Anda di halaman 1dari 11

PENCUCIAN DAN STERILISASI ALAT & KEMASAN

I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat melakukan pencucian dan sterilisasi alat dengan baik.
2. Mahasiswa dapat memahami jenis-jenis sterilisasi.

II. LATAR BELAKANG


Produk steril yang banyak diproduksi di industri farmasi adalah produk dalam bentuk
larutan terbagi (ampul) dan bentuk serbuk padat yang siap untuk digunakan dengan diencerkan
terlebih dahulu oleh larutan pembawa. Sehingga sediaan steril adalah bentuk sediaan obat yang
memenuhi syarat bebas dari mikroorganisme di samping syarat fiskia dan kimia. Sterilisasi
merupakan proses atau kegiatan untuk membebaskan suatu bahan atau benda yang dipakai dari
semua bentuk kehidupan yang dilakukan baik secara fisika, kimia dan mekanik.
Suatu produk sangat berhubungan erat dengan wadah atau kemasan. Tidak ada wadah
yang tersedia sekarang ini yang benar–benar tidak reaktif, terutama dengan larutan air. Sifat
fisika dan kimia dari wadah bisa mempengaruhi kestabilan produk tersebut, tetapi sifat fisika
diberikan untuk pertimbangan utama dalam pemilihan wadah pelindung. (Lachman, 1994) Suatu
wadah atau bahan dikatakan steril bila alat atau bahan tersebut bebas dari mikroba, baik dalam
bentuk vegetatif maupun spora. Sedangkan tindakan untuk membebaskan alat atau media dari
jasad renik disebut dengan sterilisasi. (Bhima, 2010).
Untuk melakukan sterilisasi kita terlebih dahulu melakukan pencucian terhadap alat dan
kemasan. Tujuan dilakukannya pencucian sebelum sterilisasi adalah untuk menghilangkan atau
mengurangi jumlah mikroba awal sehingga dapat mengurangi atau memperpendek lamanya
waktu sterilisasi. Sehingga pencucian dan sterilisasi pada alat bahan dan kemasan diperlukan
untuk mengurangi perolehan kontaminan, menghambat turbiditas yang dapat mengacaukan
pengukuran terhadap jumlah sel setiap saat, dan menghambat proses metabolisme sel
kontaminan. (Volk & Wheeler, 1993)
Sterilisasi memiliki 4 teknik atau tata cara yaitu sterilisasi panas (panas lembab & panas
kering), sterilisasi radiasi (radiasi elektromagnetik & pengion), sterilisasi gas dan sterilisasi
filtrasi.
III. TEORI DASAR

Wadah memiliki hubungan yang erat dengan produk. Wadah yang sekarang ini tidak ada
yang tersedia dalam keadaan tidak reaktif. Sifat fisika dan kimia dari sebuah wadah dapat
mempengaruhi kestabilan produk. Wadah terbuat dari berbagai macam bahan diantaranya yaitu
wadah plastik, wadah gelas, dan wadah dari karet (Lachman, 1994). Sebelum dilakukan
sterilisasi wadah harus di cuci terlebih dahulu, agar mikroba yang ada diwadah dapat berkurang
dari jumlah mikroba awal. Pencucian wadah dapat mengurangi atau memperpendek waktu
sterilisasi. Pencucian wadah dapat menggunakan aquadest, detergen, typol, HCL, dan aseton
(Permata 2009). Sterilisasi adalah suatu proses yang digunakan untuk menciptakan keadaan yang
steril. Secara tradisisonal keadaan steril merupakan keadaan yang tercipta dari hancur dan
hilangnya mikroorganisme. Konsep ini menyatakan bahwa steril adalah istilah yang mempunyai
konotasi relative, dan kemungkinan menciptakan kondisi mutlak bebas dari mikroorganisme.
mikroorganisme hanya dapat diduga atas proyeksi kinetis angka kematian mikroba. (Lachman
hal.1254). Tiga cara yang umum dipakai dalam sterilisasi yaitu penggunaan panas, bahan kimia
dan penyaringan atau filtrasi (Hadioetomo 1985)

Metode sterilisasi
1. Metode fisika
a. Sterilisasi panas
Sterilisasi panas adalah metode sterilisasi yang paling banyak digunakan dengan
prinsip kerja menghancurkan enzim dan konstituen penting yang lainnya. Metode
sterilisasi panas hanya bisa diterapkan pada produk yang tahan dengan pemanasan.
Sterilisasi panas menggunakan suhu tinggi dengan suhu diatas 100 derajat celcius.
Bahan yang sensitive kelembaban menggunakan sterilisai kering panas, dengan suhu
160-180 derajat celcius. Efisiensi panas mampu melumpuhkan mikroorganisme.
Efisiensinya tergantung pada tingkat panas, waktu pemaparan, dan juga adanya air.
Sterilisasi panas ada dua yaitu sterilisasi panas kering dan sterilisasi panas basah.
1) Sterilisasi panas kering diantaranya: insenerasi, red heat, flaming, dan hot air
oven.
2) Sterilisasi panas lembab diantaranya: Autoclaf, Boilling water, Hot water below
boiling point.
b. Sterilisasi cair
1) Asam parasetat: mengganggu ikatan protein, enzim, dan transportasi membrane
sel melalui pecahnya dinding sel. Asam parasetat dapat mengoksidasi enzim
esensial dan juga merusak jalur biokimianya.
2) Hydrogen peroksida: mensterilkan dengan oksidasi komponen seluler utama dan
menginaktivasi mikroorganisme. Sangat sesuai digunakan pada peralatan medis
yang peka terhadap pemasana dan sensitive terhadap kelembapan.
c. Sterilisasi radiasi
Banyak jenis radiasi yang digunakan untuk sterilisasi, diantaranya yaitu
radiasi elektromagnetik (misalnya sinar gamma dan sinar UV), dan radiasi partikulat
(misalnya elektron yang dipercepat). Sasaran utama radiasi adalah DNA mikroba.
Sinar gamma dan elektron menyebabkan ionisasi dan produksi radikal bebas,
sementara untuk sinar UV dapat menyebabkan eksitasi.
d. Sterilisasi filtrasi
Proses filtrasi tidak menghancurkan tapi menghilangkan mikroorganisme.
Mekanisme utama filtrasi adalah penyaringan, absorbsi dan perangkap matriks dalam
penyaring. Ada dua tipe penyaring yang digunakan untuk sterilisasi filtrasi
diantaranya yaitu:
1) Depth filters: terdiri dari bahan berserat atau granular yang dikemas sehingga
membentuk saluran twisted.
2) Membrane filters: membran berpori memiliki tebal sekitar 0,1 mm, terbuat dari
selulosa asetat, selulosa nitrat, polikarbonat, dan polivinilidena fluorida, atau
beberapa sintetis lainnya.

2. Metode kimia
a. Sterilisasi gas
Sterilisasi gas dengan menggunakan kombinasi antara formaldehid (methanol,
H.CHO) dan etilen oksida (CH2)2O. mekanisme kerja antimikroba kedua gas tersebut
diasumsikan melalui alkilasi kelompok sulfidril, amino, hidroksil, dan karboksil pada
protein dan gugus asam amino nukleat. Kisaran konsentrasi 800-1200 mg/L dengan
suhu 45-63 derajat celcius untuk etilen oksida dan 15-100 mg/L untuk formaldehid
dengan suhu 70-75 derajat celcius.
b. Dengan Senyawa Kimia
Senyawa kimia yang digunakan sebagai desinfektan antara lain adalah CuSO4,
AgNO3, HgCl2, ZnO, alkohol 50-75% (dapat menyebabkan koagulasi protein) dan
beberapa larutan garam seperti NaCl (9%), KCl (11%) beserta KNO2 (10%) dapat
digunakan untuk membunuh mikroba karena tekanan osmotiknya, yaitu dengan jalan
dehidrasi protein pada substrat. Sedangkan asam kuat atau basa kuat dapat pula
digunakan karena bersifat menghidrolisis isi sel mikroba.
Prinsip yang terlibat dalam evaluasi proses sterilisasi adalah:

1. Untuk membuat produk yang steril


2. Melakukan probabilitas maksimum
3. Menetapkan spesifikasi dan karaketristik kinerja
4. Memberikan jaminan yang besar atas hasil yang diperoleh
5. Metodologi, proses dan peralatan khusus.
6. Pengujian produk akhir menggunakan metode analisis di validasi
7. Verifikasi, kalibrasi dan pemeliharaan peralatan yang digunakan dalam proses.

IV. ALAT DAN BAHAN

ALAT :

1. Oven: merupakan alat yang digunakan untuk metode sterilisasi panas-kering. Alat-alat
yang menggunakan sterilisasi panas-kering, contohnya : pipet, tab ung reaksi, botol
sampel, jarum suntik dan bahan-bahan yang tidak tembus uap seperti gliserin, minyak,
vaselin, dan bahan-bahan berupa bubuk dengan suhu berkisar antara 160-1750C. Dalam
keadaan kering, struktur protein bersifat lebih stabil dan tidak mudah terdenaturasikan
dan mengaktifkan mikroorganisme dengan cara mengoksidasi komponen-komponen
intrasel.
2. Autoklaf: Digunakan untuk sterilissi dengan panas-lembab dengan menggunakan uap air
jenuh bertekanan 15lb/in2 selama 15 menit pada suhu 1210C. Autoklaf digunakan untuk
mensterilkan bahan-bahan yang dapat ditembus oleh kelembapan diantaranya iaalah
media biakan, larutan, kapas, sumbat karet, dan peralatan laboratorium. Panas-lembab
sangat efektif karena mampu mendenaturasikan atau mengkoagulasikan protein pada
organisme hidup sehingga organisme tersebut dapat mati. Selain itu uap lembab dapat
mengkoagulasikan protoplasma bakteri (protein dan enzim) pada suhu
sedang.(purwaning, 2017)

BAHAN :

1. Natrium karbonat (FI eedisi III hal. 400)


Rumus molekul : Na2CO3
Berat molekul : 124,00
Pemerian : hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih
Kelarutan : mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air ,mendidih
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : keratolitikum
2. Teepol
3. Aquadest

Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau

Metode sterilisasi : panas basah (autoklaf)

Kegunaan : pembawa dan melarutkan

Alasan pemilihan : digunakan untuk melarutkan zat aktif dan bahan tambahan

Cara pembuatan : didihkan aqua dan diamkan selama 30 menit, dinginkan (FI IV
hal. 112)

4. Alkohol (FI III, 1979)


Rumus molekul :C2H6O
Berat molekul : 46,07
Pemerian : cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah
bergerak, bau khas rasa panas, mudah terbakar dan memberikan
nyala biru yang tidak berasap
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter
P.
Kegunaan : sebagai zat tambahan, juga dapat membunuh
5. HCl encer

Rumus molekul : HCl

Bobot molekul : 58,44

Pemerian : kristal tidak berbau tidak berwarna atau serbuk kristal putih, tiap 1g
setara dengan 17,1 mmol NaCl. 2,54 NaCl ekivalen dengan 1 g Na.

Kelarutan : 1 bagian larut dalam 3 bagian air, 10 bagian gliserol

Sterilisasi : autoklaf atau filtrasi (Martindale 28 hal: 635)

Stabilitas : stabil dalam bentuk larutan. Larutan stabil dapat menyebabkan


pengguratan partikel dari tipe gelas

pH : 4,5-7

V. OBJEK STERILISASI

no Alat Jumlah Metode sterilisasi


1. Botol talk 2 Panas-lembab
2. Botol tetes mata 2 Panas-lembab
3. Vial kecil 4 Panas-kering
4. Botol infus kaca 2 Panas-kering
5. Tutup karet 4 Kimia dan panas-lembab

VI. METODE STERILISASI DAN PELAKSANAAN

Metode sterilisasi yang umum digunakan untuk mensterilkan produk farmasi :


1. Sterilisasi uap (lembab panas)
2. Sterilisasi panas kering
3. Sterilisasi dengan penyaringan
4. Sterilisasi gas
5. Sterilisasi dengan radiasi pengionan (Ansel, 2011)
6. Sterilisasi kimia (Gabriel, 1996)

 Sterilisasi Uap (lembab panas)

Sterilisasi uap dilakukan dalam autoklaf dan menggunakan uap air bertekanan. Produk
farmasi umumnya tidak tahan dipanaskan pada temperatur yang digunakan pada panas
kering (±170ºC). Dengan adanya kelembapan dari uap air, bakteri akan terkoagulasi dan
rusak pada temperatur yang lebih rendah, karena spora-spora dengan kadar air besar lebih
mudah dihancurkan. Metode ini digunnakan untuk sediaan farmasi dan bahan-bahan yang
tahan terhadaap temperatur yang digunakan dan tidak menimbulkan efek yang tidak
diinginkan akibat penembusan uap air tersebut. (Ansel, 2011)
prosedur : (Ayuhastuti, 2016)

Alat-alat yang akan disterilisasi menggunakan metode panas basah yaitu


erlenmeyer dicuci dengan bersih dan dikeringkan

Lubang yang terdapat pada alat seperti erlenmeyer, vial, botol gelas dll ditutup
dengan kapas steril dan dibungkus menggunakan kertas perkamen sebanyak 2
lapis.

Alat yang telah dibungkus dimasukkan dan ditata kedalam keranjang autoklaf.

Ditekan tombol ON pada autoklaf, ditunggu sampai alat siap digunakan

Dikontrol air yang ada di dalam chamber autoklaf, bila kurang ditambahkan air
dengan aquadest ad tanda batas
aqua DM sampai tanda batas

Dimasukkan keranjang autoklaf yang berisi alat yang akan disterilkan dan
ditutup autoklaf dan digeser kunci kesebelah kiri.

Ditekan tombol start pada autoklaf yang sebelumnya telah di set waktu dan
temperaturnya yaitu 121ºC selama 20 menit

Setelah 20 menit dibuka buangan gas sampai bunyi yang ada didalam autoklaf
tidak terdengar lagi dan ditunggu sampai suhu mencapai 70ºC

Setelah mencapai 70ºC dibuka kunci autoklaf dengan menggesernya ke kanan


Lalu keranjang yang ada didalam autoklaf dikeluarkan dari chamber.
 Sterilisasi panas kering
Sterilisasi panas kering biasanya dilakukan menggunakan oven pensteril yang dirancang
khusus untuk sterilisasi. metode ini kurang efektif dibandingkan dengan metode lembab
kering dalam membunuh mikroba, sehingga temperatur yang dibutuhkan lebih tinggi dan
waktunya lebih lama. Biasanya temperatur yang ditetapkan ±160-170ºC dengan waktu
tidak kurang dari 2 jam. Metode ini umumnya digunakan untuk senyawa-senyawa yang
tidak efektif disterilkan di uap air panas dan juga efektif untuk sterilisasi alat-alat gelas
dan alat-alat bedah. (Ansel,2011)
Metode ini biasanya digunakan untuk mensterilkan alat-alat pipet, tabung reaksi, stick
wab, jarum suntik,syringe. (Gabriel, 1996))
prosedur : (Ayuhastuti, 2016)
Alat-alat yang akan disterilisasi menggunakan metode panas kering dibungkus
dengan perkamen sebanyak dua lapis.

Alat yang telah dibungkus yang telah dibungkus dimasukkan ke dalam oven.

Ditata posisi alat sehingga udara yang ada di dalam oven mengalir secara
merata.

Setelah di atur posisi alat, oven ditutup lalu ditekan tombol on dan di-setting
oven pada suhu 170ºC selama 1 jam.

Setelah proses sterilisasi selesai, ditunggu hingga oven dingin baru dibuka tutup
ovennya

Setelah oven dingin, dibuka tutup oven dan semua alat dimasukkan kedalam
lemari penyimpanan box steril. Lalu oven dimatikan.
 Sterilisasi dengan penyaringan
Pada metode ini dilakukan penghilangan mikroba secara fisik dengan media penyaring.
Penyaringan ini dilakukan untuk larutan yang tidak tahan panas. Sediaan yang disterilkan
harus melewati monitoring yang ketat karena sangat mempengaruhi hasil yang
dipengaruhi oleh jumlah mikroba dalam larutan tersebut.penyaring dibuat dalam berbagai
ukuran pori agar dapat memenuhi persyaratan penyaring yang dipilih. Ukuran pori mulai
dari 14- 0,025 mikrometer.ukuran terkecil partikel yang masih dapat dilihat dngan mata
telanjang leboh kurang40 mikrimeter, sel darah 6,5 mikrometer, bakteri terkecil 0,2
mikrometer dan virus polio 0,025 mikrometer. (Ansel, 2011)
Macam-macam filter :
1. Berkefeld V
2. Coarse N, M, dan W
3. Fine
4. Chamberland
5. Seitz
6. Sintered glass
Metode ini hanya digunakanuntuk sterilisasi larutan gula, cairan lain sepertiserum atau
hasil produksi mikroorganisme seperti enzim dan eksotoksin dan untuk memisahkan
fitrable virus dari bakteria dan organisme lain. (Gabriel, 1996)

Prosedur : (Ansel, 2011)


Alat-alat yang akan dakan digunakan seperti penyaring, bejana penampung dll
disterilkan dengan cara yang sesuai

Larutan yang akan disterilkan dialirkan melewati saringan secara cepat

Hasil penyaringan ditampung pada bejana penampung steril

 Sterilisasi Gas
Beberapa senyawa yang tidak tahan panas dan uap dapat disterilkan dengan baik dengan
memaparkan gas etilen oksida atau propilenoksida bila dibandingkan cara-cara lain.
Perengkapan sterilisasi ini disusun mirip autoklaf. Pengawasan metode ini leboh besar
karena faktor seperti waktu, temperatur dan kadar gas tidak ditetapkan secara jelas seperti
metode uap panas maupun panas kering. Jika bahan yang disetrilkan tidak dapat
menerima peningkatan kelembapan dan temperatur maka waktu pemanasan menjadi
lebih lama. Umumnya sterilisasi dengan gas etilen oksida memerlukan waktu pemaparan
4-16 jam. Besarnya sifatpenembusan gas etilen oksida menjadikan gas ini berguna
sebagai zat sterilisasi pada pemakaian alat tertentu seperti peralatan operasi kedokteran,
serta digunakan untuk mensterilkan berbagai sediaan tertentu yang tidak tahan panas
seperti enzim tertentu danantibiotik. (Ansel, 2011)

 Sterilisasi dengan radiasi pengionan


Teknik sterilisasi ini untuk beberapa jenis sediaan farmasi menggunakan sinar gama dan
sinar-sinar katoda, tetapi penggunaannya terbaratas karena memerlukan peralatan yang
sangat khusus dan pengaruh dari radiasi itu sendiri terhadap produk maupun wadahnya.
Mekanisme dari metode ini masih diselidiki. Suatu teori mengatakan bahwa ikut terlibat
dalam perubahan kimiawi atau membantu mikroorganisme menghasilkan senyawa kimia
yang dapat merusak sel. Teori lain mengatakan bahwastruktur utama sel seoerti
nukleoprotein kromosom inti dirusak dan kerusakan itu menetap. (Ansel, 2011)
Dalam mikrobiologi REM yang banyak digunakam adalah radiasi sinar Uv, sinar gamma
dan siar matahari ( banyak mengandung Uv). Sinar Uv yang diserap oleh orgaisme hidup,
khususnya nukleotida maka elektron dalam sel mendapat tambahan energi yang cukup
kuat untuk mengganggu ikatan intramolekuler yaang dapat menyebabkan kematian sel.
Sedangkan sinar gamma memiliki tenaga yang lebih besar daripada sinar Uv dan
merupakan radiasi pengion. Cairan sel baik intra maupun ekstraseluler akan terionisasi
sehingga menyebabkan kerusakan dan kematian pada mikroorganisme tersebut.
Sterilisasi ini digunakan untuk objek-objek yang tertutup plastik. Untuk makanan dan
obat-obatan tidak boleh menggunakan sinar gamma karena akan mengakibatkan
perubahan struktur kimianya. (Gabriel, 1996))

 Sterilisasi secara kimia


Pada metode ini yang lazim digunakan adalah alkohol 96 %, aceton tab formalin, sulfur
dioksida, dan klorin. Material yang akan disucihamakan kemudian direndam dalam
adalah alkohol 96 %, aceton atau formalinselama ±24 jam. (Gabriel, 1996)
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, C.Howard. 2011. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi keempat. Jakarta : UI press

Ayuhastuti, Anggreni. 2016. Praktikum Sediaan Steril. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia

Farmakope Indonesia. Edisi III, 1979. Jakarta: Departemen. Kesehatan R.I.

Gabriel, J.F. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta : EGC

Hadioetomo, R.S. 1985. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Penerbit PT. Gramedia. Jakarta,

hal. 106.

Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. Teori dan Praktek Farmasi Indrustri. Edisi Ketiga. Vol

III. Diterjemahkan oleh Siti Suyatmi. Jakarta: UI Press; 1994. hal. 1355

Murti B (2010). Desain dan ukuran sampel untuk penelitian kesehatan. Edisi 1. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press . ISBN 979-420-621-0.

Priyambodo, Bambang. "Manajemen Farmasi Industri." Global Pustaka Utama, Yogyakarta 116

(2007): 190-191.

Volk dan Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar I. Jakarta : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai