Sosial Dan Budaya Dalam Pemasaran Internasional
Sosial Dan Budaya Dalam Pemasaran Internasional
Disusun oleh :
C. KARAKTERISTIK KULTUR
Kultur mempunyai beberapa karakteristik, antara lain kultur itu preskriptif,
kultur dimiliki secara social, kultur mempermudah komunikasi, kultur itu dipelajari,
kultur itu subyektif, kultur itu abadi, kultur itu kumulatif, dan kultur itu dinamis
(Simamora : .
1. Kultur itu preskriptif
Kultur menggariskan jenis perilaku yang dianggap diterima di dalam
masyarakat. Karakteristik preskriptif kultur menyederhanakan suatu proses
pengambilan keputusan konsumen dengan membatasi pilihan produk pada
yang diterima secara social.
2. Kultur dimiliki secara social
Kultur harus didasarkan pada interaksi dan kreasi social. Kultur tidak
mungkin ada dengan sendirinya. Kultur dimiliki bersama oleh semua
anggota suatu masyarakat sehingga bertindak mengukuhkan sifat preskriptif
kultur itu sendiri.
3. Kultur mempermudah komunikasi
Kultur biasanya menekankan kebiasaan-kebiasaan berpikir dan perasaan
yang sama di antara orang-orang. Dengan demikian dalam sebuah kelompok
kultur, memudahkan orang-orang untuk saling berkomunikasi satu sama lain.
4. Kultur itu dipelajari
Kultur tidak diwarisi secara genetis, kultur harus dipelajari dan diperoleh
melalui proses sosialisasi, enkulturasi dan akulturasi. Kemampuan untuk
mempelajari kultur memungkinkan orang-orang menyerap trend cultural
yang baru.
D. ELEMEN-ELEMEN KULTUR
Elemen kultur menurut Cateora (2009) :
1. Nilai-nilai cultural
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Geert Hofstede, ditemukan bahwa
kultur dari berbagai negara berbeda dalam empat dimensi primer yaitu :
a. Indeks Individualisme/Kolektif (Individualism/Collective Indez-
IDV)
Indeks Individualisme/Kolektif merujuk pada pilihan terhadap
perilaku yang memajukan kepentingan diri sendiri. Sedangkan
kolektivisme berhubungan dengan masyarakat di mana orang sejak
lahir terintegrasi dalam kelompok yang kuat dan padu.
b. Indeks Kekuasaan Jarak (Power Distance Index-PDI)
Indeks Kekuasaan Jarak mengukur toleransi dari ketidaksetaraan
social, yang merupakan ketidaksetaraan antara atasan dan bawahan
dalam system sosial.
c. Indeks Penghindaran Ketidakpastian (Uncertainty Avoidance
Index-UAI)
Indeks Penghindaran Ketidakpastian mengukur toleransi dari
ketidakpastian dan ambiguitas di antara anggota masyarakat.
d. Indeks Maskulinitas/Femininitas (Masculinity/Femininity Index-
MAS)
2. Ritual
Ritual adalah pola perilaku dan interaksi yang dipelajari dan diulag. Ritual
adalah hal yang penting karena menyelaraskan interaksi sehari-hari dan
kejadian-kejadian khusus. Ritual membuat orang tahu apa yang harus
diharapkan.
3. Symbol
Belajar untuk menerjemahkan symbol yang berada di sekitar kita secara
benar adalah bagian penting dalam sosialisasi.
4. Kepercayaan
Terdapat banyak sekali kepercayaan yang ada di dunia ini. Mengabaiakan
kepetingan mitos, kepercayaan, takhayul, atau kepercayaan kultur lainnya
adalah sebuah kesalahan karena mereka adalah bagian penting dari susunan
kultur suatu masyarakat dan mempengaruhi cara berperilaku. Bagi pemasar,
meremehkan takhayul dalam kultur lain ketika melakukan bisnis di negara
tujuan dapat menjadi kesalahan yang mahal
5. Proses berpikir
Seorang pemasar harus memehami perbedaan proses berpikir antara negara
asalnya dengan negara tujuannya. Misalnya terdapat perbedaan pola piker
antara Asia dan Eropa. Jika orang-orang Asia cenderung berpikir dengan
arah keseluruhan, sedangkan orang Eropa berpikir dengan lebih ke arah
focus.
E. PENGETAHUAN KULTURAL
Ada dua jenis pengetahuan yaitu pengetahuan factual dan intepretatif.
Pengetahuan faktual biasanya bersifat nyata dan harus dipelajari. Perbedaan arti,
warna, rasa, dan cirri-ciri lain yang ada dalam sebuah kultur adalah fakta-fakta yang
dapat diantisipasi, dipelajari, dan diserap oleh seorang pemasar.
Sedangkan pengetahuan intepretatif adalah kemampuan untuk memahami dan
menghargai sepenuhnya nuansa dari cirri dan pola kultur yang berbeda. Sebagai
contoh, arti dari waktu, sikap terhadap orang lain dan benda tertentu, pemahaman
akan peran seseorang dalam masyarakat, dan arti hidup sangat berbeda dari satu
kultur dengan yang lainnya, dan mungkin membutuhkan lebih dari sekedar
pengetahuan factual untuk dihargai sepenuhnya. Secara ideal seorang pemasar harus
memiliki kedua jenis pengetahuan mengenai sebuah pasar.
Pemasaran asing yang berhasil diawali dengan sensitivitas cultural yaitu menjadi
terbiasa pada nuansa-nuansa cultural, sehingga kultur yang baru dapt dipandang
secara objektif, diapresiasi, dan dievaluasi. Para pemasar harus memahami
bagaimana kultur mereka sendiri mempengaruhi asumsi mereka mengenai kultur
lain. Semakin rumit situasi, seseorang harus semakin sensitive, toleran, dan
fleksibel. Menjadi sensitive secara cultural akan mengurangi konflik dan
memperbaiki komunikasi, dan dengan demikian meningkatkan keberhasilan dalam
hubungan kerja sama.
Selain pengetahuan mengenai asal usul dan elemen cultural, pemasar internasional
juga harus mempunyai apresiasi mengenai bagaimana kultur berubah dan menerima
atau menolak ide-ide baru.
F. PERUBAHAN KULTURAL
1. Peminjaman cultural
Peminjaman cultural adalah usaha yang bertanggung jawab untuk belajar dari
cara kultur orang lain dalam mencari solusi yang lebih baik terhadap suatu
masalah tertentu dalam masyarakat. Meskipun banyak perilaku merupakan
pinjaman dari kultur lain, mereka dikombinasikan dalam sebuah cara yang unik
sehingga menjadi khas untuk masyarakat tertentu. Untuk pemasar asing, fitur
kultur-kultur yang serupa tapi tak sama ini mempunyai arti yang penting dalam
mendapatkan empati cultural.
2. Kemiripan : Sebuah ilusi
Para pemasar harus menilai setiap negara secara menyelurh sehubungan dengan
produk atau jasa yang ditawarkan, jangan bergantung pada aksioma yang sering
digunakan bahwa jika produk atau jasa dapat dijual di satu negara, maka pasti
akan dapat dijual di negara lain. Seiring tumbuhnya komunikasi amssal di
seluruh dunia dan meningkatnya saling ketergantungan ekonomi dan social
antarnegara, kemiripan antara negara akan meningkat dan perilaku pasar,
keinginan, kebutuhan yang sama juga akan semakin berkembang. Tugas dari
pemasar asing adalah untuk menyesuaikan strategi dan rencana pemasaran
dengan kebutuhan kultur di mana mereka berencana melakukan operasinya.
2. Distribusi
Dimensi cultural sebuah negara membuat metode-metode distribusi tertentu
dapat lebih berhasil dibandingkan yang lainnya. Saluran distribusi perlu
dimodifikasi supaya sesuai dengan kondisi lokal.
3. Promosi
Praktek-praktek promosi, khususnya periklanan, barangkali yang paling rentan
terhadap kesalahan kultural. Jika sebuah tema iklan berhasil di sebuah negara,
perusahaan biasanya jadi mudah tergoda untuk menggunakan tema tersebut di
tempat lain. Risiko yang muncul dengan menggunakan cara seperti ini adalah
tinggi karena tema-tema yang baik seringkali sudah diorientasikan secara
kultural.
4. Penentuan harga
Harga yang dibayar oleh pelanggan untuk sebuah produk tergantung pada nilai-
nilai yang dipandang dan aktual.
H. KULTUR DAN KEUNGGULAN KOMPETITIF
Terdapat hubungan antara kultur dan keunggulan kompetitif nasional. Secara
sederhana sistem nilai dan norma-norma dari sebuah negara akan mempengaruhi
biaya untuk menjalankan usaha di negara tersebut. Biaya menjalankan bisnis ini
mempengaruhi kemampuan perusahaan-perusahaan yang berdiam di sana untuk
membentuk suatu keunggulan kompetitif di pasar global.
Hubungan antara kultur dan keunggulan kompetitif adalah penting karena dua
sebab. Pertama, hubungan itu menandakan negara-negara yang mungkin melahirkan
kompetitor yang paling tangguh. Kedua, pertalian antara kultur dan keunggulan
kompetitif mempunyai implikasi penting terhadap keputusan-keputusan lokasi.
Berbagai investasi akan disalurkan ke negara-negara yang mempunyai kultur yang
lebih mendukung cara produksi kapitalis dan keserasian sosial.