Anda di halaman 1dari 17

MATA KULIAH PEMASARAN INTERNASIONAL

Disusun oleh :

1. Nur Endah Lestari (07408141001)

2. Yoga Prajanta (07408141010)

3. Fajar Arif Wibowo (07408141033)


PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


BAB I
PENDAHULUAN

Kultur merupakan bagian dari lingkungan manusia yang merupakan buatan


manusia-kumpulan seluruh pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat,
dan sejumlah kapabilitas dan kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota
masyarakat. Sesungguhnya kultur meresap dalam semua aktivitas pemasaran-dalam
penentuan harga, promosi, jalur distribusi, produk, kemasan, dan gaya-dan usaha
pemasaran sebenarnya menjadi bagian dari susunan kultur. Untuk berhasil di kancah
mancanegara, perusahaan harus mampu memahami kultur negara-negara tujuan dan
mempelajari bagaimana mengadaptasinya. Para pemasar, oleh karena itu, perlu sedapat
mungkin membiasakan diri dengan sifat cultural dari setiap negara di mana mereka
menggeluti lapangan usaha. Pemasaran mungkin merupakan paling rentan terhadap
kesalahan atau kekeliruan cultural karena pemasaran, menurut definisinya,
membutuhkan kontak dengan orang-orang dari negara tujuan tersebut. Tantangan
pemasaran adalah mempelajarai bagaimana memperluas perpektif staf pemasaran untuk
menghindarkannya dari pengambilan keputusan bisnis berdasarkan pada miskonsepsi
semata. Pemasar harus secara konstan menyesuaikan usaha mereka pada permintaan-
permintaan cultural dari pasar, tetapi mereka juga berlaku sebagai agen perubahan jika
produk atau ide yang dipasarkan inovatif.
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI DAN ASAL USUL KULTUR


Kultur adalah kumpulan nilai-nilai, ritual, symbol, kepercayaan, dan proses
berpikir yang dipelajari, dimiliki bersama oleh sekelompok orang dan diturunkan
dari generasi ke generasi (Cateora, 2009:127). Jadi kultur bertempat tinggal dalam
pikiran individu, tetapi ekspresi kultur mengemukakan bahwa sejumlah besar
manusia bisa, pada tingkat tertentu, mempunyai pikiran serupa. Pemasar
intrnasional terbaik tidak akan hanya menghargai perbedaan cultural yang
berhubungan dengan bisnis mereka, mereka juga memahami asal usul perbedaan
tersebut. Dengan pemahaman tersebut, pengetahuan yang lebih mendalam akan
membantu pemasar memperhatikan perbedaan-perbedaan cultural dalam pasar yang
baru, dan meramalkan perubahan pasar.

B. FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK KULTUR DAN PERBEDAAN


KULTUR
1. Geografi
Ketinggian, kelembaban, dan suhu yang ekstrim adalah ciri-ciri iklim yang
mempengaruhi penggunaan dan fungsi produk dan perlengkapan. Dengan adanya
pengetahuan mengenai keadaan geografi dari negara tujuan pemasaran, produsen
dapat memperkirakan produk yang tepat sesuai dengan keadaan alam di negara
tersebut.
Tantangan yang diperoleh dari adanya keadaan iklim dan topografi yang
ekstrim yaitu adanya hambatan dalam pertumbuhan ekonomi dan perdagangan.
Gunung, lautan, hutan rimba, dan cirri-ciri geografis lainnya dapat member
kesukaran serius terhadap pertumbuhan ekonomi dan perdagangan. Ritangan
geografis mempunyai efek langsung terhadap ekonomi, pasar, dan aktivitas
terkait komunikasi dan distribusi sebuah negara.
2. Sejarah
Sejarah membantu mendefinisikan “misi” suatu bangsa, bagaimana bangsa
tersebut memadang tetangga-tetangganya, bagaimana bangsa tersebut
memandang posisinya di dunia, dan bagaimana bangsa tersebut memandang
dirinya sendiri. Wawasan ke dalam sejarah sebuah negara merupakan hal penting
untuk memahami sikap pemerintah dan bisnis, hubungan antara manajer dan
bawahannya, sumber dari otoritas manajemen, dan sikap terhadap perusahaan
asing.
Melalui sejarah kita dapat melihat bagaimana sifat yang dimiliki oleh
sebuah negara. Sebagai contoh yaitu Jepang. Mengapa orang Jepang mempunyai
kesetiaan yang tinggi terhadap perusahaan mereka ? Mengapa kesetiaan yang
mereka miliki sulit dibangun atau ditiru oleh negara lain ? Semua pertanyaan
tersebut dapat terjawab dengan melihat sejarah dari Jepang. Salah satunya yaitu
adanya filosofi Konfusius yang diajarkan sepanjang sejarah Jepang. Ajaran ini
menekankan kebajikan berdasarkan kesetiaan “dari teman ke teman, dari istri ke
suami, dari anak ke orang tua, dari saudara laki-laki ke saudara laki-laki, tapi di
atas semuanya, dari hamba kepada tuannya” yaitu kepada negara. Dari sebuah
perspektif historis dapat memberi satu dasar pada orang asing yang akan
memasuki pasar di Jepang untuk mengembangkan sensitivitas budaya, dan
pemaham yang lebih baik pada perilaku kontemporer Jepang.
3. Ekonomi politik
Terdapat tiga pendekatan terhadap pemerintahan yang bersaing untuk
mendominasi dunia, yaitu fasisme, komunisme, dan demokrasi.
4. Teknologi
Terdapat banyak sekali perkembangan teknologi yangmempunyai dampak
terhadap institusi dan nilai cultural.
5. Institusi social
Institusi social meliputi keluarga, agama, sekolah, media, dan pemerintah,
mempengaruhi cara-cara berhubungan satu sama lain, mengorganisasi aktivitas
mereka untuk hidup secara harmonis satu sama lain, mengajarkan perliku yang
pantas, dan memerintah mereka sendiri.
a. Keluarga
Bentuk dan fungsi keluarga berbeda secara mendasar di seluruh dunia,
bahkan dalam satu negara. Perbedaan ini secara langsung menyebabkan
perbedaan dalam cara berpikir dan berperilaku.
b. Agama
Dalam kebanyakan kultur, institusi social pertama yang diajarkan kepada
seorang bayi yang baru lahir adalah tentang agama. Dampak agama
terhadap sistm nilai masyarakat dan pengaruh system nilai terhadap
pemasaran tidak bisa diremehkan. Jadi, pemasar dengan sedikit atau
tanpa pemahaman terhadap terhadap sebuah agama dapat dengan mudah
menyinggung perasaan.
c. Sekolah
Pendidikan merupakan satu institusi social paling penting yan
mempengaruhi semua aspek kultur, dari perkembangan ekonomi sampai
perilaku konsumen. Tingkat melek huruf sebuah negara adalah kekuatan
poensial dalam perkembangan ekonomi. Banyak studi mengindikasikan
adanya hubungan langsung antara tingkat melek huruf suatu negara
dengan kapabilitasnya untuk petumbuhan ekonomi sampai perilaku
konsumen.
d. Media
Media menjadi salah satu institusi social yang paling kuat pada akhir-
akhir ini, hal ini terutama disebabkan adanya perkembangan teknologi
dalam bidang internet.
e. Pemerintah
Sering kali pemerintah mencoba untuk mempengaruhi pemikiran dan
perilaku warga negara untuk “kebaikan mereka sendiri”. Di beberapa
negara, pemerintah menguasai media dan secara teratur menggunakan
propaganda untuk membentuk opini public yang menguntungkan. Pada
akhirnya, pemerintah mempengaruhi pemikiran dan perilaku melalui
pembuatan, penyebaran, pengajuan, dan penyelenggaran berbagai hukum
yang mempengaruhi konsumsi dan perilaku pasar.

C. KARAKTERISTIK KULTUR
Kultur mempunyai beberapa karakteristik, antara lain kultur itu preskriptif,
kultur dimiliki secara social, kultur mempermudah komunikasi, kultur itu dipelajari,
kultur itu subyektif, kultur itu abadi, kultur itu kumulatif, dan kultur itu dinamis
(Simamora : .
1. Kultur itu preskriptif
Kultur menggariskan jenis perilaku yang dianggap diterima di dalam
masyarakat. Karakteristik preskriptif kultur menyederhanakan suatu proses
pengambilan keputusan konsumen dengan membatasi pilihan produk pada
yang diterima secara social.
2. Kultur dimiliki secara social
Kultur harus didasarkan pada interaksi dan kreasi social. Kultur tidak
mungkin ada dengan sendirinya. Kultur dimiliki bersama oleh semua
anggota suatu masyarakat sehingga bertindak mengukuhkan sifat preskriptif
kultur itu sendiri.
3. Kultur mempermudah komunikasi
Kultur biasanya menekankan kebiasaan-kebiasaan berpikir dan perasaan
yang sama di antara orang-orang. Dengan demikian dalam sebuah kelompok
kultur, memudahkan orang-orang untuk saling berkomunikasi satu sama lain.
4. Kultur itu dipelajari
Kultur tidak diwarisi secara genetis, kultur harus dipelajari dan diperoleh
melalui proses sosialisasi, enkulturasi dan akulturasi. Kemampuan untuk
mempelajari kultur memungkinkan orang-orang menyerap trend cultural
yang baru.

5. Kultur itu subyektif


Orang-orang dalam kultur yang berbeda sering memiliki gagasan yang
beragam tentang objek yang sama. Dalam hal ini kultur itu unik dan
arbitrary. Akibatnya, fenomena yang sama yang hadir di dalam kultur-kultur
yang berbeda dapat ditafsirkan dengan cara yang sangat beragam.
6. Kultur itu abadi
Karena kultur dimiliki bersama dan diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya, kultur relative mantap dan sangat permanen. Kebiasaan-
kebiasaan lama sukar untuk dihilangkan, dan orang-orang cenderung
mempertahankan warisannya sendiri meskipun dunia terus berubah,
7. Kultur itu kumulatif
Kuktur didasarkan pada ratusan atau bahkan ribuan tahun akumulasi situasi.
Setiap generasi menambahkan bagiannya kepada kultur sebelum meneruskan
warisan tersebut kepada generasi berikutnya.
8. Kultur itu dinamis
Kultur tidak boleh dianggap statis dan imun terhadap perubahan. Kultur
secara konstan berubah, kultur mengadaptasi dirinya sendiri terhadap
berbagai situasi baru dan sumber-sumber pengetahuan baru.

D. ELEMEN-ELEMEN KULTUR
Elemen kultur menurut Cateora (2009) :
1. Nilai-nilai cultural
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Geert Hofstede, ditemukan bahwa
kultur dari berbagai negara berbeda dalam empat dimensi primer yaitu :
a. Indeks Individualisme/Kolektif (Individualism/Collective Indez-
IDV)
Indeks Individualisme/Kolektif merujuk pada pilihan terhadap
perilaku yang memajukan kepentingan diri sendiri. Sedangkan
kolektivisme berhubungan dengan masyarakat di mana orang sejak
lahir terintegrasi dalam kelompok yang kuat dan padu.
b. Indeks Kekuasaan Jarak (Power Distance Index-PDI)
Indeks Kekuasaan Jarak mengukur toleransi dari ketidaksetaraan
social, yang merupakan ketidaksetaraan antara atasan dan bawahan
dalam system sosial.
c. Indeks Penghindaran Ketidakpastian (Uncertainty Avoidance
Index-UAI)
Indeks Penghindaran Ketidakpastian mengukur toleransi dari
ketidakpastian dan ambiguitas di antara anggota masyarakat.
d. Indeks Maskulinitas/Femininitas (Masculinity/Femininity Index-
MAS)
2. Ritual
Ritual adalah pola perilaku dan interaksi yang dipelajari dan diulag. Ritual
adalah hal yang penting karena menyelaraskan interaksi sehari-hari dan
kejadian-kejadian khusus. Ritual membuat orang tahu apa yang harus
diharapkan.
3. Symbol
Belajar untuk menerjemahkan symbol yang berada di sekitar kita secara
benar adalah bagian penting dalam sosialisasi.
4. Kepercayaan
Terdapat banyak sekali kepercayaan yang ada di dunia ini. Mengabaiakan
kepetingan mitos, kepercayaan, takhayul, atau kepercayaan kultur lainnya
adalah sebuah kesalahan karena mereka adalah bagian penting dari susunan
kultur suatu masyarakat dan mempengaruhi cara berperilaku. Bagi pemasar,
meremehkan takhayul dalam kultur lain ketika melakukan bisnis di negara
tujuan dapat menjadi kesalahan yang mahal
5. Proses berpikir
Seorang pemasar harus memehami perbedaan proses berpikir antara negara
asalnya dengan negara tujuannya. Misalnya terdapat perbedaan pola piker
antara Asia dan Eropa. Jika orang-orang Asia cenderung berpikir dengan
arah keseluruhan, sedangkan orang Eropa berpikir dengan lebih ke arah
focus.

Sedangkan elemen kultur menurut Henry Simamora, terdiri dari :


1. Kultur materi
Kultur materi meliputi alat-alat dan artefak-artefak di dalam sebuah
masyarakat di luar benda-benda fisik yang ditemukan di alam, kecuali
benda-benda tersebut mengalami beberapa prosedur teknologis. Kultur
materi berkenaan dengan bagaimana orang-orang membuat sesuatu
(teknologi yang dibutuhkan) dan siapa yang membuat apa dan mengapa
(ekonomi dari situasi).
2. Bahasa
Bahasa merupakan perbedaan paling nyata di antara berbagai kultur. Bahasa
bersifat kritis bagi kultur lantaran bahasa merupakan alat pokok yang
digunakan untuk mengirimkan informasi dan ide.
3. Nilai dan sikap
Nilai-nilai merupakan pendirian-pendirian atau kepercayaan-kepercayaan
yang dimiliki bersama atau norma-norma kelompok yang telah
diinternalisasi oleh individu-individu tersebut sehubungan dengan apa yang
benar dan salah, baik dan buruk, serta penting dan tidak penting. Sikap
merupakan suatu tendensi yang menetap untuk merasakan dan berperilaku
dalam suatu cara tertentu terhadap sesuatu.
4. Estetika
Estetika merujuk kepada gagasan-gagasan pada sebuah kultur tentang
keindahan dan citarasa.
5. Edukasi
Edukasi meliputi proses penerusan beraneka keahlian, gagasan, sikap, dan
juga pelatihan dalam disiplin-disiplin tertentu. Pendidikan memainkan peran
penting di dalam suatu masyarakat karena merupakan wahana yang
dengannya individu-individu memperoleh kemahiran berbahasa, konseptual,
dan matematis yang sangat diperlukan di dalam suatu masyarakat.
6. Kebiasaan dan tata karma
Kebiasaan-kebiasaan adalah praktik-praktik yang lazim atau mapan. Tata
krama adalah perilaku yang dianggap tepat di dalam suatu masyarakat
tertentu.
7. Agama
Agama mempunyai implikasi luas terhadap sikap-sikap atas berbagai
masalah ekonomi.
8. Pranata social
Pranata-pranata sosial mempengaruhi cara-cara dalam hal orang-orang saling
berhubungan satu sama lain.

E. PENGETAHUAN KULTURAL
Ada dua jenis pengetahuan yaitu pengetahuan factual dan intepretatif.
Pengetahuan faktual biasanya bersifat nyata dan harus dipelajari. Perbedaan arti,
warna, rasa, dan cirri-ciri lain yang ada dalam sebuah kultur adalah fakta-fakta yang
dapat diantisipasi, dipelajari, dan diserap oleh seorang pemasar.
Sedangkan pengetahuan intepretatif adalah kemampuan untuk memahami dan
menghargai sepenuhnya nuansa dari cirri dan pola kultur yang berbeda. Sebagai
contoh, arti dari waktu, sikap terhadap orang lain dan benda tertentu, pemahaman
akan peran seseorang dalam masyarakat, dan arti hidup sangat berbeda dari satu
kultur dengan yang lainnya, dan mungkin membutuhkan lebih dari sekedar
pengetahuan factual untuk dihargai sepenuhnya. Secara ideal seorang pemasar harus
memiliki kedua jenis pengetahuan mengenai sebuah pasar.

Sensitivitas dan Toleransi Kultural

Pemasaran asing yang berhasil diawali dengan sensitivitas cultural yaitu menjadi
terbiasa pada nuansa-nuansa cultural, sehingga kultur yang baru dapt dipandang
secara objektif, diapresiasi, dan dievaluasi. Para pemasar harus memahami
bagaimana kultur mereka sendiri mempengaruhi asumsi mereka mengenai kultur
lain. Semakin rumit situasi, seseorang harus semakin sensitive, toleran, dan
fleksibel. Menjadi sensitive secara cultural akan mengurangi konflik dan
memperbaiki komunikasi, dan dengan demikian meningkatkan keberhasilan dalam
hubungan kerja sama.
Selain pengetahuan mengenai asal usul dan elemen cultural, pemasar internasional
juga harus mempunyai apresiasi mengenai bagaimana kultur berubah dan menerima
atau menolak ide-ide baru.

F. PERUBAHAN KULTURAL
1. Peminjaman cultural
Peminjaman cultural adalah usaha yang bertanggung jawab untuk belajar dari
cara kultur orang lain dalam mencari solusi yang lebih baik terhadap suatu
masalah tertentu dalam masyarakat. Meskipun banyak perilaku merupakan
pinjaman dari kultur lain, mereka dikombinasikan dalam sebuah cara yang unik
sehingga menjadi khas untuk masyarakat tertentu. Untuk pemasar asing, fitur
kultur-kultur yang serupa tapi tak sama ini mempunyai arti yang penting dalam
mendapatkan empati cultural.
2. Kemiripan : Sebuah ilusi
Para pemasar harus menilai setiap negara secara menyelurh sehubungan dengan
produk atau jasa yang ditawarkan, jangan bergantung pada aksioma yang sering
digunakan bahwa jika produk atau jasa dapat dijual di satu negara, maka pasti
akan dapat dijual di negara lain. Seiring tumbuhnya komunikasi amssal di
seluruh dunia dan meningkatnya saling ketergantungan ekonomi dan social
antarnegara, kemiripan antara negara akan meningkat dan perilaku pasar,
keinginan, kebutuhan yang sama juga akan semakin berkembang. Tugas dari
pemasar asing adalah untuk menyesuaikan strategi dan rencana pemasaran
dengan kebutuhan kultur di mana mereka berencana melakukan operasinya.

3. Perlawanan Terhadap Perubahan


Tingkat perlawanan terhadap pola-pola baru bervariasi. Dalam beberapa situasi,
elemen-elemen baru dapat diterima secara menyeluruh dan cepat; sedang dalam
situasi lain perlawanan yang ada sangat kuat sehingga penerimaan tidak bias
terjadi. Studi menunjukkan bahwa seberapa banyak sebuah inovasi akan
diterima adalah seberapa mengganggu inovasi tersebut terhadap nilai dan pola
perilaku yang diterima saat ini. Berbagai pengamatan mengindikasikan bahwa
inovasi yang paling siap diterima adalah yang mengandung kepentingan
terbesar dalam masyarakat dan yang paling tidak mengganggu. Pemahaman
atas proses penerimaan inovasi adalah sesuatu yang sangat penting bagi
pemasar.

G. KULTUR DAN PEMASARAN


1. Produk
Penentuan posisi sebuah produk di negara-negara yang berbeda harus sejalan
dengan sifat-sifat cultural dari setiap masyarakat. Secara umum, penentuan posisi
produk di sebuah pasar asing harus serasi dengan lingkungan cultural khas
negara tersebut.

2. Distribusi
Dimensi cultural sebuah negara membuat metode-metode distribusi tertentu
dapat lebih berhasil dibandingkan yang lainnya. Saluran distribusi perlu
dimodifikasi supaya sesuai dengan kondisi lokal.
3. Promosi
Praktek-praktek promosi, khususnya periklanan, barangkali yang paling rentan
terhadap kesalahan kultural. Jika sebuah tema iklan berhasil di sebuah negara,
perusahaan biasanya jadi mudah tergoda untuk menggunakan tema tersebut di
tempat lain. Risiko yang muncul dengan menggunakan cara seperti ini adalah
tinggi karena tema-tema yang baik seringkali sudah diorientasikan secara
kultural.

4. Penentuan harga
Harga yang dibayar oleh pelanggan untuk sebuah produk tergantung pada nilai-
nilai yang dipandang dan aktual.
H. KULTUR DAN KEUNGGULAN KOMPETITIF
Terdapat hubungan antara kultur dan keunggulan kompetitif nasional. Secara
sederhana sistem nilai dan norma-norma dari sebuah negara akan mempengaruhi
biaya untuk menjalankan usaha di negara tersebut. Biaya menjalankan bisnis ini
mempengaruhi kemampuan perusahaan-perusahaan yang berdiam di sana untuk
membentuk suatu keunggulan kompetitif di pasar global.
Hubungan antara kultur dan keunggulan kompetitif adalah penting karena dua
sebab. Pertama, hubungan itu menandakan negara-negara yang mungkin melahirkan
kompetitor yang paling tangguh. Kedua, pertalian antara kultur dan keunggulan
kompetitif mempunyai implikasi penting terhadap keputusan-keputusan lokasi.
Berbagai investasi akan disalurkan ke negara-negara yang mempunyai kultur yang
lebih mendukung cara produksi kapitalis dan keserasian sosial.

I. ANALISIS PENGARUH KULTUR


Model stimulus respon lintas cultural mengidentifikasi factor-faktor yang
merangsang dan mengkondisikan perilaku pembeli dalam kultur-kultur yang
berbeda. Tujuan model ini adalah membantu para manajer untuk mengidentifikasi
dan memahami pengaruh kultural, sosial dan ekonomi yang mendasar terhadap
perilaku pembeli.
Suatu kajian kultural untuk keputusan-keputusan pemasaran internasional dapat
dilakukan pada tataran makro dan mikro. Tujuan kajian makro adalah
mengidentifikasi iklim sosiologis umum terhadap bisnis di suatu negara, sikapnya
terhadap orang asing dan produk baru. Kajian mikro berkenaan dengan penafsiran
dampak kultur terhadap sekelompok orang tertentu di dalam sebuah negara.
Analisis lintas kultural mengacu kepada perbandingan sistematis berbagai
similaritas dan perbedaan dalam aspek materi dan perilaku kultur. Dalam
pemasaran, analsis lintas kultural digunakan untuk mendapatkan suatu pengertian
atas segmen-segmen pasar di dalam dan di seberang batas-batas nasioal.
Pemasar dapat menggunakan kerangka acuan Hall untuk melakukan analisis
kultural. Premis baku Hall untuk pemahaman kultural adalah bahwa kultur terdiri
atas sistem untuk menyusun struktur interaksi di dalam suatu masyarakat.

J. REKONSILIASI PERBEDAAN-PERBEDAAN INTERNASIONAL


1. Kesadaran cultural
Manakala terdapat perbedaan-perbedaan kultural, kalangan bisnis harus
memutuskan apakah dan sampai sejauh manakah mereka harus mengadaptasi
praktek-praktek dari negara asalnya ke lingkungan asing. Tetapi sebelum
mereka membuat keputusan tersebut, manajer harus menyadari apa perbedaan-
perbedaan itu. Membangun kesadaran cultural bukanlah tugas yang enteng dan
tidak ada metode yang tidak memiliki kelemahan untuk melakukannya. Dengan
melihat dari berbagai sudut pandang, kalangan bisnis dapat lebih baik menilai
penilaian-penilaian dari kultur-kultur yang berbeda.
2. Mengelompokkan negara-negara
Beberapa negara relative serupa dengan negara lainnya, biasanya karena
mereka memiliki bersama banyak atribut yang membantu mencairkan kultur
mereka, seperti bahasa, agama, lokasi geografism etnisitas dan tingkat
pembangunan ekonomi. Negara-negara dapat dikelompokkan menurut sikap
dan nilai berlandaskan pada data yang dihimpun dari sejumlah besar penelitian
lintas kultural.

3. Menyesuaikan kebutuhan untuk posisi perubahan


Tidak semua perusahaan perlu memiliki tingkat kesadaran kultural yang sama.
Perusahaan tidak pula harus memiliki kadar kesadaran yang konsisten selama
melakukan kegiatan usahanya.
4. Polisentrisme
Perusahaan yang terlalu polisentrik dapat menjauhkan diri dari negara-negara
tertentu atau mungkin menghindari pengiriman praktik-praktik atau sumber-
sumber daya negara asal yang sebenarnya berjalan baik di luar negeri.
Polosentrisme, bagaimanapun dapat menimbulkan pendelegasian yang
sedemikian ekstensif atau imitasi yang sedemikian ekstensif dari praktik-
praktik negara tuan rumah yang telah terbukti sehingga superioritas inovasi jadi
menghilang.
5. Etnosentrisme
Entosentrisme adalah keyakinan bahwa kelompoknya sendiri lebih unggul
dibandingkan yang lain. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan sebuah
perusahaan atau individu yang sedemikian terobsesi oleh keyakinan bahwa apa
yang berjalan dengan baik di negara asal bakal berjalan baik pula di luar negeri
sehingga perbedaan-perbedaan yang bersifat lingkungan tidak mereka gubris.
BAB III
KESIMPULAN

Seorang pemasar internasional harus akrab dengan dunia, iklimnya, dan


perbedaan-perbedaan topografi. Jika tidak, maka pentingnya karakteristik-karakteristik
topografi pemasaran yang penting yang berhubungan dengan geografi akan terlewatkan
saat melakukan pemasaran di negara lain. Kebutuhan akan pengetahuan geografis dan
historis masuk lebih dalam daripada sekedar mampu untuk mengetahui lokasi benua dan
negara-negaranya. Rintangan-rintangan geografis harus dapat dikenali karena
mempunyai pengaruh langsung pada pemasaran dan aktivitas-aktivitas yang
berhubungan dengan komunikasi dan ditribusi. Dilakukannya atas sejarah dan geografis
diperlukan untuk member pemasar sebuah pemahaman mengapa sebuah Negara telah
berkembang dengan cara tertentu, dibandingkan sebagai sebuah panduan untuk
mengadaptasi rencana pemasaran.
Sebuah apresiasi yang lengkap dan menyeluruh dari asal usul dan elemen kultur
sangat mungkin merupakan keunggulan tunggal yang paling berarti peting bagi seorng
pemasar asing dalam mempersiapkan rencan dan strategi pemasaran. Pemasar dapat
mengendalikan produk yang ditawarkan ke dalam pasar, tetapi mereka hanya
mempunyai kendali yang terbatas atas lingkungan cultural di mana rencana-rencana
tersebut harus diterapkan. Karena mereka tidak dapat mengendalikan semua pengaruh
pada rencan pemasaran mereka, mereka harus berusaha untuk mengantisipasi pengaruh
akhir dari elemen di luar kendali, dan merencanakan dengan sedemikian rupa agar
elemen-elemen ini tidak menghalangi pencapain tujuan pemasaran.
DAFTAR PUSTAKA

Cateora, Phillip. 2007. Pemasaran Internasional. Jakarta : Salemba Empat.

Simamora, Henry. 2000. Manajemen Pemasaran Internasional. Jakarta : Salemba


Empat.

Anda mungkin juga menyukai