval waktu t, adalah
jumlah minyak yang terproduksi dikurangi dengan jumlah minyak yang mengalir dari
zona yang tidak terpanasi ke zona yang terpanasi, dapat dihitung dengan Persamaan
3.51.
q (q o q c )t ........................................................................................ (3.51)
Gambar 3.14
Drainage Gravity Assumsi Towson dan Boberg 7)
b
T Ti T Ti r
TD ...................................................... (3.57)
T pdh T pdh Ti rw
Dimana :
Ti = Temperatur mula-mula reservoir, oF
T pdh = Resultan temperatur fluida terproduksi dengan interval terpanasi, oF
T = Temperatur di sembarang tempatdi reservoir, oF
r / rw = Jarak darisumur dinyatakan sebagai kelipatan dari lubang
sumur
R = Konduktivitas thermal formasi, BTU/ft-D-oF
Harga b, merupakan laju per unit temperatur pada pemanas, dimana panas yng
dipindahkan oleh fluida yang diproduksi dapat dihitung dengan Persamaan 3.56.
Untuk menghitung besarnya harga b dapat dihitung dengan persamaan :
Q p ,dh
b ................................................................................... (3.58)
2ht R T pdh
Temperatur fluida dasar sumur yang terproduksi, Tdh dapat diukur dari fluida
di kepala sumur, untuk perhitungan dapat diperkirakan dari persamaan di atas.
Setelah mendapatkan harga substitusinya maka persamaan di bawah ini dapat
digunakan untuk perhitungan, yaitu :
Q pdh (1 h ) ......................................................................................... (3.59)
Dimana effisiensi pemanasan, h dihitung untuk fraksi panas yang keluar dari heater
, Q dan masuk ke formasi.
Profil temperatur radial di reservoir sekitar lubang sumur yang dipanasi
diperoleh melalui Persamaan 3.57. Untuk idealisasi persamaan tersebut dapat dilihat
pada gambar (nanti di bawah ini), merupakan plot jarak radial tidak berdimensi
dengan temperatur tidak berdimensi.
Waktu minimum yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi steady state
dengan asumsi kandungan panas di reservoir adalah steady state serta tidak ada
kehilangan panas ke formasi dapat dihitung dengan Persamaan 3.60.
165
2 b
2ht rw M R T pdh ( reD
2
1)
t min ........................................................ (3.60)
h Q ( 2 b)
Apabilah harga b = 2 maka tmin dihitung dengan Persamaan 3.61 di bawah ini.
2ht rw M R T pdh
2
(3.62)
Dimana re merupakan radius perembesan dari sistem aliran.
Ketika harga b bertambah besar yaitu saat masa laju produksi pada steady
state naik maka daerah yang terpanasi di sekitar lubang sumur dalam
perkembangannya secara radial akan turun, hal ini disebabkan fluida yang
terproduksi. Hasil-hasil dari perkembangan tersebut dapat dilihat pada gambar (yang
kedua di bawah). Garis putus-putus pada gambar tersebut merupakan garis yang
menghubungkan untuk kondisi steady state yang diperhitungkan secara teori. Dari
gambar tersebut kita mendapat suatu penjelasan bahwa rasio respon yang lebih besar
diperoleh dari crude yang lebih viscous.
166
Gambar 3.15
Grafik Distribusi Temperatur Pada Kondisi Steady State
Dari Pemanasan Dasar Sumur 7)
Gambar 3.16
Grafik Laju Produksi Minyak Pada Kondisi Steady State
Vs Laju Produksi Minyak Unstimulated Tidak Berdimensi 7)
Keuntungan Dan Kerugian Pemanasan Lubang Sumur
Keuntungan pemanasan lubang sumur :
1. Terjadinya efek swelling dapat dihindari.
167
seketika dan ratio kapasitas panas air dengan batuan sekitar dua atau tiga unit PV air
panas harus diinjeksikan untuk memanaskan satu volume bulk reservoir.
Distribusi temperatur dalam zona yang terpanasi tergantung pada kehilangan
panas. Kecepatan ini berbanding lurus dengan flux air dan tergantung pada kapasitas
panas air dan batuan.
Hubungan kecepatan dengan kapasitas panas telah diturunkan oleh Dietz
dapat dinyatakan dengan Persamaan 3.63 :
Vtr (1 ) m C m S or o C o
1 ........................................................
VT (1 S or ) w C w
(3.63)
Dimana :
Cm = Kapasitas panas spesifik material matrix, kkal/kg-oC
Co = Kapasitas panas spesifik minyak, kkal/kg-oC
Cw = Kapasitas panas spesifik air, kkal/kg-oC
Sor = Saturasi minyak sisa, fraksi
VT = Kecepatan front temperature T, m/hari
Vtr = Kecepatan front tracer T, m/hari
m = Densitas material matriks, kg/m3
o = Densitas minyak, kg/m3
w = Densitas air, kg/m3
Pertama kali minyak akan didesak oleh air dingin sebelum front panas sampai.
Air panas akan mendingin lebih cepat dalam jari-jari yang kecil (small fingers)
sehingga panas berjalan lambat dalam reservoir.
Ulah dini dari hot water drive lebih buruk dari cold water drive karena hot
water drive kurang viscous dibandingkan dengan cold water, tetapi pada hakikatnya
masih mendorong minyak dingin. Berangsur-angsur kemudian kehilangan panas dari
hot water chanel akan menambah temperatur reservoir dengan cara konduksi, yang
mengurangi viskositas minyak dan meningkatkan efek water drive. Temperature yang
169
lebih tinggi akan mengurangi perbandingan viskositas minyak-air dalam hot water
chanels, sehingga pendesakan lebih efektif dan saturasi minyak yang tersisa lebih
rendah pada bagian yang tersapu dari lapisan minyak.
Penambahan keuntungan dari injeksi air panas biasanya terjadi setelah
breaktrough air dingin pada sumur produksi dan kenaikan recovery minyak disertai
dengan tingginya WOR.
dengan air tetapi juga dengan mineral dengan liquid khususnya dengan mineral yang
mempunyai kandungan organik yang kompleks.
Perubahan tegangan permukaan tidak akan mengurangi tekanan kapiler,
apabila dalam system batuan dan fluida, dengan kenaikan temperatur menjadi lebih
bersifat water wet. Sinnokrot dan Poston, menjelaskan bahwa perubahan tekanan
kapiler dan permeabilitas relatif terjadi karena adanya kenaikan kebasahan air akibat
kenaikan temperatur.
Gambar 3.17
Grafik Distribusi Saturasi Air Dan Temperatur Hasil Dari Pendesakan Minyak
Oleh Air Panas Pada Berbagai Harga Temperatur Mula-Mula 16)
3. Dibutuhkan volume yang besar dalam injeksi air panas untuk merubah
saturasi minyak menjadi saturasi minyak tersisa walaupun dekat dengan
sumur injeksi.
4. Minyak didesak melalui seluruh zona penyapuan oleh air yang diinjeksikan.
Gambar 3.18
Grafik Variasi Pernmeabilitas Vs Mobilitas Ratio
Memperlihatkan Garis Konstan ER (1-Sw) Untuk WOR Produksi 1 16)
Gambar 3.19
Grafik Variasi Permeabilitas Vs Mobilitas Ratio
Memperlihatkan Garis Konstan ER (1 - 0.72 Sw) Untuk WOR Produksi 5 16)
174
Gambar 3.20
Grafik Variasi Permeabilitas Vs Mobilitas Ratio
Memperlihatkan Garis Konstan ER (1 - 0.52 Sw) Untuk WOR Produksi 25 16)
Gambar 3.21
Grafik Variasi Permeabilitas Vs Mobilitas Ratio
Memperlihatkan Garis Konstan ER (1 - 0.40 Sw) Untuk WOR Produksi 100 16)
175
Gambar 3.22
Grafik Distribusi Permeabilitas Pada Log Normal 16)
Variasi permeabilitas atau koefisien variasi permeabilitas ditentukan dengan
mengurutkan dari besar ke kecil nilai-nilai dari permeabilitas reservoir. Suatu contoh
grafik yang diplot pada kertas semilog dapat dilihat pada Gambar 3.22 dan variasi
permeabilitas V dihitung dari Persamaan 3.64.
k k
V ............................................................................................... (3.64)
k
Dimana :
k = Harga permeabilitas yang lebih besar dari 50 % dari sample, mD
k = Harga permeabilitas yang lebih besar dari 84.1 % dari sample, mD
k rw
(S )
w
M w,o .................................................................................... (3.65)
k ro
( S wc )
o
Mobilitas minyak dipengaruhi oleh temperatur, mengingat mobilitas air
meningkat karena penurunan harga viskositas air karena adanya saturasi rata-rata
yang lebih besar di zona penyapuan, hal ini menyebabkan perbandingan mobilitas
pada injeksi air panas lebih besar dari injeksi air konvensional.
Craig menggambarkan perolehan minyak pada perbandingan minyak-air
(WOR) abandonment diperoleh dengan menggeplot harga perolehan (fraksi minyak
mula-mula di tempat) dihitung pada WOR sama dengan 1, 5, 25, 100 dari Gambar
3.18 s/d 3.21. Perhitungan perolehan minyak oleh Craig, injeksi air panas
memberikan hasil yang lebih sedikit dila dibandingkan dengan injeksi air secara
konvensional. Effisiensi pendesakan yang lebih baik dari injeksi air panas akan
diperoleh dengan cara mengalihkan fraksi perolehan pendesakan air yang diberikan
dari Gambar 3.18 s/d 3.21 dengan perbandingan satuasi minyak rata-rata di zona yang
dipengaruhi oleh air injeksi di bawah kondisi pendesakan air panas maupun
waterflood.
S o , wf
E Rhw E R .................................................................................... (3.66)
S o (Ti )
Dimana :
E Rhw = Fraksi perolehan minyak di tempat oleh injeksi air panas
Pelaksanaan dari injeksi ini adalah setelah sejumlah air yang diperlukan untuk
injeksi, dipanaskan dalam pemanas air yang telah disediakan, sampai lebih tinggi
daripada temperatur reservoir mula-mula tetapi lebih kecil daripada temperatur
penguapan air. Kemudian dengan bantuan kompresor fluida diinjeksikan ke dalam
sumur injeksi menuju reservoir sebagai target. Setelah sampai pada target yang
diharapkan, maka panas yang terkandung dalam air panas akan berpindah ke sebagian
besar fluida reservoir itu, sehingga temperatur fluida reservoir akan naik. Dengan
naiknya temperatur fluida temperatur fluida reservoir, maka viscositas minyak akan
mengecil dan mobilitas fluida reservoir akan naik lebih besar dari fluida pendesak.
Sehingga fluida yang didesak akan lebih mudah bergerak ke sumur produksi.
A. Fasilitas Instalasi Injeksi Air Panas
permukaan untuk thermal project identik dengan yang digunakan dalam primary atau
secondary recovery di lapangan dan hanya peralatan yang khusus saja yang
ditambahkan. Penanganan khusus yang harus diambil adalah penanganan emulsi,
karena produksi emulsi dalam suatu thermal project biasanya lebih sulit dipecahkan
daripada yang diproduksi selama produksi primer.
Sumur Injeksi
Gambar 3.23
Komplesi Sumur Injeksi
(Prats, Micheal., 1986)
Pemakaian Pompa
Pemakaian pompa biasanya dilakukan untuk menginjeksikan air ke formasi
(water injection pump), beberapa metode EOR seperti pressure maintenace, water
flooding, miscibel displacement (injeksi CO2 tercampur) dan chemical proces (injeksi
alkaline, injeksi polimer dan injeksi surfactant) semua ini memerlukan water injection
pump.
Tipe dari pompa yang sering dipakai untuk injeksi air ke reservoir adalah :
1. Pompa Reciprocating
Pada pompa jenis ini energi ditambahkan oleh fluida secara intermitten oleh
pergerakan piston, plunger piston atau diapghram.
Pompa Reciprocating diklasifikasikan menjadi dua :
a. Berdasarkan pergerakan piston : jika liquid dipompakan pada saat
penghantar piston hanya satu arah maka disebut ”Single acting”. Jika
liquid dipompakan ketika pergerakan piston dalam dua arah disebut
”Double acting”.
b. Berdasarkan jumlah silinder : Jika mempunyai satu silinder disebut
sebagai simplex pump, dua silinder disebut duplex pump dan tiga silinder
disebut triplex, lima silinder disebut quitiplex dan tujuh silinder disebut
septuplex.
2. Pompa Centrifugal
180
Pompa centrifugal dapat dipakai untuk kondisi dimana diinginkan prime mover
yang ekonomis dan mensuplai air untuk injeksi dalam jumlah yang cukup besar.
Pompa ini digerakkan oleh motor elektris dan dapat diatur hingga relatif hanya
memerlukan head pump yang rendah.
a. Tekanan
Air tawar dengan ketinggian 2,31 feet akan memberikan tekanan sebesar 1 psi.
Apabila fluida lain yang mempunyai SG berbeda dengan air dipakai maka rumus
umumnya menjadi :
H .SG
P ............................................................................. (3-67)
2,31
Keterangan :
P = Tekanan, psi
H = Ketinggian kolom, feet
SG = Specific gravity
b. Head
Tekanan pompa yang harus berikan biasanya dinyatakan dalam head.
2,31
Head 2,31 P / SG ................................................ (3-69)
SG
c. Horsepower
Hydraulic Horsepower dari pompa bisa ditemtukan dengan menggunakan
rumus :
H p Q
HHP ....................................................................... (3-70)
550
Keterangan :
HHP = Hydraulic Horsepower, dimana 1 HP = 550 ft-lb/sec
181
Hp = Pump head, ft
ρ = Density liquid, lb/ft
Q = Flow rate, ft3/sec
Dari Persamaan (3-106) di atas apabila dalam bentuk unit dikonversi adalah
menjadi :
( SG ).q ' H P
HHP
3960
q ' xP
HHP
1714
Q .P
HHP 1
58766
Sedangkan Break Horsepower bisa ditentukan dengan persamaan :
HHP
BHP ........................................................................... (3-71)
E
Keterangan :
q’ = Flow rate, gpm
Q1 = Flow rate, bpd
ΔP = Kenaikan tekanan, psi
E = Efisiensi pompa = HHP/BHP
d. Net Positive Suction Head (NPSH) adalah tekanan net di atas tekanan uap dari
liquid yang akan dipompakan. NPSH yang tersedia dari sistem dapat dihitung
dari rumus :
NPSHa = Hp – Hvpa + Hst – Hf – Hvh – Ha .................................... (3-72)
Keterangan :
NPSHa = Net Positive Suction Head yang tersedia, ft
Hp = Head tekanan absolut di atas permukaan dari liquid didalam
tanki, ft
Hvpa = Tekanan uap absolut dari liquid pada kondisi mengalir, ft
Hst = Static head dari inlet di atas centerline pompa, ft
Hf = Friction head loss, ft
182
Ha = Acceleration head, ft
V2
Hvh = Velocity head, ft =
2g
Head kecepatan secara normal adalah kecil jika dihubungkan dengan faktor
lainnya dan dapat diabaikan. Friction head loss dapat dihitung dari kehilangan
tekanan. Acceleration adalah nol untuk pompa centrifugal sedangkan untuk
pompa reciprocating dapat dihitung dengan persamaan :
L.V .Rp.C
Ha ...................................................................... (3-73)
g .K
Keterangan :
L = Panjang sebenarnya dari section pipa, ft
V = Kecepatan liquid rata-rata, ft/sec
Rp = Kecepatan pompa, rpm
C = Faktor jenis pompa
= 0,2 simplex double acting
= 02 duplex single acting
= 0,115 duplex double acting
= 0,066 triplex
= 0,040 quintuplex
= 0,028 septuplex
K = Compressibility factor
= 1,4 jika tidak ada compressibility
= 1,5 amine dan glycol, air terproduksi
= 2,0 crude oil
= 2,5 relatively compressibility liquid (contoh = hot oil ethane)
Mengenai kapasitas dari pompa, besarnya dapat dihitung dengan persamaan :
d 2 .s.SN d 2 .s.SN
Qm Q
atau D …………………………......... (3-74)
294 8,57
Keterangan :
183
Qm = Galon air/menit
Qd = Bbl air/hari
d = Diameter, in
s = Stroke, in
S = Stroke/menit untuk tiap-tiap plunger
N = Bersarnya efective plunger stroke, (3 untuk triplex, 4 untuk qudruplex
dan 4 untuk duplex double acting).
Injeksi uap merupakan suatu proses pendesakan minyak seperti halnya dengan
injeksi air. Uap diinjeksikan secara terus-menerus melalui sumur injeksi dan minyak
yang didesak diproduksikan melalui sumur lain yang berdekatan. Selama uap
bergerak di dalam reservoir antara sumur injeksi dan sumur produksi, terbentuk
daerah atau zona-zona yang masing-masing memiliki karakter tersendiri. Zona-zoan
tersebut dibagi berdasarkan adanya perbedaan temperatur dan saturasi fluidanya,
zona-zona tersebut adalah zona uap, zona solvent, zona air panas, zona kondensat
temperatur rendah atau oil bank, dan zona fluida reservoir.
Masing-masing zona mempunyai mekanisme pendesakan terhadap minyak
sehingga menyebabkan distribusi saturasi fluida yang tidak merata. Profil temperatur
di dalam reservoir antara sumur injeksi dan sumur produksi akan berubah berangsur-
angsur yaitu semakin turun. Gambar 3.24, menjelaskan kondisi yang terbentuk
dengan adanya uap yang diinjeksikan ke dalam reservoir dan dapat ditunjukkan
bahwa saturasi minyak sisa yang terkecil terjadi pada zona uap.
185
Gambar 3.24
Distribusi Temperatur Dan Saturasi Injeksi Uap Di Reservoir 11)
Saat uap diinjeksikan, suatu zona yang jenuh uap akan terbentuk di sekitar
sumur injeksi dan zona uap ini terus meluas sejalan dengan jumlah uap yang
diinjeksikan, karena adanya persentuhan antara uap dengan formasi dimana
temperatur formasi lebih rendah, maka akan terjadi proses kondensasi uap yang
selanjutnya membentuk zona kondensat panas.
Minyak meninggalkan zona uap karena adanya proses destilasi uap, dimana
fraksi minyak ringan akan menguap membentuk zona baru yaitu zona solvent di
depan muka zona uap dan karena pengaruh penurunan temperatur, maka minyak akan
berkurang viskositasnya dan minyak akan didorong oleh muka zona uap maupun
186
zona air panas. Uap yang diinjeksikan akan terkondensasi membentuk zona
kondensat dingin seiring dengan berjalannya waktu. Besarnya saturasi minyak sisa
tergantung pada besarnya saturasi minyak awal dan faktor lainnya yaitu temperatur
dan komposisi minyak.
A. Sifat-Sifat Uap
Jika 1 lb dipanaskan pada tekanan konstan P s (psia) dari temperatur awal Ti
(oF) hingga mencapai temperatur jenuh Ts (temperatur maksimum sebelum air
tersebut menjadi uap), maka banyaknya panas yang diserap oleh air h w, pada kondisi
tersebut dituliskan dengan persamaan :
hw = Cw (Ts – Ti), dan Ti ≥ 32 oF ............................................................ (3.75)
dimana :
Cw = Kalor jenis air, BTU/lb-oF pada temperatur antara Ti - Ts
Penambahan panas yang terus berlangsung pada air dengan temperatur Ts
tersebut, akan menyebabkan mulai terbentuknya uap, tetapi ternyata temperatur air
tersebut tidak berubah sampai semua air berubah menjadi uap. Jumlah panas 1v
(BTU/lb) yang dibutuhkan untuk merubah fasa air dari liquid menjadi uap pada
temperatur dan tekanan yang sama disebut entalphi penguapan (enthalpy of
vapourization).
187
Uap pada temperatur Ts dan tekanan Ps disebut uap jenuh. Panas yang
dikandung uap tersebut dinyatakan dengan persamaan :
hs = hw + 1v ............................................................................................. (3.76)
Pemanasan lebih lanjut dengan mengusahakan tekanan konstan pada P s, akan
mengubah uap jenuh (pada temperatur T s dan tekanan Ps) menjadi superheated steam,
dengan temperatur Tsup dan tekanan Ps. kandungan panas dari uap superheated
dihitung dengan persamaan :
hsup = hs + Cs (Tsup – Ts) ........................................................................ (3.77)
dimana :
Cs = Kalor jenis air, BTU/lb-oF pada temperatur antara Ts - Tsup
Jika jumlah panas yang diserap oleh air pada temperatur Ts adalah X1v,
dimana X (lb) adalah fraksi air yang dibuat menjadi uap. Uap dalam keadaaan ini
merupakan campuran dari air jenuh. Uap ini merupakan uap basah dengan kualitas X.
kandungan panas hs atau entalpi dari campuran diberikan sebagai berikut :
hs = hw + X1v ....................................................................................... (3.78)
volume 1 lb uap basah tersebut adalah :
V = (1-X) Vw + XVs .............................................................................. (3.79)
Dimana:
Vw = Volume air jenuh
Vs = Volume uap jenuh
B. Enthalpy Uap
Enthalpy adalah suatu ukuran kandungan panas dari suatu fluida. Enthalpy air
sama dengan nol untuk temperatur 32 oF dan tekanan 0.08866 psi. Kandungan panas
dinyatakan dalam BTU/lbm. BTU (British Thermal Unit) didefinisikan sebagai panas
yang diperlukan untuk menaikkan temperatur 1 lb air, 1 oF. Ada tiga daerah yang
berbeda untuk perhitungan enthalpy air atau uap, yaitu daerah sensible heat, latent
heat, dan super heat.
188
Air mulai mendidih pada tekanan konstan, jika air pada 32 oF dipanaskan
hingga temperatur saturasinya, sebelum air berubah menjadi uap pada temperatur
saturasi. Jumlah panas yang diserap oleh air disebut sensible heat, yang dinyatakan
dengan persamaan :
hf = Cw (Ts – 32) ....................................................................................... (3.80)
dimana :
hf = Sensible heat atau enthalpy air, BTU/lb
Ce = Panas jenis air rata-rata, BTU/lb-oF
Ts = Temperatur saturasi, oF
Bila air pada Ts dipanaskan lebih lanjut dengan tekanan konstan yang sama,
air terus menerus menyerap panas tanpa perubahan temperatur hingga air sama sekali
berubah menjadi uap. Peningkatan kandungan panas laten dari penguapan uap atau
disebut enthalpy steam. Kandungan panas dari uap kering panas Ts, dinyatakan
dengan persamaan :
hs = hf + hfg .............................................................................................. (3.81)
dimana :
hs = Kandungan panas uap kering, BTU/lb
hfg = Panas laten dari penguapan uap atau enthalpy uap, BTU/lb
Wet steam (uap basah) terjadi bila sebagian uap berupa cairan dan sebagian
berapa uap kering. Enthalpy total dari uap basah didasarkan pada fraksi berat dari uap
kering yang dikandungnya atau disebut sebagai kualitas uap.
Gambar 3.25 menunjukkan diagram hubungan antara tekanan dan entalpi uap.
Tiap diagram dapat digunakan untuk memperkirakan panas total atau entalpi dari uap
pada suatu kualitas harga dan tekanan tertentu. Contoh uap dengan kualitas 20 %
pada tekanan 400 psia dan 450 oF adalah sekitar 580 BTU/lb. Gambar 3.24 juga
menunjukkan bahwa pada tekanan dan temperatur yang sama, entalpi dari air pada
kondisi jenuh (X = 0) adalah sekitar 425 BTU/lb, dan entalpi dari uap jenuh (X = 1)
adalah sekitar 1200 BTU/lb. ini berarti kandungan energi dari uap adalah 2.8 kali dari
kandungan air pada tekanan dan temperatur yang sama.
189
Gambar 3.25
Diagram Tekanan Dan Enthalpy Untuk Uap 19)
Daerah perhitungan enthalpy yang ketiga adalah enthalpy yang lebih besar
dari pada panas uap kering. Uap di daerah ini disebut sebagai superheated steam.
Kualitas uap panas atau steam quality adalah perbandingan antara massa uap
(water vapour) dengan massa total uap panas (steam). Perpindahan panas yang efektif
paling banyak muncul ketika panas laten dari penguapan dilepaskan saat uap panas
terkondensasi menjadi air panas. Makin tinggi kualitas uapnya, makin banyak panas
yang diberikan ke reservoir per BSCWE. Analisa panas selesai dengan kualitas uap
yang telah diasumsikan di lapisan target. Pola dapat tidak memenuhi perkiraan yang
dibuat akibat dari kualitas uap dan injeksi panas yang berada di bawah asumsi
semula.
Pada umumnya, laju alir injeksi panas diukur secara berkala dan digunakan
dalam plot-plot performa dengan kualitas yang telah diasumsikan sebelumnya.
Produksi minyak merupakan respon dari injeksi uap yang efektif, bukan dari BSCWE
yang digunakan pada basis volume. Pengetahuan tentang kualitas uap dan laju alir
uap di kepala sumur dapat digunakan untuk estimasi injeksi uap yang efektif pada
lapisan target.
Faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas uap :
1. Elevasi struktural dari kepala sumur injekstor dibandingkan dengan mesin
pembangkit uap (dapat mempunyai kualitas). Injektor yang lebih tinggi
elevasinya secara structural cenderung menerima kualitas uap yang lebih
tinggi karena perbedaan densitas uap dengan cairan.
2. Injektor yang terletak jauh dari mesin pembangkit uap cenderung menerima
kualitas uap yang lebih rendah. Diasumsikan bahwa injector yang jauh dari
generator menerima uap yang telah melalui jark yang cukup jauh dalam
sistem distribusinya. Kualitas menjadi lebih rendah karena adanya kehilangan
panas.
3. Laju alir yang keluar dari “dead and tee” dapat menyebabkan phase splitting
dari uap. Peralatan pemisahan uap seperti splittigator, dapat memisahkan fasa-
fasa dan mencampurnya kembali untuk memperoleh kembali kualitas yang
ditargetkan ketika aliran yang tidak normal terjadi.
D. Spesifik Volume Uap
191
Spesifik volume (volume jenis) uap tergantung pada tekanan dan kualitas uap,
hubungan ini dinyatakan dalam persamaan :
V = Vf (1 – fs) + Vg fs .............................................................................. (3.83)
Dimana :
V = Spesifik volume uap, cuft/lbm
Vf = Spesifik volume cairan jenuh, cuft/lbm
Vg = Spesifik volume uap jenuh, cuft/lbm
fs = Kualitas uap, fraksi
Gambar 3.26
Diagram Tekanan – Spesifik Volume Untuk Air 11)
Harga Vf dan Vg dapat diperoleh dari steam tabel. Gambar 3.26 memberikan
harga-harga spesifik volume untuk berbagai tekanan dan kualitas uap.
Volume satu barrel cold water equipment (BCWE) uap, dapat ditentukan
dengan persamaan :
192
V = m x v ................................................................................................ (3.84)
Dimana :
v = Volume uap, cuft
m = Berat satu barrel air = 350 lbm
E. Tabel Uap
Tabel uap adalah tabel standar yang memberikan sifat-sifat dari saturated
steam dan superheated steam. Tabel uap akan memberikan sifat-sifat uap seperti
spesifik volume (cuft/lb), enthalpy (BTU/lbm), entropy (BTU/ oF). Tabel 3.3,
menunjukkan tabel uap untuk uap jenuh.
Tabel III-4
Tabel Uap Untuk Uap Jenuh 11)
1. Destilasi Uap
Destilasi uap merupakan mekanisme perolehan yang paling utama pada
pendesakan uap. Destilasi uap terjadi karena fraksi minyak ringan terpisah lebih awal
akibat kenaikan temperatur. Campuran minyak dan air mempunyai tekanan uap total
yang merupakan penjumlahan tekanan uap minyak dan air dengan masing-masing
fraksinya. Fluida akan mendidih jika tekanan uapnya sama dengan tekanan system,
untuk keadaan tersebut titik didih campuran minyak dan air lebih rendah dari pada
titik didih minyak atau air saja, dengan demikian pemisahan campuran minyak dan
air terjadi lebih awal. Campuran tersebut kaya dengan fraksi minyak ringan.
Destilasi uap juga mengakibatkan pemecahan minyak yang terjebak pada pori
yang tidak berhubungan, dengan adanya pemecahan, minyak akan terdistribusi ke
dalam pori yang saling berhubungan sehingga ada kemungkinan untuk didesak.
Gambar 3.26 menunjukkan efek pemecahan minyak pada pendesakan uap.
Minyak yang diproduksikan sebelum tembus uap lebih ringan daripada
sesudah tembus uap karena adanya destilasi uap. Perolehan dengan mekanisme
destilasi uap lebih banyak hasilnya untuk minyak ringan karena mengandung fraksi
ringan yang lebih banyak dibandingkan dengan minyak berat.
2. Penurunan Viskositas
194
Fraksi minyak ringan yang didesak oleh uap akan mengalami perbandingan di
zona kondensat panas sehingga viskositas minyak akan turun, kenaikan suhu
menaikkan perbandingan mobilitas air-minyak. Turunnya harga viskositas akan
mengakibatkan naiknya perbandingan mobilitas air-minyak sehingga minyak akan
lebih mudah mengalir ke permukaan.
Pendesakan di zona kondensat, panas minyak dengan air panas akan lebih
baik dibadingkan air dingin karena adanya perbedaan suhu. Minyak dengan viskositas
rendah menjadi mobile, tetapi seiring dengan penurunan suhu maka viskositas
mengalami kenaikan kembali sehingga menghalangi aliran minyak akibatnya minyak
terkumpul di zona kondensat dingin. Minyak yang terkumpul ini menaikkan saturasi
minyak.
Gambar 3.27
Efek Pendesakan Minyak Pada Pendesakan Uap 11)
3. Pengembangan Panas
195
5. Pendesakan Tercampur
Uap yang menjadi dingin dapat bercampur dengan minyak membentuk system
emulsi air-minyak. Proses emulsifikasi terjadi selama proses pendesakan berlangsung
. agitasi (pengadukan) yang dibutuhkan untuk membentuk emulsi berasal dari
kecepatan uap dan air panas. Emulsi yang terjadi dpat menghambat aliran dan
menaikkan tekanan reservoir selama pendesakan uap berlangsung, disamping itu
emulsi dapat mengurangi penerobosan uap.
Dimana :
Ho = Laju alir konstan, BTU/jam
K = Konduktivitas lapisan di atas/bawah, BTU/jam-ft-oF
A(t) = kumulatif daerah yang terpanaskan pada saat t, ft2
MR = Kapasitas panas volumetric reservoir, BTU/ft3-oF
h = Ketebalan reservoir (net), ft
∆T = Ts – TR, oF
D = k/MR
197
Gambar 3.28
Model Distribusi Phasa – Temperatur Marx & Langenheim 11)
H 1 H o 1 e t D erfc t D ......................................................................... (3.89)
Laju injeksi panas dapat dihitung dari laju injeksi uap seperti berikut ini :
199
H o 350Qinj Xh fg h1 ho .................................................................. (3.90)
Dimana :
Ho = Laju injeksi panas, BTU/hari
Qinj = Laju injeksi Uap, BBL/hari
X = Kualitas uap pada dasar sumur, fraksi
hfg = Enthalpy penguapan pada tempertur Ts, BTU/lbm
h1 = Enthalpy air pada temperature Ts, BTU/lbm
ho = Enthalpy air pada teperatur TR, BTU/lbm
Panas yang masih tersisa di dalam reservoir setelah suatu jangka waktu
tertentu dari saat penginjeksian uap dihitung dengan persamaan :
H o M R 2 h 2
Hr 2 G (t D ) ..................................................................... (3.91)
4 K h
Setiap harga tD, harga G dan H dapat ditentukan dengan menggunakan Tabel
3.5 Error Function atau dapat didekati dengan persamaan empirik :
G (tD) = 1.48 tD1.085 jika tD ≤ 0.01 ................................................ (3.92)
= 0.85 tD0.96 jika 0.01 ≤ tD ≤ 0.1
= 0.63 tD0.93 jika 0.1 ≤ tD ≤ 1.0
= 0.63 tD0.6 jika 1.0 ≤ tD
Radius daerah yang terpanaskan dapat dihitung dengan mengasumsikan
bahwa daerah yang terpanaskan berbentuk radial :
0.5
A
rh ............................................................................................. (3.93)
Jumlah panas yang masih tertahan pada lapisan pasir produktif dihitung
dengan persamaan :
H oM R2h2 D
Q AhM R T G (t D ) ................................................... (3.94)
4k 2
200
Jumlah minyak yang tersapu dari zona uap panas dapat dihitung berdasarkan
atas kesetimbangan massa, sehingga diasumsikan minyak di zona uap panas
merupakan saturasi minyak tersisa yang tidak tersapu oleh uap panas. Minyak
diasumsikan terproduksi setelah injeksi steam dilakukan, dalam metode ini.
Persamaan yang digunakan untuk menentukan jumlah akumulasi minyak adalah :
( Soi Sor )htA(t ) fs
Np (t ) .............................................................. (3.95)
5.62 Bo
dimana :
Np = Jumlah akumulasi produksi minyak, BBL
Soi = Saturasi minyak mula-mula, %
Sor = Saturasi minyak residual, %
ht = Ketebalan reservoir total, ft
Bo = Faktor volume formasi minyak, BBl/STB
A(t) = Luas area uap panas, ft2
fs = Kualitas uap panas, %
201
Tabel III-5
Tabel Error Function 11)
202
dimana :
Qi = Kumulatif injeksi panas, BTU
Ehs = Effisiensi panas, tak berdimensi
MR = Kapasitas panas volumetric reservoir, BTU/ft3-oF
Kumulatif injeksi panas, dihitung dari laju injeksi panas, Hi :
Qi 350 xis x (C w xTxf s xLv )
dimana :
is = Laju injeksi steam, BBL/hari
Cw = Spesifik panas air, BTU/lbm-oF
fs = Kualitas panas steam, %
Lv = Panas laten uap, BTU/lbm
Effisiensi panas sebelum waktu kritik tercapai dihitung melalui persamaan :
1 tD tD
Ehs e erfc t D 2 1 ...................................................... (3.97)
tD
203
1 t tD (t D t eD ) 1 t t 3 tD t t
e D erfc t D 2 1 D eD e erfc t D D eD
tD 1 fhD 3 3 t D
........................................................................................................................... (3.98)
dimana :
tD = Waktu, tak berdimensi
teD = Waktu kritis, tak berdimensi
Perbandingan panas laten terhadap entalphy fluida dihitung dengan persamaan :
f s xLv
FhD ....................................................................................... (3.99)
C w xT
…………………………………………………………. (3.100)
Waktu kritis (teD) ditentukan dengan persamaan :
1
et eD .erfc t eD
1 FhD
……………………………………………….. (3.101)
teD dapat pula dihitung dengan persamaan :
teD = 0.48 FhD1.71 ……………………………………………………... (3.102)
Area yang terpanasi oleh zona steam dapat dihitung dari persamaan :
Vs
A , ft 2 …………………………………………………………… (3.103)
ht
dimana :
Vs = Volume area yang terpanasi oleh zona steam, ft3
ht = Ketebalan area yang terpanasi oleh zona steam, ft
Kumulatif produksi minyak pada akhirnya dapat dihitung dengan persamaan :
204
BBL hn
Np 7758 ( S oi S or ) E cVs ................................................(3.104)
Acreft ht
Gambar 3.29
Metode Injeksi Uap Myhill & Stegemeir 11)
1. Membaca kehilangan panas secara vertical (fhv) sebagai fungsi injeksi panas dari
Gambar 3.30
2. Menghitung besarnya panas yang diinjesikan dengan Persamaan 3.105 :
Qinj 0.128 Ih(1 f hv )t i ..............................................................
(3.105)
dimana :
Qinj = Laju injeksi panas, MMBTU/gross acreft
I = Laju injeksi, BBL/D/gross acreft
h = Enthalpy, BTU/lbm
∆t = Waktu, tahun
i = Indeks pertambahan waktu
3. Menghitung faktor pemakaian panas, Y dari Gambar 3.31
4. Menghitung laju panas efektif dengan Persamaan 3.106 :
Qe = Qinj x Y ..........................................................................................(3.106)
5. Menghitung besarnya perolehan minyak dari Gambar 3.32
6. Mengulangi langkah-langkah di atas untuk pertambahan waktu
Besarnya perolehan minyak ditentukan dari langkah-langkah di atas denagn
menjumlahkan uap yang diinjeksikan secara kumulatif, besarnya ratio minyak/uap
juga dapat dihitung.
206
Gambar 3.30
Kehilang Panas Terhadap Lapisan Overburden Dan Underburden 7)
207
Gambar 3.31
Faktor Penggunaan Panas Sebagai Fungsi Kualitas Steam 7)
Gambar 3.32
Recovery Minyak Sebagai Fungsi Panas Efektif Injeksi
Dan Saturasi Minyak Mobile 7)
208
Gambar 3.33
Enthalpy Wet Steam Sebagai Fungsi Kualitas Steam Dan Tekanan 7)
3.5.3.5. Perencanaan Operasi Injeksi Uap
A. Pola Sumur Injeksi – Produksi
Pola sumur injeksi-produksi dibedakan sesuai dengan proyeksi di permukaan
dari titik sumur menembus reservoir. Susunan sumur injeksi-produksi dapat
merupakan pola teratur dan pola tidak teratur.
Keteraturan pola sumur injeksi-produksi dipengaruhi oleh keteraturan dalam
kedudukan sumur yang dibor. Penempatan sumur injeksi relatif terhadap sumur
produksi dipengaruhi oleh geometri reservoir, jenis natural drive, kemiringan formasi,
dan arah permeabilitas utama.
Central Flooding
Central flooding atau centre-to-edge flooding adalah pola sumur injeksi-
produksi, dimana sumur-sumur injeksi terletak di tengah-tengah reservoir, sedangkan
sumur-sumur produksi mengelilinginya. Pola central flooding digunakan pada kasus
dimana permeabilitas pada zona di luar batas reservoir adalah rendah, reservoir
dengan tudung gas atau pada reservoir stratigrafi.
209
Gambar 3.34
Central Flooding 18)
Peripheral Flooding
210
Gambar 3.35
Peripheral Flooding 18)
Pattern Flooding
211
Gambar 3.36
Pattern Flooding 6)
Tabel III-6
Karakteristik Pola Sumur Injeksi-Produksi
18)
Pattern Ratio of producing wells Drilling pattern required
To injection wells
Four spot 2 Equilateral triangle
213
B. Laju Injeksi
Penentuan laju injeksi optimal dalam operasi injeksi uap bertujuan untuk
meningkatkan recovery dengan maksimum dengan biaya seminimum mungkin. Laju
injeksi berhubungan dengan efisiensi panas dalam zona uap pada proses pendesakan
minyak. Laju injeksi optimal lebih banyak tergantung dari ukuran pola dari pada
ketebalannya. Injeksi uap dalam lapisan yang tipis akan mempunyai efisiensi yang
rendah dibandingkan pada lapisan dengan ketebalan yang besar.
Hubungan antara laju injeksi optimal terhadap ketebalan luas pola
berdasarkan hasil studi dan data operasi ditunjukkan pada Tabel III-7.
Tabel III-7
Korelasi Laju Injeksi Optimal Terhadap Ketebalan Dan Luas Pola (Five
Spot)
Berdasarkan Hasil Studi Dan Data Operasi
18)
Hasil Studi Dan Luas pola Ketebalan Laju injeksi
Data Operasi (acre) (ft) optimal (BBL/D)
Chu - Trimble 2.5 30 225
2.5 90 225
214
5.0 30 375
5.0 90 400
Bursell – Pitmann 2.5 55 300
Gomaa et al 53.6 250 500
Van Dijk 15 80 1250
formasi. Uap bercampur air panas yang keluar dari generator kemudian masuk ke
dalam manifold yang akan membagi ke tiap-tiap sumur injeksi. Distribusi ke tiap
sumur injeksi menggunakan pipa yang diisolasi untuk menghindari hilangnya panas.
Gambar 3.37
Steam Generator Unit 11)
Pipa Uap
Perencanaan instalasi pipa uap di permukaan didasarkan atas laju kehilangan
Panas yang terjadi. Kehilangan panas diusahakan sekecil mungkin dengan cara
mengambil jarak untuk system distribusi yang paling optimal. Generator uap dan
wellhead sumur injeksi dilengkapi dengan check valve adalah untuk memulai,
memberhentikan, danmengatur aliran uap.
Instalasi uap dilengkapi dengan sambungan-sambungan ynag memungkinkan
aanya pengembangan dari bahan yang digunakan. Sambungan ini terdapat padatiap
ujung pipa sehingga adanya ekspansi thermal akan dinetralkan sambungan ini.
216
Sebelum air mentah dari sumber dipanaskan dalam generator uap, maka
terlebih dahulu dilakukan treatment untuk menghilangkan kotoran yang terkandung di
dalamnya. Air mentah pada umumnya mengandung kotoran yang dapat berupa
butiran-butiran keras, gas terlarut, besi, mangan, alumunium, silica, bakteri, minyak,
dan lumpur. Butiran-butiran keras biasanya dijumpai sebagai kalsium karbonat,
kalsium sulfat, kalsium silikat, magnesium hidroksida, dan magnesium silikat.
Butiran-butiran keras ini dapat dihilangkan melalui proses zeolite yang secara
popular dikenal sebagai sodium cation exchange, cara ini juga bisa menghilangkan
butiran-butiran keras seperti : besi, barium, mangan, alumunium. Selain proses
zeolite, terutama untuk air payau butiran-butiran keras yang terdapat dalam air
dihilangkan dengan lime (kalsium hidroksida) dan soda ash (natrium karbonat).
Secara tidak langsung cara ini juga dapat menghilangkan padatan tersuspensi seperti
218
besi, alumunium, karbon dioksia bebas, beberapa macam silica dan minyak.
Generator uap bersuhu tinggi menggunakan lime-soda softening dengan temperature
operasi antara 212 – 250 oF sehingga akan menghasilkan air dengan butiran-butiran
keras kurang dari 5 ppm kalsium karbonat, bila dalam air ini ditambahkan EDTA
(ethylene diamine tertaacetic acid) maka bisa diperoleh air dengan zero hardness.
Gas terlarut seperti : oksigen, hydrogen sulfide, karbon dioksida
mengkibatkan terjadinya korosi dan pengkaratan. Oksigen dapat dihilangkan dengan
deaeration dan oxygen scavenger. Oxygen scavenger kebanyakan memakai sodium
sulfide dengan katalisator kobal. Selain itu juga bisa digunakan hydrazine. Hydrogen
sulfide pada umumnya dihilangkan dengan deaeration dan chlorination, sedangkan
karbondioksida dihilangkan dengan deaeration dan netralisasi.
Bakteri dapat dibunuh dengan chlorination. Air yang mengandung minyak
tersuspensi akan mengurangi efisiensi generator uap. Minyak akan membentuk
lapisan tipis sehingga mengurangi perpindahan panas dari boiler ke air. Minyak dapat
dihilangkan dengan skimmer tank yang berisi filter antrasit. Lumpur yang terdapat
dalam air dihilangkan dengan pengendapan dan penyaringan.
Tipe generator pada proyek-proyek injeksi uap pada umumnya dibatasi oleh :
Butiran-butiran keras ≤ 10 ppm
Oksigen yang terlarut ≤ 1 ppm
Padatan yang terlarut ≤ 2500 ppm
Silica yang terlarut ≤ 5 ppm
pH larutan berkisar antara 9 - 10
Fasilitas instalasi injeksi uap secara skematik di lapangan ditunjukkan pada
Gambar 3.38.
219
Gambar 3.38
Komplesi Sumur Injeksi Di Permukaan 18)
220
Gambar 3.39
Skematik Aliran Fasilitas Di Permukaan 11)
Kedalaman, ft 300-5000
Temperatur, oF Tidak kritis
Jenis Batuan Sandstone dengan porositas dan permeabilitas besar
Fluida Reservoar
Gravity, oAPI < 25 (kisaran normal 10-25)
Viskositas, cp > 20 (kisaran normal 100-5000)
Tidak kritis tetapi adanya komponen ringan akan
Komposisi membantu
Gambar 3.40
Pergerakan Muka Pembakaran Pada Forward Combustion 18)
Gambar 3.41
Proses In-Situ Combustion
(Don W.Green and Willhite, G.P., 1998)
223
Gambar 3.42
Distribusi Temperatur 9)
Mekanisme utama yang berpengaruh dalam aliran minyak pada daerah hot
water adalah ‘gas stripping’ dan pada daerah steam plateau adalah ‘steam
destillation’. Gas stripping adalah proses mekanis dimana komponen ringan dari fasa
minyak terpisah secara fisik dengan memakai aliran gas. Pemisahan terjadi sebagai
akibat perbedaan potensial kimia yang terjadi pada di bawah temperatur titik nyala
224
dari pencampuran minyak dan air. Efektifitas dari mekanisme ini bergantung kepada
komposisi minyak, system tekanan, dan laju injeksi gas.
Mekanisme yang efektif dalam daerah hot water adalah pengurangan
viscositas dan ekspansi thermal. Bila penyulingan minyak ringan adalah sulit, maka
gas stripping menjadi mekanisme berpengaruh yang mendominasi pada aliran minyak
di daerah hot water ini. Pada saat effisiensi gas stripping rendah pada laju injeksi
rendah dan tekanan sistem tinggi, maka pemindahan fraksi minyak ringan dilakukan
oleh steam destilation.
Steam destilation secara umum meliputi tiga fasa (termasuk fasa solid) yaitu
dua fasa liquid immiscible dan fasa uap. Pada kondisi kesetimbangan, setiap fasa
immiscible memperbesar tekanan partial sampai tekanan sistem pada temperatur yang
ditentukan. Ketika tekanan sistem sama atau lebih kecil dari jumlah tekanan uap,
campuran liquid akan mendidih dan melepaskan komponen uap. Tekanan uap dari
setiap liquid akan selalu lebih rendah dari temperatur didih dari masing-masing fasa.
Konsekwensinya, dalam daerah steam plateau sebagian minyak yang tersuling adalah
efektif pada temperatur lebih rendah dari temperatur didih air.
Laju penguapan air pada daerah steam plateau pada prinsipnya mempertinggi
efisiensi steam distillation sejak percampuran dua fasa liquid. Laju perubahan fasa ini
akan membantu melepaskan sebagian minyak dari pori-pori kecil karena ekspansi
dari uap air.
Pada proses in situ combustion, gas-gas inert ikut serta dalam steam
distillation. Gas-gas inert tersebut akan mendesak tekanan partial ke sistem dan
bekerja sebagai pembawa hasil sulingan. Karena itu, keberadaan gas inert ini
diharapkan menambah effisiensi steam distillation.
Udara yang diinjeksikan melalui sumur injeksi dapat ditambah air, artinya
udara injeksi tidak kering melainkan mengandung air. Berdasarkan kadar air pada
udara injeksi, forward combustion dapat dibagi dalam:
Dry Combustion
225
Wet Combustion
Combination of Forward Combustion and Water Flood (COFCAW)
A. Dry Combustion
Merupakan jenis yang paling banyak digunakan pada forward combustion dan
juga in situ combustion. Pada jenis ini, injeksi udara tidak sedikit pun mengandung
air, jadi merupakan udara kering. Udara ini bercampur/bereaksi dengan bahan bakar
di reservoir; campuran ini akan terbakar (menyala) pada temperatur tertentu. Daerah
di depan muka pembakaran akan mengalami kenaikan temperatur dan perambatan
pembakaran akan terjadi dengan adanya udara yang bercampur dengan bahan bakar.
Pada daerah di belakang muka pembakaran, pembakaran akan berlangsung terus
hingga bahan bakar habis.
Di bawah kondisi steady state, reservoir dapat dibagi menjadi empat zona,
yaitu :
1. Zona 1 : pembakaran telah berlangsung dan formasi pada zona ini sama
sekali bersih. Udara injeksi terpanasi oleh panas matriks batuan dan sebagian
dari energi pembakaran diperoleh dari jalan ini.
2. Zona 2 : zona pembakaran. Oksigen dikonsumsi oleh reaksi pembakaran
yang meliputi hidrokarbon dan coke sisa dari permukaan batuan. Temperatur
di zone ini pada dasarnya bergantung pada sifat batuan, liquid dan gas per
unit volume formasi.
3. Zona 3 : zona formasi coke. Fraksi minyak berat yang tidak terpindahkan
maupun yang tidak teruapkan melalui proses pyrolysis. Cracking terjadi
dengan kehadiran oksigen.
4. Zona 4 : tidak terdapat perubahan kimia yang berarti. Zona yang terlalui gas
pembakaran dan perpindahan fluida dan mengikuti fenomena yang terjadi,
yaitu:
226
a. Pada bagian hilir dekat dengan zona reaksi, terjadi penguapan dan
kondensasi dari fraksi minyak ringan dan air, seperti kondensasi yang
tejadi pada air pembakaran. Kecenderungan ini mempercepat transfer
panas hilir.
b. Pada daerah dimana temperatur adalah lebih rendah dari temperatur
kondensasi air, zona dengan saturasi air lebih tinggi dari saturasi air
awal terbentuk (water bank) dimana terdesak oleh zona saturasi
minyak yang lebih tinggi dari saturasi minyak awal (oil bank). Bila
viscositas minyak tinggi dapat mengakibatkan formasi plugging.
Dalam setiap kasus, dua daerah bank tersebut adalah zona yang
memiliki pressure loss yang tinggi.
Gambar 3.43
Dry Combustion 13)
227
Keuntungan dari proses ini adalah semua crude oil yang tidak diinginkan akan
terbakar habis meninggalkan suatu daerah yang bersih di belakang zona pembakaran.
Kekurangan dari metode ini adalah:
a. Minyak yang bergerak menuju sumur produksi harus melalui zona dengan
temperatur yang cukup rendah dibandingkan dengan temperatur pembakaran
sebelum mencapai sumur produksi. Jika minyak yang bergerak memiliki
viscositas yang sangat tinggi, pada daerah yang memiliki temperatur yang
lebih rendah tadi dapat terjadi liquid blocking. Liquid blocking adalah
keadaan dimana saturasi gas reservoir kecil dan gas hasil pembakaran menjadi
sulit mengalir, sehingga akan menghalangi percampuran oksigen dengan
bahan bakar yang apabila keadaan ini berlarut-larut maka pembakaran dapat
padam.
b. Panas yang terdapat pada burned zone/burned region tidak dapat
dipergunakan lagi secara efektif dan akan hilang ke lapisan atas dan bawah
dari formasi.
c. Pembakaran ini akan mengambil oksigen dari udara injeksi sehingga
mengakibatkan udara yang sampai di depan muka pembakaran adalah udara
sisa. Pembakaran di zona depan akan kekurangan oksigen dan mengakibatkan
pembakaran di zona tersebut dapat padam.
d. Pada formasi dengan jumlah bahan bakar besar untuk mencapai laju minimum
yang diinginkan, diperlukan rate injeksi udara yang besar agar bahan bakar
yang ada dapat bereaksi dengan oksigen. Hal ini berarti tambahan biaya
kompresi udara.
e. Secara teknis kemampuan kompresor juga terbatas.
B. Wet Combustion
Udara yang diinjeksikan ke reservoir bukan merupakan udara kering tetapi
udara yang mengandung air. Kegunaan air yang diikutsertakan pada udara injeksi ini
adalah untuk menaikkan efisiensi panas.
228
Gambar 3.43.
229
Gambar 3.44
Profil Temperatur dalam Dry dan Wet Combustion
(Carcoana, Aurel., 1992)
Gambar 3.45
Wet Combustion 13)
Gambar 3.46
Pemindahan Panas Pada Forward Combustion 18)
3.5.4.1.2. Reverse Combustion
Arah pergerakan muka pembakaran pada jenis ini berlawanan dengan arah
pergerakan udara injeksi. Penyalaan terjadi di sekitar sumur produksi, bergerak
merambat ke arah sumur injeksi. Udara yang diinjeksikan melalui sumur injeksi
membentuk cerobong-cerobong udara ke arah sumur produksi sehingga pembakaran
dapat berlangsung di dekat sumur produksi dengan sumber oksigen berasal dari
sumur injeksi.
Dilihat dari pergerakan muka pembakaran, minyak produksi reverse
combustion berbeda dengan minyak produksi forward combustion. Pada reverse
combustion minyak produksi telah mengalami pembakaran, bukan hanya efek
konduksi. Terjadinya adalah sebagai berikut, minyak di depan muka pembakaran
akan turun viscositasnya oleh efek konduksi panas dan siap untuk bergerak, karena
tekanan pada sumur injeksi lebih besar dari tekanan sumur produksi, maka minyak
bergerak ke arah sumur produksi melalui zona combustion. Seluruh minyak yang
dapat terbakar di reservoir akan terbakar di zona combustion, sisanya yang bergerak
233
masuk sumur produksi, karenanya mutu minyak jenis ini lebih rendah dari minyak
produksi forward combustion. Tetapi di pihak lain reverse combustion akan dapat
memproduksi reservoir yang mengandung minyak yang immobile semi solid, ini
dapat dijelaskan oleh proses pergerakan muka pembakaran di atas.
Gambar 3.47
Pergerakan Muka Pembakaran Pada Reverse Combustion 9)
(Van. Poleen.H.K)
Terdapat empat zona pada proses reverse combustion ini yang dimulai dari
sumur injeksi, yaitu :
234
1. Zona 1 : formasi pada kondisi awal. Zona formasi ini tersapu oleh udara
injeksi, dan bila temperatur formasi dan oxidability minyak tinggi maka reaksi
oksidasi dapat terjadi.
2. Zona 2 : temperatur bertambah oleh karena kondusi panas dari zona hilir.
Oksidasi yang mulai terjadi memperbesar pertambahan temperatur. Berikut ini
beberapa fenomena yang terjadi yaitu penguapan dari air formasi, destilasi
fraksi minyak ringan dan proses cracking dari hidrokarbon dengan adanya
oksigen. Fraksi liquid dan uap terpindahkan ke hilir, sementara beberapa
komponen membentuk coke.
3. Zona 3 : zona pembakaran. Temperatur maksimum tercapai pada zona ini.
Rekasi oksidasi dan pembakaran melibatkan sebagian besar molekul reaktif
hidrokarbon yang mengkonsumsi seluruh oksigen yang tidak digunakan pada
reaksi oksidasi di zon sebelumnya.
4. Zona 4 : coke yang tidak terbakar tertinggal dalam matriks batuan sedangkan
phasa uap dan liquid bergerak/mengalir ke hilir. Bila tidak terdapat panas
yang hilang, maka temperatur hilir dapat dipertahankan sama dengan
temperatur front pembakaran. Pada kenyataannya, temperatur berkurang
dengan bertambahnya jarak zona pembakaran. Kondensasi dari fraksi minyak
yang terdestilasi terjadi dan membentuk steam.
235
Gambar 3.48
Reverse Combustion 13)
reaksi oksidasi denagn cepat pada temperature 100oF. untuk keadaan seperti ini
dianjurkan agar melakukan injeksi pada tahap pra penyalaan menggunakan gas yang
tidak melakukan reaksi eksoterm dengan crude oil.
Setelah harga saturasi gas ditetapkan, selanjutnya dilakuakn tahap penyalaan.
Daerah penyalaan yang diinginkan adalah dekat dengan sumur injeksi, dan waktu
yang dibutuhkan untuk mendapatkan nyala relatif singkat. Penyalaan yang terjadi
jauh dari sumur injeksi mengakibatkan terjadinya arah gerak pembakaran balik
(reverse). Front pembakaran bergerak ke arah sumur injeksi. Ketika tiba di dekat
sumur injeksi, temperature sumur akan sangat tinggi, melampaui daya tahan peralatan
bawah permukaan. Sedangkan waktu penyalaan yang terlalu lama akan menambah
pengeluaran yang besar.
Untuk mendapatkan penyalaan yang diiginkan, terdapat beberapa metode
dimana pemilihan metode disesuaikan dengan kondisi reservoir. Strange
mengelompokkan metode penyalaan yang ada ke dalam penyalaan spontan dan
penyalaan buatan. Penyalaan spontan mengandalkan reaksi oksidasi antara oksigen
dengan crude oil. Sedangkan penyalaan buatan memerlukan bantuan untuk mencapai
temperatur nyala. Penyalaan buatan mencakup metoda electrical heater, downhole
burner, hot fluid injection dan chemical.
A. Penyalaan Spontan
Hasil oksidasi antara oksigen yang berasal dari injeksi udara dengan crude oil
akan menimbulkan panas. Panas tersebut akan menaikkan temperatur formasi dan
reaksi oksidasi akan lebih mudah berlangsung pada temperatur yang semakin tinggi.
Gambaran pertambahan laju oksidasi crude oil di reservoir dapat dilihat pada gambar
3.46 dimana hubungan umum laju oksidasi terhadap temperatur ditunjukan pada
gambar 3.47. Hubungan tersebut menunjukkan bahwa temperatur akan meningkat
seiring dengan bertambahnya waktu.
238
Gambar 3.49
Pertambahan Laju Oksidasi Crude Oil 18)
Gambar 3.50
Hubungan Laju Oksidasi Dengan Temperatur 18)
Waktu Penyalaan
Dalam proses forward combustion minyak dinyalakan secara spontan dengan
proses penyalaan sebagai berikut: setelah injeksi udara maka terjadi oksidasi terhadap
minyak pada temperatur reservoir disertai kenaikan temperatur scara perlahan.
Kenaikan temperatur ini berpengaruh terhadap laju oksidasi minyak. Proses ini akan
terus berlangsung sehingga temperatur minyak meningkat sampai titik dimana
239
penyalaan spontan terjadi. Pada beberapa kasus, pemanasan udara dapat mengurangi
waktu penyalaan.
Salah satu metode yang digunakan untuk menyalakan minyak adalah dengan
menurunkan pemanas bertenaga tinggi ke dalam sumur injeksi. Hal ini sesuai dengan
prinsip di atas dengan maksud mengurangi waktu penyalaan. Tetapi cara ini akan
meninggalkan sisa pembakaran, yaitu zat yang lebih sulit dinyalakan dibandingkan
dengan minyak.
Cara lain yang sering digunakan adalah dengan memasukkan suatu zat yang
sangat reaktif, yaitu concentrated nitric acid, tetapi cara ini menimbulkan ledakan-
ledakan hebat yang dapat merusakkan peralatan sumur.
Untuk mengurangi waktu penyalaan, dapat dilakukan dengan injeksi udara
pada suhu menengah. Umumnya kenaikan temperatur reservoir sampai 200 oF akan
menghasilkan suatu periode penyalaan satu atau dua hari.
Menurut Tadema dan Widjema (1970), waktu penyalaan dapat diperkirakan
dengan rumus :
i Ci To (1 2T / B)e B / To
ti = .........................................................
86400S o o HAo Pnx B / To
(3.107)
dimana:
ti = waktu penyalaan, hari
i = densitas formasi minyak, kg/m3
o = densitas minyak, kg/m3
Ci = panas jenis formasi, kcal/kg oC
To = temperatur awal, oK
B = konstanta, oK
n = pressure exponent
= porositas
So = saturasi minyak
240
Dimana :
s densitas butiran formasi
Tabel III-9
Harga-Harga Representatif Ao, B dan n
10)
Crude Ao B n
A 3080 8860 0.46
B 925 8640 0.57
241
B. Penyalaan Buatan
Penyalaan buatan memberikan waktu penyalaanya relatif pendek, dan untuk
memperpendek daerah penyalaan dari sumur injeksi. Peralatan komplesi harus dapat
tahan pada temperatur yang tinggi. Metoda penyalaan buatan dapat menggunakan
electric heater, downhole burner, injeksi fluida panas atau chemical.
Electric Heater
Prinsip kerja alat pemabans adalah mengubah energi listrik menjadi
energipanas. Pemanas yang terdiri dari resistance heater dihubungkan oleh kabel
listrik dengan generator atau sejenisnya di permukaan. Electric heater ini terbagi
dalam dua jenis, yaitu:
Batang keramik yang dililiti rangkaian nichrom dan dimasukkan dalam
tabung baja. Kemempuannya memberikan daya sebesar 45 kw.
Campuran baja yang dilapisi dengan elemen pemanas.
Sumber energi yang biasa digunakan di lapangan adalah distribusi jaringan
listrik umum atau generator pembangkit tenaga listrik. Penggunaan generator listrik
memerlukan biaya yang mahal, namun pelaksanaan operasi lebih fleksibel dan lebih
mudah dikontrol.
Electric resistance heater diperasikan dalam sumur injeksi dengan temperature
kra-kira 4000F selama beberapa hari (kira-kira 5 hari). Pekerjaan ini dilakukan untuk
memanaskan daerah sekitar zona sumur injeksi sebelum dilakukannya penyalaan.
Selama beberapa hari pemanasan tersebut, bila carbon oxides ditemukan pada saat
pertama produksi sampel gas maka ini mengindikasikan bahwa penyalaan telah
242
Downhole Burner
Metode downhole burner termasuk dalam kelompok penyalaan buatan. Proses
penyalaan dibantu dengan melakukan pembakaran di lubang sumur, panas dari
lubang sumur dibawa oleh gas ke formasi. Dengan demikian terjadi peningkatan
temperatur formasi dan kemudian tercapai temperatur nyala crude oil.
Untuk menimbukan pembakaran di dasar sumur, dilakukan injeksi udara dan
bahan bakar. Udara dan bahan bakar dialirkan melalui saluran terpisah, dan setelah di
dasar sumur udara dan bahan bakar tersebut bercampur. Pencampuran ini tidak
dengan sendirinya menyala, tetapi diperlukan bantuan alat pemetik api untuk
menyalakannya. Jenis bahan bakar yang umum digunakan adalah gas alam (natural
gas).
Temperatur pembakaran di dasar sumur mencapai 1200 – 2000 oF. untuk
menghindarkan terjadinya kerusakan pada peralatan bawah permukaan akibat
temperatur yang terlalu tinggi, digunakan selubung pelindung panas. Pembakaran
berlangsung di dalam selubung ini, sehingga sentuhan langsung lidah apai
243
Gambar 3.51
Downhole Burner 18)
Injeksi Fluida Panas
Injeksi ini sering dilakukan pada sumur yang dangkal. Apabila dilakukan pada
sumur yang dalam, panas akan banyak yang hilang pada lapisan di atasnya.
Temperatur fluida yang relatif lebih tinggi dari temperatur formasi akan
menaikkan temperatur sumur. Fluida injeksi yang sering digunakan adalah gas/udara,
uap air, atau air panas.
Factor-faktor yang diperhatikan dalam penggunaan metode ini adalah
kapasitas panas dari media injeksi dan hilang panas yang terjadi terhadap kedalaman.
Bila kapasitas panas gas rendah (0.25 Btu/lb-ft), sulit untuk menyalakan formasi
tetapi uap dengan kandungan panas sekitar 1100 Btu/lb menimbulkan masalah pula
pada rangkaian peralatan.
Umumnya dalam operasi injeksi fluida panas digunakan air panas yang
memiliki kapasitas panas antara gas dan uap.
Chemical
Reaksi eksoterm yang terjadi di bawah permukaan menyebabkan terjadinya
kenaikan temperatur crude oil sampai mencapai temperatur nyala. Penggunaan bahan
kimia untuk membantu terjadinya reaksi eksoterm (yang paling umum rekasi
245
oksidasi) merupakan metode yang tepat. Tadema dan Quant menyarankan untuk
menggunakan cairan yang mudah beroksidasi dan untuk lebih mempercepat reaksi
digunakan katalis. Simn mengemukakan bahwa penyalaan dapat pula dilakukan
dengan reaksi oksidasi dari phosphorus in situ. Phosphorus dipisahkan menjadi
karbon disulfide dan kemudian dipompakan ke dalam sumur yang diikuti dengan
injeksi udara untuk menguapkan karbon disulfide sehingga timbullah reaksi oksidasi
yang menimbulkan panas.
Harlan mengembangkan operasi yang dilakukan melalui system tubing packer
denagn mempergunakan asam lemak yang diekstraksi dari linseed oil. Untuk
beberapa waktu dilakukan terlebih dahulu penginjeksian udara, kemudian sumur
diinjeksi dengan nitrogen dan kira-kira 4 barrel bahan kimia yang tersebit di atas.
Selanjutnya dilakukan kembali penginjeksian udara.
Harga x tergantung dari jenis bahan bakar. Semakin besar harga perbandingan atom
C/H, semakin besar harga x.
Bahan baker untuk pembakaran terbentuk selama proses pembakaran,
bersamaan dengan terakumulasinya minyak, air dan gas. Daerah akumulasi
mempunyai jarak yang relatif tetap dari front pembakaran. Pembentukan daerah
akumulasi ini disebabkan panas hasil pembakaran menyebar, menaikkan temperatur
246
sekelilingnya, merubah sifat air dari fluida reservoir. Pada distribusi saturasi
mengikuti pada distribusi temperatur yang terbentuk.
Hasil pengamatan yang dilakukan Martin at al. terhadap hubungan laju injeksi
dengan laju pergerakan perambatan diberikan pada Gambar 3.52. Tube run yang
diamati menggunakan minyak 21.2 oAPI. Laju injeksi minimum 1.0 ft/day. Laju
injeksi di bawah 0.1 ft/day tidak sanggup mempertahankan kelanjutan pembakaran.
Semakain besar flux injeksi, laju pergerakan front bertambah besar.
Kurva hasil pengamatan di atas (Gambar 3.53) tidak berlaku untuk semua
keadaan. Kurva tersebut dapat digunakan sebagai gambaran umum hubungan antara
laju injeksi dangan laju perambatan. Jenis crude oil yang mempunyai derajat API
kecil akan cenderung untuk mengendapkan bahan bakar dalam jumlah yang relatif
besar. Untuk mendapatkan laju pergerakan front yang sama besar, jenis crude oil
derajat API kecil akan membutuhkan laju injeksi yang relatif besar.
248
Gambar 3.52
Laju Injeksi Untuk MendapatkanTemperatur 500 oF Di Atas Temperatur
Awal 18)
Gambar 3.53
Pengaruh Laju Injeksi Terhadap Laju Pergerakan Front 18)
B. Breaktrough
Breaktrough pada in situ combustion adalah heat breaktrough, yaitu peristiwa
sampainya panas pembakaran di sumur produksi. Dengan demikian, secara sederhana
breaktrough dapat didekati dengan menempatkan thermal sensing di dasar sumur
produksi.
Melalui pengamatan fluida produksi didapatkan bahwa breaktrough didahului
oleh kenaikan water cut yang drastis. Kandungan oksigen pada gas yang terproduksi
249
C. Kebutuhan Udara
Faktor utama yang menentukan volume udara yang diperlukan untuk in situ
combustion adalah jumlah suplai bahan bakar (coke) dari minyak yang dibakar dan
effisiensi penggunaan oksigen. Sholwater (1963), melakukan penelitian dan
mengemukakan bahwa variasi tekanan hanya sedikit berpengaruh terhadap kebutuhan
udara. Laju pembakaran juga sedikit pengaruhnya terhadap konsumsi bahan bakar,
tetapi pada laju pembakaran yang tinggi diperlukan jumlah udara yang besar. Volume
udara yang diperlukan untuk membakar 1 lb hidrokarbon dapat diperkirakan dengan
persamaan berikut ini :
R 2.667( A 0.5 B C ) 8
V = R 1 A B R 1 ................................. (3.110)
0.01873
dimana, V = volume udara yang diperlukan untuk membakar 1 lb coke
A,B,C = Persen CO2, CO, dan O2
R = C/H ratio dari hidrokarbon yang dibakar
Sholwater membuat grafik hubungan antara gravity minyak, konsumsi bahan
bakar dan kebutuhan udara seperti ditunjukkan pada Gambar 3.50. Gambar tersebut
diperoleh untuk saturasi minyak So = 60% dan saturasi air Sw = 20%
250
Besarnya jumlah total udara yang dibutuhkan untuk injeksi pada pembakaran
volume bulk reservoir, VRb dalam suatu proyek Dry Forward Combustion dapat
diperkirakan dengan Persamaan 3.111 di bawah ini.
a * R V Rb
Ga (43.56Mscf / acreft ) MMscf ....................................... (3.111)
E O2
dimana :
a*R = Udara yang diinjeksikan untuk pembakaran bulk (formasi),
Mscf/cuft
VRb = Volume reservoir yang dibakar, acre-ft
E O2 = Effisiensi konsumsi oksigen rata-rata, fraksi
Umumnya effisiensi konsumsi oksigen rata-rata sebelum front combustion sampai ke
sumur produksi berkisar antara 0.95 sampai 1.00.
Udara yang dibutuhkan dalam injeksi untuk pembakaran satu satuan volume
bulk reservoir dapat dihitung dengan Persamaan 3.111. Selain perkiraan dengan
menggunakan persamaan tersebut dengan memperhatikan kecepatan front
combustion besarnya a*R juga dapat dihitung yang diturunkan dalam Persamaan
3.112.
Pinj ,ab
a * R a R (10 3 Mscf / scf )
E (3.112)
Psc ,ab O2
dimana :
Pinj,ab = Tekanan injeksi absolut, psia
Psc,ab = Tekanan absolut pada kondisi standart, psia
= Porositas batuan, fraksi
E O2 = Effisiensi konsumsi oksigen, fraksi
aR = Udara yang dibutuhkan untuk membakar volume bulk reservoir,
Mscf/cuft
Udara yang dibutuhkan untuk membakar volume bulk reservoir, aR dihitung
dengan Persamaan 3.113 di bawah ini :
251
451m R
a R (10 3 Mscf / scf ) (4 2m' x) Mscf / cuft .......................
(12 x)
(3.113)
dimana :
mR = Fuel yang dibakar per unit bulk volume reservoir, lbm/cuft
m’ = Perbandingan mol CO2 terhadap (CO + CO2), fraksi
x = Perbandingan atom hidrogen terhadp atom carbon, fraksi
Kebutuhan udara dan konsumsi fuel dapat juga diperkirakn dari percobaan di
laboratorium. Pendekatan lapagan dan laboratorium selalu diguakan untuk analisa
yang saling melengkapi dan saling mendukung. Pendekatan tersebut dapat dilihat
melalui korelasi yang diberikan pada Gambar 3.52 sampai 3.56.
Jumlah kumultif udara yang diinjeksikan per volume minyak yang
terproduksikan dapat dicari dari Persamaan 3.115di bawah ini :
252
Ga(t )
Fao (103Mscf / MMscf ) .......................................................
Np(t )
(3.115)
Gambar 3.54
Grafik Pengaruh Saturasi Minyak Mula-Mula Terhadap Fuel Burned 7)
253
Gambar 3.55
Grafik Korelasi Fuel Burned Terhadap Crude Oil Gravity 7)
Gambar 3.56
Grafik Combustion Drive Fuel Burned Dan Air Requirements Vs Oil Gravity 7)
254
Gambar 3.57
Grafik Fuel Burned Sebagai Fungsi Dari Densitas Minyak Mula-Mula 7)
Gambar 3.58
Grafik Pengaruh Fuel Burned Terhadap Total Air Requirement 7)
a*R dengan ratio air/udara, Fwa. Pada gambar tersebut plot yang ada diberikan dari
hasil percobaan Garon dan Wygel, Burger dan Shaquel, Dietz dan Weidjema serta
Parrish dan Craig.
Gambar 3.59
Grafik Pengaruh Ratio Air/Udara Terhadap Kebutuhan Udara
Untuk Pembakaran Satu Unit Volume Reservoir 7)
256
Untuk menghitung besarnya udara yang diinjeksikan per unit minyak yang
terproduksi dihitung dengan Persamaan 3.116.
a *R
Fao Ecb (5.615cuft / BBL) ......................................
(S oi S oF ) EO2
(3.116)
dimana Ecb adalah besarnya perolehan minyak yang dinyatakan dalam fraksi minyak
yang didesak dari burtn zone. Ecb merupakan slope dari Gambar 3.57. Untuk
menghitung besarnya volume steam zone dapat dicari dengan Persamaan 3.117 di
bawah ini.
M RVs Tt D
(43560cuft / acreft )
Qi
tD tD
e t D .erfc (2 Fv 1) 1 (2 Fv 1)erfc ............
4 Fv ( Fv 1) 4 Fv ( Fv 1)
(3.117)
dimana Fv adalah ratio kecpatan front panas konveksi terhadap front combustion.
257
Gambar 3.60
Grafik Perkiraan Recovery Minyak Vs Volume Pembakaran 7)
Untuk menghitung besanya rasio kecepatan front konveksi terhadap kecepatan
front combustion dapat dihitung dengan Persamaan 3.118.
a *R M w Ma
Fv (10 3 scf / Mscf ) (5.615 x10 Mscf / BBL) Fwa
3
...(3.118)
EO2 M R Mw
dimana Ma adalah kapasitas panas volumetrik udara dan Mw merupakan kapasitas
panas volumetrik air serta MR adalah kapasitas panas volumetri reservoir.
Tabel III-11
Sifat Mekanik Baja Grade API
Pd o 100
t t c t th ..................................... (3-121)
2( SE PY ) 100 ToI
Keterangan :
t = Ketebalan pipa terpilih untuk spesifikasi pipa salur, in.
260
Tabel III-12
Urutan/alur yang di Ijinkan untuk Perhitungan Ketebalan Pipa, ANSI B 31.3
(Arnold, Ken., 1986)
Tabel III-13
Tekanan Dasar yang di Ijinkan untuk pipa Grade B Seamless, Psi
(Arnold, Ken., 1986)
Tabel III-14
Ukuran Ketahanan Panas pada berbagai Grade Pipa, ANSI B 31.3
(Arnold, Ken., 1986)
Tabel III-15
Nilai Y untuk baja
(Arnold, Ken., 1986)
262
F. Effisiensi Pembakaran
Flux udara minimum adalah laju aliran udara yang melalui unit cross section
front pembakaran. Penentuan flux udara minimum adalah faktor penting dalam
mendisain dan mengekonomiskan operasi in situ combustion yang berhubungan
dengan penyediaan kapasitas kompresor.
Flux udara sangat tinggi ketika zona pembakaran dekat dengan sumur injeksi
dan berkurang dengan bertambahnya batas tepi dari front pembakaran. Besarnya flux
udara dapat ditentukan dengan mengasumsikan bahwa aliran udara seragam pada
lapisan vertical dan horizontal. Selain itu, dengan menggunakan data produksi gas
dari combustion pilot dan memberikan asumsi yang sama bahwa aliran udara pada
setiap arah adalah proporsional dengan produksi gas dalam setiap arah.
Pada dasarnya kecepatan zona pembakaran minimum adalah searti dengan
flux udara minimum. Flux udara minimum dan kecepatan zona pembakaran minimu
bergantung pada sifat minyak dan keadaan reservoir. Reservoir tipis memerlukan
kecepatan yang tinggi untuk mempertahankan pembakaran bila dibandingkan dengan
reservoir tebal.
Prosentase jumlah oksigen yang telah dikonsumsi lewat front pembakaran
merupakan ukuran efisiensi dari proses pembakaran. Prosentase ini dihitung dengan
membagi laju oksigen yang dikonsumsi dengan laju injeksi oksigen.
G. Effisiensi Penyapuan
263
Tabel III-16
Effisiensi Penyapuan Areal Saat Breaktrough 18)
264
(problem kepasiran), akibatnya dapat menyebabkan erosi di dasar lubang sumur dan
valve permukaan.
Analisa gas hasil pembakaran bisa memakai gas cromatograph dan gas-gas
yang dianalisa secara rutin adalah carbondioksida, carbonmonoksida, nitrogen,
oksigen, dan metan. Jika belerang (sulfur) terdapat pada minyak mentah (crude oil)
pengecekan secara periodic terhadap sulfurdioksida harus dilakukan. Pada reservoir
yang menghasilkan minyak berat, gas-gas hidrokarbon biasanya pada minggu awal
berjumlah sangat kecil dan sering diabaikan dalam analisa.
I. Peralatan
Proyek in situ combustion memerlukan dua buah sumur yaitu sumur njeksi
untuk menyalurkan atau menginjeksikan udara dan sumur produksi untuk
mengalirkan minyak ke permukaan. Sumur-sumur ini juga menggunakan peralatan
permukaan dan peralatan lubang sumur. Selain peralatan yang tahan terhadap
temperatur yang tinggi, seringkali dilengkapi beberapa peralatan yang berfungsi
untuk menanggulangi adanya kasus tertentu, seperti korosi, erosi, emulsi dan
kepasiran.
Pemilihan jenis pipa yang menghubungkan kompresor ke sumur-sumur
injeksi harus disesuaikan dengan kapasitas dan tekanan injeksi. Hal ini disebabkan
adanya tekanan injeksi yang cukup besar terutama pada tahap sebelum penyalaan,
dimana pipa harus mampu menahan tekanan burst dari dalam. Selain itu check valve
(katup balik) yang berkualitas tinggi harus dipasang pada injection line, pada
wellhead, atau di dekatnya untuk mencegah kemungkinan kerusakan yang
diakibatkan adanya aliran balik bila kompresor mati. Gambar 3.61 di bawah ini
memperlihatkan instalasi permukaan untuk proyek Forward Combustion.
266
267
Gambar 3.61
Skema Instalasi Permukaan Dry Forward Combustion
Sumur Injeksi
Perencanaan sumur injeksi tidak jauh berbeda dengan perencanaan pada
sumur biasa, yang terpenting adalah pemasangan check valve di wellhead untuk
mencegah adanya aliran balik, sedang perencanaan bawah permukaan adalah
pemasangan alat-alat untuk pembuat nyala buatan. Untuk menginjeksikan udara ke
formasi diperlukan kompresor dan instalasi pipa aliran. Ukuran kompresor harus
mempunyai kemampuan minimum untuk dapat memberikan laju minimum injeksi
udara sehingga pembakaran dapat dipertahankan. Pemilihan diameter pipa
disesuaikan dengan kapasitas dan tekanan injeksi. Pada tahap sebelum penyalaan,
tekanan injeksi cukup besar, oleh sebab itu pipa harus mampu menahan tekanan
tersebut. Gambar 3.59 memperlihatkan suatu komplesi sumur injeksi.
268
Gambar 3.62
Komplesi Sumur Injeksi 18)
Komplesi (peralatan lubang sumur) sumur injeksi dapat menggunakan open
hole atau perforated completion. C.Chu mengumpulkan data komplesi yang
digunakan dalam beberapa proyek in situ combustion yang berhasil. Data-data
tersebut dapat dilihat pada Table 3.9.
Ringkasan dari data-data tersebut adalah sebagai berikut :
Casing
Grade yang digunakan adalah J-55 dan K-55. Ukuran diameter casing 4 ½, 5
½, 7 dan 8 5/8 in. beberapa lapangan menggunakan pipa stainless steel
sepanjang formasi yang diproduksi (pay zone).
Openhole atau perforated completion
Sebagian besar lapangan menggunakan perforated completion untuk
memudahkan pengontrolan interval injeksi. Perforasi dilakukan dua atau
empat lubang perfoot, dengan ¼ dan ½ in perforasi. Menggunakan stated liner
dan perforated liner, ditambah slotted inner liner.
Semen
269
Ada tujuh proyek yang menggunakan semen yang tahan temperatur tinggi. Ini
diperlukan agar dapat menahan tarikan perpanjangan casing yang disebabkan
temperatur tinggi.
Gravel Packing
Hanya satu lapangan yang menggunakan gravel packing. Kegunaannya adalah
untuk menghindarkan aliran balik dari pasir (sand backflow) pada saat injeksi
berhenti.
Tubing
Beberapa proyek menggunakan tubing string. Kegunaannya sebagai pipa
injeksi atau berfungsi sebagai thermowell.
Tabel III-17
Komplesi Sumur Injeksi 18)
270
Tabel III-18.
Lanjutan
271
Sumur Produksi
Perencanaan sumur produksi disesuaikan dengan problema produksi yang
sering terjadi yaitu : temperatur tinggi, korosi panas, emulsi dan abrasi.
Fasilitas produksi yang digunakan mulai dari pengangkatan minyak sampai ke
tempat penyimpanan sementara mencakup pompa, pipa air, tangki pemisah dan
tangki penyimpanan.
Pemilihan pompa harus disesuaikan dengan kondisi yang ada. Reda pump
tidak cocok untuk dipakai karena pasir akan merusak pompa. Pompa yang cocok
dengan adanya problema pasir ini adalah sucker rod.
Fluida formasi yang terproduksi dikumpulkan dan kemudian minyak
dipisahkan dari air dan gas. Pemisahan dilakukan di wash tank.
Komplesi sumur dapat menggunakan open hole atau perforated completion.
Sebagai contoh, di bawah ini gambar megenai sumur produksi open hole completion
yang digunakan di lapangan East Venezuela.
272
273
Gambar 3.63
Komplesi Sumur Produksi 18)
Tabel III-19
Temperatur Nyala Otomatis Dan Batas-Batas Pembakaran Untuk Gas-Gas
Umum
274
Untuk methane (metan), temperature nyala 998 oF. Temperatur ini turun jika
gravity gas naik. Pada tekanan atmosfer metan mempunyai batas pembakaran
terendah 5.3 % dan batas atas 14 %. Jika tekanan (mixture) naik, batas atas untuk
pembakaran juga akan naik, seperti diperlihatkan pada Gambar 3.64.
Gambar 3.64
275
Jika tekanan naik dari tekanan atmosfer ke 500 psig batas atas akan naik dari
14 ke 45 %. Pada tekanan tinggi, batas atas naik secara menerus, sedang batas bawah
relative tetap. Gambar 3.64 juga memperlihatkan bahwa konsentrasi minimum
oksigen untuk campuran yang dapat terbakar turun dengan naiknya tekanan. Sebagai
contoh, 11 % oksigen dan 20 % gas berada di luar batas yang dapat meledak pada
tekanan 100 psig, tetapi hal initidak berlaku untuk tekanan 500 psig.
Proyek combustion seharusnya beroperasi dengan meminimumkan potensi
resiko yang mungkin muncul. Yang pertama adalah mendapatkan pembakaran yang
baik pada saat proyek dimulai, dimana hal ini akan menjamin penggunaan oksigen
100 % pada muka pembakaran sehingga mengurangi kemungkinan tersisa di lubang
sumur dan di bagian formasi yang lain. Pada kondisi ini, hanya sumur-sumur injeksi
yang mempunyai potensi beresiko tinggi.
Katup balik harus dipasang pada sumur injeksi untuk mencegah terjadinya
aliran balik (backflow) gas dan minyak bila injeksi udara dihentikan. Namun
demikian, bila sampai terjadi aliran balik sebaiknya air diinjeksikan untuk
menurunkan temperature lubang sumur dan untuk memisahkan campuran udara-
minyak sebelum udara injeksi (oksigen) sempat terkumpul. Jika udara tidak cocok
(no compatible) dengan reservoir atau akan menyebabkan korosi atau problem yang
lain, udara dapat diganti dengan nitrogen.
Secara praktis sebaiknya karyawan pelaksana (operator) dan peralatan yang
penting jauh dari sumur injeksi, terutama paad saat mulai (star-up) dan pada saat
menaikkan jumlah injeksi udara. Frekwensi kerusakan sumur yang diakibatkan
ledakan mixture (campuran) sering diabaikan, tetapi bila hal ini sempat terjadi
kerusakan pada peralatan sumur bisa meluas dan sulit untuk ditanggulangi.
Sumur produksi beroperasi pada tekanan rendah dan kondisi ini tidak beresiko
tinggi. Jika aliran gas produksi mengandung oksigen yang cukup besar dan atau muka
276
K. Tinjauan Ekonomi
Tinjauan ekonomi adalah parameter terakhir setelah semua parameter
termasuk operasi diperhitungkan. Dari tinjauan ekonomi kita dapat melihat secara
keseluruhan apakah pemilihan proyek in situ combustion yang akan dilaksanakan
cukup memberikan keuntungan atau tidak.
Apabila akan dilakukan penambahan sumur-sumur baru maka kedalaman
formasi harus diperhitungkan. Pada formasi yang dalam biasanya dipakai spasi sumur
yang besar (10 acre) untuk meminimumkan biaya pembuatan sumur-sumur baru.
Hal lain yang memerlukan biaya besar adalah kompresi udara ke dalam sumur
injeksi. Semakin besar tekanan dan semakin banyak udara yang diinjeksikan, akan
menaikkan biaya operasi. Tekanan yang besar ini biasanya berhubungan dengan
kedalaman formasi, semakin dalam semakin besar tekanan overburden yang diterima
formasi. Sedangkan banyaknya udara yang harus diinjeksikan bergantung pada
kemampuan reservoir menyediakan bahan bakar, semakin banyak bahan bakar yang
tersedia akan mengakibatkan lebih banyak udara yang harus diinjeksikan untuk
mempertahankan pembakaran.
dan Mc.Neil. Besarnya produksi minyak dan air dapat dicari dalam persamaan yang
diberikan di bawah ini. Untuk produksi minyak dapat dihitung dengan Persamaan
3.122
Np (77580BBL / acreft ) VRB ( S oi S oF ) 0.4(V P VRb ) S oi ........ (3.122)
dimana :
Soi = Saturasi minyak mula-mula, fraksi
VRb = Volume zone yang dibakar, acreft
Vp = Volume dari pattern sumur, acreft
SoF = Equivalen saturasi minyak yang dibakar, fraksi
SwF = Equivalen saturasi air, fraksi
Besarnya harga SoF dan SwF dapat dicari dari Persamaan 3.123 dan Persamaan 3.124.
mR
S oF ............................................................................................ (3.123)
o
0.319 xa R
S wF ..........................................................................
(4 2m' x)
(3.124)
Untuk menghitung banyaknya produksi air dapat dilakukan dengan Persamaan 3.125.
p (7758BBL / acreft )VRb ( S wi S wF ) .............................................. (3.125)
dimana Ec merupakan fraksi minyak yang terproduksi dari minyak yang didesak.
Besarnya volume pembakaran dapat dihubungkan dengan volume kumulatif udara
yang diinjeksikan, hubungan tersebut dapat dilihat pada Persamaan 3.127.
278
GaE O2
V Rb (0.0230acreft / Mscf ) ..............................................
a*R
(3.127)
Untuk menentukan penghentian injeksi udara dapat dilakukan dengan
Persamaan 3.128 di bawah ini. Apabila volume reservoir yang dibakar ditambah
dengan volume steam sama dengan volume pola sumur, maka injeksi udara dapat
dihentikan.
p = VRb + Vs ....................................................................................... (3.128)
Gambar 3.65
Grafik Volume Steam Tidak Berdimensi Pada Wet Combustion Front 7)