Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG


I.1.1. Sejarah Pabrik
Gliserin adalah nama komersial dari produk yang terdiri
dari gliserol dan sejumlah kecil air. Gliserol sebenarnya
merupakan alcohol trihidrat C3H5(OH)3 , yang lebih tepatnya
dinamai 1,2,3-propanatriol. (Swern,D., “Bailey's Industrial Oil And
Fat Products”, Vol.5, Ed.5, p.275.).
Gliserol, 1,2,3,-propanatriol, glycerin (USP ~ United
State Pharmacopoeia), CH2OHCHOHCH2OH, adalah sebuah
alkohol trihidrat berupa cairan higroskopis, kental, bening
dengan rasa manis pada suhu kamar diatas titik lelehnya. (Kirk
Othmer,”Encyclopedia Of Chemical Technology”, Vol.11, Ed.3, p.921)
Gliserol pertama kali ditemukan oleh Scheele pada tahun
1779, dengan memanaskan campuran minyak zaitun (olive oil)
dan litharge, kemudian membilasnya dengan air. Bilasan dengan
air tersebut, menghasilkan suatu larutan berasa manis, yang
disebutnya sebagai “the sweet principle of fats”. Sejak 1784,
Scheele membuktikan bahwa substansi yang sama dapat
diperoleh dari minyak nabati dan lemak hewan seperti lard dan
butter. Pada tahun 1811, Chevreul memberi nama hasil temuan
Scheele ini dengan sebutan gliserin, yang berasal dari bahasa
Yunani yaitu glyceros, yang berarti manis. Kemudian pada 1823,
Chevreul mendapatkan paten untuk pertama kalinya atas
manufaktur gliserin, yang kemudian berkembang menjadi industri
lemak dan sabun. Tahun 1836, formulasi gliserol berhasil
ditemukan oleh Pelouze, dan tahun 1883, Berthelot dan Luce
mempublikasikan rumus struktur dari gliserol. Sejarah gliserin
cukup berkaitan dengan sejarah pembuatan sabun, karena sumber
komersil gliserin yang diketemukan selanjutnya adalah berasal
dari pemanfaatan ulang (recovery) sabun alkali (soap lyes).
Metode ini dipatenkan di Amerika sejak 1870, dan mengalami
perkembangan pada tahun 1883 yang dilakukan oleh Runcorn.
Pada dekade selanjutnya, industri sabun mulai merecovery
gliserin dari operasi pembuatan sabun dalam skala besar,

I-1
Bab I Pendahuluan I-2

sehingga membuat gliserin sebagai komoditas yang bernilai.


(Swern,D., “Bailey's Industrial Oil And Fat Products”, Vol.5, Ed.5,
p.276)
Sampai tahun 1949, semua produk gliserol masih
diproduksi dari gliserida dalam minyak dan lemak. Tetapi sejak
saat itu pula, produksi gliserol sintetis semakin bertambah,
hingga pada tahun 1965 terhitung sebesar 60 % dari kebutuhan
pasar dan pada tahun 1977 kurang dari 50% kebutuhan pasar.
(Kirk Othmer,”Encyclopedia Of Chemical Technology”, Vol.11, Ed.3,
p.924)

I.1.2. Alasan Pendirian Pabrik


Perkembangan pembangunan industri di Indonesia
semakin meningkat. Kemajuan ini tampak dengan semakin
banyak berdirinya pabrik yang mengolah bahan mentah menjadi
bahan jadi, serta meningkatnya industri barang untuk modal
termasuk industri mesin dan peralatan. Istilah gliserol digunakan
untuk zat kimia yang murni, sedang gliserin digunakan untuk
istilah hasil pemurnian secara komersial.
Pada penganekaragaman industri kimia khususnya,
gliserol adalah salah satu bahan yang penting di dalam industri.
Gliserol adalah bahan yang dibutuhkan pada berbagai industri,
misalnya: obat-obatan, bahan makanan, kosmetik, pasta gigi,
industri kimia, larutan anti beku, dan tinta printer. Jika dilihat dari
banyaknya kebutuhan gliserol di Indonesia, maka untuk
mencukupi kebutuhan bahan gliserol di Indonesia masih
didatangkan dari luar negeri. Pertimbangan utama yang
melatarbelakangi pendirian Pabrik Gliserol ini pada umumnya
sama dengan sektor-sektor industri kimia yang lain, yaitu
mendirikan suatu pabrik yang secara sosial-ekonomi cukup
menguntungkan. Pendirian Pabrik Gliserol ini cukup menarik
karena belum adanya Pabrik Gliserol di Indonesia, dan juga
karena prospeknya yang menguntungkan di masa mendatang.

Tugas Akhir
Pabrik Gliserol dari CPO
dengan Proses Continuous Fat Splitting
Bab I Pendahuluan I-3

Pada tahun 2010 Indonesia menjadi nomor satu dalam


produksi minyak sawit (Crude Palm Oil) di dunia. Saat ini
Indonesia memiliki luas lahan sawit sebesar 7,3 juta hektare
dengan produksi CPO sebanyak 21,5 juta ton, artinya
produktivitas tanaman sawit mencapai 2,95 ton per hektare.
Sepanjang tahun 2010 harga CPO di Indonesia naik menjadi US$
839,73 per ton dari harga tahun sebelumnya yakni berkisar US$
650 per ton. Kontribusi produksi minyak sawit mentah (CPO)
Indonesia di dunia cukup besar, faktanya sekitar 44,5% dari
produksi CPO di dunia mendapat pasokan dari Indonesia.
Sementara Malaysia hanya mencapai 41,3%, disusul Nigeria 3%,
Thailand 2,7% dan Kolombia 1,9%. Di Indonesia, produksi
Crude Palm Oil (CPO) dari tahun 1996 sampai dengan tahun
2000 mengalami kenaikan, dengan rata-rata kenaikan per tahun
adalah 13,5%. Pada tahun 2006 produksi Crude Palm Oil (CPO)
di Indonesia telah mengungguli Malaysia sebagai produsen CPO
terbesar di seluruh dunia sebesar 16 juta ton.
Di samping itu, dilihat dari kebutuhan Gliserol yang
semakin meningkat di Indonesia, maka Pabrik Gliserol ini layak
didirikan atas dasar pertimbangan:
1. Sebagai pemasok bahan baku untuk industri-industri
farmasi dan kosmetik dalam negeri.
2. Mengurangi jumlah impor gliserol sehingga dapat
menghemat devisa negara.
3. Memacu tumbuhnya industri lain yang memerlukan
gliserol sebagai bahan baku.
4. Membuka lapangan kerja baru.

I. 1.3. Ketersediaan Bahan Baku di Indonesia


Bahan baku untuk memproduksi Gliserol adalah CPO
(Crude Palm Oil) dan air. Indonesia merupakan penghasil minyak
kelapa sawit terbesar kedua di dunia setelah Malaysia. Dari total
produksi yang dihasilkan, kebanyakan digunakan untuk ekspor
dalam bentuk Crude Palm Oil (CPO) dan sebagian lagi diolah
menjadi minyak makan untuk keperluan dalam negeri. Produksi

Tugas Akhir
Pabrik Gliserol dari CPO
dengan Proses Continuous Fat Splitting
Bab I Pendahuluan I-4

minyak sawit indonesia pada tahun 1999 mencapai 5.900.000 ton


dan pada tahun 2020 diproyeksikan mencapai 17.137.000 ton
suatu jumlah yang hampir menyamai produksi dunia pada tahun
1994 yang sebesar 17.540.000 ton. (Budiatman setiawihardja, 1994)

Tabel I.1.3. Data Produksi Gliserol di Indonesia tahun 2004


Kapasitas Produksi
Nama Perusahaan Lokasi
(ton/thn)
PT. Sinar Oleochemical Int. Medan 12250
PT. Flora Sawita Medan 5400
PT. Cisadane Raya Chemical Tanggerang 5500
PT. Sumi Asih Bekasi 3500
PT. Sayap Mas Utama Bekasi 4000
PT. Bukit Perak Semarang 1440
PT. Wings Surya Surabaya 3500
PT. Unilever Indonesia Surabaya 8450
(Sumber : Cambridge Indofine Chemical, Vol 384)

I.1.4. Kebutuhan Masyarakat


Kebutuhan masyarakat terhadap makanan semakin
meningkat seiring dengan bertambahnya populasi manusia. Tidak
hanya jumlah kebutuhan yang makin besar, juga bertambah
banyaknya jenis-jenis makanan yang ditawarkan. Orientasi
manusia saat ini tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan biologis,
tapi juga mengarah ke gaya hidup dan prestige.
Gliserol bisa didapatkan dari hasil olahan industri lain,
seperti industri sabun dan minyak kelapa sawit (CPO). Gliserol
yang berasal dari industri sabun merupakan produk samping yang
disebut spent lye soap. Industri pengolahan minyak kelapa sawit
(CPO) atau disebut juga industri oleochemical tidak hanya
menghasilkan gliserol, tapi juga menghasilkan asam oleat dalam
prosesnya.

Tugas Akhir
Pabrik Gliserol dari CPO
dengan Proses Continuous Fat Splitting
Bab I Pendahuluan I-5

Indonesia merupakan negara terbesar kedua penghasil


CPO di dunia setelah Malaysia. Bahkan diperkirakan akan
menjadi produsen CPO terbesar di dunia pada tahun 2012.
Dengan demikian sumber bahan baku pembuatan gliserol ini
banyak tersedia.

I.1.5. Aspek Pasar


Saat ini, konsumsi gliserol dalam negeri cukup besar,
seperti dapat dilihat dari data impor berikut :

Tabel I.1.5. Data Impor Gliserol dari Tahun 2002 – 2006


Tahun Impor (ton) Perkembangan (%)
2002 743.26 0
2003 1357.929 82.699
2004 358.972 -73.565
2005 1160.407 223.258
Perkembangan rata-rata 905.142 58.098
(BPS Surabaya)

Dengan melihat analisa pasar di atas, yaitu dengan


melihat impor Indonesia yang cukup besar terhadap produk
gliserol, dan juga dengan mempertimbangkan persaingan pasar,
maka pabrik gliserol berbasis CPO ini akan memproduksi gliserol
agar kebutuhan impor gliserol Indonesia menurun.
Untuk menentukan harga produk yang dijual, maka harus
diketahui harga produk yang beredar di pasar dan harus diketahui
pula dalam ukuran berapa produk tersebut dijual. Produk ini akan
dijual dengan harga pasar, tetapi tentu saja dengan kualitas yang
lebih baik dengan yang ada di pasar dan pelayanan yang baik
pula. Pemasaran yang baik ini, tidak hanya didukung oleh
salesman yang handal saja, tetapi juga didukung distribusi produk
yang baik kepada konsumen, yaitu dari segi ketepatan waktu
pengiriman dan keamanan produk.

Tugas Akhir
Pabrik Gliserol dari CPO
dengan Proses Continuous Fat Splitting
Bab I Pendahuluan I-6

I.1.6. Kapasitas
Berikut data produksi, impor dan konsumsi Gliserol di
Indonesia pada tahun 2002 – 2005 sebagai berikut :
Tabel I.1.6. Produksi Gliserol dari Tahun 2002 – 2005
Produksi Perkembangan
Tahun
(ton) (%)
2002 328197.538 0
2003 19304.764 -94.118
2004 8413.764 -56.416
2005 6746.039 -19.821
Perkembangan rata-rata 90665.526 -56.785
(BPS Surabaya)

Tabel I.1.6. Impor Gliserol dari Tahun 2002 – 2006


Impor Perkembangan
Tahun
(ton) (%)
2002 743.26 0
2003 1357.929 82.699
2004 358.972 -73.565
2005 1160.407 223.258
Perkembangan rata-rata 905.142 77.464
(BPS Surabaya)

Tabel I.1.6. Konsumsi Gliserol dari Tahun 2002 – 2005


Konsumsi Perkembangan
Tahun
(ton) (%)
2002 328940.798 0
2003 20662.693 -93.718
2004 8772.736 -57.543
2005 8036.626 -8.391
Perkembangan rata-rata 91603.213 -53.217
(BPS Surabaya)

Tugas Akhir
Pabrik Gliserol dari CPO
dengan Proses Continuous Fat Splitting
Bab I Pendahuluan I-7

Dengan menggunakan perkiraan bahan baku masuk


sebagai berikut :
- Minyak = 2500 Kg
- Air = 555 Kg = 30.83 Kmol
- Kukus = 200 Kg = 11.11 Kmol

Maka menghasilkan produk gliserol sebesar 210 kg/jam.


Sehingga untuk perhitungan kapasitas produksi dapat dihitung
dengan rumus
Sebagai berikut : M = F (1 + i)n
M = Perkiraan tahun ke – n
i = Perkembangan rata – rata
F = Volume tahun terakhir
n = Selisih tahun ke – n dengan tahun terakhir

Produksi tahun 2015


= 6746,039 (1 – 0,56785)10 = 1,532 ton/tahun.
Impor tahun 2015
= 905.142 (1 + 0,77464)10 = 280426.712 ton/tahun
Konsumsi tahun 2015
= 91603.213(1- 0,53217)10 = 46.004 ton/tahun
Pekiraan kapasitas produksi
= (Produksi + Impor) – (Konsumsi + Ekspor)
= (1,532 + 280426,712) – (46,004 + 0)
= 280428,244 – 46,004 = 280382,24 ton/tahun
Kapasitas
= 210 kg/jam x 24 jam x 365 hari
= 1839600 kg/tahun = 1839.6 ton/tahun
= 1839.6/280382,24 x 100% = 0.656 %

I.1.7. Lokasi Pabrik


Pemilihan lokasi pabrik akan sangat menentukan
kelangsungan dan perkembangan suatu industri. Berdasarkan
pengamatan, Rokan Hilir, Riau, dirasa cocok sebagai tempat

Tugas Akhir
Pabrik Gliserol dari CPO
dengan Proses Continuous Fat Splitting
Bab I Pendahuluan I-8

untuk mendirikan Pabrik Gliserol. Secara teoritis, pemilihan


lokasi pabrik didasarkan pada beberapa faktor, yaitu :
1. Sumber Bahan Baku
Berdasarkan data statistik (BPS Riau, 2002),
Rokan Hilir, Riau merupakan daerah terbesar penghasil
Crude Palm Oil (CPO). Bahan baku diperoleh dari
beberapa pabrik yang berlokasi di Rokan Hilir, Riau.
Pabrik-pabrik tersebut antara lain:
a. PT Gunung Mas Raya
b. PT Lahan Tani Sakti
c. PT Salim Ifo Mas Pratama
d. PT Tunggal Mitra Plantation

2. Letak
Secara astronomis, Propinsi Riau terletak di
1o31’-2o25’ LS dan 100 o-105oBT serta 6o45’-1o45’ BB.
Pada Atlas Indonesia, dapat dilihat letak propinsi Riau
yang sangat strategis, yaitu dekat dengan Selat Malaka,
yang merupakan pintu gerbang perdagangan Asia
Tenggara khususnya, dekat dengan Pulau Batam yang
terkenal dengan pusat industri, dekat dengan negara
Malaysia dan Singapura yang merupakan negara tetangga
terdekat yang mempunyai banyak industri. mempunyai
industri. Dilihat dari letaknya yang banyak berdekatan
dangan lokasi industri yang lain, sangat menguntungkan
bila didirikan pabrik di daerah Riau, akan lebih
memudahkan untuk pemasaran produk, baik ekspor
maupun impor.

Tugas Akhir
Pabrik Gliserol dari CPO
dengan Proses Continuous Fat Splitting
Bab I Pendahuluan I-9

Lokasi Pabrik

Gambar I.1.7. Peta Lokasi Pendirian Pabrik

3. Fasilitas Transportasi
 Transportasi Darat
Sebagian besar wilayah Riau tampak dataran
rendah. Sehingga, untuk transportasi darat berupa jalan
raya sudah cukup memadai. Distribusi produk melalui
darat dapat dilakukan, terutama untuk pemasaran produk
Gliserol ke daerah-daerah yang dapat dijangkau dengan
jalur darat.

 Transportasi Laut
Riau memiliki pelabuhan laut utama, yaitu
Pelabuhan Bengkalis, yang letaknya di ujung utara
Propinsi Riau, di Selat Malaka. Adanya pelabuhan ini
memudahkan untuk distribusi produk Gliserol.

Tugas Akhir
Pabrik Gliserol dari CPO
dengan Proses Continuous Fat Splitting
Bab I Pendahuluan I-10

 Transportasi Udara
Fasilitas transportasi udara yang ada di Riau
adalah Bandar Udara Simpang Tiga yang berada di
ibukota Propinsi Riau, Pekanbaru. Dengan memanfaatkan
fasilitas transportasi udara dapat juga memperlancar
distribusi produk Gliserol.

4. Tenaga Kerja
Riau merupakan salah satu daerah yang menjadi
tujuan bagi para tenaga kerja, karena letak Riau yang begitu
strategis sebagai kawasan industri Sumatera. Untuk tenaga
kerja dengan kualitas tertentu dapat dengan mudah diperoleh
meski tidak dari daerah setempat. Sedangkan untuk tenaga
buruh diambil dari daerah setempat atau dari para pendatang
pencari kerja.

5. Utilitas
Fasilitas utilitas meliputi penyediaan air, bahan bakar
dan listrik. Kebutuhan listrik dapat dipenuhi dengan listrik
dari PLN (Perusahaan Listrik Negara). Untuk sarana
penyediaan air dapat diperoleh dari air sungai. Di Propinsi
Riau banyak terdapat sungai, seperti Sungai Rokan, Sungai
Tapung, Sungai Mandau, Sungai Batang Inderagiri, Sungai
Siak, Sungai Kampar dan masih banyak lagi. Untuk
penyediaan air di Pabrik Gliserol ini, dipilih dari sungai
Rokan (baik Sungai Rokan Kanan maupun Sungai Rokan
Kiri), karena lokasi pendirian Pabrik Gliserol berada di
daerah Rokan Hilir yang dekat. Sedangkan bahan bakar
industri berupa minyak bumi, dapat dipasok dari Dumai, yang
terdapat tambang minyak bumi. dengan lokasi pemasok CPO
dan lebih dekat dengan palabuhan.

Tugas Akhir
Pabrik Gliserol dari CPO
dengan Proses Continuous Fat Splitting
Bab I Pendahuluan I-11

6. Faktor Penunjang Lain


Riau merupakan salah satu Provinsi yang memiliki
daerah kawasan industri yang telah ditetapkan oleh
pemerintah, sehingga faktor-faktor seperti : tersedianya
energi listrik, bahan bakar, air, iklim dan karakter tempat
atau lingkungan bukan merupakan suatu kendala karena
semua telah dipertimbangkan pada penetapan kawasan
tersebut sebagai kawasan industri.

I.2 DASAR TEORI


Gliserol terdapat di alam dalam bentuk kombinasi
gliserida dalam semua lemak hewani dan minyak nabati, dan
didapatkan sebagai produk samping saat minyak tersebut
disaponifikasi pada pabrik sabun, atau pemisahan langsung dari
minyak dalam produksi asam minyak. Gliserol di alam jarang
ditemukan dalam bentuk bebas dalam lemak, tetapi biasanya
sebagai trigliserida yang berkombinasi dengan asam minyak
seperti stearat, oleat, palmitat dan laurat, dan merupakan
campuran atau kombinasi gliserida dari berbagai asam minyak.
Beberapa minyak nabati seperti minyak kelapa, inti sawit, kapas,
kedelai, dan zaitun mampu menghasilkan gliserol dalam jumlah
yang lebih besar dibandingkan dengan lemak hewani seperti
lemak babi. Gliserol terdapat di alam sebagai trigliserida dalam
sel – sel tumbuhan dan hewan berupa lipida seperti lechitin dan
cephalin. Komplek lemak ini berbeda dari lemak biasa, dimana
kandungannya cukup variatif seperti asam phosphat dalam residu
asam lemak. (Kirk Othmer, ”Encyclopedia Of Chemical
Technology”, Vol.11, Ed.3, p.921)
Gliserin dapat diproduksi melalui beberapa
metode proses. Beberapa jenis proses untuk menghasilkan
gliserin dengan kemurnian tinggi yang umum digunakan
dalam dunia industri adalah :
(1). Saponifikasi minyak dengan soda kaustik, Proses ini
menghasilkan spent soap lyes (SSL) yang mengandung 10 –
25% gliserol. (Swern, D., “Bailey’s Industrial Oil And Fat
Tugas Akhir
Pabrik Gliserol dari CPO
dengan Proses Continuous Fat Splitting
Bab I Pendahuluan I-12

Products”, Vol.5, Ed.5, p.277)


(2). Proses hidrolisa atau “fat splitting”, ada 3 metode
pemisahan (splitting) minyak yang diketahui yaitu Proses
Twitchell, Proses Batch Autoclave, Proses Kontinyu.
(Swern, D., “Bailey’s Industrial Oil And Fat Products”, Vol.5, Ed.5, p.
41) Reaksi hidrolisa tersebut adalah sebagai berikut :

(Swern,D., “Bailey's Industrial Oil And Fat Products”, Vol. 5, Ed.5,


p.275)
(3). Transesterifikasi minyak dengan methanol, reaksi
transesterifikasi merupakan reaksi yang menggantikan alkohol
dari ester dengan gugus alkohol lainnya, seperti proses hidrolisa,
hanya saja pada proses ini digunakan alkohol sebagai pengganti
fungsi air. (Swern,D., “Bailey’s Industrial Oil And Fat Products”,
Vol.5, Ed.5, p.48)

Kelapa Sawit
Pohon Kelapa Sawit terdiri daripada dua spesies
Arecaceae atau famili palma yang digunakan untuk pertanian
komersil dalam pengeluaran minyak kelapa sawit. Pohon Kelapa
Sawit Afrika, Elaeis guineensis, berasal dari Afrika barat di
antara Angola dan Gambia, manakala Pohon Kelapa Sawit
Amerika, Elaeis oleifera, berasal dari Amerika Tengah dan
Amerika Selatan. Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon.
Tingginya dapat mencapai 24 meter. Bunga dan buahnya berupa
tandan, serta bercabang banyak. Buahnya kecil dan apabila
masak, berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat.
Daging dan kulit buahnya mengandungi minyak. Minyaknya itu
digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin.

Tugas Akhir
Pabrik Gliserol dari CPO
dengan Proses Continuous Fat Splitting
Bab I Pendahuluan I-13

Ampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak,


khususnya sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam.
Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang

Gambar 1.2 kelapa sawit

Urutan dari turunan Kelapa Sawit:


Kingdom : Tumbuhan
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Jenis : Elaeis
Spesies : E. guineensis

Minyak Kelapa Sawit


Produk minyak kelapa sawit sebagai bahan makanan
mempunyai dua aspek kualitas. Aspek pertama berhubungan
dengan kadar dan kualitas asam lemak, kelembaban dan kadar
kotoran. Aspek kedua berhubungan dengan rasa, aroma dan
kejernihan serta kemurnian produk. Kelapa sawit bermutu prima
(SQ, Special Quality) mengandung asam lemak (FFA, Free
Fatty Acid) tidak lebih dari 2% pada saat pengapalan. Kualitas
standar minyak kelapa sawit mengandung tidak lebih dari 5%
FFA. Setelah pengolahan, kelapa sawit bermutu akan

Tugas Akhir
Pabrik Gliserol dari CPO
dengan Proses Continuous Fat Splitting
Bab I Pendahuluan I-14

menghasilkan rendemen minyak 22,1%‐22,2% (tertinggi) dan


kadar asam lemak bebas 1,7%‐2,1% (terendah).

Standar Mutu Minyak Kelapa Sawit


Mutu minyak kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua
arti, pertama, benar‐benar murni dan tidak bercampur dengan
minyak nabati lain. Mutu minyak kelapa sawit tersebut dapat
ditentukan dengan menilai sifat‐sifat fisiknya, yaitu dengan
mengukur titik lebur angka penyabunan dan bilangan yodium.
Kedua, pengertian mutu sawit berdasarkan ukuran. Dalam hal
ini syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu
internasional yang meliputi kadar ALB, air, kotoran, logam besi,
logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan. Kebutuhan
mutu minyak kelapa sawit yang digunakan sebagai bahan baku
industri pangan dan non pangan masing‐masing berbeda. Oleh
karena itu keaslian, kemurnian, kesegaran, maupun aspek
higienisnya harus lebih Diperhatikan. Rendahnya mutu minyak
kelapa sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor‐faktor
tersebut dapat langsung dari sifat induk pohonnya, penanganan
pasca panen, atau kesalahan selama pemrosesan dan
pengangkutan.
Dari beberapa faktor yang berkaitan dengan standar mutu
minyak sawit tersebut, didapat hasil dari pengolahan kelapa
sawit, seperti di bawah ini :
a) Crude Palm Oil
b) Crude Palm Stearin
c) RBD Palm Oil
d) RBD Olein
e) RBD Stearin
f) Palm Kernel Oil
g) Palm Kernel Fatty Acid
h) Palm Kernel
i) Palm Kernel Expeller (PKE)
j) Palm Cooking Oil
k) Refined Palm Oil (RPO)
Tugas Akhir
Pabrik Gliserol dari CPO
dengan Proses Continuous Fat Splitting
Bab I Pendahuluan I-15

l) Refined Bleached Deodorised Olein (ROL)


m) Refined Bleached Deodorised Stearin (RPS)
n) Palm Kernel Pellet
o) Palm Kernel Shell Charcoal

Komposisi Minyak Kelapa Sawit


Minyak kelapa sawit dan inti minyak kelapa sawit
merupakan susunan dari fatty acids, esterified, serta glycerol yang
masih banyak lemaknya. Didalam keduanya tinggi serta penuh
akan fatty acids, antara 50% dan 80% dari masing‐masingnya.
Minyak kelapa sawit mempunyai 16 nama carbon yang penuh
asam lemak palmitic acid berdasarkan dalam minyak kelapa
minyak kelapa sawit sebagian besar berisikan lauric acid. Minyak
kelapa sawit sebagian besarnya tumbuh berasal alamiah untuk
tocotrienol, bagian dari vitamin E. Minyak kelapa sawit
didalamnya banyak mengandung vitamin K dan magnesium.

Tabel I.2.1 Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit & inti kelapa
sawit
Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit Minyak Inti Sawit
(%) (%)
Asam kapirat - 3–4
Asam kaproat - 3–7
Asam laurat - 46 – 52
Asam miristat 1,1 – 2,5 14 – 17
Asam palmitat 40 – 46 6,5 – 9
Asam stearat 3,6 – 4,7 1 – 2,5
Asam oleat 39 – 45 13 – 19
Asam linoleat 7 – 11 0,5 – 2
(Ketaren , S . 1986)

Minyak kelapa sawit seperti umumnya minyak nabati


lainnya adalah merupakan senyawa yang tidak larut dalam air,
sedangkan komponen penyusunnya yang utama adalah
trigliserida dan nontrigliserida. Seperti halnya lemak dan
Tugas Akhir
Pabrik Gliserol dari CPO
dengan Proses Continuous Fat Splitting
Bab I Pendahuluan I-16

minyak lainnya, minyak kelapa sawit terdiri atas trigliserida


yang merupakan ester dari gliserol dengan tiga molekul asam
lemak.
Asam lemak merupakan rantai hidrokarbon yang
setiap atom karbonnya mengikat satu atau dua atom hydrogen
kecuali atom karbon terminal mengikat tiga atom hidrogen,
sedangkan atom karbon terminal lainnya mengikat gugus
karboksil. Asam lemak yang pada rantai hidrokarbonnya terdapat
ikatan rangkap disebut asam lemak tidak jenuh, dan apabila tidak
terdapat ikatan rangkap pada rantai hidrokarbonnya karbonnya.
disebut dengan asam lemak jenuh.

Tabel I.2.2 Karakteristik Minyak Sawit


Karakteristik Jumlah
Specific Gravity pada 37,8 oC 0,898-0,901
Iodine Value 44 – 58
Saponification Value 195 – 205
Unsaponification Value, % < 0,8
Titer, °C 40 – 47
(Ketaren , S . 1986)

Gliserida, makin tinggi titik beku atau titik cair minyak


tersebut .Sehingga pada suhu kamar biasanya berada pada fase
padat. Sebaliknya semakin tidak jenuh asam lemak dalam
molekul trigliserida maka makin rendah titik helm atau titik.cair
minyak tersebut sehingga pada suhu kamar berada pada fase cair.
Minyak kelapa Sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai
komposisi yang tetap. Asam-asam lemak penyusun trigliserida
terdiri dari asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh.Berikut
ini adalah tabel dari komposisi trigliserida dan tabel komposisi
asam lemak dari minyak kelapa sawit.

Tugas Akhir
Pabrik Gliserol dari CPO
dengan Proses Continuous Fat Splitting
Bab I Pendahuluan I-17

I.3 Kegunaan
Kegunaan dari gliserol antara lain:
1. Kosmetik
Digunakan sebagai body agent, emollient, humectants,
lubricant, solven. Biasanya dipakai untuk skin cream and
lotion, shampoo and hair conditioners, sabun dan
detergen
2. Peledak
Digunakan untuk membuat nitrogliserin sebagai bahan
dasar peledak.
3. Industri Makanan dan Minuman
Digunakan sebagai solven, emulsifier, conditioner, freeze,
preventer and coating serta dalam industri minuman
anggur.
4. Industri Logam
Digunakan untuk pickling, quenching, stripping,
electroplatting, galvanizing dan solfering.
5. Industri Kertas
Digunakan sebagai humectant, plasticizer, dan softening
agent.
6. Industri Farmasi
Digunakan untuk antibiotik dan kapsul.
7. Fotografi
Digunakan sebagai plasticizing.
8. Resin
Digunakan untuk polyurethanes, epoxies, pthalic acid dan
maleic acid resin
9. Industri Tekstil
Digunakan untuk lubricating, antishrink, waterproofing
dan flameproofing

Tugas Akhir
Pabrik Gliserol dari CPO
dengan Proses Continuous Fat Splitting
Bab I Pendahuluan I-18

Tabel I.3 Prosentase penggunaan gliserol


Kegunaan Pemakaian
(%)
Alkyd resin 36
Cellophone 17
Kebutuhan obat-obatan dan pasta gigi 16
tembakau 13
Monogliserides dan bahan makana 3
Bahan peledak 5
Penggunaan lain (seperti pelumas, sabun detergen, 14
keramik, produk fotografi, dan kosmetik)
(Kirk Othmer, 1966)

I.4 Sifat Fisika dan Kimia


I.4.1 Bahan Baku Utama
Crude Palm Oil (CPO)
 Sifat Fisika
Berat Molekul : 847,28 g/mol
Titik Didih : 298oC
Titik Beku : 5oC
Specific Gravity (37,8oC) : 0,9
Densitas : 0,895 g/cm3
Panas Jenis : 0,497 kal/goC
Angka Sabun : 198
Angka Asam :8
Tegangan Muka : 35,4 dyne/cm (20 oC)
: 27,3 dyne/cm (60 oC)
Warna : Cairan kuning jingga
(Ketaren, 1986)

I.4.2 Bahan Baku Pendukung


Air
 Sifat Fisika
Rumus Molekul :H–O–H
Rumus Kimia : H2O
Tugas Akhir
Pabrik Gliserol dari CPO
dengan Proses Continuous Fat Splitting
Bab I Pendahuluan I-19

Berat Molekul : 18, 0153 g/mol


Titik Didih : 100oC
Titik Beku : 0oC
Temperatur Kritis : 374,15oC
Tekanan Kritis : 218,3074 atm
Densitas : 0,998 g/cm3(cair, 20oC)
Kalor jenis (20 °C) : 4184 J/(kg·K)
(id.wikipedia.org/wiki/Air)

 Sifat Kimia
a. Hidrolisis
Reaksi hidrolisis antara minyak dan air akan
menghasilkan asam lemak dan gliserol, menurut
reaksi:
C3H5(COOR)3 + H2O C3H5(OH)3 + 3HOOCR
b. Elektrolisis air
Molekul air dapat diuraikan menjadi unsur-unsur
asalnya dengan mengalirinya arus listrik. Proses ini
disebut elektrolisis air. Reaksi keseluruhan yang
setara dari elektrolisis air dapat dituliskan sebagai
berikut.
2H2O(l) 2H2(g) + O2(g)
c. Kelarutan (solvasi)
Air adalah pelarut yang kuat, melarutkan banyak
jenis zat kimia. Zat-zat yang bercampur dan larut
dengan baik dalam air (misalnya garam-garam)
disebut sebagai zat-zat "hidrofilik" (pencinta air), dan
zat-zat yang tidak mudah tercampur dengan air
(lemak dan minyak), disebut sebagai zat-zat
"hidrofobik" (takut-air).
d. Kohesi
Air menempel pada sesamanya (kohesi) karena air
bersifat polar.
(id.wikipedia.org/wiki/Air)

Tugas Akhir
Pabrik Gliserol dari CPO
dengan Proses Continuous Fat Splitting
Bab I Pendahuluan I-20

Soda Kaustik (NaOH)


 Sifat fisika
Warna : Putih
Sifat kristal : Higroskopis mudah mencair
Spesific gravity : 2,13
Titik lebur : 318,4 oC
Titik didih : 1,39 oC
Kelarutan dalam
setiap 100 bagian : - Air dingin (0oC) : 42
- Air panas (100oC) : 347
 Sifat kimia
Rumus Molekul : NaOH
Berat Molekul : 40
(Perry,R.H.,“Perry’s Chemical Engineer’s Handbook”, Ed.5, p.21)

Karbon Aktif
 Komposisi kimia
SiO2 (%) : 56,5
Al2O3 (%) : 11,6
Fe2O3 (%) : 3,3
CaO (%) : 3,1
MgO (%) : 6,3
(Ketaren,”Pengantar Teknologi Pengolahan Minyak Dan Lemak
Pangan”, p.205)

I.4.3 Produk
I.4.4 Produk Utama
Gliserol
Rumus kimia : C3H8O3
Sifat fisik : bening, tidak berwarna dan higrokopis
Berat molekul : 92,094 g/mol
Titik lebur (oC) : 18,17
Titik didih (oC) : 290
Viscositas (cp) : 1499 (pada 20oC)
Spesifik gravity : 1,262

Tugas Akhir
Pabrik Gliserol dari CPO
dengan Proses Continuous Fat Splitting
Bab I Pendahuluan I-21

 Sifat Kimia
Gliserol sangat larut dalam air. Mutu gliserol
yang dihasilkan dari hidrolisa minyak sawit berkadar
12% dan memiliki pH berkisar 4-5. Rendahnya pH
gliserin ini disebabkan asam lemak terlarut dalam jumlah
yang sedikit pada gliserol. Asam lemak dapat terlarut
pada gliserol pada suhu dan tekanan proses hidrolisa.
Dalam industri oleokimia gliserol yang
dihasilkan dari hidrolisa trigliserida disebut glyserine
water (air gliserol). Air gliserol ini masih mengandung
bahan-bahan seperti trigliserida, digliserida,
monogliserida berkisar 2% serta asam lemak yang terlarut
pada saat hidrolisa minyak dilakukan. Dalam pengolahan
air gliserol bahan-bahan tersebut diatas harus dipisahkan
bagi pemurnian gliserol.

I.4.5 Produk Samping


Fatty Acid
 Sifat fisika
Rumus Kimia : C16H23O2
Berat Molekul : 256,42 g/mol
Boiling point : 2150C at 15mmHg
Melting point : 520C
Flash point : 1850C
Spesific gravity : 0.861 g/cm3(at 200C)
(Merck, MSDS V – 111 Rev. 5 of fatty acid )

Tugas Akhir
Pabrik Gliserol dari CPO
dengan Proses Continuous Fat Splitting
Bab I Pendahuluan I-22

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

Tugas Akhir
Pabrik Gliserol dari CPO
dengan Proses Continuous Fat Splitting

Anda mungkin juga menyukai