PEMBAHASAN
3
Apabila mengacu pada tabel 1.1 bahwa benca banjir dadn longsor mencapai
85%, hal ini menunjukkan bahwa becana alam di Indonesia dalam kurun waktu
1998-2003 sebenarnya adalah bencana alam yang dapat diantisipasi oleh manusia.
Bencana banjir dan longsor merupakan jenis bencana alam yang bukan murni akibat
fenomena alam, namun bencana yang terjadi akibat campur tangan manusia.
Agar mampu memahami dengan baik makna dari banjir, Yulaelawati (2008)
memberikan gambaran mengenai derah penguasaan sungai. Di dalam suatu
ekosistem sungai terdapat bagian-bagian yang tidak terpisahkan satu dengan yang
lainnya, yanki palung sungai yang selalu tergenang oleh air sungai, dataran banjir
yang akan tergenang apabila sungai meluap, dan bantaran sungai. Gambar 1.1 akan
mendiskripsikan bagian-bagian yang telah disebutkan diatas
4
Gambar 1.2 Skema bantaran sungai yang tergenang oleh banjir
a. Banjir Kilat
Banjir kilat adalah banjir yang terjadi hanya dalam waktu delapan jam
setelah hujan lebat mulai turun. Biasanya jenis banjir ini sering dihubungkan
dengan banyaknya awan kumulus, kilat dan petir yang keras, badai tropis atau cuaca
dingin.Umumnya banjir kilat diakibatkan oleh meluapnya air hujan yang sangat
deras. Namun, selain hal tersebut juga dapat disebabkan oleh faktor lain, seperti:
bendungan yang gagal menahan debit air yang meningkat, es yang tiba-tiba
meleleh, dan berbagai perubahan besar dibagian hulu sungai.
5
b. Banjir Luapan Sungai
Banjir luapan sungai adalah banjir yang terjadi dengan proses yang cukup
lama, walaupun terkadang proses tersebut tidak diperhatikan, sehingga datangnya
banjir terasa mendadak dan mengejutkan. Banjir tipe ini biasanya bertipe musiman
atau tahunan, dan mampu berlangsung sangat lama. Penyebab utamanya adalah
kelongsoran di daerah yang biasanya mampu menahan kelebihan debit air.
c. Banjir Pantai
Banjir pantai biasanya dikaitkan dengan terjadinya badai tropis. Banjir yang
membawa bencana dari luapan air hujan sering bertambah parah karena badai yang
dipicu angin kencang di sepanjang pantai. Hal ini mengakibatkan air garam akan
membanjiri daratan karena dampak perpaduan gelombang pasang.
Pada gambar 2.1 (a), 2.1 (b), dan 2.1 (c) berikut, akan ditunjukkan ilustrasi
dari ketiga jenis banjir yang telah disebutkan diatas, berikut merupakan ilustrasi
dari banjir kilat, banjir luapan, dan banjir pantai:
6
Selain ketiga jenis banjir yang telah disebutkan diatas, salah satu banjir yang
sering terjadi di Indonesia adalah Banjir Bandang. Banjir bandang (flash flood)
adalah penggenangan akibat limpasan keluar alur sungai karena debit sungai yang
membesar tiba-tiba melampaui kapasitas aliran, terjadi dengan cepat melanda
daeraah-daerah rendah permukaan bumi, di lembah sungai-sungai dan
cekungancekungan dan biasanya membawa material sampah (debris) dalam
alirannya. Banjir bandang bisa berlangsung cepat (biasanya kurang dari enam jam)
dan mempunyai tinggi permukaan gelombang banjir berkisar 3 hingga 6 meter
dengan membawa material sampah hasil dari sapuannya di sepanjang lajurnya
(Mulyanto, 2012).
Gambar 2.2 diatas merupakan salah satu peristiwa banjir bandang yang
terjadi di Negara Iran pada tahun 2015 ini. Dikutip dari warta berita online
(http://internasional.republika.co.id/).
7
Kombinasi aliran material vulkanik seperti abu gunung api, kerikil, kerakal,
dan bongkahan batu dengan lereng curam menjadikan aliran banjir lahar juga
dikendalikan oleh percepatan gaya gravitasi bumi. Selain itu, banjir ini juga
mempunyai bongkahan batu yang besar yang terangkut dengan aliran akibat aliran
lahar mempunyai berat jenis yang sama dengan bongkahan batu tersebut. Gambar
2.3 berikut menggambarkan tentang dampak dari banjir lahar yang terjadi di kaki
gunung Merapi, tepatnya berada di daerah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
a) Faktor Alam
Bencana akibat alam disebabkan oleh adanya fenomena alam yang dikenal
sebagai bencana alam. Akan tetapi, pada faktanya, manusia tetap berkontribusi
paling besar dengan terjadinya bencana alam yang sering terjadi saat ini. Sebagai
contoh, Akibat pemanasan global menyebabkan terjadinya perubahan pada pola
iklim yg akhirnya merubah pola curah hujan, makanya jngan heran kalau sewaktu-
waktu hujan bisa sangat tinggi intensitasnya dan kadang sangat rendah.
8
b) Faktor Manusia
Sementara itu, bencana akibat ulah tangan manusia diakibatkan oleh adanya
ulah manusia yang membuat perubahan situasi alam yang ada saat ini. Salah satu
contohnya adalah pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Pemenuhan kebutuhan
hidup manusia ini bermacam-macam bentuknya, mulai dari melakukan penebangan
hutan secara liar, mendirikan pemukiman di daerah bantaran sungai, perusakan
kawasan hutan mangrove di daerah tepian pantai, dan menjadikan aliran sungai
sebagai tempat pembuangan sampah (Sundar, 2007).
Ilustrasi dari bencana yang disebabkan oleh ulah manusia akan ditunjukkan melalui
Gambar 2.3 (a), (b), dan (c) sebagai berikut
Gambar 2.3 (a) Penebangan hutan (b) Pemukiman kumuh (c) Membuang sampah
tidak pada tempatnya
Gambar 2.3 (a) merupakan gambar dari penebangan hutan di hutan Amazon,
Amerika selatan yang diambil dari situs (pemanasanglobal.net). Gambar 2.3 (b)
merupakan gambar pemukiman kumuh di bantaran sungai Ciliwung Jakarta yang
diambil dari situs (lensaindonesia.com). Sementara, gambar 2.3 (c) merupakan
gambar dari menumpuknya sampah yang menumpuk di suatu Daerah Aliran Sungai
(DAS) yang diambil dari situs (leuserantara.com). Hal-hal seperti inilah yang
menyebabkan bencana banjir.
9
2.4 Penyebab Terjadinya Banjir
2. Diare
3. Penyakit kulit
4. Gastritis
10
5. Kecelakaan (luka, tersengat listrik, tenggelam dll)
6. Leptospirosis
7. Conjungtivitis
9. Typhus abdominalis
11
Tabel 1.2 Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam Siklus Penangulangan
Banjir
(BAPPENAS 2008).
12
terkait, sedangkan pertemuan lintas sektor diselenggarakan di bawah koordinasi
Bakornas PBP di tingkat pusat, Satkorlak PBP di tingkat provinsi, Satlak PBP di
tingkat Kabupaten/Kota dan Satgas di tingkat Kecamatan
3. Pelatihan terpadu
Pelatihan dilakukan dengan melibatkan petugas dari berbagai sektor antara
lain dari Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Dinas Kimpraswil, TNI, Polri, PMI,
Dinas Kebersihan, Hansip, SAR dan instansi terkait lainnya yang terlibat dalam
penanggulangan bencana banjir. Dalam pelatihan penanggulangan masalah
kesehatan akibat banjir disertai dangan kegiatan gladi posko dan gladi lapangan.
Pada latihan gladi lapangan di tingkat puskesmas diperagakan upaya triase, P3K
dan cara merujuk korban. Gladi lapangan melibatkan lintas sektor dan
masyarakat untuk meningkatkan kerjasama teknis operasional di lapangan.
4. Peningkatan penyuluhan kesehatan masyarakat
Himbauan kepada masyarakat untuk mempersiapkan pengung-
sian apabila terjadi banjir antara lain menyiapkan peralatan dan kebutuhan
pribadi, makanan dan minuman, dokumen penting, dan peralatan rumah tangga
lainnya.
5. Pembentukan Tim kesehatan dan mobilisasi tenaga kesehatan
Dalam penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana banjir perlu
dipersiapkan tenaga kesehatan secara khusus (bisa berenang, mendayung,
mengoperasionalkan perahu karet dan keterampilan lainnya) dan memobilisasi
tenaga tersebut ke lokasi bencana.
6. Menyiapkan bahan sanitasi (kaporit, aquatab, PAC, kantong sampah,
desinfektan, dll)
Jumlah bahan sanitasi disesuaikan dengan jumlah sarana air bersih yang
tercemar. Data dapat diperoleh dari pengalaman kejadian sebelumnya.
7. Peran masyarakat dalam penanggulangan bencana banjir
Mengikutsertakan anggota masyarakat dalam proses penanggulangan bencana
banjir dan dampaknya.
13
8. Menyiapkan sarana transportasi pelayanan kesehatan (perahu karet, ambulans,
dll)
Sarana transportasi harus disesuaikan dengan keadaan wilayah yang terkena
banjir. Terkait dengan sarana diperlukan juga tenaga yang terlatih untuk
menggunakan sarana tersebut.
9. Menyiapkan sarana komunikasi
Untuk mempercepat penyampaian informasi diperlukan sarana yang
memadai dan dapat dioperasionalkan dalam situasi banjir.
10. Menyiapkan perlengkapan lapangan
Untuk mendukung pelayanan kesehatan diperlukan peralatan yang setiap saat
dapat dipindahkan dan digunakan. Peralatan tersebut meliputi tenda, velbet,
genset, tandu, petromak, tali, dll.
11. Menyiapkan obat, alat kesehatan dan bahan habis pakai
Tiap puskesmas harus menyediakan obat, alat kesehatan dan bahan habis
pakai yang terkait dengan masalah kesehatan akibat banjir. Pendistribusian obat
dilakukan sebelum musim hujan dan menempatkan obat di lokasi yang tidak
banjir.
12. Menyiapkan identitas untuk pos kesehatan dan petugas
Identitas diperlukan untuk memudahkan masyarakat mengetahui tempat
pelayanan kesehatan dan mengenali petugas kesehatan. Identitas pos kesehatan
dapat berupa spanduk, poster dll. Sementara itu identitas petugas kesehatan
dapat berupa baju seragam, rompi, topi,
14
dan usia lanjut. Pada kegiatan ini melibatkan unsur SAR, Polisi, TNI,
Hansip, PMI dan tenaga kesehatan terlatih, serta masyarakat.
3. Memberikan pertolongan pada korban
Pertolongan pada pasien diberikan oleh tenaga kesehatan dengan maksud
untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian. Sedangkan pertolongan
korban pengungsian akan dilakukan secara lintas sektor yang melibatkan
Dinas Sosial, PMI, Kimpraswil, Hansip, dan sektor lainnya dibawah
koordinasi Satlak PBP.
4. Memberikan pelayanan kesehatan gratis
Pelayanan kesehatan diberikan secara gratis pada pos pelayanan
kesehatan yang buka 24 jam dan pelayanan kesehatan keliling .
5. Merujuk penderita jika diperlukan
Untuk memberikan pelayanan kesehatan rujukan, dapat berkoordinasi
dengan beberapa rumah sakit pemerintah dan swasta terdekat. Untuk itu
diperlukan komunikasi dan jalinan kerjasama dalam upaya memberikan
pelayanan kesehatan lebih baik.
6. Melakukan penilaian kesehatan secara cepat (rapid health assessment)
Penilaian cepat dilakukan bersamaan dengan pelayanan kesehatan
darurat (emergency). Upaya pertolongan akan berhasil dengan baik apabila
kita mengetahui persoalan yang ada di lapangan. Yang perlu mendapat
perhatian dalam penilaian kesehatan secara cepat, antara lain, jumlah korban
(meninggal, luka berat, luka ringan), ketersediaan obat, tenaga, fasilitas
kesehatan dll.
7. Melakukan surveilans penyakit berpotensi kejadian luar biasa (KLB)
Surveilans dilakukan untuk mengantisipasi adanya peningkatan kasus,
khususnya beberapa penyakit yang potensial menjadi KLB, antara lain:
a. ISPA c. Leptospirosis
b. Diare
8. Membuat pencatatan dan pelaporan
Untuk memudahkan evaluasi kegiatan dibutuhkan ketertiban dan
kerapian dalam pencatatan dan pelaporan. Pelaporan juga dipakai sebagai
bukti adanya suatu kegiatan.
15
C. Upaya Penanggulangan Pasca Banjir
Kegiatan yang dapat dilakukan pasca banjir, antara lain:
1. Melakukan perbaikan kualitas air bersih (kaporisasi, pemberian PAC, aquatab)
Banjir menyebabkan terjadinya pencemaran sumber air bersih. Perbaikan
kualitas air dapat dilakukan dengan pemberian penjernih air cepat (Poly
Aluminium Chlorine/PAC 1 sachet untuk 20 liter), tawas (1 sendok teh untuk 20
liter). Kegiatan kaporisasi dilakukan setelah penjernihan air dengan (Ca OCl2
14,4 mg/hari dengan sisa chlor 0,2 mg/l).
2. Melakukan Desinfeksi
Untuk menghindari terjadinya infeksi akibat pencemaran lingkungan
diperlukan upaya pemberian bahan desinfektan pada barang, tempat dan
peralatan lain khususnya untuk sterilisasi peralatan kesehatan.
3. Melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
Untuk mencegah timbulnya kejadian luar biasa (KLB), diperlukan upaya
pemberantasan sarang nyamuk. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain
dengan 3M (menguras, menutup dan mengubur) tempat-tempat yang
memungkinkan nyamuk berkembang biak, pengasapan (fogging).
4. Membantu perbaikan jamban dan sarana pembungan air limbah (SPAL)
Perbaikan sarana jamban keluarga oleh tenaga kesehatan dapat dilakukan
dengan memberikan bantuan teknis dan bahan stimulant antara lain semen, besi,
cetakan closet dll.
5. Melakukan surveilans penyakit potensi KLB
Upaya pemantauan terhadap perkembangan penyakit yang potensial
menjadi KLB tetap harus dilakukan (leptospirosis, typoid, malaria, disentri),
walaupun banjir telah berlalu. KLB sering terjadi justru disaat banjir telah surut.
Tercemarnya sumber air bersih, buruknya sanitasi lingkungan, turunnya daya
tahan tubuh merupakan variabel yang memicu terjadinya KLB.
6. Inventarisasi perbaikan sarana kesehatan
Kesinambungan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh kelengkapan sarana
dan peralatan kesehatan. Banjir mengakibatkan kerusakan sarana kesehatan,
untuk itu sebelum melakukan perbaikan sarana, perlu dilakukan kegiatan
inventarisasi sarana.
16
7. Evaluasi
Setiap kegiatan dalam penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana
perlu dilakukan kegiatan evaluasi. Tujuan evaluasi untuk mengetahui
kekurangan dan keberhasilan serta sebagai acuan untuk penyusunan kegiatan
berikutnya.
17
a. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam
penanggulangan ancaman bencana untuk setiap fasenya.
b. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan,
paling merah nasional, maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam
memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana
kepada masyarakat.
c. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan
kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana yang meliputi hal-hal berikut.
1) Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut).
2) Pelatihan pertolongan pertama pada keluarga seperti menolong anggota
keluarga yang lain.
3) Pembekalan informasi tentang bagaimana menyimpan dan membawa
persediaan makanan dan penggunaan air yang aman.
4) Perawat juga dapat memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat
seperti dinas kebakaran, rumah sakit, dan ambulans.
5) Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan dan
poskoposko bencana.
6) Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa seperti
pakaian seperlunya, radio portable, senter beserta baterainya, dan lainnya.
3.Peran Perawat dalam Keadaan Darurat (Impact Phase)
Biasanya pertolongan pertama pada korban bencana dilakukan tepat setelah
keadaan stabil. Setelah bencana mulai stabil, masing-masing bidang tim survey
mulai melakukan pengkajian cepat terhadap kerusakan-kerusakan, begitu juga
perawat sebagai bagian dari tim kesehatan.
Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat untuk memutuskan tindakan
pertolongan pertama. Ada saat dimana ”seleksi” pasien untuk penanganan segera
(emergency) akan lebih efektif. (Triase )
TRIASE
Merah — paling penting, prioritas utama. keadaan yang mengancam kehidupan
sebagian besar pasien mengalami hipoksia, syok, trauma dada, perdarahan internal,
trauma kepala dengan kehilangan kesadaran, luka bakar derajat I-II
18
Kuning — penting, prioritas kedua. Prioritas kedua meliputi injury dengan efek
sistemik namun belum jatuh ke keadaan syok karena dalam keadaan ini sebenarnya
pasien masih dapat bertahan selama 30-60 menit. Injury tersebut antara lain fraktur
tulang multipel, fraktur terbuka, cedera medulla spinalis, laserasi, luka bakar derajat
II
Hijau — prioritas ketiga. Yang termasuk kategori ini adalah fraktur tertutup, luka
bakar minor, minor laserasi, kontusio, abrasio, dan dislokasi
Hitam — meninggal. Ini adalah korban bencana yang tidak dapat selamat dari
bencana, ditemukan sudah dalam keadaan meninggal.
19
5. Peran Perawat Pada Pase Intra/Saat Bencana
Siklus penanganan bencana pada pase intra/saat bencana yaitu Tanggap
darurat dengan peran perawat pada pase intra/saat bencana :
a. Bertindak cepat
b. Do not promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti,
dengan maksud memberikan harapan yang besar pada para korban selamat.
c. Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan
d. Koordinasi danmenciptakan kepemimpinan.
e. Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang terkait dapat mendiskusikan
dan merancang master plan of revitalizing, biasanya untuk jangka waktu 30
bulan pertama.
6. Peran Perawat Dalam Fase Postimpact
Siklus penanganan bencana pada pase post/pasca bencana yaitu Rekuntruksi
dan rehabilitasi dengan peran perawat pada pase post/pasca bencana :
a. Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaaan fisik, sosial, dan
psikologis korban.
b. Stres psikologis yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi
posttraumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan tiga
kriteria utama. Pertama, gejala trauma pasti dapat dikenali. Kedua, individu
tersebut mengalami gejala ulang traumanya melalui flashback, mimpi, ataupun
peristiwa-peristiwa yang memacunya. Ketga, individu akan menunjukkan
gangguan fisik. Selain itu, individu dengan PTSD dapat mengalami penurunan
konsentrasi, perasaan bersalah, dan gangguan memori
c. Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja sama
dengan unsur lintas sektor menangani masalah kesehatan masyarakat
pascagawat gawat darurat serta serta mempercepat fase pemulihan menuju
keadaan sehat dan aman.
(Mepsa,2012)
20
2.8 Cara Mengatasi Banjir
Dalam artikel www.Kompasiana.com dijelaskan beberapa cara mencegah
banjir, diantaranya :
1. Membuat are resapan permukiman warga
Sumur resapan berfungsi untuk mengarahkan air kedalam tanah sehingga mengurangi
aliran permukaan.Berkurangnya aliran prmukaan akan mengurangi genangan dan
banjir. Selain dipermukiman, area resapan yang berupa sumur resapan bisa dibuat
berbagai tempat di pemukiman, perkantoran, sempadan jalan dan tempat yang rawan
genangan dan juga menamah persediaan air didalam tanah. Selain itu, pembuatan
biopori yang popular saat ini cukup membantu mersapkan air ke dalam tanah sekaligus
mengurangi sampah.
2. Menanam tanaman terutama pepohonan.
Kegiatan ini dilakukan tidak hanya di daerah hulu namun juga di daerah tengah
dan hilir. Menanam tanaman baik tanaman kecil maupun pohon akan
mengurangi erosi dan aliran permukaan. Berkurangnya erosi akan mengurangi
pendangkalan dan penyempitan adan sungao. Akar pepohonan khususnya di
sempadan sungai dapat menahan gerusan air terhadap tanah sehingga leih tahan
terhadap longsor.
3. Membentuk Kelompok Masyarakat Pengendali Banjir.
Kelompok pengendali banjir berbasis masyarakat akan sangat membantu
pemerintah dalam upaya mengurangi resiko banjir. Pemerintah tidak akan
mampu menyelesaikan seluruh masalah banjir tanpa melibatkan masyarakat.
4. Membangun atau menetapkan lokasi dan jalur evakuasi bila terjadi banjir.
Kegiatan ini dalam rangka mengurangi korban akibat banjir. Penetapan lokasi
dan jalur evaluasi yang sudah terencana akan memudahkan warga yang
wilayahnya terkena banjir menyelamatkan diri dan propertinya dengan cepat.
Kelompok pengendali banjir isa dimulai dari tingkat Desa atau RW sesuai
dengan kebutuhan.
5. Membangun sistem peringatan dini banjir berasis warga.
Sistem peringatan banjir berbasis warga sangat diperlukan karena masyarakatlah
yang langsung merasakan adanya bencana tersebut. Sistem peringatan dini
meliputi kegiatan pengamatan hujan dan tinggi muka air, prediksi banjir,
penyebaran informasi dan peringatan bahaya dan tindakan yang diperlukan
21
sesuai tingkat bahaya. Sistem peringatan dini banjir sudah banyak diaplikasikan
di berbagai Negara yang sering terkena banjir seperti di kawasan Amerika
Tengah dan di Filipina.
6. Menjaga kebersihan saluran air dan limbah.
Seringkali genangan air di pemukiman disebabkan oleh meluapnya air dari
saluran pembuangan seperti selokan dan sungai. Menjaga kebersihan saluran air
dan limbah akan berguna untuk mengurangi genangan air yang berujung pada
banjir.
8. Mendukung upaya pembuatan kanal atau saluran dan bangunan pengendali
banjir dan lokasi evakuasi.
Kanal menjadi salah satu program besar di beberapa kota besar. Sebut saja
Jakarta yang membangun Proyek Banjir Kanal (Barat dan Timur) dan di Medan
di angun Kanal di daerah Deli Tua, untuk mengalirkan air dari Sungai Deli.
Banjir Kanal selain sebagai sarana pengendali anjir dimaksudkan sebagai
prasarana konservasi air untuk pengisian kembali air tanah dan sumber air baku
serta prasarana transportasi air. Mendukung pembuatan kanal ini bisa berupa
memudahkan pemerintah dalam pembebasan lahan dan menjaga kanal yang
sudah ada.
9. Bekerjasama dengan masyarakat di luar daerah banjir untuk menjaga daerah
resapan air.
Penanganan banjir erat kaitannya dengan pengelolaan Daerah Aliran Sungai
yang berada pada kawasan bioregion tertentu. Daerah Aliran Sungai (DAS)
mencakup areal yang melintasi batas administrasi sehingga harus ada rencana
pengelolaan bersama antar pemerintah daerah yang tercakup dalam kesatuan
DAS. Jakarta sebagai daerah hilir tempat bermuaranya sungai-sungai besar
yang berhulu di Propinsi Jawa Barat dan Banten. Untuk itu, masyarakat yang
tercakup wilayahnya dalam DAS, perlu bekerjasama. Warga kota Jakarta
misalnya, yang memiliki lahan di daerah puncak Bogor, mendorong warga
sekitar untuk memelihara kawasan lindung agar tetap berfungsi dalam
mengurangi resiko banjir.
22