Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Jaringan dermal terletak pada bagian paling luar dari tubuh tumbuhan dan berfungsi sebagai
jaringan pelindung tubuh tumbuhan. Jaringan dermal terdiri atas epidermis dan periderm.
Epidermis terdapat pada daun dan bagian tumbuhan dikotil yang masih muda, selain itu juga
terdapat pada tubuh monokotil. Epidermis tersusun atas sel-sel yang sangat ketat
sehingga mencegah masuknya penyakit ke dalam tubuh tumbuhan. Umumnya jaringan
epidermis hanya tersusun atas selapis sel saja, namun dalam beberapa tumbuhan terdapat
dalam bentuk lebih dari satu lapis sel. Kebanyakan epidermis akan dilapisi oleh lapisan lilin
yang disebut kutikula untuk mencegah penguapan air yang berebihan.
Pada bagian tubuh dikotil yang telah dewasa, epidermis akan digantikan oleh periderm yang
memiliki tekstur keras dan tebal. Permukaan batang dikotil yang telah dewasa akan lebih
keras dan kasar dibandingkan dengan permukaan bagian batang dikotil yang masih muda.
Epidermis tumbuhan banyak mengalami modifikasi membentuk berbagai macam struktur
yang unik seperti trikoma dan rambut akar. Trikoma berfungsi sebagai pertahanan diri
tumbuhan dari pemangsa, trikoma memiliki bentuk yang runcing dan tajam sehingga
membuat pemangsa tidak menyukainya. Beberapa trikoma bahkan dapat mengeluarkan
cairan yang membuat hewan mengalami rasa gatal atau sakit yang menyiksa. Rambut akar
adalah modifikasi epidermis yang digunakan untuk menyerap air dan mineral dari dalam
tanah.
Jaringan vaskuler
Jaringan vaskuler atau jaringan pengangkut pada tumbuhan adalah xilem dan floem. Xilem
memiliki peran utama mengangkut air dan mineral dari akar menuju daun sedangkan floem
akan mengangkut hasil fotosintesis ke bagian tubuh tumbuhan yang membutuhkan.
Susunan xilem dan floem pada daun, batang, dan akar memiliki susunan yang agak berbeda.
Daun memiliki xilem dan floem terbungkus oleh jaringan seludang pembuluh dan terletak
pada vena-vena daun. Xilem dan floem pada batang dikotil tersusun dengan struktur
melingkar dengan xilem di bagian dalam dan floem di bagian luar dan antara xilem dan
floem dipisahkan oleh jaringan kambium. Sedangkan xilem dan floem pada akar dikotil
tersusun bersebelahan dan berselang seling.
Walaupun fungsi utama xilem adalah mengangkut air dan mineral, namun dapat juga sedikit
berperan dalam mengangkut hasil fotosintesis. Demikian juga dengan floem, selain
fungsinya sebagai pengangkut hasil fotosintesis juga dapat sedikit berperan dalam
mengakut air dan mineral dari akar menuju jaringan lain.
Jaringan dasar
Jaringan dasar merupakan jaringan pada tumbuhan selain dermal dan vaskuler yang tersusun
atas parenkim, kolenkim, dan sklerenkim. Parenkim merupakan jaringan pengisi yang
berperan untuk fotosintesis dan penyimpan cadangan makanan. Kolenkim merupakan
jaringan penguat pada batang tumbuhan yang masih muda. Sedangkan sklerenkim
merupakan jaringan penguat pada batang tumbuhan yang telah tua.
Jaringan dasar pada batang juga akan berkembang menjadi empulur dan korteks. Empulur
adalah jaringan dasar yang terletak di diantara atau di dalam xilem dan floem, umumnya
terletak di tengah-tengah batang dan akar. Sedangkan korteks merupakan jaringan dasar
yang terletak di luar xilem dan floem yang umumnya terletak setelah epidermis. Empulur dan
korteks tersebut juga tersusun dari jaringan parenkim, kolenkim, atau sklerenkim.
Jaringan Parenkim
Jaringan parenkim adalah jaringan yang memiliki bentuk sel segienam dan memiliki
diameter yang sama ke berbagai arah (isodiametrik).
Jaringan parenkim memiliki dinding sel yang tipis dengan ruang interseluler yang cukup banyak.
Letak inti sel mendekati dasar sel (bersifat basalis). Jaringan parenkim disebut juga jaringan
dasar, karena jaringan ini dapat berdiferensiasi menjadi jaringan lain. Dasar metabolisme dan
reproduksi pada tumbuhan berasal dari aktivitas jaringan parenkim. Jaringan parenkim pada
batang muda banyak yang mengandung kloroplas yang dinamakan klorenkim.
Sel parenkim berperan untuk menyimpan cadangan makanan. Cadangan makanan ini dapat
ditemukan berupa larutan dalam vakuola atau dalam bentuk partikel padat maupun cair pada
sitoplasma
3. Jaringan Kolenkim
Ukuran dan bentuk sel kolenkim cukup beragam Jaringan kolenkim. Pada umumnya, sel ini
berbentuk segienam. Pada potongan membujur, sel ini terlihat memanjang. Dinding sel kolenkim
telah mengalami penebalan oleh selulosa dan pektin. Penebalan yang terjadi tidak merata,
biasanya terjadi pada bagian sudut-sudut sel. Adanya penebalan selulosa dan pektin pada
jaringan kolenkim dapat meningkatkan kekuatan jaringan atau organ sehingga jaringan kolenkim
disebut juga jaringan penyokong.
Selain itu, dengan adanya penebalan selulosa dan pektin membuat tumbuhan menjadi lentur.
Sehingga, tidak mudah patah jika ada hembusan angin. Jaringan kolenkim adalah jaringan
pertama hasil diferensiasi jaringan parenkim.
4. Jaringan Sklerenkim
Jaringan sklerenkim adalah jaringan yang tersusun atas sel-sel yang mengalami
penebalan dinding sekunder berupa lignin.
Sel sklerenkim dapat berbeda bentuk, asal, dan perkembangannya. Berdasarkan bentuk sel
penyusunnya, sklerenkim dibedakan menjadi dua macam, yaitu sklereid dan serabut (serat).
Sklereid adalah jaringan sklerenkim yang bentuk selnya membulat dengan penebalan dinding
sel yang tebal. Pada sebagian besar tumbuhan, sklereid terbentuk sebagai kumpulan
sel yang padat di bagian dalam jaringan parenkim yang lunak.
Biasanya, sel ini sudah mati dan ditemukan pada sel-sel penyusun tempurung kelapa (Cocos
nucifera).
Serabut ditemukan di berbagai tempat pada tumbuhan. Serabut sklerenkim terdiri atas sel-sel
yang memanjang dengan dinding sel yang tebal dan ujungnya lancip. Antara sel yang satu
dengan sel yang lain saling menyambung. Adanya lapisan dinding sekunder, berupa lignin pada
jaringan sklerenkim dapat memperkuat tubuh tanaman sehingga jaringan sklerenkim termasuk
jaringan penyokong.
1. Epidermis
Epidermis pada daun terletak pada bagian permukaan yang ada di atas daun (yang sering disebut
sebagai permukaan adaksial). Pada bagian lapisan ini tidak tersedia suatu ruang antar sel-sel. Di antara
bagian dari sel epidermis terdapat bagian sel penjaga yang mempunyai fungsi dalam membantu
pembentukan stomata. Berikut bagian-bagian dari epidermis. (baca juga : sistem ekskresi pada hewan)
Stomata
Fungsi dari stomata sendiri adalah sebagai tempat untuk digunakan dalam proses pertukaran gas dan
juga proses pertukaran air. Stomata yang terdapat pada bagian permukaan daun terletak secara
menyebar dan juga mempunyai jumlah yang tentunya lebih banyak dibandingkan dengan bagian
permukaan yang terdapat di atas daun. (baca juga : jaringan penyokong pada hewan)
Jika pada tumbuhan terestrial, stomata sendiri biasanya banyak ditemukan pada area bagian permukaan
yang ada di bawah daun. Sedangkan jika pada tumbuhan yang hidup di air, stomata bisa lebih banyak
ditemukan pada bagian permukaan yang ada di atas daun. (baca juga : struktur jaringan tulang pada
hewan)
Kutikula
Kutikula adalah bagian yang mengalami pembentukan dari suatu proses penebalan pada bagian dinding
sel luar dari epidermis bagian atas. Kutikula mempunyai fungsi yakni digunakan dalam upaya mencegah
proses penguapan, sehingga bisa digunakan untuk mengurangi kadar hilangnya air yang bisa terjadi
melalu epidermis bagian atas. (baca juga : sistem transportasi pada tumbuhan)
Trikomata
Trikomata seringkali disebut sebagai sel rambut halus. Trikomatan mengalami proses pembentukan pada
bagian epidermis atas atau pun bawah bagian daun dan mempunyai fungsi dalam upaya mencegah
terjadinya suatu proses penguapan yang seringkali melampaui batas atau dengan kadar yang sangat
berlebihan sehingga akan mengurangi air yang terkandung dalam tumbuhan. (baca juga : cara
mencangkok tanaman)
Kedua bagian ini juga memiliki peran yang tidak kalah penting pada tumbuhan khususnya epidermis pada
daun. Blliform dan juga velamen merupakan bagian dari sel yang digunakan dalam upaya melakukan
proses penyimpanan air yang mempunyai ukuran relatif lebih besar dibandingkan dengan ukuran sel
epidermis yang lainnya. (baca juga : fungsi fotosintesis)
Sel-sel parenkim akan mengalami pembentukan menjadi jaringan parenkim palisade dan juga jaringan
spons. Definisi dari jaringan parenkim palisade adalah jaringan parenkim yang ada pada daun yang
mempunyai kloroplas dengan jumlah yang relatif banyak sehingga pada bagian jaringan tersebut akan
mengalami suatu proses fotosintesis. Sel yang ada pada bagian jaringan parenkim tersusun dengan
sangat rapat. (baca juga : jaringan epitel pipih selapis)
Pada bagian jaringan spons yang ada pada tumbuhan yang tergolong dikotil adalah bagian jaringan yang
di bagian dalamnya ada suatu pembuluh pengangkut. Di bagian jaringan ini ditemukan kloroplas, namun
jumlah yang ditemukan cenderung lebih sedikit daripada kloroplas yang ditemukan pada bagian jaringan
parenkim palisade. (baca juga : sistem peredaran darah pada hewan)
Pada tumbuhan yang tergolong monokotil biasanya tidak terdapat bagian jaringan parenkim palisade,
namun di bagian tersebut hanya ada bagian dari jaringan spons. Dalam suatu proses fotosintesis yang
sedang terjadi pada semua bagian penyusun dari jaringan spons mempunyai bentuk membulat. (baca
juga : jaringan ikat pada hewan)
Pada bagian jaringan tersebut ada ruang yang digunakan untuk antar sel. Seperti halnya pada tumbuhan
yang tergolong dikotil, bagian jaringan spons yang terdapat pada tumbuhan yang tergolong monokotil
pada bagian dalamnya terdapat suatu pembuluh pengangkut. Yang menjadi kekhasan dari bagian
jaringan spons adalah karena adanya suatu lekukan-lekukan yang nantinya akan menjadi alat
penghubung yang digunakan oleh antar sel. (baca juga : sistem pernapasan pada hewan)
3. Berkas Vaskuler
Penyusun berkas vaskuler pada daun yakni folem dan juga xilem yang letaknya pada bagian tulang
daun, bagian tulang-tulang cabang, dan juga bagian urat-urat daun yang tampak menonjol di bagian
permukaan yang ada di bagian bawah daun. Bagian xilem berguna dalam membantu mengalirkan air dan
juga mineral. (baca juga : tumbuhan yang bermanfaat bagi manusia)
Sedangkan bagian dari sel-sel floem berguna dalam membantu mengedarkan zat-zat organik yang
merupakan hasil dari proses fotosintesis. Berkas vaskuler bisa dikatakan sebagai lanjutan dari berkas
vaskuler yang ada pada bagian batang, meskipun luasnya tidak seluas seperti pada bagian batang.
(baca juga : proses metamorfosis pada hewan)
Dengan adanya tulang daun pada xilem dan floem yang letaknya di bagian tulang daun, berarti tulang
daun mempunyai fungsi yang cukup penting. Fungsi tulang daun sendiri tidak hanya digunakan sebagai
penguat dan juga untuk memberikan bentuk pada helaian daun, namun juga digunakan untuk membantu
dalam proses transpor yang mempunyai hubungan langsung dengan bagian pembuluh-pembuluh lainnya
pada tumbuhan. (baca juga : pernapasan pada tumbuhan)
Berkas vaskuler pada daun, cenderung tersebar ke seluruh bagian dari helaian-helaian daun. Berkas
vaskuler yang ada pada bagian tengan dari helaian daun, nantinya akan mengalami proses pembentukan
menjadi tulang daun. Pola dan sketsa yang akan dibentuk oleh bagian tulang daun seringkali disebut
sebagai pertulangan daun. Terdapat dua kategori pola yang utama pada bagian pertulangan daun, yakni
pertulangan jala dan juga pertulangan sejajar.
Epidermis Daun
Epidermis berupa satu lapis sel yang dindingnya mengalami penebalan dari zat kutin (kutikula) atau
kadang dari lignin. Pada epidermis terdapat stomata (mulut daun) yang diapit oleh dua sel penutup.
Stomata ada yang terletak di permukaan atas saja, misalnya pada tumbuhan yang daunnya terapung
(pada daun teratai), ada yang di permukaan bawah saja, dan ada pula yang terdapat di kedua
permukaan daun (atas dan bawah). Tanaman Ficus mempunyai epidermis yang tersusun atas dua lapis
sel. Alat-alat tambahan yang terdapat di antara epidemis daun, antara lain trikoma (rambut) dan sel
kipas. Bentuk epidermis dan stomata dapat Anda amati pada Gambar 2. dan 3.
Sekarang kita akan mempelajari perbedaan struktur jaringan penyusun daun Monokotil dan Dikotil
tersebut dengan lebih rinci.
Adapun macam jaringan daun Dikotil, letak, fungsi, dan ciri-ciri dijelaskan dalam Tabel 1 berikut
Tabel 1. Jaringan Penyusun Daun Dikotil Beserta Letak, Fungsi, dan Ciri-Cirinya
No Jaringan Letak Fungsi Ciri - Ciri
– Melindungi lapisan sel di
Menyusun lapisan bagian dalam dari
Terdiri dari satu lapis sel kecuali
a) Epidermis permukaan kekeringan.
tanaman Ficus (tanaman karet).
atas dan bawah daun. – Menjaga bentuk daun agar
tetap.
Zat kutin pada kutikula
Melapisi permukaan
b) Kutikula mencegah penguapan air Penebalan dari zat kutin.
atas dan bawah daun.
melalui permukaan daun.
– Sebagai jalan masuk dan
keluarnya udara.
Melapisi permukaan – Sel penjaga sebagai Mulut daun pada epidermis
c)
Stomata atas dan bawah daun pengatur dengan dua sel penutup
membuka dan
menutupnya stomata.
Rambut
Permukaan atas dan
d) dan Alat pengeluaran. Alat tambahan pada epidermis
bawah daun.
kelenjar
– Terdiri dari sel parenkim,
banyak ruang antarsel.
Di antara lapisan epidermis – Kebanyakan berdiferensiasi
Tempat berlangsungnya
e) Mesofil atas dan menjadi palisade (jaringan
fotosintesis.
bawah. tiang) dan spons (jaringan
bunga karang).
– Sel-sel jaringan tiang berbentuk
silinder, tersusun rapat,
dan mengandung klorofil.
– Sel-sel jaringan bunga karang
bentuknya tidak teratur,
bercabang-
cabang dan berisi
kloroplas, susunannya renggang.
f) Urat daun Pada helai daun. Transportasi zat. Menyirip atau menjari.
Adapun macam, letak, fungsi, dan ciri-ciri jaringan penyusun daun Monokotil, dijelaskan dalam Tabel
2. berikut.
Tabel 2. Jaringan Penyusun Daun Monokotil Beserta Letak, Fungsi, dan Ciri-Cirinya
No Jaringan Letak Fungsi Ciri - Ciri
– Melindungi lapisan sel di
Epidermis Lapisan permukaan
bagian dalam dari kekeringan. Terdiri dari satu sel dengan penebalan
a) dan atas
– Mencegah penguapan air dari zat kutin.
kutikula dan bawah daun.
melalui permukaan daun.
Berderet di antara urat Sebagai jalan masuk dan
b) Stomata Mulut daun dengan dua sel penutup.
daun. keluarnya udara.
Membuat zat makanan Tidak mengalami diferensiasi,
Pada cekungan di
c) Mesofil melalui bentuknya
antara urat daun.
fotosintesis. seragam kecuali mesofil berkas
pengangkut lebih besar, kloroplasnya
lebih sedikit, dindingnya lebih tebal.
d) Urat daun Pada helai daun. Transportasi zat. Sejajar.
Nukleus (inti sel) memegang peranan penting dalam sel, yaitu mengatur semua aktivitas sel karena
di dalam inti sel terdapat kromosom berisi ADN yang mengatur sintesis protein, dan menjaga
integritas gen-gen tersebut. YukSinau.id organel sel lebih dalam.
Untuk mempermudah pembahasan, kamu harus mengetahui terlebih dahulu anatomi dan fisiologi
sel, secara anatomi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
Merupakan membran sel atau selaput yang letaknya paling luar yang terbentuk dari senyawa
kimia Lipoprotein (gabungan protein dan lemak) dengan perbandingan 50:50. Lipid penyusun
membran yaitu pospolid.
Protein yang ada di permukaan luar dan dalam disebut protein instriksik yang mempunyai sifat
hidrofilik (larut dalam air) dan yang ada dan menembus kedua lapis lipid disebut protein instriksi
yang mempunyai sifat hidrofobik (tidak larut dalam air). Oleh karenanya membran sel
bersifat Selektif Permeabel (Semi Permeabel) yang artinya hanya bisa dilewati oleh molekul
tertentu saja.
Melindungi sel
Mengatur keluar masuk (pertukaran) zat dari sel satu ke sel lainnya
Penerima rangsang dari luar sel
Tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia
Khusus sel tumbuhan, selain selaput plasma terdapat satu struktur yang letaknya diluar selaput
plasma yaitu Cell Wall atau Dinding Sel. Tersusun dari dua lapisan senyawa Selulosa. Diantara
kedua lapisan selulosa terdapat rongga yang dinamakan Lamel Tengah (Middle Lamel) yang bisa
terisi oleh zat penguat (contoh: chitine, pektin, suberine, lignin).
Pada sel tumbuhan terkadang juga terdapat celah yang disebut Noktah. Di notah/pit ini sering
dijumpai penjuluran Sitoplasma yang disebut Plasmodesma yang mempunyai fungsi hampir sama
dengan fungsi saraf pada hewan.
Bagian cair dalam sel disebut dengan Sitoplasma yang ada dalam dua bentuk yaitu Fase Sol
(padat) dan Fase Gel (cair) dan khusus cairan yang berada di dalam inti sel disebut Nukleoplasma.
Sitoplasma disusun oleh 90% air dimana air menjadi penyusun utamanya, dan berfungsi melarutkan
zat-zat kimia dan tempat reaksi kimia sel.
Organel sel sendiri merupakan benda-benda solid yang ada di dalam sitoplasma dan menjalankan
fungsi kehidupan (bersifat hidup). Terdapat berbagai macam organel sel, organel sel tersebut yaitu:
Fungsi RE Halus:
Fungsi RE Keras: transpor atau pengangkut sintetis protein, terdapat juga di ribosom.
b. Ribosom (Ergastoplasma)
Ribosom merupakan organel pen sintensis protein. Ribosom kerap menempel satu sama lain dan
membentuk rantai yang sering disebut polisom atau pololiribosom. Struktur ribosom berbentuk bulat
bundar terdiri dari dua partikel besar dan kecil, ada yang soliter dan ada yang melekat sepanjang
R.E.
Ribosom adalah organel sel terkecil yang tersuspensi dalam sel. Antara satu ribosom dengan yang
lainnya diikat oleh mRNA. Menurut kecepatan sedimentasi dibedakan menjadi ribolom sub unit kecil
(40s) dan ribosom sub unit besar (60s)
Fungsi Ribosom: Sebagai tempat berlangsungnya sintesis protein dan contoh organel tidak
bermembran. Oleh penyusun utamanya yaitu asam ribonukleat dan berada bebas di dalam
sitoplasma ataupun melekat pada RE.
Di dalam biologi Mitokondria diberi julukan The Power House karena merupakan organel yang
mempunyai fungsi sebagai tempat respirasi aerob untuk pembentukan ATP sebagai sumber energi
sel. Mitokondria memiliki dua lapisan membran yaitu membran dalam dan membran luar.
Membran dalam membentuk tonjolan-tonjolan ke arah dalam (membran krista). Krista mempunyai
fungsi memperluas permukaan agar proses pengikatan oksigen dalam respirasi sel berlangsung
semakin efektif.
Terdapat Mastrik Mitokondria yang terletak diantara membran krista dan banyak mengandung enzim
pernafasan atau sitokrom, protein, dna dan ribosom yang memungkinkan sintesis enzim-enzim
respirasi secara otonom. Untuk melintasi membran mitokondria memerlukan mekanisme transpor
aktif. Mastrik Mitokondria berfungsi sebagai tempat berlangsungnya respirasi untuk menghasilkan
energi.
d. Lisosom
Lisosom dihasilkan oleh aparatus golgi yang penuh dengan protein. Berbentuk kantong-lantong kecil
dan menghasilkan enzim-enzim hidrolitik seperti fosfatase, lipase, dan proteolitik. Enzim hidrolitik
mempunyai fungsi untuk mencerna makanan yang masuk ke dalam sel secara fagositosis.
Lisosom menghasilkan zat kekebalan sehingga banyak ditemui pada sel darah putih, bersifat
autofagi, autolisis, dan menghancurkan makanan secara edsosistosis. Fungsi organel sel lisosom ini
ialah sebagai penghasil dan penyimpan enzim pencernaan seluler. Salah satunya yaitu Lisozym.
Ada dua macam lisosom yaitu lisosom primer dan sekunder, lisosom primer memproduksi enzim
yang belum aktif. Berfungsi sebagai vakuola makanan. Lisosom sekunder adalah lisosom yang
terlibat dalam kegiatan mencerna, berfungsi sebagai autofagosom.
Di dalam badan golgi terdapat banyak enzim pencernaan yang belum aktif, seperti koenzim dan
zimogen. Dihasilkan juga lendir yang disebut musin, badan golgi juga dapat membentuk lisosom.
Badan golgi bisa bergerak mendekati membran sel untuk mensekresikan isinya ke luar sel, karena
ini disebut juga organes sekresi.
Organel sel ini dihubungkan dengan fungsi ekskreasi sel, dan struktur nya dapat dilihat dengan
menggunakan mikroskop cahaya biasa. Badan golgi banyak ditemui di organ tubuh yang
melaksanakan fungsi eksresi atau sel-sel penyusun kelenjar (contoh: ginjal).
f. Sentrosom (Sentriol)
Hal yang sangat penting yaitu setrosom hanya bisa ditemukan pada sel hewan. Sentrosom disaat
reproduksi sel akan membelah menjadi sentriol. Struktur sentrosom berbentuk bintang dengan
fungsi untuk pembelahan sel (Meiosis maupun Mitosis).
Sentriol berbentuk layaknya tabung dan tersusun oleh mikrotubulus yang terdiri 9 triplet, terletak
disalah satu kutub inti sel. Sentriol berperan dalam kegiatan pembelahan sel dengan membentuk
benang spindel. Benang ini yang menarik kromosom menuju ke kutub sel berlawanan.
g. Plastida
Plastida ialah organel yang umumnya berisi pigmen. Plastida yang berisi pigmen klorofil
disebut kloroplas, fungsinya yaitu sebagai organel utama dalam proses fotosintesis. Kroloplas
berasal dari proplastida, proplastida berukuran lebih kecil dari kloroplas dimana terdapat sedikit
bahkan tanpa membran internal.
Kloroplas terbungkus membran ganda, membran yang berperang mengatur keluar masuk senyawa
atau ion ke dandari dalam kloroplas. Di membran internal kloroplas ada pigmen fotosintesis yang
banyak ditemui di permukaan luar membran internal yang disebut thilakoid.
Sedangkan plastida yang berisi pigmen selain klorofil (contoh: fikoerithin, xantofil, karoten) disebut
dengan Kromoplas. Plastida yang tidak mempunyai warna (tidak berwarna) disebut leukoplas.
Ada macam-macam leukoplas berdasarkan bahan yang dikandungnyam yaitu elaioplas (lipoplas)
berisi lemak, amiloplas berisi amilum, dan proteoplas berisi protein. Yang dapat dilihat dengan
mikroskop cahaya biasa.
2. Kloroplas yaitu plastida berwarna hijau yang berfungsi menghasilkan klorofil dan tempat
berlangsungnya fotosintesis
Fikodanin (biru)
Fikosantin (kuning)
Karotin (kuning)
Fikoeritrin (merah)
h. Vakuola (RonggaSel)
Vakuola tidak dimasukan dalam organel sel oleh beberapa ahli, benda ini bisa dilihat melalui
mikroskop cahaya biasa. Vakuola berisi garam-garam organik, tanin (zat penyamak), glikosida,
minyak eteris, enzime, alkaloid, dan butir-butir pati. Selaput pembatas antara vakuola dengan
sitoplasma disebut Tonoplas. Pada beberapa spesies terdapat vakuola kontraktil dan vakuola
nonkontraktil.
Pada beberapa terdapat vakuola kecil atau bahkan tidak ada, kecuali hewan bersel satu. Hewan
bersel satu terdapat dua jenis vakuola yaitu vakuola makanan dengan fungsi dalam proses
pencernaan intrasel dan vakuola kontraktil yang berfungsi sebagai osmoregulator.
i. Mikrotubulus
Mikrotubulus berbentuk benang silindris, kaku dan mempunyai fungsi untuk membentuk silia,
flagela, sentriol dan benang-benang spindel, serta mempertahankan bentuk sel dan sebagai rangka
sel. Contoh organel ini antaranya yaitu benang-benang gelembung pembelahan.
Mikrotubulus ini disusun oleh protein yang disebut tubulin. Diameter mikrotubulus kira-kira 25 nm.
Organel ini merupakan serabut penyusun sitoskeleton terbesar.
j. Mikrofilamen
Organel mikrofilamen mirip seperti mikrotubulus tetapi mempunyai diameter yang lebih kecil. Bahan
pembentuk mikrofilamen adalah miosin dan aktin seperti yang ditemui pada otot. Berdasarkan hasil
penelitian, mikrofilamen ikut andil dalam proses pergerakan sel, eksositosis, dan endositosis.
Contohnya yaitu gerakan amuba.
Peroksisom atau badan mikro mempunyai ukuran sama seperti Lisosom dan dibentuk dalam
Retikulum Endoplasma Granular. organel peroksisom ini terus menerus berasosiasi dengan organel
sel lain, banyak juga mengandung enzim katalase dan oksidae yang banyak disimpan dalam sel-sel
hati.
Peroksisom memiliki fungsi mengurangikan peroksida (H2O2) dimana ini merupakan sisa
metabolisme yang bersifat toksik menjadi oksigen dan air. Badan mikro pada tumbuhan disebut
Gliosisom, ikut andil dalam proses pengubahan senyawa lemak menjadi sukrosa.
Inti sel (nukelus) dibatasi oleh membran inti atau selaput inti yang mempunyai kontrol keluar masuk
nukleus. Nukleus diperlukan untuk mengontrol reaksi-reaksi kimia, pembelahan sel, dan
pertumbuhan.
Tetapi sesuai dengan fungsinya, ada juga sel yang mempunyai dua atau lebih inti. Nukelus juga
mempunyai tugas untuk membawa perintah sintesis di inti DNA dikarenakan terdapat sandi DNA
(DNA code) di dalamnya untuk menentukan urutan asam amino protein.
Nukleoplasma (Kariolimfa)
Kromatin / Kromosom
Selapue Inti (Karioteka)
Nukleolus(anak inti)
Berdasarkan ada tidaknya selaput inti, dikenal dua penggolongan sel yaitu:
Fungsi dari nukelus sendiri adalah mengatur semua aktivitas sel, karena di dalam nukleus terdapat
kromosom yang berisikan ADN yang mengatur sintesis protein. Inti mempunyai tugas
mengendalikan semua kegiatan sel mulai dari metabolisme sampai pembelahan sel.
Pada sel eukariotik, inti diselubungi membran inti atau karioteka rangkap dua dan berpori, lain hal
dengan sel prokariotik dimana sel ini tidak memiliki membran. Di dalam nukleus terdapat cairan
yang biasa disebut nukleoplasma, kromosom yang biasanya berupa benang kromatin, serta
Nukleolus (anak inti) yang digunakan sebagai tempat pembentukan asam ribonukleat (ARN).
Itulah pembahasan lengkap mengenai struktur organel sel hewan dan tumbuhan dilengkapi gambar
beserta fungsi organel sel, semoga bermanfaat untuk menyelesaikan tugas makalah, tugas
sekolah, atau sekedar penambah informasi untuk kalian.
Struktur Sel Tumbuhan dan
Fungsinya
Secara umum struktur sel tumbuhan dapat di bagi menjadi 3 bagian yaitu inti sel,
sitoplasma, dan membran sel. Setiap bagian sel tumbuhan memiliki fungsi yang
berbeda-beda. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai bagian-bagian sel
tumbuhan.
A. Inti Sel Tumbuhan (Nukleus)
Inti sel atau nukleus merupakan organel sel yang berada di dalam sel eukariotik.
Sel tumbuhan termasuk kelompok sel eukariotik. Di dalam inti sel banyak
mengandung materi genetik yang berbentuk DNA (deoxyribonucleic acid). Di
dalam DNA tersimpan informasi genetik yang berbentuk polinukleotida.
Fungsi inti sel adalah untuk mengontrol segala aktivitas sel berdasarkan
informasi genetik yang dibawa oleh DNA. Informasi genetik ini nantinya akan
diturunkan ke generasi selanjuntya. Sehingga bisa dianggap bahwa nukleus
merupaakn organel terpenting dalam sebuah sel.
Struktur inti sel tumbuhan tersusun dari membran nukleus, nukleoplasma,
kromosom, dan nukleolus.
Nukleoplasma (pinterest.com)
Nukleoplasma adalah cairan kental yang mengisi bagian dalam nukleus. Cairan
ini tersusun atas asam nukleat (DNA dan RNA), protein , dan mineral garam.
DNA dan RNA merupakan materi pembawa sifat genetik yang banyak
terkandung dalam nukleoplasma. Apabila kedua materi genetik in bergabung
dengan protein maka disebut sebagai nukleoprotein.
Fungsi nukleoplasma adalah sebagai suspensi (zat cair yang mengandung zat
padat) bagi organel sel yang ada di dalam nukelus. Selain itu, nukleoplasma juga
berfungsi untuk mempertahankan bentuk nukleus dan sebagai media
transportasi zat-zat yang dibutuhkan oleh nukleus.
3. Kromatin dan Kromosom
Nukleolus (haikudeck.com)
Nukleolus atau anak inti adalah sebuah organel sel yang terletak di dalam
nukelus dan berukuran lebih besar dari kromatin. Komposisi nuklelolus sebagian
besar terdiri dari benag-benang halus DNA.
Fungsi nukleolus adalah sebagai tempat berlangsungnya sintesis RNA. Di
dalam nukleolus informasi genetik yang dibawa oleh DNA diraikan sehingga
menghasilkan rRNA. Molekul rRNA nantinya akan berfungsi sebagai penyusun
organel ribosom di dalam sitoplasma.
B. Sitoplasma
Sitoplasma adalah cairan kental seperti gel yanng mengisi rongga di dalam sel.
Di dalam sitoplasma terkandung banyak air dengan presentase sebesar 80%.
Sitoplasma biasanya tidak berwarna atau bening. Selain itu di dalamnya juga
banyak terkandung garam sehingga dapat dengan baik menghantarkan arus
listrik.
Fungsi sitoplasma adalah sebagai media suspensi bagi partikel-partikel kecil
dan organel-organel sel. Sitoplasma juga berfungsi untuk meyalurkan dan
melarutkan zat-zat makanan yang dibutuhkan organel-organel sel untuk
melakukan aktivitas.
Di dalam sel tumbuhan sitoplasma berguna untuk mengatur posisi kloroplas.
Sitoplasma akan membantu kloroplas berpindah ke bagian yang terkena sinar
matahari lebih banyak. Sehingga bisa memaksimalkan proses fotosintesis.
Secara garis besar sitoplasma bisa dibagi menjadi 3 bagian yaitu sitosol,
organel-organel sel dan inklusi sitoplasma.
Sitosol
Sitosol merupakan cairan kental yang terisir dai air, garam dan senyawa-
senyawa organik. Sitosol sebagian besar terdiri dari air sebanyak 70% dan berisi
campuran benang-benang sitoskleton (kerangka sel), senyawa organik dan
anorganik.
Fungsi sitosol adalah sebagai sumber bahan makanan bagi sel dan organel-
organel sel. Hal ini karena sitosol juga mengandung senyawa organik seperti
garam, protein, asam lemak. Sitosol juga berfungsi sebagai tempat terjadinya
proses metabolisme seperti sintesis protein dan asam lemak.
Organel-organel Sel
Ribosom (shareyouressays.com)
Ribosom adalah organel sel tumbuhan yang mengandung protein (40%) dan
asam ribonukleat atau RNA (60%). Terdapat 2 jenis ribosom yaitu ribosom terikat
dan ribosom bebas. Ribosom terikat biasanya bergabung dengan retikulum
endoplasma.
Fungsi ribosom adalah sebagai tempat terjadinya sintesis protein.
2. Retikulum endoplasma (RE)
Mitokondria (wikimedia.org)
Badan golgi atau aparatus golgi adalah organel sel yang berbentuk kantung tipis
tersusun secara berlapis-lapis. Bentuk badan golgi hampir mirip seperti bentuk
retikulum endoplasma, hanya saja terdapat lapisan membran pada kantungnya.
Fungsi badan golgi adalah sebagai alat sekresi pada sel. Di dalamnya terjadi
proses perubahan dari enzim yang tidak aktif menjadi enzim aktif, Selain itu,
badan golgi juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan sekunder protein dan
zat-zat lainnya yang berasal dari retikulum endoplasma.
5. Kloroplas (Plastisida)
Kloroplas (wikimedia.org)
Kloroplas adalah organel sel yang hanya terdapat pada sel tumbuhan. Kloroplas
berbentuk bulat lonjong dan berwarna hijau. Mungkin bentuknya terlihat seperti
kacang hijau. Namun juga ada kloroplas yang berbentuk pipih atau bulat seperti
telur.
Seperti halnya mitokondria, kloroplas juga memiliki 2 membran yaitu membran
luar dan dalam. Pada bagian dalam membran dalam terdapat stroma dan
tilakoid. Stroma adalah cairan yang mengisi rongga di dalam kloroplas dan
tilakoid tersusun dari kantung kecil yang ditumpuk secara vertikal di dalam
kloroplas.
6. Vakuola (Rongga Sel)
Vakuola (sullivan1990.blogspot.com)
Vakuola atau rongga sel adalah organel terbesar yang dapat dijumpai pada sel
tumbuhan. Vakuola berbentuk sperti karung yang didalamnya terdapat cairan
yang mengadung senyawa organik dan anorganik. Vakuola memiliki lapisan
membran yang disebut sebagai tonoplas.
Fungsi vakuola adalah sebagai tempat menyimpan zat-zat makanan seperti
protein dan zat gula. Di dalamnya juga tersimpan pigmen daun, buah, dan daun.
Selain itu vekuola juga berfungsi untuk mengatur tekanan di dalam sel,
meenstabilkan tingkat nilai PH dan mengisolasi zat sisa-sisa metabolisme sel.
7. Mikrotubulus
Mikrotubulus (en.wikipedia.org)
Mikrotubulus adalah organel sel berbentuk tabung panjang dan tidak bercabang.
Organel sel ini mengandung molekul-molekul protein yang tersusun secara
melingkar seperti pegas sehingga berbentu sperti tabung panjang berongga.
Organel ini memiliki sifat kaku sehingga bentuknya tidak berubah-ubah.
Fungsi mikrotubulus adalah sebagai media transportasi zat, menjaga tekanan di
dalam sel, dan membantu replikasi kromosom.
8. Mikrofilamen
Mikrofilamen (studyblue.com)
Peroksisom (slideplayer.com)
Peroksisom adalah organe sel berukuran kecil yang dilapisi oelh membran
tunggal. Peroksisom biasanya berinteraksi dengan retikulm endoplasma dan
mengandung sejumlah enzim. Setidaknya terdapat 40 enzim yang dilapisi oleh
membran lipid (lemak) ganda.
Fungsi Peroksisom adalah menguraikan hidrogen peroksida melalui proses
fotorespirasi. Peroksisom juga berfungsi untuk mengubah racun menjadi air dan
oksigen serta mengubah asam lemak menjadi zat gula.
Inklusi Sitoplasma
Membran sel atau dinding sel adalah lapisan terluar yang menyelubungi seluruh
badan sel. Membran sel tersusun atas fosfolipid dan protein. Sehingga
menyebabkan membran sel memiliki sifat selektif permeabel. Sifat ini
menunjukkan bawha membran sel hanya bisa dilalui oleh zat-zat atau ion-ion
tertentu saja. Beberapa zat-zat tersebut adalah asam amino, glukosa, dan
gliserol.
Fungsi utama membran sel adalah untuk melindungi bagian dalam sel dan
membatasi nya dengan lingkuan diluar sel. Dengan sifat selektif permeabel maka
mebran sel juga berfungsi untuk mengatur keluar dan masuknya suatu zat yang
menuju ke dalam atau keluar meninggalkan sel. Sehingga zat-zat berbahaya dari
luar sel tidak dapat masuk ke dalam sel.
Sel tumbuhan dan sel hewan memiliki sedikit perbedaan. Hal ini berhubungan
dengan aktivitas yang dikerjakan oleh tumbuhan dan hewan. Sebagai contoh
mengahsilkan makanan melalui proses fotosintesis, karena itu terdapat organel
sel bernama kloroplas. Di dalam inilah terjadi proses fotosintesi yang merubah
oksigen dan air menjadi energi yang bergunabagi metabolisme tumbuhan.
Sedangkan pada sel hewan tidak terdapat kloroplas dikarenakan hewan tidak
melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan. Agar lebih jelas,
lihatlah tabel di bawah ini yang menujukkan perbedaan antara sel tumbuhan dan
hewan.
5. Proses seleksi senyawa oleh membrane plasma
Membran Sel
Permukaan luar setiap sel dibatasi oleh selaput halus dan elastis yang disebut membran sel.
Membran ini sangat penting dalam pengaturan isi sel, karena semua bahan yang keluar atau
masuk harus melalui membran ini. Hal ini berarti, membran sel mencegah masuknya zat-zat
tertentu dan memudahkan masuknya zat-zat yang lain. Selain membatasi sel, membran
plasma juga membatasi berbagai organel-organel dalam sel, seperti vakuola, mitokondria,
dan kloroplas.
Membran sel terdiri atas dua lapis molekul fosfolipid (lemak yang bersenyawa dengan fosfat).
Bagian ekor dengan asam lemak yang bersifat hidrofobik (nonpolar), kedua lapis molekul
tersebut saling berorientasi ke dalam. Sedangkan, bagian kepala bersifat hidrofilik (polar)
mengarah ke lingkungan yang berair. Selain fosfolipid terdapat juga glikolipid (lemak yang
bersenyawa dengan karbohidrat) dan sterol (lemak alkohol terutama kolesterol). Sedangkan,
komponen protein terletak pada membran dengan posisi yang berbeda-beda. Beberapa
protein terletak periferal, sedangkan yang lain tertanam integral dalam lapis ganda fosfolipid.
Beberapa protein membran adalah enzim, sedangkan yang lain adalah reseptor bagi hormon
atau senyawa tertentu
lainnya. Komposisi lipid dan protein penyusun membran bervariasi, tergantung pada jenis
dan fungsi membran itu sendiri. Namun, membran mempunyai ciri-ciri yang sama, yaitu
bersifat permeable selektif terhadap molekul-molekul. Sehingga, membran sel dapat
mempertahankan bentuk dan ukuran sel.
Dalam menyeleksi senyawa yang dapat masuk ke dalam sel, membran sel akan menyesuaikan
sifatnya. Membran sel sangat permeable (boleh masuk) terhadap senyawa air, semi
permeable terhadap senyawa ion dan senyawa-seyawa kecil seperti glukosa, asam amino, dan
terakhir bersifat impermeable (tidak dapat masuk) terhadap senyawa-senyawa yang
berukuran besar ehingga untuk memasukan tersebut akan digunakan mekanisme yan
mengurang energi. Masing-masing senyawa memiliki jalur transportasi ada membran sel.
Berdasarkan penggunaan energinya, macam jalur transportasi melewati membran dibedakan
menjadi dua,
a) Transport pasif
Merupakan jenis transportasi yang tidak memerlukan energi berdasarkan zat yang berpindah
makan dibedakan menjadi dua,
1. Difusi perpindahan senyawa atau zat terlarut searah gradien konsentrasi dari yang tinggi
ke konsentrasi yang rendah.
2. Osmosis, perpindahan zat pelarut (air) searah gradien konsentrasi dari yang tinggi ke
konsentrasi yang rendah melaui suatu membran selektif permeable. Perpindahan air dapat
menyebakan tekanan turgor sel berubah, apabila sel hewan dimasukkan ke dalam larutan
yang memiliki konsentrasi air lebih tinggi (encer) di banding sel maka sel tersebut akan pecah
hal ini karena air akan masuk ke dalam sel. Sebaliknya, jika sel hewan dimasukkan ke dalam
larutan hipertonij (kental) akan meyebabkansel hewan mengkerut (krenasi). Sedikit berbeda
dengan sel tumbuhan, karena strukturnya dilindungi oleh dinding sel yang kaku, maka apabila
sel tumbuhan dimasukan ke dalam larutan encer (kaya akan air) maka sel tumbuhan itu akan
membengkak (turgid), keadaan turgid ini normal pada sel tumbuhan. Jika sel tumbuhan
dimasukkan ke dalam larutan hipertonik (kental), sel tumbuhan tidak mengkerut karena
struktur dinding sel yang kaku, hanya saja membran sel akan terlepas dari dinding selnya, hal
ini disebut dengan plasmolisis.
b) Transport aktif
Transport aktif merupakan transport yang menggunakan energi hal ini karena melawan
gradien konsentrasi.
1. Pompa ion, transport melalui protein membran. Contoh pompa ion Na+-K+
2. Sitosis, ialah proses memasukkan atau mengeluarkan zat atau senyawa atau partikel yang
besar dengan membentuk vesikula. Ada dua macam sitosis,
a. Endositosis, proses memasukkan senyawa yang berukuran besar. Membran sel akan
melakukan gerakan pseudopodia seperti pada Amoeba untuk memasukkan senyawa tersebut.
Berdasarkan jenis senyawanya dibedakan menjadi,
• Fagositosis, (Fag, makan), sel “makan” karena senyawa yang masuk berupa zat padat.
• Pinositosis (pina, cair), sel “minum” senyawa yang masuk berupa zat cair.
b. Eksositosis, proses pengeluran senyawa dari dalam sel ke luar tubuh dengan membentuk
vesikula, sama seperti pembentukan vesikulan pada lisosom. Vesikula ini dapat berisi
senyawa penting yang akan dikirimkan ke sel target atau sel sekitar, atau dapat pula berisikan
sel patogen atau senyawa sisa yang akan dibuang dari tubuh.
Transport molekul
Membran plasma mengandung mesin transpor molekul dari satu sisi ke sisi lain yang
mencegah molekul dengan konsentrasi rendah masuk ke dalam sel daerah yang memeiliki
konsentrasi tinggi. Mesin ini memungkinkan sel mengakumulasi molekul tertentu dalam
konsentari yang lebih tinggi di bandingkan di sebelah luar.
Penghantaran signal
Membran plasma memainkan peran penting dalam respon sel terhadap signal. Proses itu
disebut dengan penghantaran signal. Membran sel memiliki resptor yang berkombinasi dengan
molekul tertentu (ligan). Setiap sel berbeda memiliki reseptor berbeda, yang mampu mengenali
dan berespon terhadap ligan pada lingkungan berbeda.
Interaksi interseluler
Membran sel memperantarai interaksi antar sel pada organisme multiseluler. Membran sel
memungkinlkan sel mengenal satu sama lain, berikatan dan saling bertukar materi dan
informasi
Mekanisme Pengangkutan Melalui Membran Sel
Molekul dan ion kecil bergerak melintasi membrane plasma dalam dua arah seperti gula, asama
amino dan nutrient lain memasuki sel, dan produk limbah metabolism meninggalkan sel. Sel
menyerap oksigen untuk respirasi seluler dan mengeluarkan karbon dioksidal. Sel juga
mengatur konsentrasi ion anorganiknya seperti Na+, K+, Ca2+ dan Ca- dengan cara mebolak-
balik arahnya dari satu arah ke arah lainnya melintasi membrane plasma.
Meskipun lalu lintas melalui membrane ini padat membrane sel itu bersifat selektif permeable
(membrane hanya dapat dilewati oleh ion dan molekul polar tertentu), semipermeable (mudah
dilewati oleh molekul air) dan subtansi-subtansi tidak dapat melintasi rintangan tersebut secara
sembarangan. Sel tersebut dapat mengambil berbagai macam molekul dan ion kecil dan
menolak yang lainnya disamping itu substansi-suubstansi bergerak melintasi membrane pada
laju yang berbeda.
Membran sel memiliki fungsi dalam pergerakkan ion atau molekul dari dalam ataupun dari luar
sel. Menurut Campbell bagian tengah membran yang bersifat hidrofibik merintangi
pengangkutan ion dan molekul polat yang keduanya bersifat hidrofilik. Stuktur lipid bilayer
merupakan penyebab adanya sifat selektif permeabel pada membran. Gerakan molekul atau
ion yang terjadi pada membran sel dan organel-organel lainnya adalah :
Difusi
Difusi Sederhana
Difusi adalah suatu proses spontan di mana molekul-molekul bergerak dari daerah dengan
konsentrasi tinggi ke daerah yang memiliki konsentrasi rendah. Membran bersifat selektif
permeabel sehingga berpengaruh terhadap laju difusi beberapa jenis molekul. Satu jenis
molekul yang berdifusi bebas menembus banyak jenis membran adalah air.
Difusi bergantung pada pergerakan secara acak dari suatu zat terlarut. Molekul-molekul dapat
melewati selaput plasma dengan jalan difusi sederhana sangat terbatas jumlahnya dan untuk
inipun selaput plasma masih memiliki penghalang.
Mikromolekul terutama jenis hidrofobik dapat melewati membran plasma dengan mudah.
Kemampuan sel untuk dapat memilah senhyaya hidrofilik dengan berat molekul (BM) kecil dari
senyawa yang memiliki BM bsar sering kali disebabkan oleh adanya porus pada selaput
plasma. Terdapat dua jenis porus.
Jenis pertama yang dapat menembus protein integral atau di antara kelompok molekul protein
transmembran. Porus jenis kedua disebut porus statistik yang terbentuk secara acak pada
selaput plasma dan menembus lipid bilayer.
Difusi Terfasilitasi
Difusi dari suatu senyawa atau molekul melewati membran selalu terjadi dari daerah dengan
konsentasi tinggi ke daerah dengan konsentrasi rendah, akan tetapi difusi tidak selalu terjadi
melalui lipid bilayer atau suatu saluran terbuka.
Sejumlah substansi diketahui berdifusi dengan terlebih dahulu berikatan dengan suatu protein
mebran yang disebut dengan fasilitatif transporter yang memfasilitasi proses difusi. Pengikatan
molekul atau senyawa pada fasilitastif transporter pada satu sisi akan memicu perubahan
komformasi pada protein dan menyebabkan zat terlarut dapat berdifusi ke daerah yang
berkonsentrasi rendah.
Senyawa yang melewati membran plasma dengan jalan difusi dipermudah juga tidak
memerlukan keterlibatan ATP, seperti halnya difusi sederhana. Namun gerakan senyawa dari
luar ke dalam atau sebaliknya lebih cepat dari pada difusi sederhana.
Hal ini disebabkan oleh adanya protein pembawa yang mempercepat pengangkutan. Molekul
protein pembawa setelah mengikat senyawa atau molekul yang akan di bawa, segera
memindahkan senyawa/molekul dari luar ke dalam atau sebaliknya.
Osmosis
Osmosis adalah peristiwa perpindahan molekul air (pelarut) melalui membran semipermeabel
dari larutan yang berkonsentrasi rendah ke larutan yang berkonsentrasi tinggi. Peristiwa
osmosis ini terjadi pada sel.
Peristiwa tersebut bergantung pada perbandingan konsentrasi larutan didalam dan diluar sel.
Jika konsentrasi larutan diluar sel lebih rendah daripada larutan di dalam sel, berarti sel berada
dalam larutan hipotenik. Konsentrasi larutan diluar sel lebih tinggi dari pada larutan didalam sel,
berarti sel berada dalam larutan hipertonik.
Transpor Aktif
Transpor aktif adalah transpor yang menggunakan energi untuk mengeluarkan dan
memasukkan ion-ion dan molekul melalui membran sel yang bersifat selektif permeabel.
Transpor aktif dipengaruhi oleh muatan listrik di dalam sel dan di luar sel. Muatan listrik ini
ditentukan oleh ion natrium (Na+), ion kalium (K+), dan ion klor (C1-).
Keluar masuknya ion Na+ dan K+ diatur oleh pompa natrium-kalium. Pompa natrium-kalium
bertanggung jawab terhadap transpor aktif ganda Na+ dan K+ dari dalam keluar sel. ATP
menyediakan energi untuk transpor. Pompa mengeluarkan tiga ion Na+ dari dalam sel untuk
setiap dua ion K+ yang dimasukkan kedalam sel. Pada protein pengangkut, terdapat untuk Na+
dan K+ yang dinamakan binding sites.
Berikut adalah gambar dan keterangan 6 tahap transpor aktif pada membran sel:
Fagositosis
Fagosistosis (“cell eating”) adalah pengambilan bahan padat yang umum dilakukan oleh
beberapa jenis sel tertentu untuk selanjutnya dibawa menuju lisosom.
Organisme bersel tunggal seperti Amoeba dan Ciliata mengambil makanan dengan menangkap
partikel makanan atau organisme kecil dengan melingkupinya dengan merman plasma. Lipatan
kemudia berfusi membentuk sutau vakuola (fagosom) yang akan terpisah dengan membran
plasma. Fagosom selanjutnya akan bergabung dengan lisosom untuk mencena makanan
secara intraseluler.
Pada beberapa hewan tingkat tinggi, fagositosis lebih merupakan suatu mekanisme protektif
dibandingkan cara pengambilan makanan. Mammalia memiliki berbagai macam sel fagosit
seperti makrofag dan neutrofil yang terdapat di dalam darah dan jaringan lain yang akan
“memakan” organisme, sel-sel yang telah rusak, sel darah merah yang telah tua ataupun
debris.
Endositosis
Pada endositosis, sel memasukan makro molekul dan materi yang sangat kecil dengan cara
membentuk vesikula baru dari membrane plasma. Langkah-langkahnya pada dasarnya
merupakan kebalikan dari eksositosis.
Sebagian kecil luas membrane plasma terbenam terdalam membentuk kantong. Begitu kantong
ini semakin dalam, kantong ini terjepit, membentuk vesikula yang berisi materi yang telah
terdapat diluar selnya. Terdapat tiga jenis endositosis, yaitu fagositosis (pemakanan seluler)
pinositosi (peminuman seluler) dan endositosis yang diperantai reseptor.
Endositosis secara umum dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu: bulk-phase endocytosis
dan receptor-mediated endocytosis. Bulk-phase endocytosis mengambil cairan ektraseluler
tanpa adanya proses pengenalan oleh permukaan membran plasma. bulk-phase endocytosis
dapat diamati dengan memberikan bahan tertentu pada medium kultur seperti enzim
horseradish peroxidase yang akan di ambil oleh sel-sel pada umumnya. Receptor-mediated
endocytosis merupakan pengambilan makromolekul tertentu (ligand) yang akan berikatan
dengan reseptor pada permukaan luar membran.
Eksositosis
Sel mensekresi makro molekul dengan cara menggabungkan vesikula dengan
membrane plasma disebut dengan eksositosis. Vesicula transfor yang lepas dari
apparatus golgi dipindahkan oleh sitoskeleton ke membrane plasma. Ketika membrane
vesikula dan membrane plasma bertemu, molekul lipid keduan bilayer menyusun ulang
dirinya sendiri sehingga kedua membrane bergabung. Kandungan vesikulanya
kemudian tumpah dari sel.
1. Transport mikromolekul melalui membran lipid
Beberapa membran dapat melintasi membran biologik dengan mengadakan interaksi dengan
molekul lipid yang terdapat padanya. Substansi yang larut dalam lipid lebih mudah masuk pada
salah satu sisi membran dan keluar pada sisi lain. Bagian dalam lipid bersifat hidrofobik yang
menyebabkan lapisan tersebut relatif impermeabel terhadap ion dan beberapa molekul yang
bersifat polar. Karena itu, membran plasma dapat mencegah agar sebagian isi sel yang larut dalam
air tidak keluar dari sel. Sebaliknya molekul-molekul kecil yang tidak bermuatan dapat menyelinap
di antara bagian fosfolipid yang bersifat hidrofilik dan berdifusi melalui lapisan tersebut.
Kecepatannya berdifusi tergantung pada daya larutnya dalam lipid dan besar molekulya. Molekul
kecil-kecil yang bersifat non-polar, seperti oksigen, nitrogen, benzen, etilen dan eter dapat
melintasi membran dengan cepat. Molekul yang bersifat polar, yang tidak bermuatan dapat juga
melintasi membran dengan cepat asal ukuranya kecil.
Walaupun air tidk dapat larut dalam lemak namun molekul-molekulnya dapat melintasi lapisan
lipid ganda dengan cepat. Hal ini karena ukuran molekulnya memang kecil dan mungkin juga
karena struktur molekulnya polar sehingga dengan mudah melalui bagian luar membran yang
bersifat hidrofilik.
Protein pengangkut tersebut dinamai juga permease karena dapat menambah permeabilitas
membran.
2. Tanspor Pasif
Dalam suatu difusi bebas beberapa molekul (misalnya: air, O2, CO2) bergerak dari daerah yang
konsentrasinya tinggi ke arah daerah yang konsentrasinya rendah. Gerakan yang demikian
dikatakan menurut gradien konsentrasi. Kedua sisi membran mempunyai perbedaan potensial
listrik atau potensial membran.
Ada perbedaan potensial membran yang menyebabkan ion yang bermuatan positif mudah sekali
masuk kedalam sel karena didalam sel terdapat muatan negatif, dan sebaliknya ion yang
bermuatan negatif tetap berada di luar sel karena tertarik oleh muatan positif pada bagian luar
membran dan juga karena ditolak oleh muatan negatif yang ada pada bagian dalam membran. Dan
dapat disimpulkan bahwa difusi ion-ion yang tertentu melalui membran tergantung pada dua
faktor: gradien konsentrasi ion yang bersangkutan dan keseluruhan gradien potensial listrik yang
terdapat pada membran. Kedua faktor tersebut merupakan gradien elektrokimia yang menentukan
ion-ionberdifusi melintasi membran plasma.
1. Difusi Sederhana
Merupakan perpindahan suatu molekul atau zat terlarut dari larutan yang konsentrasinya tinggi
(hipertonis) menuju larutan yang konsentrasinya lebih renhah (hipotonis). Mekanisme ini sangat
sederhana sehingga molekul dapat melewati membran sel. Molekul hidrofobik seperti bensin,
kemudian O2 dan CO2 serta molekul polar (H2O) dapat melewati membran sel.
1. Difusi terfasilitasi
Suatu difusi sederhana tetapi dibantu oleh suatu protein pembawa atau protein transforter. Suatu
molekul apabila akan melewati membran maka harus dibantu oleh suatu protein pembawa. Setiap
molekul atau ion biasanya memiliki protein pembawa yang khusus. Difusi terfasilitasi tidak
membutuhkan energi dari luar, karena lewanya protein dbantu oleh protein, sehingga molekul
tidak berinteraksi langsung dengan bagian hidrofobiknya. Maka molekul-molekul yang polar tidak
dapat melewati membran melalui difusi ini.
1. Osmosis
Merupakan suatu proses perpindahan molekul zat pelarut dari larutan yang konsentrasi zat
pelarutnya tinggi menuju larutan yang konsentrasi zat pelarutya rendah melalui selaput atau
membran selektif permeabel atau semi permeabel.
3. Transpor aktif
Transpor aktif substansi/molekul dapat bergerak melawan gradien elektrokimia, dan dikatakan
transpor aktif karena pada peristiwa ini diperlukan energi, yang terutama bersumber dari ATP.
2. Transpor makromolekul
Selain molekul yang kecil, molekul partikel yang besar juga harus masuk ke dalam sel atau
meninggalkan sel. Substansi ini tentu saja tidak dapat langsung melintasi membran plasama
dengan cara menembus lipid ganda ataupun dengan mekanisme transpor protein . Karena bersifat
cair dan dinamis membran plasma dapat berubah bentuk dan robek untuk untuk sementara guna
membentuk semacam kantong kecil didalam sel. Pada saat itu lah lapisan lipid ganda secara
otomatis akan menutup diri sehingga kembali menjadi membran permukaan yang kontinyu. Proses
pengambilan suatu substansi oleh suatu sel dari sekitarnya melalui membran pasma secara umum
disebut endositosis , sedangkan proses pengeluarananya disebut eksositosis.
Makanan yang dicerna diserap kedalam sitoplasma, sedangkan ampas-ampas yang tidak berguna
dikeluarkan dari dalam sel dengan proses eksositosis.
1. Pinositosis
Bahasa Yunani: pinein = minum. Adalah suatu bentuk endositosis yang lain, pada proses ini suatu
sel mengambil makananyang berbentuk cairan dari sekitarnya atau partikel-partikel yang sangat
kecil yang larut dalam cairan tersebut. Membran plasma mengadakan invaginasi, membentuk
saluran panjang yang sempit dan pada ujungnya membentuk vakuola, vakuola tersebut lama-
kelamaan melepaskan diri sehingga isinya dapat diserap oleh sitoplasma. Proses pinositosis
terdapat pada amoeba dan beberapa sel hewan.
Jadi, apa itu sistesis protein? Sistesis protein adalah prosedur biologis sebagai proses
pembentukan partikel protein yang dilakukan oleh sel-sel hidup untuk membuat protein
dengan melibatkan sistesis RNA yang dipengaruhi oleh DNA (ADN).
Proses sintesis protein ini secara rinci memang sangat kompleks. Proses sistesa protein ini
dimulai dari produksi asam amino yang berbeda, dari yang beberapa berasal dari sumber
makanan.
Dalam proses sintesa protein, molekul ADN adalah sumber pengkodean asam nukleat untuk
menjadi asam amino yang menyusun protein. Namun, ADN tidak terlibat secara langsung
dalam prosesnya tersebut.
Molekul DNA pada suatu sel ditranskripsi menjadi molekul RNA. Nah, molekul RNA inilah yang
kemudian ditranslasi menjadi asam amino sebagai penyusun protein. Jadi, dapat dikatakan
bahwa sebenarnya, molekul RNA lah yang terlibat secara langsung dalam proses sintesis
protein.
Hubungan antara molekul DNA, RNA, dan asam amino dalam proses pembentukan protein
dikenal pula dengan istilah "Dogma sentral biologi”. Dogma sentral biologi ini merupkana
rangkaian proses DNA membuat DNA dan RNA dan RNA membuat protein, yang dinyatakan
dalam persamaan DNA >> RNA >> Protein.
Dogma ini memang tidak berlaku mutlak karena terdapat pula pengecualian pada proses
pembentukan protein. Dogma ini akhirnya disebut sebagai aturan.
Terdapat dua kelompok protein yang dibuat DNA, yaitu protein struktural dan protein katalis.
· Protein struktural membentuk sel, jaringan, dan organ hingga penampakan fisik suatu
individu. Protein struktural inilah yang menyebabkan ciri fisik tiap orang berbeda satu sama
lain.
· Protein katalis membentuk enzim dan hormon yang berpengaruh besar terhadap proses
metabolisme. Pada akhirnya, hal ini berpengaruh terhadap sifat psikis, emosi, kepribadian,
atau kecerdasan seseorang.
Proses ini melibatkan tiga hal. Zat yang terlibat dalam proses sintesa protein yakni :
(1) asam ribonukleat (RNA),
a. asam ribonukleat messenger (mRNA),
b. asam ribonukleat ribosom (rRNA)
c. transfer asam ribonukleat (tRNA)
(2) asam deoksiribonukleat (DNA)
(3) satu set enzim.
Semua jenis asam ribonukleat, mRNA, rRNA, dan tRNA diperlukan untuk sintesis protein.
Sintesis protein berlangsung di dalam ribosom dengan menghasilkan protein yang non-
spesifik atau sesuai dari m-RNA yang di translasi. Jadi, ada dua bagian utama dalam proses
sistesa protein ini, yakni transkripsi dan translasi.
Tahap pertama adalah transkripsi yaitu pencetakan ARNd oleh ADN yang berlangsung di
dalam inti sel. ARNd inilah yang kemudian membawa kode genetik dari ADN. Tahap kedua
adalah translasi yaitu penerjemahan kode genetik yang dibawa ARNd oleh ARNt.
Okay, sebelum lanjut ke pembahasan proses sistesa protein yang cukup rumit ini, ada baiknya
kamu memahami beberapa poin penting terkait langkah sistesa protein berikut ini :
Tempat berlangsung
: Ribosom
Perancang jenis protein
: ADN
Pelaksana proses sintesis
: ARNd, ARNt, dan ARNr
Sumber energi
: Adenosin Tri Phosphat (ATP)
Bahan sintesis protein
: asam amino
Enzim yang diperlukan untuk transkripsi
: ARN polimerase
Transkripsi
Transkripsi adalah bagian pertama dalam proses sintesis protein. Transkripsi berlangsung di
dalam inti sel, di mana asam deoksiribonukleat (DNA) bertempat di kromosom. Perlu
diketahui bahwa DNA adalah struktur heliks ganda, yang mana masing-masing untaiannya
berperan terpisah.
Untuk setiap satu molekul protein yang dibentuk akan selalu dimulai dengan kodon inisiasi
atau kodon start yaitu AUG. Kodon inilah yang mengkodekan asam amino metionin atau
berupa kode asam amino.
Jika satu molekul protein telah terbentuk akan selalu diakhiri dengan tanda berupa kodon
stop atau kodon terminasi, yaitu UGA, UAA, atau UAG.
Ada beberapa konsep penting dalam transkripsi yang perlu kamu pahami, yakni :
(1) pasangan tiga basa nitrogen disebut triplet.
(2) triplet yang terdapat pada rantai sense ADN yang mencetak ARNd disebut kodogen.
(3) triplet yang terdapat pada ARNd disebut kodon.
(4) triplet yang terdapat pada ARNt disebut antikodon.
Translasi
Bagian utama kedua dari proses sintesa protein ini adalah terjemahan. Berbeda dengan
transkripsi yang terjadi di dalam inti, terjemahan berlangsung di dalam sitoplasma sel. Bagian
ini dimulai segera setelah mRNA ditranskripsi memasuki sitoplasma.
Secara keseluruhan, proses sintesis protein melibatkan transkripsi DNA untuk mRNA, yang
kemudian diterjemahkan menjadi protein. Dengan demikian, kita telah melihat proses sintesis
protein memerlukan koordinasi yang tepat dari RNA, DNA, enzim dan ribosom.
Pertanyaannya, apakah mungkin ARNt keliru membawakan jenis asam amino sehingga tidak
sesuai dengan kodon? Kemungkinan hal ini terjadi sangatlah kecil, kecuali terjadi mutasi.
Hal ini karena setiap ARNt yang membawa asam amino akan berpasangan tepat sama dengan
ARNd membentuk pasangan kodon – antikodon. Dengan cara ini, sangat kecil kemungkinan
ARNt ‘salah membawa’ asam amino.
Ada beberapa konsep penting yang perlu kamu pahami dalam translasi sistesa protein ini,
yakni :
(1) ARNt memiliki triplet yang merupakan pasangan kodon dan disebut antikodon.
(2) setiap ARNt hanya dapat mengikat satu jenis asam amino sesuai yang dikodekan oleh
kodon.
(3) Dalam translasi terjadi penerjemahan kode genetik yang dibawa ARNd (kodon) oleh ARNt
(antikodon) dengan cara ARNt mengikat satu asam amino yang sesuai.
Bentuk transportasi pasif adalah difusi dan osmosis, memindahkan bahan dengan berat
molekul kecil melintasi membran. Zat berdifusi dari daerah konsentrasi tinggi ke daerah
konsentrasi rendah; Proses ini berlanjut sampai substansi merata pada sistem. Dalam
larutan yang mengandung lebih dari satu substansi, setiap jenis molekul berdifusi sesuai
gradien konsentrasi sendiri, independen dari difusi zat lainnya. Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi laju difusi, namun tidak terbatas pada, termasuk,gradien konsentrasi,
ukuran partikel yang menyebar, dan suhu sistem.
Dalam difusi difasilitasi, struktur dalam membran sel membantu proses bersama.
Beberapa molekul mungkin tidak alami sesuai melalui membran. Mereka bisa melakukan
perjalanan ke saluran ion, struktur dalam membran sel yang memungkinkan molekul yang
lebih besar dan ion untuk melewati. Mereka juga dapat terhubung dengan protein
pembawa. Protein ini gembok dan bertindak seperti kunci untuk membuka membran sel
dan memungkinkan molekul untuk masuk.
KONTEN YANG DISPONSORI
by
Membran plasma bersifat selektif permiabel; jika mereka kehilangan selektivitas ini, sel tidak
lagi mampu menopang dirinya sendiri.
Transpor pasif adalah pergerakan molekul melalui membran permeabel tanpa mengeluarkan
energi kimia.
Dalam transpor pasif, zat hanya pindah dari daerah konsentrasi tinggi ke daerah konsentrasi
rendah, yang tidak memerlukan input energi.
Gradien konsentrasi, ukuran partikel yang menyebar, dan suhu sistem mempengaruhi laju
difusi.
Beberapa bahan mudah berdifusi melalui membran, tetapi yang lain membutuhkan protein
khusus, seperti protein saluran dan transporter, untuk membawa mereka ke dalam atau
keluar dari sel.
Rasio antara lemak dan protein bervariasi bergantung tipe membran seluler misalnya antara
membran plasma dan retikulum endoplasma. Tipe organisme prokariot dan eukariot juga
memiliki rasio struktur yang berbeda. Membran mitokondria memiliki rasio struktur protein/lemak
yang tinggi dibandingkan membran plasma pada sel darah merah.
Lipid
Lipid pada membran tersusun atas fosfolipid (lemak yang bersenyawa dengan fosfat). Fosfolipid
merupakan lipid yang jumlahnya paling melimpah dalam sebagian besar membran. Fosfolipid
berperan untuk membentuk membran disebabkan oleh struktur molekulernya.
Fosfolipid merupakan suatu molekul amfipatik yang berarti bahwa molekul ini memiliki daerah
hidrofilik maupun daerah hidrofobik. Sebagian besar membran mengandung fosfat,
Molekul fosfat ini bersifat hidrofilik (dapat mengikat air) sedangkan molekul lemak bersifat
hidrofobik (tidak dapat mengikat air).
Komponen lemak lain adalah kolesterol di mana pada hewan tertentu dapat mencapai 50% dari
molekul lemak yang terdapat pada membran plasma. Kolesterol tidak terdapat pada sebagai
besar membran plasma tumbuhan dan bakteri.
Lipid yang terdapat pada selaput dapat diekstrak dengan kloroform, eter dan benzene. Dengan
menggunakan kromatografi lapis tipis dan kromatografi gas, dapat diketahui komposisi lipid
pada selaput sel. Lipid yang selalu dijumpai adalah fosfolipid, sfingolipid, glikolipid dan sterol.
Kolesterol merupakan lipida terbanyak yang menyusun selaput sel.
Karbohidrat
Peran membran karbohidrat sebagai penyusun sel adalah untuk membedakan tipe-tipe sel di
sekitarnya. Karbohidrat juga berperan penting untuk memilih sel menjadi penyusun berbagai
jaringan dan organ dalam embrio hewan.
Pengenalan sel dengan sel juga menjadi dasar penolakan sel asing (penolakan organ
cangkokan atau transplantasi) oleh sistem kekebalan.
Karbohidrat pada membran biasanya merupakan rantai pendek bercabang yang tersusun
kurang dari 15 unit gula sebagjan diantaranya berikatan kovalen dengan lipid, membentuk
molekul yang disebut glikolipid (glycolipid). Akan tetapi sebagian besar karbohidrat berikatan
kovalen dengan protein, membentuk glikoprotein.
Protein
Membran protein tersusun atas glikoprotein atau protein yang bersenyawa dengan karbohidrat.
Bergantung pada tipe sel dan organel tertentu dalam sel, membran memiliki 12 sampai lebih
dari 50 macam protein berbeda. Protein ini tidak disusun secara acak tetapi setiap lokasi dan
orientasinya disusun pada posisi relatif tertentu pada lipid bilayer.
Protein pada membran tidak simetris yakni bagian luar membran dan bagian dalam membran
tersusun berbeda. Posisi seperti ini memungkinkan membran sebelah luar berinteraksi dengan
dengan ligan sektraseluer seperti hormon dan faktor pertumbuhan sedangkan bagian dalam
dapat berinteraksi dengan molekul sitoplasma seperti protein G atau protein kinase. Terdapat
dua lapisan utama membran protein.
Protein integral
Protein integral adalah protein yang berpenetrasi kedalam lipid bilayer. Protein ini dapat
menembus membran sehingga memiliki domain pada sisi ekstra seluler dan sitoplasmik dari
membran. Protein integral umumnya merupakan protein transmembran, dengan daerah
hidrofobik yang seluruhnya membentang sepanjang interior membran hidrofobik tersebut.
Daerah hidrofobik protein integral terdiri atas satu atau lebih rentangan asam amino nonpolar,
yang biasanya bergulung menjadi helix a. pada ujung hidrofilik molekul ini dipaparkan kelarutan
aqueous pada kedua sisi membran.
Protein perifer
Protein periferal sama sekali tidak tertanam dalam lipid bilayer. Seluruhnya berlokasi dibagian
luar dari lipid bilayer, baik itu di permukaan sebelah ekstraseluler maupun sitoplasmik dan
berhubungan dengan membran malalui ikatan non kovalen. Protein ini merupakan anggota
yang terikat secara longgar pada permukaan membran, sering juga pada bagian protein integral
yang dibiarkan terpapar. Protein pada membran menentukan sebagian besar fungsi spesifik
membran.
Terdapat disebelah luar lipid bilayer tetapi berikatan secara kovalen dengan molekul
lemak yang terdapat pada lipid bilayer.
Protein membran plasma memiliki fungsi yang sangat luas antara lain sebagai protein
pembawa (carrier) senyawa melalui membran sel, penerima isyarat (signal) hormonal
dan meneruskan isyarat tersebut ke bagian sel sendiri atau sel lainnya. Protein selaput
plasma juga berfungsi sebagai pengikat komponen sitoskeleton dengan senyawa-
senyawa ekstraseluler.
Protein-protein permukaan luar memberikan ciri individual sel dan macam protein dapat
berubah sesuai dengan diferensiasi sel. Protein-protein pada membran sel banyak juga
yang berfungsi sebagai enzim terutama yang terdapat pada selaput mitokondria,
retikulum endoplasma dan kloroplas. Sebagai contoh, senyawa-senyawa fosfolipid
membran plasma disintesis oleh enzim-enzim yang terdapat pada membran retikulum
endoplasma.
Protein membran sel memiliki kemampuan bergerak, sehingga dapat berpindah tempat.
Perpindahan berlangsung ke arah lateral dengan jalan difusi. Namun tidak semu protein
mampu berpindah tempat. Beberapa jenis protein integral tertahan dalam selaput oleh
anyaman molekul-molekul protein yang berada tepat di bawah permukaan dalam
selaput plasma. Anyaman ini berhubungan dengan sitoskelet atau rangka sel.
Struktur fisiko-kimia protein selaput sel kurang diketahui, mengingat bahwa bentuknya
sangat bervariasi. Berdasarkan kajian mikroskopis dan teknik freeze fracture diketahui
bahwa protein dalam selaput sel berbentuk globular.
Sayur dan buah merupakan dua hal yang tidak bisa terpisahkan. Keduanya mengandung vitamin
dan mineral, serta serat yang dibutuhkan tubuh setiap hari. Beberapa vitamin dan mineral
penting yang terkandung dalam sayur dan buah adalah vitamin A, vitamin C, vitamin E,
magnesium, seng, kalium, fosfor, dan asam folat. Kandungan-kandungan ini tentu dapat
memenuhi kebutuhan nutrisi Anda, yang juga berguna untuk mencegah berbagai macam
penyakit. Contohnya saja, kalium dalam pisang yang dapat membantu menurunkan tekanan
darah tinggi, menurunkan risiko kehilangan massa tulang, dan mencegah batu ginjal.
Serat dalam sayur dan buah juga berperan dalam mencegah berbagai penyakit, seperti penyakit
jantung, diabetes, stroke, dan penyakit yang berhubungan dengan sistem pencernaan. Hal ini
karena serat dapat membantu Anda dalam menurunkan kolesterol jahat, mengontrol kadar gula
darah, melancarkan sistem pencernaan, dan membuat Anda lebih kenyang sehingga tidak
makan berlebih.
Kandungan nutrisi sayur dan buah berdasarkan warnanya
Berbagai warna yang terdapat dalam sayur dan buah juga ternyata mempunyai arti masing-
masing loh. Ini dia artinya:
Sayur dan buah berwarna merah (seperti tomat dan semangka) mengandung likopen. Likopen
ini dapat membantu tubuh dalam melawan kanker tertentu, seperti kanker prostat, dan juga
penyakit jantung.
Sayur dan buah berwarna hijau (seperti bayam, kale, dan brokoli) mengandung lutein dan
zeaxanthin. Dua zat ini dapat membantu mencegah penyakit mata terkait usia, seperti katarak.
Sayur dan buah berwarna biru dan ungu (seperti terong dan blueberry) mengandung
antosianin. Antosianin juga dapat membantu tubuh terhindar dari kanker.
Sayur dan buah berwarna putih (seperti kembang kol) mengandung sulforaphane. Zat ini juga
dapat membantu melindungi tubuh Anda dari berbagai jenis kanker.
Lima porsi per hari adalah jumlah minimal. Jadi, semakin banyak Anda mengonsumsinya, maka
semakin baik. Namun, rupanya jumlah porsi ini dirasa masih terlalu tinggi untuk orang
Indonesia. Buktinya saja orang Indonesia masih kurang makan sayur dan buah. Riset Kesehatan
Dasar 2013 melaporkan bahwa sejumlah 93,5% orang Indonesia masih kurang makan sayur dan
buah (kurang dari 5 porsi per hari).
1. Tinggi serat. Buah san sayur merupakan makanan tinggi serat yang sangat baik bagi
kesehatan. Manfaat serat sangat banyak di dalam tubuh kita seperti menurunkan kolesterol,
mempermudah proses pencernaan sampai mencegah kanker usus besar. Makanan tinggi serat
juga sangat ampuh untuk membersihkan usus besar dari kotoran dan limbah.
2. Sumber vitamin. Vitamin adalah nutrisi penting di dalam tubuh kita. Manfaat vitamin sangat
banyak untuk kesehatan. Contohnya vitamin C berguna dalam meningkatkan sistem kekebalan
tubuh, Vitamin A meningkatkan kesehatan mata sedangkan vitamin D membantu penyerapan
kalsium. Vitamin sangat mudah di dapatkan dari buah dan sayur segar seperti wortel, bayam,
brokoli, jeruk dan aneka buah sayur lainnya.
3. Tinggi mineral. Mineral merupakan komponen penting di dalam tubuh manusia, seperti
kalsium yang berfungsi membentuk kekuatan tulang. Ada beberapa jenis mineral yang ditemukan
dalam buah dan sayur seperti kalsium, magnesium, kalium, mangan, zat besi, dan fosfor. Buah
dan sayur menjadi sumber aneka mineral dengan porsi yang tepat, berbeda jika anda
mendapatkan sumber mineral tersebut dari suplemen yang memiliki efek samping.
4. Rendah kalori. Selain tinggi nutrisi, Buah dan sayur juga rendah kalori dan lemak, sehingga
sangat baik untuk mendukung program diet anda. Pilihlah jenis buah sehat seperti anggur, berry,
alpukat, pepaya dan jeruk untuk dijadikan menu sehat harian.
5. Kaya antioksidan. Di zaman moderen ini manusia tidak bisa lepas dengan bahan kimia dan
polusi udara, dimana keduanya bisa menjadi faktor timbulnya beberapa penyakit berbahaya.
Untuk mengatasi hal tersebut kita bisa memanfaatkan kandungan antioksidan yang tinggi dari
buah dan sayur. Antioksidan berguna sebagai agen yang memerangi efek buruk radikal bebas.
Beberapa sayur dan buah tinggi antioksidan diantaranya: brokoli, strawberry, blueberry, tomat,
wortel, jeruk dan buah naga.
6. Mencegah banyak penyakit. Kandungan nutrisi yang melimpah dalam buah dan sayur
menjadi indikasi bahwa keduanya bisa menjadi agen pelawan penyakit. Beberapa penyakit
seperti kanker dan jantung bisa diminimalisir dengan kandungan nutrisi di dalam buah termasuk
serat, antioksidan dan mineral. Jadi, pastikan untuk lebih banyak menambahkan buah dan sayur
ke dalam menu sehat harian anda.
7. Sumber protein nabati. Meskipun tumbuhan bukan sumber utama protein, tetapi mereka bisa
menjadi pilihan yang sehat karena hampir tidak memiliki kandungan lemak. Brokoli salah satu
contoh sayur yang mengandung tinggi protein bersama dengan asparagus.
12. Lemak nabati
Berdasarkan sumbernya, lemak dibagi menjadi dua kelompok yaitu lemak nabati yang berasal
dari tumbuhan dan lemak hewani yang berasal dari hewan. Kedua jenis ini memiliki macam-
macam dan komposisi lemak yang berbeda. Jadi, manakah yang lebih baik antara lemak nabati
dengan lemak hewani?
Lemak jenuh
Lemak jenuh terkandung di dalam daging sapi, daging kambing, daging ayam dengan kulit,
margarin, keju, dan berbagai produk olahan susu lainnya. Jika terlalu berlebihan mengonsumsi
makanan yang mengandung lemak jenuh, ini akan meningkatkan kadar low-density lipoprotein
(LDL) atau lemak jahat. Lemak jahat ini menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah yang
jika terjadi terus-menerus mengakibatkan berbagai penyakit degeneratif, seperti penyakit
jantung koroner, stroke, diabetes mellitus tipe 2, dan sebagainya. The American Heart
Association memberikan anjuran untuk mengonsumsi lemak jenuh maksimal 6% dari total kalori
dalam sehari.
Lemak trans
Lemak trans terkandung di beberapa sumber makanan dalam jumlah yang cukup kecil, namun
lemak trans justru banyak dihasilkan ketika melakukan proses pemasakan, seperti menggoreng
atau memanaskan margarin. Sama seperti lemak jenuh, lemak trans yang berlebihan
meningkatkan kadar LDL atau lemak jahat dan menurunkan kadar HDL atau lemak baik dalam
tubuh. Hal ini dapat menyebabkan berbagai penyakit jantung dan pembuluh darah.
Satu lagi jenis lemak yang dihasilkan dari sumber makanan hewani adalah asam lemak omega 3.
Berbeda dengan lemak trans dan lemak jenuh, omega-3 sangat bermanfaat bagi kesehatan,
yaitu berperan dalam meningkatkan kemampuan kognitif, menjaga kesehatan sistem saraf, dan
menurunkan kadar lemak jahat dalam darah. Asam lemak omega-3 banyak terkandung di dalam
ikan salmon, tuna, dan halibut. Oleh karena itu, dianjurkan untuk mengonsumsi ikan-ikan
tersebut 2 kali dalam satu minggu agar keseimbangan lemak di dalam tubuh terjaga.
Makanan sumber nabati juga menghasilkan beberapa jenis lemak, yang berupa minyak.
Beberapa minyak yang dihasilkan dari tumbuhan juga ada yang mengandung banyak lemak
jenuh, seperti minyak kelapa sawit. Dan, jika mengonsumsi minyak ini terlalu banyak, efeknya
akan sama dengan mengonsumsi makanan sumber protein yang mengandung lemak jenuh,
yaitu mengakibatkan berbagai penyakit jantung.
Walaupun ada beberapa jenis sumber makanan nabati yang menghasilkan lemak jenuh, namun
sebagian besar minyak yang dihasilkan dari tumbuhan mengandung lemak tidak jenuh, seperti
minyak zaitun, minyak jagung, minyak kacang almond, dan minyak biji bunga matahari.
Terdapat dua jenis lemak tidak jenuh, yaitu lemak jenuh tunggal dan lemak jenuh ganda. Kedua
lemak tidak jenuh tersebut bermanfaat untuk menjaga kesehatan jantung dan mencegah
terjadinya penumpukan lemak pada pembuluh darah karena meningkatkan kadar lemak baik
dalam tubuh.
Mengonsumsi lemak sekitar 25 hingga 35 persen dari total kalori dalam satu hari yang berasal
dari ikan, minyak zaitun, minyak jagung, dan kacang-kacangan.
Membatasi jumlah lemak jenuh yaitu maksimal 6% dari total kalori dalam sehari. Jika dalam satu
hari Anda harus mengonsumsi 2000 kalori, maka makanan yang mengandung lemak jenuh tidak
boleh dikonsumsi lebih dari 16 gram.
Membatasi lemak trans hanya 1% dalam satu hari dan bila kebutuhan kalori Anda dalam sehari
sebanyak 2000 kalori, maka Anda tidak boleh mengonsumsi lebih dari 2 gram lemak trans.
Memperbanyak konsumsi lemak tidak jenuh tunggal, lemak tidak jenuh ganda, dan asam lemak
omega 3.
Perbedaan lemak Minyak Hewani dan Lemak Minyak nabati
Perbedaan antara lemak minyak Hewani dan Lemak minyak nabati antara lain:
1. Lemak hewan mengandung Cholesterol sedangkan Lemak Nabati
mengandung Fitosterol
2. Kadar asam lemak tidak jenuh dalam lemak Hewani lebih kecil dari lemak
nabati
3. Lemak hewani mempunyai bilangan Reichert-Meissl yang lebih besar dan
bilangan Polenske lebih kecil dibanding dengan minyal nabati.
4. Lemak Hewani cenderung berbentuk padat pada suhu kamar sedangkan
lemak nabati cenderung berbentuk cair.
Itulah tadi beberapa point diatas yang menjadi perbedaan umum antara lemak
dan minya Hewani dan Nabati. Semoga bermanfaat.
Minyak atau lemak menurut sumbernya dapat digolongkan menjadi dua jenis
yakni lemak hewani yaitu lemak yang berasal dari hewan dan lemak nabati yaitu
lemak yang berasal di tumbuhan. Di edisi Maret ini, BAKERY MAGAZINE akan
membahas mengenai berbagai minyak nabati dengan fokus pada minyak nabati
berbasis kelapa sawit dan berbagai aplikasinya. Koko Hidayat yang sudah 16
tahun bekerja PT SMART Tbk, yang merupakan salah satu produsen minyak
kelapa sawit terbesar di Indonesia, menjelaskan mengenai penggunaan minyak
dan lemak nabati di restoran dan bakery. Menurut Technical Bakery Advisor
Culinary Head PT SMART Tbk ini, produk turunan dari kelapa sawit antara lain
minyak goreng, margarin, shortening dan specialty fats.
Selain minyak kelapa sawit, ada pula minyak kelapa kopra (Coconut Oil) yang
sering digunakan di restoran. “Secara fisik, minyak goreng berbahan baku kelapa
kopra berwarna lebih putih dan bening sedangkan minyak goreng kelapa sawit
memiliki warna kuning keemasan. Minyak kelapa memang lebih tahan panas
dibandingkan minyak kelapa sawit sehingga hasil gorengan akan lebih kering,
namun minyak kelapa kurang baik dari sisi kesehatan karena mengandung asam
lemak jenuh yang tinggi yang dapat meningkatkan kadar kolesterol darah,” jelas
Koko.
Ada pula yang minyak nabati yang dinamakan olive oil atau lebih dikenal dengan
minyak zaitun. Minyak ini berasal dari buah zaitun dan sangat cocok digunakan
untuk membuat oil based salad dressings. “Minyak zaitun sangat tidak
disarankan untuk menggoreng karena minyak ini sangat tidak tahan panas. Jika
hal itu dilakukan justru akan merusak kualitas minyak tersebut,” ujar Koko.
Minyak zaitun juga bagus digunakan untuk campuran pembuatan kue,
kelebihannya kue akan lebih empuk dan lembut.
Dari berbagai jenis minyak nabati yang tersedia untuk para profesional di bidang
horeca, minyak kelapa sawit adalah pilihan yang paling optimal, baik dari sisi
biaya, operasional dan kesehatan. Pemilihan minyak goreng yang tepat dapat
memaksimalkan keuntungan bagi pengusaha horeca.
Dia mengungkapkan, tren kenaikan harga minyak goreng ini tidak lepas dari produksi yang
terus menurun akibat bahan baku sawit yang berkurang. Hal ini sebabkan oleh adanya El
Nino pada akhir tahun lalu sehingga membuat perkebunan sawit menjadi tidak produktif.
"Kenaikan ini karena produk berkurang, karena El Nino di 2015. Menurut perhitungan kami
sekitar 10 persen volume produksi di kebun berkurang. Jadi dampak El Nino masih terasa
sampai sekarang," tandas dia. (Dny/Gdn)
Prof. Oleg Medvedev dari school of medicine, Moscow menyebutkan bahwa sawit
merupakan minyak paling sehat di dunia. Konsumsi pada lemak jenuh dan lemak tak
jenuh harus seimbang pada tubuh, dalam minyak sawit terkandung hampir 50 persen
asam lemak jenuh dan hampir separuhnya adalah asam lemak tak jenuh. Guru besar ini
juga memaparkan kalau Parlemen dari beberaoa negara di Eropa juga sudah mulai
memutuskan untuk tidak mempergunakan minyak trans dan mengganti dengan minyak
kelapa sawit. Karena minyak sawit dianggap sebagai pengganti paling cocok dari
minyak trans.
13. Struktur dan fungsi asam nukleat
Struktur primer
by
Dia melakukan ini tiap pagi untuk terlihat 20 tahun lebih muda
promo-goodies.com
Nukleotida terdiri dari tiga komponen – basa nitrogen, gula 5-karbon dan gugus
fosfat.
Basa nitrogen adalah purin (adenin, guanin) dan pirimidin sitosin {, timin (hadir dalam
DNA saja), urasil (hadir dalam RNA saja)}.
Gula 5 karbon adalah deoksiribosa untuk DNA dan dan gula ribosa pada RNA.
Basa purin, membentuk ikatan glikosidik antara nitrogen dan 9 ‘9 – gugus OH molekul
gula.
Basa pirimidin, mereka membentuk ikatan glikosidik antara nitrogen 1 ‘ dan 9′ -OH
dari deoksiribosa tersebut.
Dalam basa purin dan pirimidin gugus fosfat membentuk ikatan dengan molekul gula
antara satu kelompok oksigen bermuatan negatif dan 5 ‘-OH dari gula. Nukleotida
membentuk hubungan fosfodiester antara 5 ‘dan 3′ atom karbon, ini membentuk
asam nukleat. Urutan Nukleotida saling melengkapi satu sama lain.
Struktur sekunder
Struktur sekunder adalah interaksi antara basa. Struktur ini menunjukkan bagian
mana helai terikat satu sama lain. Kedua untai DNA dalam double heliks DNA terikat
satu sama lain dengan batas hidrogen. Nukleotida pada pasangan basa satu untai
dengan nukleotida untai lainnya. Struktur sekunder DNA didominasi pasangan basa
dua helai polinukleotida membentuk double heliks.
Struktur tersier
Struktur tersier adalah bentuk tiga dimensi di mana seluruh rantai dilipat. Pengaturan
struktur tersier berbeda dalam empat bentuk struktural:
Struktur Kuarter
Struktur Kuarter adalah tingkat yang lebih tinggi dari organisasi asam nukleat.
Struktur ini mengacu pada interaksi asam nukleat dengan molekul lain. Organisasi
yang paling sering terlihat adalah bentuk kromatin yang menunjukkan interaksi
dengan protein histon kecil.
by
Struktur primer
Struktur primer asam nukleat merupakan urutan linear nukleotida, yang dihubungkan satu
sama lain dengan sambungan fosfodiester.
Nukleotida terdiri dari tiga komponen – basa nitrogen, gula 5-karbon dan gugus fosfat.
Basa nitrogen adalah purin (adenin, guanin) dan pirimidin sitosin {, timin (hadir dalam DNA
saja), urasil (hadir dalam RNA saja)}.
Gula 5 karbon adalah deoksiribosa untuk DNA dan dan gula ribosa pada RNA.
Basa purin, membentuk ikatan glikosidik antara nitrogen dan 9 ‘9 – gugus OH molekul gula.
Basa pirimidin, mereka membentuk ikatan glikosidik antara nitrogen 1 ‘ dan 9’ -OH dari
deoksiribosa tersebut.
Dalam basa purin dan pirimidin gugus fosfat membentuk ikatan dengan molekul gula antara
satu kelompok oksigen bermuatan negatif dan 5 ‘-OH dari gula. Nukleotida membentuk
hubungan fosfodiester antara 5 ‘dan 3’ atom karbon, ini membentuk asam nukleat. Urutan
Nukleotida saling melengkapi satu sama lain.
Struktur sekunder
Struktur sekunder adalah interaksi antara basa. Struktur ini menunjukkan bagian mana helai terikat
satu sama lain. Kedua untai DNA dalam double heliks DNA terikat satu sama lain dengan batas
hidrogen. Nukleotida pada pasangan basa satu untai dengan nukleotida untai lainnya. Struktur
sekunder DNA didominasi pasangan basa dua helai polinukleotida membentuk double heliks.
Struktur tersier
Struktur tersier adalah bentuk tiga dimensi di mana seluruh rantai dilipat. Pengaturan struktur tersier
berbeda dalam empat bentuk struktural:
Struktur Kuarter
Struktur Kuarter adalah tingkat yang lebih tinggi dari organisasi asam nukleat. Struktur ini mengacu
pada interaksi asam nukleat dengan molekul lain. Organisasi yang paling sering terlihat adalah bentuk
kromatin yang menunjukkan interaksi dengan protein histon kecil.
17.
18. Basa nitrogen tersebut terhubung ke suatu gula deoksiribosa pada rantai
punggung DNA. Gula deoksiribosa merupakan modifikasi dari gula ribosa,
yiatu gula dengan 5 atom karbon, dimana pada atom karbon nomor 2
kehilangan atom oksigennya. Oleh karena itu, gula tersebut dinamakan de-
oksi yang berarti kehilangan oksigen. Berikut ini struktur gula deoksiribosa
yang terdapat pada struktur molekul dna:
19.
20. Pada rantai pungung DNA (DNA backbone), gula deoksiribosa kemudian
terhubung dengan suatu gugus fosfat, tepatnya pada atom karbon nomor 5
dari gula deoksiribosa, seperti pada gambar di bawah ini:
21.
22. Ketiga komponen tersebut, yaitu basa nitrogen, gula deoksiribosa dan gugus
fosfat membentuk suatu molekul yang kemudian disebut dengan Nukleotida.
Selain nukleotida, kita juga mengenal adanya istilah nukleosida, nah letak
perbedaan nukleosida dan nukleotida adalah pada ada atau tidaknya gugus
fosfatnya. Jika gugus fosfat dihilangkan, maka disebut dengan nukleosida.
Jadi, nukleotida adalah gabunganantara nukleosida ditambah gugus fosfat.
Gabungan dari berbagai nukleotida akan membentuk suatu polimer yang
disebut dengan polinukleotida. Berikut ini struktur Nukleotida dan
Polinukleotida pada struktur dna:
23.
24. Polimer tersebut terbentuk akibat ikatan yang terjadi antara gugus fosfat
pada satu nukleotida dengan gula deoksiribosa pada nukleotida terdekatnya.
Ikatan tersebut tepatnya terjadi antara gugus fosfat dengan atom karbon
nomor 3 pada gula deoksiribosa. Ikatan itu disebut dengan ikatan
fosfodiester.
25.
26.Polinukleotida yang terbentuk memiliki arah, yang sebenarnya dikenal
dengan polaritas, yaitu dari 5 ke 3 atau dari atas ke bawah. Angka 5 dan 3
tersebut sebenarnya merupakan angka pada penomoran atom karbon pada
gula deoksiribosa.
27. Struktur Heliks DNA
28. Dua Polnukleotida yang berbeda arah kemudian saling bergabung dan
terhubung dengan ikatan hidrogen (yang lemah) antara dua basa nitrogen
dimana basa purin berpasangan dengan basa pirimidin untuk membentuk
suatu struktur heliks ganda yang disebut struktur heliks DNA. Nah, berikut ini
gambar struktur DNA yang heliks ganda atau double helix:
29.
15. reaksi terang dan reaksi gelap
Reaksi Terang (Light-Dependent Reaction)
Reaksi terang terjadi dalam membran tilakoid yang di dalamnya terdapat pigmen klorofil a, klorofil b, dan
pigmen tambahan yaitu karoten. Pigmen-pigmen ini menyerap cahaya ungu, biru, dan merah lebih baik
daripada warna cahaya lain.
Reaksi terang merupakan reaksi penangkapan energi cahaya. Energi cahaya yang diserap oleh
membran tilakoid akan menaikkan elektron berenergi rendah yang berasal dari H2O. Elektron-elektron
bergerak dari klorofil a menuju sistem transpor elektron yang menghasilkan ATP (dari ADP + P).
Elektron-elektron berenergi ini juga ditangkap oleh NADP+. Setelah menerima elektron, NADP+ segera
berubah menjadi NADPH. Molekul-molekul ini (ATP dan NADPH) menyimpan energi untuk sementara
waktu dalam bentuk elektron berenergi yang akan digunakan untuk mereduksi CO2. Reaksi terang
melibatkan dua jenis fotosistem, yaitu fotosistem I dan fotosistem II. Apakah sebenarnya fotosistem itu?
Telah dijelaskan di depan bahwa dalam tilakoid terdapat beberapa pigmen yang berfungsi menyerap
energi cahaya. Pigmen-pigmen itu antara lain klorofil a, klorofil b, dan pigmen tambahan karotenoid.
Setiap jenis pigmen menyerap cahaya dengan panjang gelombang tertentu.
Molekul klorofil dan pigmen asesori (tambahan) membentuk satu kesatuan unit sistem
yang dinamakan fotosistem. Setiap fotosistem menangkap cahaya dan memindahkan energi yang
dihasilkan ke pusat reaksi, yaitu suatu kompleks klorofil dan protein-protein yang berperan langsung
dalam fotosintesis.
Fotosistem I terdiri atas klorofil a dan pigmen tambahan yang menyerap kuat energi cahaya dengan
panjang gelombang 700 nm sehingga sering disebut P700. Sementara itu, fotosistem II tersusun atas
klorofil a yang menyerap kuat energi cahaya dengan panjang gelombang 680 nm sehingga sering disebut
P680.
Ketika suatu molekul pigmen menyerap energi cahaya, energi itu dilewatkan dari suatu molekul pigmen
ke molekul pigmen lainnya hingga mencapai pusat reaksi. Setelah energi sampai di P700 atau di P680
pada pusat reaksi, sebuah elektron kemudian dilepaskan menuju tingkat energi lebih tinggi.
Elektron berenergi ini akan disumbangkan ke akseptor elektron. Dalam reaksi terang, terdapat 2 jalur
perjalanan elektron, yaitu jalur elektron siklik dan jalur elektron nonsiklik.
Elektron berenergi (e-) meninggalkan fotosistem I (pusat reaksi klorofil a) dan ditangkap oleh akseptor
elektron kemudian melewatkannya dalam sistem transpor elektron sebelum kembali ke fotosistem I. Jalur
elektron siklik hanya menghasilkan ATP.
Namun, sebelum kembali ke fotosintem I, elektron-elektron itu memasuki sistem transpor elektron, yaitu
suatu rangkaian protein pembawa yang mengalirkan elektron dari satu protein pembawa ke protein
pembawa berikutnya. Ketika elektron melalui protein pembawa ke protein pembawa berikutnya, energi
yang akan digunakan untuk membentuk ATP dilepaskan dan disimpan dalam bentuk gradien hidrogen
(H+). Saat ion hidrogen ini melalui gradien elektrokimia melalui kompleks ATPsintase, terjadilah
pembentukan ATP.
ATP terbentuk karena adanya penambahan gugus fosfat pada senyawa ADP yang diatur oleh energi
cahaya sehingga prosesnya disebut fotofosforilasi.
Pembentukan ATP terjadi melalui rute transpor elektron siklis maka disebut juga fotofosforilasi siklis.
Coba amatilah Gambar 2.18 untuk mempermudah memahami jalur elektron ini.
2) Jalur elektron nonsiklik
Reaksi ini dimulai ketika kompleks pigmen fotosistem II (P 680) menyerap energi cahaya dan elektron
berenergi tinggi meninggalkan molekul pusat reaksi (klorofil a). Fotosistem II mengambil elektron dari
hasil penguraian air (fotolisis) dan menghasilkan oksigen melalui reaksi berikut.
Oksigen dilepaskan oleh kloroplas sebagai gas oksigen. Sementara itu, ion hidrogen (H+) untuk
sementara waktu tinggal di ruang tilakoid.
Elektron-elektron berenergi tinggi yang meninggalkan fotosistem II ditangkap oleh akseptor elektron dan
mengirimnya ke sistem transpor elektron. Elektron-elektron ini melewati satu pembawa ke pembawa
lainnya dan energi untuk pembentukan ATP dikeluarkan dan disimpan dalam bentuk gradien hidrogen
(H+). Ketika ion-ion hidrogen melewati gradien elektrokimia serta kompleks sintase ATP, terbentuklah
ATP secara kemiosmosis.
Sementara itu, elektron-elektron berenergi rendah meninggalkan sistem transpor elektron menuju
fotosistem I. Ketika fotosistem I menyerap energi cahaya, elektron-elektron berenergi tinggi
meninggalkan pusat reaksi (klorofil a) dan ditangkap oleh akseptor elektron. Selanjutnya, sistem transpor
elektron membawa elektron-elektron ini ke NADP+. Setelah itu, NADP+ mengikat ion H+ terjadilah
NADPH2, seperti reaksi berikut.
Dengan demikian jalur elektron nonsiklis menghasilkan ATP dan NADPH2. NADPH2 dan ATP yang
dihasilkan dalam elektron nonsiklik akan digunakan dalam reaksi tahap kedua (reaksi gelap) sintesis
karbohidrat.
Reaksi gelap pertama kali ditemukan oleh Malvin Calvin dan Andrew Benson. Oleh karena itu, reaksi
gelap fotosintesis sering disebut siklus Calvin-Benson atau siklus Calvin. Siklus Calvin berlangsung
dalam tiga tahap, yaitu fase fiksasi, fase reduksi, dan fase regenerasi. Pada fase fiksasi terjadi
penambatan CO2 oleh ribulose bifosfat (Ribulose biphosphat = RuBP) menjadi 3-fosfogliserat (3-
phosphoglycerate = PGA). Reaksi ini dikatalisis oleh enzim ribulose bifosfat karboksilase (Rubisco).
Pada fase reduksi diperlukan ATP dan ion H+ dari NADPH2 untuk mereduksi 3-fosfogliserat (PGA)
menjadi 1,3-bifosfogliserat (PGAP) kemudian membentuk fosfogliseraldehid (glyceraldehyde-3-phosphat
= PGAL atau G3P = glukosa 3-fosfat).
Pada fase regenerasi, terjadi pembentukan kembali RuBP dari PGAL atau G3P. Dengan terbentuknya
RuBP, penambatan CO2 kembali berlangsung.
Secara ringkas reaksi gelap atau siklus Calvin dijelaskan dalam skema pada Gambar 2.19 berikut.
Sudah jelaskah Anda tentang siklus Calvin? Jika belum, coba diskusikan kembali materi di atas dengan
kelompok Anda atau mintalah penjelasan kepada teman Anda yang sudah paham tentang materi
tersebut.
Kapan glukosa terbentuk? Setiap 6 atom karbon yang memasuki siklus Calvin sebagai CO2, 6 atom
karbon meninggalkan siklus sebagai 2 molekul PGAL atau G3P, kemudian digunakan dalam sintesis
glukosa atau karbohidrat lain (perhatikan kembali siklus Calvin di atas).
Reaksi endergonik antara 2 molekul G3P atau PGAL menghasilkan glukosa atau fruktosa. Pada
beberapa tumbuhan, glukosa dan fruktosa bergabung membentuk sukrosa atau gula pada umumnya.
Sukrosa dapat dipanen dari tanaman tebu atau bit. Selain itu, sel tumbuhan juga menggunakan glukosa
untuk membentuk amilum atau selulosa.
Berdasarkan tipe pengikatan terhadap CO2 selama proses fotosintesis terdapat tiga jenis tumbuhan,
yaitu tanaman C3, tanaman C4, dan tanaman CAM.
Jalur fiksasi CO2 yang telah kita pelajari di depan merupakan jalur fiksasi CO2 pada tanaman C3,
misalnya pada tanaman kedelai. Pada tanaman C3 siklus Calvin terjadi di sel-sel mesofil.
Bagaimana dengan tanaman C4 dan CAM? Apakah siklus Calvin juga terjadi dalam sel-sel mesofil? Apa
perbedaan ketiga jenis tanaman tersebut dalam fiksasi CO2? Diskusikan dengan teman sebangku Anda
perbedaan antara C3, C4, dan CAM dalam fiksasi CO2.
Pada tanaman C4, CO2 yang diikat sel-sel mesofil akan diubah terlebih dulu menjadi oksaloasetat
(senyawa 4C), setelah bereaksi dengan PEP (fosfoenolpiruvat). Penggabungan ini dikatalisir oleh PEP
karboksilase. Selanjutnya dengan bantuan NADPH2, oksaloasetat diubah menjadi malat (senyawa 4C).
Senyawa ini kemudian memasuki sarung berkas pembuluh. Malat, dalam sel-sel sarung berkas
pembuluh, mengalami dekarboksilasi menjadi piruvat dan CO2. Selanjutnya, CO2 memasuki jalur siklus
Calvin.
Jalur C4 lebih efisien daripada tanaman C3 dalam hal fiksasi CO2. Mengapa demikian? Sistem fiksasi
CO2 pada tanaman C4 bekerja pada konsentrasi CO2 jauh lebih rendah (sebesar 1–2 ppm) daripada
pada sistem C3 (> 50 ppm).
Dengan demikian, pada hari yang amat panas, tanaman C4 menutup stomatanya untuk mengurangi
kehilangan air, tetapi tetap dapat memperoleh CO2 untuk keperluan fotosintesisnya. Alasan inilah yang
menyebabkan tanaman C4 mampu beradaptasi pada habitat dengan suhu tinggi, kelembapan rendah,
dan sinar matahari terik pada siang hari.
Beberapa tanaman yang hidup di daerah kering dan panas, misalnya kaktus, lili, dan anggrek memiliki
cara khusus dalam penambatan CO2 untuk proses fotosintesis. Pada umumnya tanaman mengikat
(memfiksasi) CO2 pada siang hari, tetapi pada tanaman yang hidup di daerah kering pengikatan CO2
terjadi pada malam hari sehingga tanaman-tanaman tersebut memiliki tipe khusus yang dinamakan
crassulacean acid metabolism (CAM). Crassulaceae merupakan suatu familia dalam taksonomi tubuh.
Tanaman ini memiliki batang yang mengandung air atau sukulen.
Seperti halnya tanaman C4, tanaman yang termasuk dalam familia Crassulaceae menambat CO2
dengan bantuan enzim PEP karboksilase dan mengubahnya menjadi oksaloasetat, tetapi dalam waktu
berlainan. Pada tanaman familia Crassulaceae penambatan CO2 terjadi pada malam hari ketika
stomatanya membuka. Oksaloasetat yang diubah menjadi malat akan disimpan dalam vakuola. Ketika
stomata menutup pada siang hari, malat mengalami reaksi dekarboksilasi dan menghasilkan piruvat dan
CO2.
Selanjutnya, CO2 memasuki siklus Calvin untuk membentuk PGAL (G3P). Perhatikan skema fiksasi CO2
pada tanaman CAM berikut.
1) Pada malam hari:
2) Pada siang hari:
REAKSI TERANG
Reaksi yang merupakan tahapan awal dari system fotosintesis
Reaksi ini memerlukan bahan utama molekul air (H2O)
Reaksi sangat bergantung kepada ketersediaan energi dari foton / sinar
matahari.
Proses diawali dengan penangkapan foton oleh pigmen fotosintetik
chlorofil sebagai antena / akseptor cahaya yang dikenal dengan Photo
Sistem (PS)
Sinar matahari yang berupa foton yang terbaik adalah sinar merah dengan
panjang gelombang 700 nanometer dan sinar ungu deng panjang gelombang 400 nm
Pigmen klorofil menyerap lebih banyak cahaya terlihat pada warna
ungu (400-450 nanometer) dan merah (650-700 nanometer) dibandingkan
hijau (500-600 nanometer).
Untuk cahaya hijau (550 nm) akan dipantulkan oleh daun dan
ditangkap oleh mata kita sehingga menimbulkan sensasi bahwa daun
berwarna hijau.
Fotosintesis akan menghasilkan lebih banyak energi pada gelombang
cahaya dengan panjang tertentu.
Hal ini karena panjang gelombang yang pendek menyimpan lebih
banyak energi.
Di dalam daun, cahaya akan diserap oleh molekul klorofil untuk
dikumpul kan pada pusat-pusat reaksi
Reaksi ini melibatkan beberapa kompleks protein dari membran tilakoid berupa
pigmen yang terdiri dari sistem cahaya yang disebut fotosistem
FOTOSISTEM ( PHOTOSYSTEM)
Ada dua jenis pigmen yang berfungsi aktif sebagai pusat reaksi
Pusat reaksi yang sekaligus sebagai akseptor foton itu disebut
fotosistem
Fotosistem yang ada kemudian dikenal dengan fotosistem II dan
fotosistem I.
Fotosistem I dan II ini mempunyai katakter bisa sebagai sistem pembawa
elektron terdapat perangkat komplek protein pembentuk ATP berupa enzim ATP
sintase.dan sistem reseptor cahaya (antena) penangkap cahaya / foton
Fotosistem I antenanya mampu menangkap cahaya dengan panjang gelombang
700 nano meter dan PS. II antenanya mampu menangkap cahaya dengan panjang
gelombang 680 nano meter ( baik foton dengan panjang gelombang 700 maupun 680
nm' keduanya merupakan sinar merah)
FOTOSISTEM I
LATERAL VIEW
FOTOSISTEM 1 SIKLIK (3 DIMENSI HEHE)
FOTOSISTEM II
Fotofosforilasi Siklik
Reaksi fotofosforilasi siklik adalah reaksi yang hanya melibatkan satu fotosistem,
yaitu fotosistem I. yang bisa menangkap foton 700 nm (P 700)
Dalam fotofosforilasi siklik, pergerakan elektron dimulai dari fotosistem I dan
berakhir di fotosistem I , namun ada elektron yang terlontar mendukung Potosistem 2
Fotofosforilasi siklik ini menghasilkan ATP
Pertama, energi cahaya, yang dihasilkan oleh matahari menyentuh daun , foton
ini membuat klorofil pada perangkat fotosistem I teraktivasi sehingga terbentuk elektron-
elektron di P700 , elektron terus terbentuk dan menjadi terakumulasi . karena rangsangan
dari luar
elektron yang terbentuk itu kemudian keluar atau tereksitasi menuju akseptor
elektron primer kemudian menuju rantai transpor elektron.
Karena P700 mentransfer elektronnya ke akseptor elektron, P700 mengalami
defisiensi elektron dan tidak dapat melaksanakan fungsinya.
Selama perpindahan elektron dari akseptor satu ke akseptor lain, selalu terjadi
transformasi hidrogen bersama-sama elektron pada fotosistem P 700 itu
Rantai transpor ini menghasilkan gaya penggerak proton, yang memompa ion
H+ melewati membran, yang kemudian menghasilkan gradien konsentrasi yang dapat
digunakan untuk menggerakkan sintase ATP selama kemiosmosis, yang kemudian
menghasilkan ATP. OK
Dari rantai transpor, elektron kembali ke fotosistem I. Dengan kembalinya elektron
ke fotosistem I, maka fotosistem I dapat kembali melaksanakan fungsinya lagi
Fotofosforilasi siklik terjadi pada beberapa bakteri, dan juga terjadi pada semua
organisme fotoautotrof.
Fotofosforilasi Nonsiklik
Reaksi fotofosforilasi nonsiklik adalah reaksi dua tahap yang melibatkan dua
fotosistem klorofil yang berbeda, yaitu fotosistem I dan II.
Dalam fotofosforilasi nonsiklik, pergerakan elektron dimulai di fotosistem II, tetapi
elektron tidak kembali lagi ke fotosistem II.
Mula-mula, molekul air diurai menjadi 2H+ + 1/2O2 + 2e-.
Dua elektron dari molekul air tersimpan di fotosistem II,
Sedang ion H+ akan digunakan pada reaksi yang lain
dan O2 akan dilepaskan ke udara bebas.
Karena tersinari oleh cahaya matahari, dua elektron yang ada di P680
menjadi tereksitasi dan keluar menuju akseptor elektron primer.
Setelah terjadi transfer elektron, P680 menjadi defisiensi elektron, tetapi dapat
cepat dipulihkan berkat elektron dari hasil penguraian air tadi.
Setelah itu mereka bergerak lagi ke rantai transpor elektron, yang membawa
mereka melewati pheophytin, plastoquinon, komplek sitokrom b6f, plastosianin, dan
akhirnya sampai di fotosistem I, tepatnya di P700.
Perjalanan elektron diatas disebut juga dengan "skema Z".
Sepanjang perjalanan di rantai transpor, dua elektron tersebut mengeluarkan
energi untuk reaksi sintesis kemiosmotik ATP, yang kemudian menghasilkan ATP.
Sesampainya di fotosistem I, dua elektron tersebut mendapat pasokan tenaga
yang cukup besar dari cahaya matahari.
Kemudian elektron itu bergerak ke molekul akseptor, feredoksin, dan akhirnya
sampai di ujung rantai transpor, dimana dua elektron tersebut telah ditunggu oleh
NADP+ dan H+, yang berasal dari penguraian air.
Dengan bantuan suatu enzim bernama Feredoksin-NADP reduktase, disingkat
FNR, NADP+, H+, dan elektron tersebut menjalani suatu reaksi:
NADP+ + H+ + 2e- —> NADPH
NADPH, sebagai hasil reaksi diatas, akan digunakan dalam reaksi Calvin-
Benson, atau reaksi gelap.
Reaksi gelap merupakan reaksi lanjutan dari reaksi terang dalam fotosintesis.
Reaksi ini tidak membutuhkan cahaya. Reaksi gelap terjadi pada bagian
kloroplas yang disebut stroma.
Energi reaksi gelap adalah ATP dan NADPH, yang dihasilkan dari reaksi terang,
dan bahan reaksi gelap adalah CO2 yang diikat oleh RuBP yang ada di daun melalui stoma , CO2 ini berasal dari
udara bebas.
Dari reaksi gelap ini, dihasilkan glukosa (C6H12O6), yang sangat diperlukan bagi
reaksi katabolisme.
Untuk membentuk molekul Glucosa (dengan 6 C) diperlukan 6 molekull CO2 , 12
ATP dan 12 atom H yang diikat oleh koenzim NADP menjadi 12 NADPH
Reaksi ini ditemukan oleh Melvin Calvin dan Andrew Benson, karena itu reaksi
gelap disebut juga reaksi Calvin-Benson.
Salah satu substansi penting dalam proses ini ialah senyawa gula beratom
karbon lima yang terfosforilasi yaitu ribulosa fosfat.
Jika diberikan gugus fosfat kedua dari ATP maka dihasilkan ribulosa difosfat
(RDP/ RuBP). Ribulosa difosfat / biphospat ini yang nantinya akan mengikat
CO2 dalam reaksi gelap.
Secara umum, reaksi gelap dapat dibagi menjadi tiga tahapan (fase), yaitu
fiksasi, reduksi, dan regenerasi. dan tentu sintesa untuk membentuk Glukosa OK
Pada fase fiksasi, 6 molekul ribulosa difosfat mengikat 6 molekul CO2 dari udara
dan membentuk 6 molekul beratom C6 yang tidak stabil
6 molekul beratom C6 yang tidak stabil itu kemudian pecah menjadi 12 molekul
beratom C3 yang dikenal dengan 3-asam fosfogliserat (APG/PGA).
Selanjutnya, 3-asam fosfogliserat ini mendapat tambahan 12 gugus fosfat, dan
membentuk 1,3-bifosfogliserat (PGA 1.3 biphosphat).
Kemudian, 1,3-bifosfogliserat masuk ke dalam fase reduksi, dimana senyawa ini
direduksi oleh H+ dari NADPH, yang kemudian berubah menjadi NADP+, dan
terbentuklah 12 molekul fosfogliseraldehid (PGAL) yang beratom 3C.
Selanjutnya terjadi sintesa , 2 molekul fosfogliseraldehid melepaskan diri dan
menyatukan diri menjadi 1 molekul glukosa yang beratom 6C (C6H12O6).
10 molekul fosfogliseraldehid yang tersisa kemudian masuk ke dalam fase
regenerasi, yaitu pembentukan kembali ribulosa difosfat.(RDP/RuBP)
Pada fase ini, 10 molekul fosfogliseraldehid berubah menjadi 6 molekul ribulosa
fosfat. Jika mendapat tambahan gugus fosfat, maka ribulosa fosfat akan berubah
menjadi ribulosa difosfat (RDP),
RDP/RuBP kemudian kembali akan mengikat CO2 lagi , begitu setrusnya.
OK Gampang ya
Dalam fotosynthesis kebutuhan karbon dioksida (CO2) pada reaksi gelap , akan
dipenuhi dari udara yang masuk melalui stomata tanaman
Pada kebanyakan tanaman, fotosintesis berfluktuasi sepanjang hari sebagai
stomata membuka dan menutup.
Biasanya, stomata terbuka di pagi hari, menutup pada tengah hari, membuka
kembali di sore hari, dan ditutup untuk baik di malam hari.
Karbon dioksida yang berlimpah di udara, sehingga tidak menjadi faktor
pembatas dalam pertumbuhan tanaman.
Pada sistem penanaman tanaman dengan Greenhouse tertutup rapat mungkin
tidak cukup memungkinkan udara luar untuk masuk dan dengan demikian mungkin
kurangnya karbon dioksida yang cukup untuk pertumbuhan tanaman.
Karbon dioksida generator digunakan untuk menghasilkan CO2 di rumah kaca
untuk tanaman komersial seperti mawar, anyelir, dan tomat.
Dalam rumah kaca rumah yang lebih kecil, es kering adalah sumber yang efektif
dari CO2.
2. Fotosistem II
penyerapan energi cahaya dilakukan oleh klorofil a yang sensitif terhadap panjang gelombang 680 nm
sehingga disebut P680.
P680 yang teroksidasi merupakan agen pengoksidasi yang lebih kuat daripada P700.
Berdasarkan aliran elektron, fotosistem II bersifat nonsiklis.
Dengan potensial redoks yang lebih besar, akan cukup elektron negatif untuk memperoleh elektron dari
molekul-molekul air.
Terdapat ATP sintase yang bekerja mengubah ADP dan fosfat anorganik (Pi) menjadi ATP.
3. Siklus Calvin:
Siklus Calvin terdiri atas dua tahap reaksi, yaitu reaksi terang akan menghasilkan produk
akhir berupa ATP dan NADPH2 dan reaksi gelap akan menghasilkan gula (karbohidrat), kedua
reaksi tersebut terjadi dalam kloroplas yang terdapat di dalam daging daun (mesofil). Tahapan
reaksi siklus Calvin adalah karboksilasi, reduksi dan regenerasi sebagai berikut.
Gambar Siklus Calvin
2) Reduksi
Selanjutnya 2 senyawa gliseraldehid 3-fosfat (G3P) bereaksi dengan ATP, membentuk asam
fosfogliseraldehid yang masih berikatan dengan H2
berasal dari NADPH2. Siklus reaksinya harus berjalan 3 kali, baru terbentuk hasil akhir yaitu 6
senyawa gliseraldehid 3-fosfat (G3P).
3) Regenerasi
Regenerasi atau pembentukan kembali senyawa rebulosa bifosfat (RuBP) digunakan untuk
mengikat CO2. Pembentukan kembali senyawa rebulosa bifosfat (RuBP) dan pecah menjadi 2
senyawa (G3P) bereaksi dengan ATP membentuk asam fosfogliseraldehid dan NADPH2. Siklus
reaksinya berjalan 3 kali, dan kembali regenerasi lagi. Jadi untuk membentuk 1 molekul glukosa
maka dibutuhkan sebanyak 6 kali siklus (siklus Calvin) dengan menangkap sebanyak 6 molekul
6CO2, reaksinya sebagai berikut.
6CO2 + 6H2O ———> C6H12O6 + 6O2
Fotosintesis (dari bahasa Yunani φώτο- [fó̱to-], “cahaya,” dan σύνθεσις [sýnthesis],
“menggabungkan”, “penggabungan”) adalah suatu proses biokimia pembentukan zat
makanan karbohidrat yang dilakukan oleh tumbuhan, terutama tumbuhan yang mengandung zat
hijau daun atau klorofil. Selain tumbuhan berklorofil, makhluk hidup non-klorofil lain yang
berfotosintesis adalah alga dan beberapa jenis bakteri. Organisme ini berfotosintesis dengan
menggunakan zat hara, karbon dioksida, dan airserta bantuan energi cahaya matahari.[1]
Organisme fotosintesis disebut fotoautotrof karena mereka dapat membuat makanannya sendiri.
Pada tanaman, alga, dan 1cyanobacteria, fotosintesis dilakukan dengan memanfaatkan
karbondioksida dan air serta menghasilkan produk buangan oksigen. Fotosintesis sangat penting
bagi semua kehidupan aerobik di Bumi karena selain untuk menjaga tingkat normal oksigen
di atmosfer, fotosintesis juga merupakan sumber energi bagi hampir semua kehidupan di Bumi, baik
secara langsung (melalui produksi primer) maupun tidak langsung (sebagai sumber utama energi
dalam makanan mereka),[2]kecuali pada organisme kemoautotrof yang hidup di bebatuan atau
di lubang angin hidrotermal di laut yang dalam. Tingkat penyerapan energi oleh fotosintesis sangat
tinggi, yaitu sekitar 100 terawatt,[3]atau kira-kira enam kali lebih besar daripada konsumsi energi
peradaban manusia.[4] Selain energi, fotosintesis juga menjadi sumber karbon bagi semua senyawa
organik dalam tubuh organisme. Fotosintesis mengubah sekitar 100–115 petagram karbon
menjadi biomassa setiap tahunnya.[5][6]
Meskipun fotosintesis dapat berlangsung dalam berbagai cara pada berbagai spesies, beberapa
cirinya selalu sama. Misalnya, prosesnya selalu dimulai dengan energi cahaya diserap
oleh protein berklorofil yang disebut pusat reaksi fotosintesis. Pada tumbuhan, protein ini
tersimpan di dalam organel yang disebut kloroplas, sedangkan pada bakteri, protein ini tersimpan
pada membran plasma. Sebagian dari energi cahaya yang dikumpulkan oleh klorofil disimpan
dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP). Sisa energinya digunakan untuk memisahkan elektron dari
zat seperti air. Elektron ini digunakan dalam reaksi yang mengubah karbondioksia menjadi senyawa
organik. Pada tumbuhan, alga, dan cyanobacteria, ini dilakukan dalam suatu rangkaian reaksi yang
disebut siklus Calvin, namun rangkaian reaksi yang berbeda ditemukan pada beberapa bakteri,
misalnya siklus Krebs terbalik pada Chlorobium. Banyak organisme fotosintesis
memiliki adaptasi yang mengonsentrasikan atau menyimpan karbondioksida. Ini membantu
mengurangi proses boros yang disebut fotorespirasi yang dapat menghabiskan sebagian dari gula
yang dihasilkan selama fotosintesis.
Organisme fotosintesis pertama kemungkinan berevolusi sekitar 3.500 juta tahun silam, pada masa
awal sejarah evolusi kehidupan ketika semua bentuk kehidupan di Bumi
merupakan mikroorganisme dan atmosfer memiliki sejumlah besar karbondioksida. Makhluk hidup
ketika itu sangat mungkin memanfaatkan hidrogen atau hidrogen sulfida–bukan air–sebagai
sumber elektron.[7] Cyanobacteria muncul kemudian, sekitar 3.000 juta tahun silam, dan secara
drastis mengubah Bumi ketika mereka mulai mengoksigenkan atmosfer pada sekitar 2.400 juta
tahun silam.[8] Atmosfer baru ini memungkinkan evolusi kehidupan kompleks seperi protista. Pada
akhirnya, tidak kurang dari satu miliar tahun silam, salah satu protista membentuk hubungan
simbiosis dengan satu cyanobacteria dan menghasilkan nenek moyang dari seluruh tumbuhan dan
alga.[9] Kloroplas pada Tumbuhan modern merupakan keturunan dari cyanobacteria yang
bersimbiosis ini.[10]
sejarah penemuan
Meskipun masih ada langkah-langkah dalam fotosintesis yang belum dipahami, persamaan umum
fotosintesis telah diketahui sejak tahun 1800-an.[11] Pada awal tahun 1600-an, seorang dokter dan
ahli kimia, Jan van Helmont, seorang Flandria (sekarang bagian dari Belgia), melakukan percobaan
untuk mengetahui faktor apa yang menyebabkan massa tumbuhan bertambah dari waktu ke
waktu.[11] Dari penelitiannya, Helmont menyimpulkan bahwa massa tumbuhan bertambah hanya
karena pemberian air.[11] Namun, pada tahun 1727, ahli botani Inggris, Stephen Hales berhipotesis
bahwa pasti ada faktor lain selain air yang berperan. Ia mengemukakan bahwa sebagian makanan
tumbuhan berasal dari atmosfer dan cahaya yang terlibat dalam proses tertentu.[11] Pada saat itu
belum diketahui bahwa udara mengandung unsur gas yang berlainan.[1]
Pada tahun 1771, Joseph Priestley, seorang ahli kimia dan pendeta berkebangsaan Inggris,
menemukan bahwa ketika ia menutupi sebuah lilin menyala dengan sebuah toples terbalik,
nyalanya akan mati sebelum lilinnya habis terbakar.[12] Ia kemudian menemukan bila ia
meletakkan tikus dalam toples terbalik bersama lilin, tikus itu akan mati lemas. Dari kedua
percobaan itu, Priestley menyimpulkan bahwa nyala lilin telah “merusak” udara dalam toples itu dan
menyebabkan matinya tikus.[12] Ia kemudian menunjukkan bahwa udara yang telah “dirusak” oleh lilin
tersebut dapat “dipulihkan” oleh tumbuhan.[12] Ia juga menunjukkan bahwa tikus dapat tetap hidup
dalam toples tertutup asalkan di dalamnya juga terdapat tumbuhan.[12]
Pada tahun 1778, Jan Ingenhousz, dokter kerajaan Austria, mengulangi eksperimen Priestley.[13] Ia
memperlihatkan bahwa cahaya Matahari berpengaruh pada tumbuhan sehingga dapat
“memulihkan” udara yang “rusak”.[14] Ia juga menemukan bahwa tumbuhan juga ‘mengotori udara’
pada keadaan gelap sehingga ia lalu menyarankan agar tumbuhan dikeluarkan dari rumah pada
malam hari untuk mencegah kemungkinan meracuni penghuninya.[14]
Akhirnya di tahun 1782, Jean Senebier, seorang pastor Perancis, menunjukkan bahwa udara yang
“dipulihkan” dan “merusak” itu adalah karbon dioksida yang diserap oleh tumbuhan dalam
fotosintesis.[1] Tidak lama kemudian, Theodore de Saussure berhasil menunjukkan hubungan antara
hipotesis Stephen Hale dengan percobaan-percobaan “pemulihan” udara.[1] Ia menemukan bahwa
peningkatan massa tumbuhan bukan hanya karena penyerapan karbon dioksida, tetapi juga oleh
pemberian air.[1]Melalui serangkaian eksperimen inilah akhirnya para ahli berhasil menggambarkan
persamaan umum dari fotosintesis yang menghasilkan makanan (seperti glukosa).
Cornelis Van Niel menghasilkan penemuan penting yang menjelaskan proses kimia fotosintesis.
Dengan mempelajari bakteri sulfur ungu dan bakteri hijau, dia menjadi ilmuwan pertama yang
menunukkan bahwa fotosintesis merupakan reaksi redoks yang bergantung pada cahaya, yang
mana hidrogen mengurangi karbondioksida.
Robert Emerson menemukan dua reaksi cahaya dengan menguji produktivitas Tumbuhan
menggunakan cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda. Dengan hanya cahaya
merah, reaksi cahayanya dapat ditekan. Ketika cahaya biru dan merah digabungkan, hasilnya
menjadi lebih banyak. Dengan demikian, ada dua protosistem, yang satu menyerap sampai
panjang gelombang 600 nm, yang lainnya sampai 700 nm. Yang pertama dikenal sebagai PSII,
yang kedua PSI. PSI hanya mengandung klorofil a, PAII mengandung terutama klorofil a dan klorofil
b, di antara pigmen lainnya. Ini meliputi fikobilin, yang merupakan pigmen merah dan biru pada
alga merah dan biru, serta fukoksantol untuk alga coklat dan diatom. Proses ini paling produktif
ketika penyerapan kuantanya seimbang untuk PSII dan PSI, menjamin bahwa masukan energi dari
kompleks antena terbagi antara sistem PSI dan PSII, yang pada gilirannya menggerakan
fotosintesis.[6]
Robert Hill berpikir bahwa suatu kompleks reaksi terdiri atas perantara ke kitokrom b6 (kini
plastokinon), yang lainnya dari kitokrom f ke satu tahap dalam mekanisme penghasilan karbohidrat.
Semua itu dihubungkan oleh plastokinon, yang memerlukan energi untuk mengurangi kitokrom f
karena itu merupakan reduktan yang baik. Percobaan lebih lanjut yang membuktikan bahwa oksigen
berkembang pada fotosintesis Tumbuhan hijau dilakukan oleh Hill pada tahun 1937 dan 1939. Dia
menunjukkan bahwa kloroplas terisolasi melepaskan oksigen ketika memperleh agen pengurang
tak alami seperti besi oksalat, ferisianida atau benzokinon setelah sebelumnya diterangi oleh
cahaya. Reaksi Hill adalah sebagai berikut:
2 H2O + 2 CO2 + (cahaya, kloroplas) → C6H12O62 + O2
yang mana A adalah penerima elektron. Dengan demikian, dalam penerangan, penerima elektron
terkurangi dan oksigen berkembang.
Samuel Ruben dan Martin Kamen menggunakan isotop radioaktif untuk menunjukkan bahwa
oksigen yang dilepaskan dalam fotosintesis berasal dari air.
Melvin Calvin dan Andrew Benson, bersama dengan James Bassham, menjelaskan jalur asimilasi
karbon (siklus reduksi karbon fotosintesis) pada Tumbuhan. Siklus reduksi karbon kini dikenal
sebagai siklus Calvin, yang mengabaikan kontribusi oleh Bassham dan Benson. Banyak ilmuwan
menyebut siklus ini sebagai Siklus Calvin-Benson, Benson-Calvin, dan beberapa bahkan
menyebutnya Siklus Calvin-Benson-Bassham (atau CBB).
Ilmuwan pemenang Hadiah Nobel, Rudolph A. Marcus, berhasil menemukan fungsi dan manfaat
dari rantai pengangkutan elektron.
Otto Heinrich Warburg dan Dean Burk menemukan reaksi fotosintesis I-kuantum yang membagi
CO2, diaktifkan oleh respirasi.[15]
Louis N.M. Duysens dan Jan Amesz menemukan bahwa klorofil a menyerap satu cahaya,
mengoksidasi kitokrom f, klorofil a (dan pigmen lainnya) akan menyerap cahaya lainnya, namun
akan mengurangi kitokrom sama yang telah teroksidasi, menunjukkan bahwa dua reaksi cahaya itu
ada dalam satu rangkaian.
Perangkat fotosintesis
Struktur kloroplas:
1. membran luar
2. ruang antar membran
3. membran dalam (1+2+3: bagian amplop)
4. stroma
5. lumen tilakoid (inside of thylakoid)
6. membran tilakoid
7. granum (kumpulan tilakoid)
8. tilakoid (lamella)
9. pati
10. ribosom
11. DNA plastida
12. plastoglobula
Pigmen
Proses fotosintesis tidak dapat berlangsung pada setiap sel, tetapi hanya pada sel yang
mengandung pigmen fotosintetik.[16] Sel yang tidak mempunyai pigmen fotosintetik ini tidak mampu
melakukan proses fotosintesis.[16] Pada percobaan Jan Ingenhousz, dapat diketahui
bahwa intensitas cahayamemengaruhi laju fotosintesis pada tumbuhan.[14] Hal ini dapat terjadi
karena perbedaan energi yang dihasilkan oleh setiap spektrum cahaya.[14] Di samping adanya
perbedaan energi tersebut, faktor lain yang menjadi pembeda adalah kemampuan daun dalam
menyerap berbagai spektrum cahaya yang berbeda tersebut.[14] Perbedaan kemampuan daun dalam
menyerap berbagai spektrum cahaya tersebut disebabkan adanya perbedaan jenis pigmen yang
terkandung pada jaringan daun.[14]
Di dalam daun terdapat mesofil yang terdiri atas jaringan bunga karang dan jaringan pagar.[17] Pada
kedua jaringan ini, terdapat kloroplas yang mengandung pigmen hijau klorofil.[17] Pigmen ini
merupakan salah satu dari pigmen fotosintesis yang berperan penting dalam menyerap
energi matahari.[17]
Dari semua radiasi Matahari yang dipancarkan, hanya panjang gelombang tertentu yang
dimanfaatkan tumbuhan untuk proses fotosintesis, yaitu panjang gelombang yang berada pada
kisaran cahaya tampak (380-700 nm).[18] Cahaya tampak terbagi atas cahaya merah (610 – 700 nm),
hijau kuning (510 – 600 nm), biru (410 – 500 nm), dan violet (< 400 nm).[19] Masing-masing jenis
cahaya berbeda pengaruhnya terhadap fotosintesis.[19] Hal ini terkait pada sifat pigmen penangkap
cahaya yang bekerja dalam fotosintesis.[19] Pigmen yang terdapat pada membran grana menyerap
cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu.[19] Pigmen yang berbeda menyerap cahaya pada
panjang gelombang yang berbeda.[19] Kloroplas mengandung beberapa pigmen. Sebagai contoh,
klorofil a terutama menyerap cahaya biru-violet dan merah, sementara klorofil b menyerap cahaya
biru dan oranye dan memantulkan cahaya kuning-hijau. Klorofil a berperan langsung dalam reaksi
terang, sedangkan klorofil b tidak secara langsung berperan dalam reaksi terang.[19] Proses absorpsi
energi cahaya menyebabkan lepasnya elektron berenergi tinggi dari klorofil a yang selanjutnya akan
disalurkan dan ditangkap oleh akseptor elektron.[20] Proses ini merupakan awal dari rangkaian
panjang reaksi fotosintesis.
Kloroplas
Fotosistem adalah suatu unit yang mampu menangkap energi cahaya Matahari yang terdiri dari
klorofil a, kompleks antena, dan akseptor elektron.[17] Di dalam kloroplas terdapat beberapa
macam klorofildan pigmen lain, seperti klorofil a yang berwarna hijau muda, klorofil b berwarna
hijau tua, dan karotenyang berwarna kuning sampai jingga.[17] Pigmen-pigmen tersebut
mengelompok dalam membran tilakoid dan membentuk perangkat pigmen yang berperan penting
dalam fotosintesis.[24]
Klorofil a berada dalam bagian pusat reaksi.[20] Klorofil ini berperan dalam
menyalurkan elektron yang berenergi tinggi ke akseptor utama elektron.[20] Elektron ini selanjutnya
masuk ke sistem sikluselektron.[20] Elektron yang dilepaskan klorofil a mempunyai energi tinggi
sebab memperoleh energi dari cahaya yang berasal dari molekul perangkat pigmen yang dikenal
dengan kompleks antena.[24]
Fotosistem sendiri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu fotosistem I dan fotosistem II.[24] Pada
fotosistem I ini penyerapan energi cahaya dilakukan oleh klorofil a yang sensitif terhadap cahaya
dengan panjang gelombang 700 nm sehingga klorofil a disebut juga P700.[25] Energi yang diperoleh
P700 ditransfer dari kompleks antena.[25] Pada fotosistem II penyerapan energi cahaya dilakukan
oleh klorofil a yang sensitif terhadap panjang gelombang 680 nm sehingga disebut P680.[26] P680
yang teroksidasi merupakan agen pengoksidasi yang lebih kuat daripada
P700.[26] Dengan potensial redoks yang lebih besar, akan cukup elektron negatif untuk memperoleh
elektron dari molekul-molekul air.[17]
Membran dan organel fotosintesis
Tumbuhan bersifat autotrof.[13] Autotrof artinya dapat mensintesis makanan langsung dari senyawa
anorganik.[13] Tumbuhan menggunakan karbon dioksida dan air untuk
menghasilkan gula dan oksigen yang diperlukan sebagai makanannya. Energi untuk menjalankan
proses ini berasal dari fotosintesis. Berikut ini adalah persamaan reaksi fotosintesis yang
menghasilkan glukosa:
6H2O + 6CO2 + cahaya → C6H12O6 (glukosa) + 6O2
Glukosa dapat digunakan untuk membentuk senyawa organik lain seperti selulosa dan dapat pula
digunakan sebagai bahan bakar.[13] Proses ini berlangsung melalui respirasi seluler yang terjadi baik
pada hewan maupun tumbuhan.[13] Secara umum reaksi yang terjadi pada respirasi seluler
berkebalikan dengan persamaan di atas.[13] Pada respirasi, gula (glukosa) dan senyawa lain akan
bereaksi dengan oksigen untuk menghasilkan karbon dioksida, air, dan energi kimia.[13]
Tumbuhan menangkap cahaya menggunakan pigmen yang disebut klorofil.[13] Pigmen inilah yang
memberi warna hijau pada tumbuhan. Klorofil terdapat dalam organel yang disebut
kloroplas.[13] klorofil menyerap cahaya yang akan digunakan dalam fotosintesis.[13] Meskipun seluruh
bagian tubuh tumbuhan yang berwarna hijau mengandung kloroplas, namun sebagian besar energi
dihasilkan di daun.[13] Di dalam daun terdapat lapisan sel yang disebut mesofil yang mengandung
setengah juta kloroplas setiap milimeter perseginya.[13] Cahaya akan melewati lapisan epidermis
tanpa warna dan yang transparan, menuju mesofil, tempat terjadinya sebagian besar proses
fotosintesis.[13] Permukaan daun biasanya dilapisi oleh kutikula dari lilin yang bersifat anti air untuk
mencegah terjadinya penyerapan sinar Matahari ataupun penguapan air yang berlebihan.[13]
Fotosintesis pada alga dan bakteri
Alga terdiri dari alga multiseluler seperti ganggang hingga alga mikroskopik yang hanya terdiri
dari satu sel.[31] Meskipun alga tidak memiliki struktur sekompleks tumbuhan darat, fotosintesis pada
keduanya terjadi dengan cara yang sama.[31] Hanya saja karena alga memiliki berbagai
jenis pigmendalam kloroplasnya, maka panjang gelombang cahaya yang diserapnya pun lebih
bervariasi.[31] Semua alga menghasilkan oksigen dan kebanyakan bersifat autotrof.[31] Hanya
sebagian kecil saja yang bersifat heterotrof yang berarti bergantung pada materi yang dihasilkan
oleh organisme lain.[31]
Proses
Fotosintesis terdiri dari dua tahap yang disebut reaksi terang, yang membutuhkan cahaya dan
melibatkan pemecahan air serta pelepasan oksigen, dan reaksi gelap atau siklus Calvin, yang
mengubah karbon dioksida menjadi gula.
Hingga sekarang fotosintesis masih terus dipelajari karena masih ada sejumlah tahap yang belum
bisa dijelaskan, meskipun sudah sangat banyak yang diketahui tentang proses vital ini.[32] Proses
fotosintesis sangat kompleks karena melibatkan semua cabang ilmu pengetahuan alam utama,
seperti fisika, kimia, maupun biologi sendiri.[32]
Pada tumbuhan, organ utama tempat berlangsungnya fotosintesis adalah daun.[32] Namun secara
umum, semua sel yang memiliki kloroplas berpotensi untuk melangsungkan reaksi ini.[33] Di organel
inilah tempat berlangsungnya fotosintesis, tepatnya pada bagian stroma.[32] Hasil fotosintesis
(disebut fotosintat) biasanya dikirim ke jaringan-jaringan terdekat terlebih dahulu.[32]
Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua bagian utama: reaksi
terang(karena memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya tetapi
memerlukan karbon dioksida).[18] Reaksi terang terjadi pada grana (tunggal: granum), sedangkan
reaksi gelap terjadi di dalam stroma.[18] Dalam reaksi terang, terjadi konversi energi cahaya menjadi
energi kimia dan menghasilkan oksigen (O2).[18] Sedangkan dalam reaksi gelap terjadi seri
reaksi siklik yang membentuk gula dari bahan dasar CO2 dan energi (ATP dan NADPH).[18] Energi
yang digunakan dalam reaksi gelap ini diperoleh dari reaksi terang.[18] Pada proses reaksi gelap tidak
dibutuhkan cahaya Matahari. Reaksi gelap bertujuan untuk mengubah senyawa yang mengandung
atom karbon menjadi molekul gula.[18]
Organisme fotosintesis itu autotrof, yang berarti bahwa mereka menyimpan energi, mereka
dapat menyintesis makanan langsung ari karbondioksida, air, dan menggunakan energi dari
cahaya. Mereka menumbuhkannya sebagai bagian dari energi potensial mereka. Akan tetapi, tidak
semua organisme menggunakan cahaya sebagai sumber energi untuk melaksanakan fotosintesis,
karena fotoheterotrofmenggunakan senyawa organik, dan bukan karbondioksida, sebagai sumber
energi.[2] Pada tumbuhan, alga, dan cyanobacteria, fotosintesis menghasilkan oksigen. Ini
disebut fotosintesis oksigen. Walaupun ada beberapa perbedaan antara fotosintesis oksigen
pada tumbuhan, alga, dan cyanobacteria, secara umum prosesnya cukup mirip pada organisme-
organisme tersebut. Akan tetapi, ada beberapa jenis bakteri yang melakukan fotosintesis
anoksigen, yang menyerap karbondioksida namun tidak menghasilkan oksigen.
Karbondioksida diubah menjadi gula dalam suatu proses yang disebut fiksasi karbon. Fiksasi
karbon adalah reaksi redoks, jadi fotosintesis memerlukan sumber energi untuk melakukan proses
ini, dan elektron yang diperlukan untuk mengubah karbondioksida menjadi karbohidrat, yang
merupaan reaksi reduksi. Secara umum, fotosintesis adalah kebalikan dari respirasi sel, yang
mana glukosa dan senyawa lainnya teroksidasi untuk menghasilkan karbondioksia, air, dan
menghasilkan energi kimia. Namun, dua proses itu berlangsung melalui rangkaian reaksi kimia yang
berbeda dan pada kompartemen sel yang berbeda.
Persamaan umum untuk fotosintesis adalah sebagai berikut:
2n CO2 + 2n DH2 + foton → 2(CH2O)n + 2n DO
Karbondioksida + donor elektron + energi cahaya → karbohidrat + donor elektron teroksidasi
Pada fotosintesis okesigen air adalah donor elektron dan, karena merupakan hidrolisis melepaskan
oksigen, persamaan untuk proses ini adalah:
2n CO2 + 4n H2O + foton → 2(CH2O)n + 2n O2 + 2n H2O
karbondioksida + air + energi cahaya → karbohidrat + oksigen + air
Proses lainnya menggantikan senyawa lainnya (Seperti arsenit) dengan air pada peran suplai-
elektron; mikroba menggunakan cahaya matahari untuk mengoksidasi arsenit
menjadi arsenat:[34] Persamaan untuk reaksinya adalah sebagai berikut:
CO2 + (AsO33–) + foton → (AsO43–) + CO [35]
karbondioksida + arsenit + energi cahaya → arsenat + karbonmonoksida (digunakan untuk
membuat senyawa lainnya dalam reaksi berikutnya)
Fotosintesis terjadi dalam dua tahap. Pada tahap pertama, reaksi terang atau reaksi
cahaya menyerap energi cahaya dan menggunakannya untuk menghasilkan molekul penyimpan
energi ATP dan NADPH. Pada tahap kedua, reaksi gelap menggunakan produk ini untuk menyerap
dan mengurangi karondioksida.
Sebagian besar organisme yang melakukan fotosintesis untuk menghasilkan oksigen
menggunakan cahaya nampak untuk melakukannya, meskipun setidaknya tiga
menggunakan radiasi inframerah.[36]
Reaksi terang
Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2.[37] Reaksi ini
memerlukan molekul air dan cahaya Matahari. Proses diawali dengan
penangkapan foton oleh pigmensebagai antena.[37]
Reaksi terang melibatkan dua fotosistem yang saling bekerja sama, yaitu fotosistem I dan
II.[38]Fotosistem I (PS I) berisi pusat reaksi P700, yang berarti bahwa fotosistem ini optimal menyerap
cahaya pada panjang gelombang 700 nm, sedangkan fotosistem II (PS II) berisi pusat reaksi P680
dan optimal menyerap cahaya pada panjang gelombang 680 nm.[38]
Mekanisme reaksi terang diawali dengan tahap dimana fotosistem II menyerap cahaya Matahari
sehingga elektron klorofil pada PS II tereksitasi dan menyebabkan muatan menjadi tidak
stabil.[38]Untuk menstabilkan kembali, PS II akan mengambil elektron dari molekul H 2O yang ada
disekitarnya. Molekul air akan dipecahkan oleh ion mangan (Mn) yang bertindak sebagai
enzim.[38] Hal ini akan mengakibatkan pelepasan H+ di lumen tilakoid.
Dengan menggunakan elektron dari air, selanjutnya PS II akan mereduksi plastokuinon (PQ)
membentuk PQH2.[38] Plastokuinon merupakan molekul kuinon yang terdapat pada membran lipid
bilayer tilakoid. Plastokuinon ini akan mengirimkan elektron dari PS II ke suatu pompa H+ yang
disebut sitokrom b6-f kompleks.[37] Reaksi keseluruhan yang terjadi di PS II adalah[38]:
2H2O + 4 foton + 2PQ + 4H– → 4H+ + O2 + 2PQH2
Sitokrom b6-f kompleks berfungsi untuk membawa elektron dari PS II ke PS I dengan mengoksidasi
PQH2 dan mereduksi protein kecil yang sangat mudah bergerak dan mengandung tembaga, yang
dinamakan plastosianin (PC).[38] Kejadian ini juga menyebabkan terjadinya pompa H+ dari stroma ke
membran tilakoid.[38] Reaksi yang terjadi pada sitokrom b6-f kompleks adalah[38]:
2PQH2 + 4PC(Cu2+) → 2PQ + 4PC(Cu+) + 4 H+ (lumen)
Elektron dari sitokrom b6-f kompleks akan diterima oleh fotosistem I.[38] Fotosistem ini menyerap
energi cahaya terpisah dari PS II, tapi mengandung kompleks inti terpisahkan, yang menerima
elektron yang berasal dari H2O melalui kompleks inti PS II lebih dahulu.[38] Sebagai sistem yang
bergantung pada cahaya, PS I berfungsi mengoksidasi plastosianin tereduksi dan memindahkan
elektron ke protein Fe-S larut yang disebut feredoksin.[38] Reaksi keseluruhan pada PS I adalah[38]:
Cahaya + 4PC(Cu+) + 4Fd(Fe3+) → 4PC(Cu2+) + 4Fd(Fe2+)
Selanjutnya elektron dari feredoksin digunakan dalam tahap akhir pengangkutan elektron untuk
mereduksi NADP+ dan membentuk NADPH.[38] Reaksi ini dikatalisis dalam stroma oleh enzim
feredoksin-NADP+ reduktase.[38] Reaksinya adalah[38]:
4Fd (Fe2+) + 2NADP+ + 2H+ → 4Fd (Fe3+) + 2NADPH
Ion H+ yang telah dipompa ke dalam membran tilakoid akan masuk ke dalam ATP sintase.[1] ATP
sintase akan menggandengkan pembentukan ATP dengan pengangkutan elektron dan H+ melintasi
membran tilakoid.[1] Masuknya H+ pada ATP sintase akan membuat ATP sintase bekerja mengubah
ADP dan fosfat anorganik (Pi) menjadi ATP.[1] Reaksi keseluruhan yang terjadi pada reaksi terang
adalah sebagai berikut[1]:
Sinar + ADP + Pi + NADP+ + 2H2O → ATP + NADPH + 3H+ + O2
Skema Z
Pada tanaman, reaksi terang terjadi pada membran tilakoid di kloroplas dan menggunakan
energi cahaya untuk menyintesis ATP dan NADPH. Reaksi terang memiliki dua bentuk: siklus dan
nonsiklus. Pada reaksi nonsiklus, foton diserap pada kompleks antena fotosistem II penyerap
cahaya oleh klorofil dan pigmen aksesoris lainnya. Ketika molekul klorofil pada inti pusat reaksi
fotosistem II memperoleh energi eksitasi yang cukup dari pigmen antena yang berdekatan
dengannya, satu elektron akan dipindahkan ke molekul penerima elektron, yaitu feopftin, melalui
sebuah proses yang disebut pemisahan tenaga terfotoinduksi. Elektron ini dipindahkan
melalui rangkaian transport elektron, yang disebut skema Z, yang pada awalnya berfungsi untuk
menghasilkan potensi kemiosmosis di sepanjang membran. Satu enzim sintase ATP menggunakan
potensi kemisomosis untuk menghasilkan ATP selama fotofosforilasi, sedangkan NADPH adalah
produk dari reaksi redoks terminal pada skema Z. Elektron masuk ke molekul klorofil
pada fofosistem II. Elektron ini tereksitasi karena cahaya yang diserap oleh fotosistem. Pembawa
elektron kedua menerima elektron, yang lagi-lagi dilewatkan untuk menurunkan energi penerim
elektron. Energi yang dihasilkan oleh penerima elektron digunakan untuk menggerakan ion
hidrogen di sepanjang membran tilakoid sampai ke dalam lumen. Elektron digunakan untuk
mereduksi koenzim NADP, yang memiliki fungsi pada reaksi terang. Reaksi siklus mirip dengan
nonsiklus, namun berbeda pada bentuknya karena hanya menghasilkan ATP, dan tidak ada NADP
(NADPH) tereduksi yang dihasilkan. Reaksi siklus hanya berlangsung pada fotosistem I. Setelah
elektron dipindahkan dari fotosistem, elektron digerakkan melewati molekul penerima elektron dan
dikembalikan ke fotosistem I, yang dari sanalah awalnya elektron dikeluarkan, sehingga reaksi ini
diberi nama reaksi siklus.
Fotolisis air
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Fotodisosiasi dan Evolusi oksigen
NADPH adalah agen pereduksi utama dalam kloroplas, menyediakan sumber elektron enerjik
kepada reaksi lainnya. Produksinya meninggalkan klorofil dengan defisit elektron (teroksidasi), yang
harus diperoleh dari beberapa agen pereduksi lainnya. Elektron yang hilang dari klorofil
pada fotosistem I ini digantikan dari rangkaian transport elektron oleh plastosianin. Akan tetapi,
karena fotosistem IImeliputi tahap pertama dari skema Z, sumber elektron eksternal siperlukan
untuk mereduksi molekuk klorofil a-nya yang telah teroksidasi. Sumber elektron pada tanaman
hijau dan fotosintesis cyanobacteria adalah air. Dua molekul air teroksidasi oleh oleh empat reaksi
pemisahan-tenaga berturut-turut oleh fotosistem II untuk menghasilkan satu molekul oksigen diatom
dan empat ion hidrogen; elektron yang dihasilkan pada tiap tahap dipindahkan ke
residu tirosin redoks-aktif yang kemudian mereduksi spesies klorofil a yang berpasangan yang
telah terfotooksidasi yang disebut P680 yang berguna sebagai donor elektron primer (digerakkan
oleh cahaya) pada pusat reaksi fotosistem II. Oksidasi air terkatalisasi pada fotosistem oleh
fotosistem II oleh suatu struktur redoks-aktif yang mengandung empat ion mangan dan satu ion
kalsium; kompleks evolusi oksigen ini mengikat dua molekul air dan menyimpan empat
padanannya yang telah teroksidasi yang diperlukan untuk melakukan reaksi oksidasi air. Fotosistem
II adalah satu-satunya enzim biologi yang diketahui melaksanakan oksidasi air ini. Ion hidrogen
berkontribusi terhadap potensi kemiosmosis transmembran yang berujung pada sintesis ATP.
Oksigen adalah produk ampas dari reaksi cahaya, namun sebagian besar organisme di Bumi
menggunakan oksigen untuk respirasi sel, termasuk organisme fotosintesis.[39][40]
Reaksi gelap
Reaksi gelap pada tumbuhan dapat terjadi melalui dua jalur, yaitu siklus Calvin-
Benson dan siklus Hatch-Slack.[41] Pada siklus Calvin-Benson tumbuhan
mengubah senyawa ribulosa 1,5 bisfosfat menjadi senyawa dengan jumlah atom karbon tiga yaitu
senyawa 3-phosphogliserat.[41] Oleh karena itulah tumbuhan yang menjalankan reaksi gelap melalui
jalur ini dinamakan tumbuhan C-3.[41]Penambatan CO2 sebagai sumber karbon pada tumbuhan ini
dibantu oleh enzim rubisco.[41]Tumbuhan yang reaksi gelapnya mengikuti jalur Hatch-Slack disebut
tumbuhan C-4 karena senyawa yang terbentuk setelah penambatan CO2 adalah oksaloasetat yang
memiliki empat atom karbon. Enzim yang berperan adalah phosphoenolpyruvate carboxilase.[41]
Siklus Calvin-Benson
Siklus Calvin-Benson
Mekanisme siklus Calvin-Benson dimulai dengan fiksasi CO2 oleh ribulosa difosfat karboksilase
(RuBP) membentuk 3-fosfogliserat.[41] RuBP merupakan enzim alosetrik yang distimulasi oleh tiga
jenis perubahan yang dihasilkan dari pencahayaan kloroplas. Pertama, reaksi dari enzim ini
distimulasi oleh peningkatan pH.[41] Jika kloroplas diberi cahaya, ion H+ ditranspor dari stroma ke
dalam tilakoidmenghasilkan peningkatan pH stroma yang menstimulasi enzim karboksilase,
terletak di permukaanluar membran tilakoid.[41] Kedua, reaksi ini distimulasi oleh Mg2+, yang
memasuki stroma daun sebagai ion H+, jika kloroplas diberi cahaya.[41] Ketiga, reaksi ini distimulasi
oleh NADPH, yang dihasilkan oleh fotosistem I selama pemberian cahaya.[41]
Fiksasi CO2 ini merupakan reaksi gelap yang distimulasi oleh pencahayaan
kloroplas.[20] Fikasasi CO2melewati proses karboksilasi, reduksi, dan regenerasi.[42] Karboksilasi
melibatkan penambahan CO2dan H2O ke RuBP membentuk dua molekul 3-fosfogliserat(3-
PGA).[42] Kemudian pada fase reduksi, gugus karboksil dalam 3-PGA direduksi menjadi 1 gugus
aldehida dalam 3-fosforgliseradehida (3-Pgaldehida).[42]
Reduksi ini tidak terjadi secara langsung, tapi gugus karboksil dari 3-PGA pertama-tama diubah
menjadi ester jenis anhidrida asam pada asam 1,3-bifosfogliserat (1,3-bisPGA) dengan
penambahan gugus fosfat terakhir dari ATP.[42] ATP ini timbul dari fotofosforilasi dan ADP yang
dilepas ketika 1,3-bisPGA terbentuk, yang diubah kembali dengan cepat menjadi ATP oleh reaksi
fotofosforilasi tambahan.[42] Bahan pereduksi yang sebenarnya adalah NADPH, yang menyumbang
2 elektron.[42]Secara bersamaan, Pi dilepas dan digunakan kembali untuk mengubah ADP menjadi
ATP.[42]
Pada fase regenerasi, yang diregenerasi adalah RuBP yang diperlukan untuk bereaksi dengan
CO2tambahan yang berdifusi secara konstan ke dalam dan melalui stomata.[43] Pada akhir reaksi
Calvin, ATP ketiga yang diperlukan bagi tiap molekul CO2 yang ditambat, digunakan untuk
mengubah ribulosa-5-fosfat menjadi RuBP, kemudian daur dimulai lagi.[43]
Tiga putaran daur akan menambatkan 3 molekul CO2 dan produk akhirnya adalah 1,3-
Pgaldehida.[20]Sebagian digunakan kloroplas untuk membentuk pati, sebagian lainnya dibawa
keluar.[20] Sistem ini membuat jumlah total fosfat menjadi konstan di kloroplas, tetapi menyebabkan
munculnya triosafosfat di sitosol.[20] Triosa fosfat digunakan sitosol untuk membentuk sukrosa.[20][43]
Siklus Hatch-Slack
Siklus Hatch-Slack
Berdasarkan cara memproduksi glukosa, tumbuhan dapat dibedakan menjadi tumbuhan C3 dan
C4.[44] Tumbuhan C3 merupakan tumbuhan yang berasal dari daerah subtropis.[44] Tumbuhan ini
menghasilkan glukosa dengan pengolahan CO2 melalui siklus Calvin, yang
melibatkan enzim Rubisco sebagai penambat CO2.[44]
Tumbuhan C3 memerlukan 3 ATP untuk menghasilkan molekul glukosa.[44] Namun, ATP ini dapat
terpakai sia-sia tanpa dihasilkannya glukosa.[45] Hal ini dapat terjadi jika ada fotorespirasi, di mana
enzim Rubisco tidak menambat CO2 tetapi menambat O2.[45] Tumbuhan C4 adalah tumbuhan yang
umumnya ditemukan di daerah tropis.[45] Tumbuhan ini melibatkan dua enzim di dalam pengolahan
CO2 menjadi glukosa.[45]
Enzim phosphophenol pyruvat carboxilase (PEPco) adalah enzim yang akan mengikat CO2 dari
udara dan kemudian akan menjadi oksaloasetat.[45] Oksaloasetat akan diubah menjadi
malat.[45] Malat akan terkarboksilasi menjadi piruvat dan CO2.[45] Piruvat akan kembali menjadi
PEPco, sedangkan CO2 akan masuk ke dalam siklus Calvin yang berlangsung di sel bundle
sheath dan melibatkan enzim RuBP.[45]Proses ini dinamakan siklus Hatch Slack, yang terjadi di
sel mesofil.[46] Dalam keseluruhan proses ini, digunakan 5 ATP.[46]
Urutan dan kinetika
1 Perpindahan energi pada klorofil antena (membran tilakoid) femtodetik sampai pikodetik
Sistem fotosintesis awal, seperti misalnya pada bakteri sulfur hijau dan bakteri sulfur
ungu serta baktero nonsulfur hujau dan bakteri nonsulfur ungu, dipercaya sebagai anoksigenik,
menggunakan beragam molekul sebagai donor elektron. Bakteri sulfur hijau dan ungu dipercaya
menggunakan hidrogen dan sulfur sebagai donor elektron. Bakteri nonsulfur hijau menggunakan
beragam asam amino dan asam organik lainnya. Bakteri nonsulfur ungu menggunakan beragam
molekuk organik nonrinci. Penggunaan molekuk-molekul ini konsisten dengan bukti geologi bahwa
atmosfer sangat terkurangi pada masa itu.[rujukan?]
Fosil yang dipercaya sebagai organisme fotosintesis filamen diperirakan berasal dari 3,4 miliar
tahun silam.[49][50]
Sumber utama oksigen di atmosfer adalah fotosintesis oksigen, dan kemunculan pertamanya
seringkali disebut sebagai katastropi oksigen. Bukti geologis menunjukkan bahwa fotosintesis
oksigen, seperti misalnya pada cyanobacteria, menjadi penting selama
era Paleoproterozoikumsekitar 2 miliar tahun silam. Fotosintesis modern pada Tumbuhan dan
sebagian besar prokariota fotosintesis menghasilkan oksigen. Fotosintesis oksigen menggunakan
air sebagai donor elektron, yang teroksidasi menjadi oksigen molekuker (O2) di pusat reaksi
fotosintesis.
Simbiosis dan asal mula kloroplas
Beberapa kelompok hewan membentuk hubungan simbiosis dengan alga fotosintesis. Ini banyak
terdapat pada koral, spons, dan anemon laut. Diperkirakan bahwa ini adalah akibat dari rangka
tubuh mereka yang cukup sederhana dan area permukaan tubuh yang luas dibandingkan volume
tubuh mereka.[51] Selain itu, beberapa moluska, yaitu Elysia viridis dan Elysia chlorotica, juga
memiliki hubungan simbiosis dengan kloroplas yang mereka ambil dari alga yang mereka makan
dan kemudian disimpan di dalam tubuh mereka. Ini memungkinkan moluska bertahan hidup hanya
dengan melakukan fotosintesis selama beberapa bulan pada suatu waktu.[52][53] Beberapa gen
dari nukleus sel Tumbuhan ini ditransfer ke siput sehingga kloroplas dapat disuplai dengan protein
yang mereka gunakan untuk bertahan hidup.[54]
Bentuk simbiosis yang bahkan lebih dekat dapat menjelaskan asal usul kloroplas. Kloroplas
mungkin memiliki banyak kesamaaan dengan bakteri fotosintesis,
termasuk kromosom bundar, ribosomberjenis prokariota, dan protein serupa di pusat reaksi
fotosintesis.[55][56] Teori endosimbiotikmenunjukkan bahwa bakteri fotosintesis didapat
(melalui endositosis) oleh sel Eukariota untuk membentuk sel Tumbuhan awal. Dengan demikian,
kloroplas kemungkinan merupakan bakteri fotosintesis yang beradaptasi untuk hidup di dalam sel
Tumbuhan. Seperti mitokondria, kloroplas masih memiliki DNA mereka sendiri, terpisah dari DNA
nukleus pada sel inang Tumbuhan mereka dan gen dalam DNA kloroplas ini mirip dengan yang
terdapat pada cyanobacteria.[57] DNA di kloroplas menyandi untuk protein redoks seperti pusat
reaksi fotosintesis. Hipotesis CoRR mengusulkan bahwa lokasi Co-lokasi ni diperlukan
untuk Regulasi Redoks.
Cyanobacteria dan evolus fotosintesis
Kapasitas biokimia untuk menggunakan air sebagai sumber elektron dalam fotosintesis berevolusi
sekali, pada nenek moyang bersama dari cyanobacteria yang masih ada. Rekaman geologi
mengindikasikan bahwa peritiwa perubahan ini terjadi pada awal sejarah Bumi, setidaknya 2450–
2320 juta tahun silam, bahkan diperkirakan jauh lebih awal dari itu.[58] Bukti yang tersedia dari studi
geologi mengenai batu sedimen Archean (>2500 juta tahun silam) mengindikasikan bahwa
kehidupan tersebut ada sekitar 3500 juta tahun lalu, namun pertanyaan mengenai kapan fotosintesis
oksigen berevolusi masih belum terjawab. Jendela patologi yang jelas untuk evolusi cyanobacteria
terbuka sekitar 200 juta tahun silam, mengungapkan biota bakteri biru-hijau yang sudah
beragam. Cyanobacteria tetap menjadi produsen primer utama di sepanjang masa Eon
Pretozoikum (2500–543 juta tahun silam), sebagian karena struktur redoks di laut lebih
memudahkan fotoautotrof yang mampu melakukan fiksasi nirogen.[rujukan?] Alga hijau mengikuti hijau-
biru sebagai produsen utama di rak kontinental dekat dengan akhir masa Pretozoikum, namun
hanya dengan radiasi dinoflagelata, kokolitoforid, dan diatom pada masa Messozoikum (251-65
juta tahun silam) produksi primer pada perairan tonjolan kelautan mulai memiliki bentuk
modernnya. Cyanobacteria tetap menjadi penting bagi ekosistem laut sebagai produsen utama
dalam pilin samudra, sebagai agen fiksasi nitrogen biologis, dan, dalam bentuk yang termodifikasi,
sebagai plastid alga laut.[59]
Sebuah studi tahun 2010 oleh para peneliti di Universitas Tel Aviv menemukan bahwa hornet
oriental(Vespa orientalis) mengubah cahaya matahari menjadi energi listrik menggunakan suatu
pigmen yang disebut xantopterin. Ini merupakan bukti ilmiah pertama mengenai anggota
kerajaan hewan yang melakukan fotosintesis.[60]
Faktor penentu laju fotosintesis
Proses fotosintesis dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor yang dapat memengaruhi secara
langsung seperti kondisi lingkungan maupun faktor yang tidak memengaruhi secara langsung
seperti terganggunya beberapa fungsi organ yang penting bagi proses fotosintesis.[1] Proses
fotosintesis sebenarnya peka terhadap beberapa kondisi lingkungan meliputi kehadiran cahaya
Matahari, suhulingkungan, konsentrasi karbondioksida (CO2).[1] Faktor lingkungan tersebut dikenal
juga sebagai faktor pembatas dan berpengaruh secara langsung bagi laju fotosintesis.[61]
Faktor pembatas tersebut dapat mencegah laju fotosintesis mencapai kondisi optimum meskipun
kondisi lain untuk fotosintesis telah ditingkatkan, inilah sebabnya faktor-faktor pembatas tersebut
sangat memengaruhi laju fotosintesis yaitu dengan mengendalikan laju optimum
fotosintesis.[61] Selain itu, faktor-faktor seperti translokasi karbohidrat, umur daun, serta
ketersediaan nutrisi memengaruhi fungsi organ yang penting pada fotosintesis sehingga secara
tidak langsung ikut memengaruhi laju fotosintesis.[62]
Berikut adalah beberapa faktor utama yang menentukan laju fotosintesis[62]:
1. Intensitas cahaya. Laju fotosintesis maksimum ketika banyak cahaya.
2. Konsentrasi karbon dioksida. Semakin banyak karbon dioksida di udara, makin banyak jumlah
bahan yang dapt digunakan tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis.
3. Suhu. Enzim-enzim yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat bekerja pada suhu
optimalnya. Umumnya laju fotosintensis meningkat seiring dengan meningkatnya suhu hingga
batas toleransi enzim.
4. Kadar air. Kekurangan air atau kekeringan menyebabkan stomata menutup, menghambat
penyerapan karbon dioksida sehingga mengurangi laju fotosintesis.
5. Kadar fotosintat (hasil fotosintesis). Jika kadar fotosintat seperti karbohidrat berkurang, laju
fotosintesis akan naik. Bila kadar fotosintat bertambah atau bahkan sampai jenuh, laju fotosintesis
akan berkurang.
6. Tahap pertumbuhan. Penelitian menunjukkan bahwa laju fotosintesis jauh lebih tinggi pada
tumbuhan yang sedang berkecambah ketimbang tumbuhan dewasa. Hal ini mungkin dikarenakan
tumbuhan berkecambah memerlukan lebih banyak energi dan makanan untuk tumbuh.
Intensitas cahaya (pancaran), panjang gelombang dan suhu
Pada awal abad ke-120, Frederick Frost Blackman bersama dengan Albert Einstein menyelidiki
pengaruh intensitas cahaya (pemancaran) dan suhu terhadap tingkat asimilasi karbon.
Pada suhu tetap, tingkat asimilasi karbon beragam dengan pemancaran, pada awalnya meningkat
seiring peningkatan pemancaran. Akan tetapi, pada tingkat pemancaran yang lebih tinggi,
hubungan ini tidak berlangsung lama dan tingkat asimilasi karbon menjadi konstan.
Pada pemancaran tetap, tingkat asimilasi karbon meningkat seiring suhu meningkat pada cakupan
terbatas. Peranguh ini dapat dilihat hanya pada tingkat pemancaran yang tinggi. Pada pemancaran
yang rendah, peningkatan suhu hanya memberikan sedikit pengaruh terhadap tingkat asimilasi
karbon.
Dua eksperimen ini menggambarkan poin penting: Pertama, dari penelitian ini diketahui bahwa,
secara umum, reaksi fotokimia tidak dipengaruhi oleh suhu. Akan tetapi, percobaan ini
menunjukkan dengan jelas bahwa suhu mempengaruhi tingkat asimilasi karbon, jadi pasti ada dua
rangkaian reaksi pada proses lengkap asimilasi karbon. Ini adalah tahap ‘fotokimia’ bergantung
cahaya dan tahap bergantung suhu tapi tak bergantung udara. Yang kedua, percobaan Blackman
menunjukkan konsep faktor pembatas. Faktor pembatas lainnya adalah panjang gelombang
cahaya. Cyanobacteria, yang hidup beberapa meter di bawah tanah tidak dapat memperoleh
panjang gelombang yang tepat yang diperlukan untuk menghasilkan pemisahan bertenaga
fotoinduksi pada pigmen fotosintesis konvensional. Untuk mengatasi permasalahan ini, serangkaian
protein dengan pigmen-pigmen berbeda mengelilingi pusat reaksi. Unit ini disebut fikobilisome.
Tingkat karbondioksi dan fotorespirasi
Ketika konsentrasi karbondioksi meningkat, tingkat yang mana gula dihasilkan oleh reaksi
bergantung cahaya meningkat hingga dibatasi oleh faktor-faktor lainnya. RuBisCO, enzim yang
mengkat karbondioksida pada reaksi bebas cahaya, memiliki afinitas pengikatan untuk karbon dan
oksigen. Ketika konsentrasi karbondioksida tinggi, RuBisCO akan memfiksasi karbondioksida.
Akan tetapi, jika konsentrasi karbondioksida rendah, RuBisCO akan mengikat oksigen dan bukan
karbondioksida. Proses ini, yang dsiebut fotorespirasi, menggunakan energi, tapi tidak
menghasilkan gula.
Aktivitas oksigenase RuBisCO tidak menguntungkan bagi Tumbuhan karena beberapa alasan
berikut:
1. Salah satu produk aktivitas oksigenasi adalah fosfoglikolat (2 karbon) dan bukannya 3-
fosfogliserat (3 karbon). Fosfoglikolat tidak dapat dimetabolisme oleh siklus Calvin-Benson dan
menunjukkan karbon yang hilang dari sklus tersebut. Aktivitas oksigenasi yang tinggi, dengan
demikian, menguras gula yang diperlukan untuk mengolah kembali ribulose 5-bisfosfat dan
untuk keberlangsungan siklus Calvin-Benson.
2. Fosfoglikolat dimetabolisme dengan cepat menjadi glikolat yang beracun bagi Tumbuhan pada
konsentrasi yang tinggi. Ini menghambat fotosintesis.
3. Menyimpan Glikolat secara energi merupakan proses yang mahal yang menggunakan jalur glikolat,
dan hanya 75% dari karbon yang dikembalikan pada siklus Calvin-Benson sebagai 3-fosfogliserat.
Reaksi ini juga menghasilkan ammonia (NH3), yang dapat berdifusi keluar dari Tumbuhan,
berujung pada hilangnya nitrogen.
Ringkasan sederhananya adalah sebagai berikut:
1. Fungsi utama fotosintesis untuk memproduksi zat makanan berupa glukosa. Glukosa menjadi
bahan bakar dasar pembangun zat makanan lainnya, yaitu lemak dan protein dalam tubuh
tumbuhan. Zat-zat ini menjadi makanan bagi hewan maupun manusia. Oleh karena itu,
kemampuan tumbuhan mengubah energi cahaya (sinar matahari) menjadi energi kimia (zat
makanan) selalu menjadi mata rantai makanan.
2. Fotosintesis membantu membersihkan udara, yaitu mengurangi kadar CO2 (karbon dioksida) di
udara karena CO2 adalah bahan baku dalam proses fotosintesis. Sebagai hasil akhirnya, selain zat
makanan adalah O2 (Oksigen) yang sangat dibutuhkan untuk kehidupan.
3. Kemampuan tumbuhan berfotosintesis selama masa hidupnya menyebabkan sisa-sisa tumbuhan
yang hidup masa lalu tertimbun di dalam tanah selama berjuta-juta tahun menjadi batubara
menjadi salah satu sumber energi saat ini.
Proses Fotosintesis
Fotosintesis berlangsung dalam dua tahap, yaitu reaksi terang (memerlukan cahaya matahari) dan
reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya matahari)
Reaksi terang
Berlangsung di dalam membran tilakoid di grana. Grana adalah struktur bentukan membran tilakoid
yang terbentuk dalam stroma, yaitu salah satu ruangan dalam kloroplas. Di dalam grana terdapat
klorofil, yaitu pigmen yang berperan dalam fotosintesis. Reaksi terang di sebut juga fotolisis karena
proses penyerapan energi cahaya dan penguraian molekul air menjadi oksigen dan hidrogen.
Reaksi gelap
Berlangsung di dalam stroma. Reaksi yang membentuk gula dari bahan dasar CO2 yang diperoleh
dari udara dan energi yang diperoleh dari reaksi terang.
Tidak membutuhkan cahaya matahari, tetapi tidak dapat berlangsung jika belum terjadi siklus terang
karena energi yang dipakai berasal dari reaksi terang.
Ada dua macam siklus, yaitu siklus Calin-Benson dan siklus hatch-Slack. Pada siklus Calin-Benson,
tumbuhan menghasilkan senyawa dengan jumlah atom karbon tiga, yaitu senyawa 3-fosfogliserat.
Siklus ini dibantu oleh enzim rubisco. Pada siklus hatch-Slack, tumbuhan menghasilkan senyawa
dengan jumlah atom karbon empat. Enzim yang berperan adalah phosphoenolpyruvate carboxylase.
produk akhir siklus gelap diperoleh glukosa yang dipakai tumbuhan untuk aktivitasnya atau disimpan
sebagai cadangan energi.
16. Pembentukan ATP dan NADPH sudah ada di reaksi gelap danreaksi terang
17. Fosforilasi siklik terjadi ada di atas
18. Respirasi dan prosesnya
Glikolisis
Glikolisis merupakan tahapan perubahan glukosa dipecah menjadi dua molekul asan piruvat (beratom
C3). Peristiwa ini terjadi di sitosol. Pada tahap glikolisis ini menghasilkan 2 molekul ATP sebagai energi
dan 2 molekul NADH yang digunakan untuk transpor elektron. Asam piruvat selanjutnya diproses dalam
tahap sekarboksilasi oksidatif. Pada respirasi anaerop, Asam piruvat akan diubah menjadi karbondioksida
(CO2) dan etil alkohol. Pada respirasi anaerob jumlah ATP yang dihasilkan hanya dua molekul untuk satu
molekul glukosa. Namun jumlahnya masih sangat jauh dari ATP yang dihasilkan respirasi aerob yaitu
sebanyak 36 ATP. Enzim- enzim yang berperan dalam glikolisis yaitu enzim heksokinase, aldolase, triosa
fosfat isomerase, fosfoheksokinase, fosfofruktokinase, enolase, fosfat dehidrogenase, piruvat kinase dan
fosfoglisero mutase.
Dekarboksilasi Oksidatif
Dekarboksilasi oksidatif yaitu pengubahan asam piruvat menjadi asetil KoA dengan melepaskan CO2.
Persitiwa ini terjadi di sitosol. Selain Asetil KoA hasil lainnya adalah NADH. Asetil KoA akan diproses
dalam siklus asan sitrat sedangkan NADH akan digunakan dalam transpor elektron.
Siklus Krebs
Siklus krebs atau disebut juga daur krebs atau daur asam sitrat atau daur trikarboksilat merupakan
pembongkaran asam piruvat secara aerob menjadi CO2 dan H2O serta energi kimia. Siklus krebs ini
terjadi di dalam metriks membran mitokondria. Dalam tahap ini beberapa senyawa dihasilkan seperti
molekul ATP sebagai energi, satu molekul FADH dan tiga molekuh NADH yang digunakan dalam
transpor elektron serta dua molekul karbondioksida.
1. Mengurangi NAD+ dan FAD menjadi NADH dan FADH2 yang kemudian dioksidasi membentuk ATP.
2. Sebagai tempat sintesis ATP secara langsung.
3. Pembentukan kerangka carbon dalam sintesis asam amino tertentu dan kemudian dikonversi membentuk
senyawa yang lebih besar.
Dari siklus krebs akan dihasilkan elektron dan ion H+ lalu dibawa sebagai NADH2 dan FADH2 kemudian
dioksidasi dari sistem pengangkutan elektron dan terbentuk H2) sebagai hasil sampingan respirasi. Oleh
karena itu hasil dari respirasi adalah CO2 dan H2O. Produk sampingan tersebut kemudian dibuang
keluar tubuh melalui stomata pada tumbuhan.
Transfer elektron
Transfer elektron merupakan rangkaian reaksi yang melibatkan pembawa elektron. Proses ini terjadi di
membran mitokondria. Reaksi ini dibantu oleh enzim enzim seperti sitokrom, quinon, piridoksin, dan
flavoprotein. Reaksi transfer inilah yang menghasilkan H2O.
Lintasan ini merupakan reaksi yang berbeda dari glikolisi maupun siklus krebs. Lintasan Pentosa Fosfat
(LPF) berlangsung di sitosol dan terbentuk dari lima senyawa atom karbon. Reaksi lintasan LPF ini
melibatkan glukosa 6P yang kemudian dioksidasi oleh enzim dehidrogenase membentuk senyawa 6-
fosfogluko-nonlakton dan dihidrolisis menjadi 6-fosfoglukonat oleh suatu enzim laktonase. Reaksi hasil
dari LPF yaitu pentose fosfat. Fungsi dari LPF ini yaitu memproduksi NADH yang kemudian dioksidasi
menjadi ATP. Selain itu juga pembentukan senyawa fenolik seperti sianin dan lignin dan menghasilkan
bahan baku unit ribosa dan deoksiribosa pada nukleotida RNA dan DNA.
Hasil akhir dari respirasi adalah CO2 dan H2O. Perubahan substrat menjadi CO2 dan H2O tidak
semuanya melainkan beberapa sisanya digunakan dalam proses anabolik, terutama dalam sel yang
sedang tumbuh. Beberapa senyawa lainnya dalam proses oksidasi sempurna digunakan untuk
mensintesis molekul lain untuk pertumbuhan.
baca juga :
1. Respirasi Aerob
Respirasi aerob merupakan proses respirasi yang membutuhkan oksigen dari udara dalam prosesnya.
Tahapan proses respirasi aerob ini meliputi :
Penyerapan oksigen
Pemecahan senyawa organik seperti glukosa menjadi CO2 dan H2O
Pembebasan energi sebagai pengatur suhu dan proses kehidupan
Pembebasan CO2 dan H2O
2. Respirasi Anaerob
Respirasi anaerob merupakan proses respirasi yang berlangung tanpa membutuhkan oksigen. Respirasi
ini disebut juga proses fermentasi. Hasil respirasi anaerob pada tanaman tingkat tinggi yaitu asan sitrat,
asam malat, asam oksalat, asam lartarat, dan asam susu. Kadar O2 dalam respirasi ini sangat minimum
Respirasi adalah proses pemecahan senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih
sederhana dan menghasilkan energi. setiap makhluk hidup pasti melakukan proses ini.
namun saya akan share secara umum saja proses pemecahan glukosa pada saat respirasi.
glukosa merupakan sumber energi untuk setiap makhluk hidup. untuk memecah glukosa
menjadi senyawa yang lebih sederhana itu membutuhkan beberapa proses. pada setiap
proses itu menghasilkan energi yang digunakan untuk aktivitas makhluk hidup.
1. Glikolisis
glikolisis merupakan proses awal dari pemecahan glukosa menjadi energi pada proses
respirasi aerob. proses ini berlangsung di dalam mitokondria. pada proses ini setiap 1
molekul glukosa akan menghasilkan 2 ATP dan 2 asam piruvat
2. Dekarboksilasi Oksidatif
proses ini merupakan proses untuk mengubah asam pirufat menjadi asetil koA. pada proses
ini menghasilkan 2 NADH dan asetilkoA.
3. Siklus Kreb
siklus kreb ini merupakan proses untuk memecah atom H sehingga menghasilkan energi
berupa 2 FADH dan 8 NADH serta 2 ATP
4. Transport Elektron
proses ini merupakan proses akhir. proses ini digunakan untuk memecah NADH dan FADH
menjadi ATP. setiap 1 NADH akan dihasilkan 2 ATP dan 1 FADH akan menghasilkan 3 ATP.
pada proses akhir ini akan di hasilkan total 38 ATP dan 2 ATP digunakan untuk menembus
dinding mitokondria jadi hasil bersih menjadi 36 ATP
17. respirasi anaerob
Respirasi anaerob adalah respirasi yang tidak melibatkan oksigen. Pengertian respirasi dalam
biologi adalah proses mobilisasi energi yang dilakukan oleh makhluk hidup melalui pemecahan
senyawa berenergi tinggi untuk digunakan dalam menjalankan fungsi hidup. Respirasi anaerob
menggunakan pernapasan rantai transpor elektron yang tidak membutuhkan oksigen. Agar
rantai transpor elektron berfungsi, akseptor eksogen elekron akhir harus tersedia supaya
memungkinkan elektron untuk melewati sistem.
Dalam respirasi aerobik, akseptor elektron terakhirnya adalah oksigen. Oksigen adalah
pengoksidasi yang sangat kuat. Maka dari itu, oksigen merupakan akseptor yang baik. Dalam
respirasi anaerob menggunakan substansi pengurang oksidasi lain seperti sulfat, nitrat,
belerang, atau fumarat. Akseptor elektron memiliki kemampuan mereduksi yang lebih rendah
daripada oksigen, yang berarti lebih sedikit energi yang dihasilkan molekul pengoksidasi. Oleh
karena itu, respirasi anaerobik kurang efisien dibandingkan respirasi aerobik. Respirasi anaerob
hanya menghasilkan energi sejumlah 2 ATP. Itu sangat kecil dibandingkan dengan respirasi
aerob yang menghasilkan 36 ATP.
Respirasi anaerob digunakan oleh prokariota yang hidup di lingkungan tanpa oksigen. Itulah
mengapa prokariota dapat hidup di lingkungan yang ekstrem. Banyak organisme anaerobik
adalah anaerob obligat, yang berarti mereka hanya menggunakan senyawa anaerobik dan akan
mati bila ada oksigen.
Misalnya, dalam bakteri asam laktat bersifat homofermentatif, NADH terbentuk selama oksidasi
gliseraldehida-3-fosfat teroksidasi kembali ke NAD+ dengan mereduksi piruvat untuk asam
laktat pada tahap berikutnya. Dalam ragi, asetaldehida direduksi menjadi etanol.
Metanogenesis adalah bentuk respirasi karbonat yang menghasilkan gas metana oleh
pencernaan anaerobik. Metana biogenik digunakan sebagai alternatif pengganti bahan bakar
fosil. Di sisi negatif, metanogenesis yang tidak terkendali di lokasi pembuangan akhir akan
melepaskan metana dalam jumlah besar ke atmosfer, yang menjadi penyebab utama dari efek
gas rumah kaca.
Beberapa tipe respirasi anaerobik juga digunakan untuk mengubah bahan kimia yang beracun
menjadi molekul yang lebih tidak berbahaya. Misalnya, arsenat atau selenat yang beracun
dapat direduksi menjadi senyawa yang tidak beracun oleh berbagai bakteri.
37. Reaksi-reaksi perpindahan substrat dari senyawa berenergi tinggi ke ADP sehingga
terbentuk ATP:
38. 1. Gliserat 1,3 bifosfat menjadi 3 fosfogliserat : 1 ATP
39. 2. Phospo-enol pyruvat menjadi pyruvat : 1 ATP
40. 3. Acatyl fosfat menjadi asetat : 1 ATP
41. Reaksi ini hanya terjadi pada bakteri yang memproduksi asetat, butirat, butanol, aseton,
isopropanol
42. 4. Sintesis ATP dari Asil Koenzim A
FOSFORILASI OKSIDATIF
Saat ion hidrogen atau elektron diambil dari sebuah molekul, maka molekul dikatakan
dioksidasi. Ketika ion hidrogen atau elektron diberikan kepada sebuah molekul maka molekul
tersebut direduksi. Saat molekul fosfat ditambahkan kepada sebuah molekul, maka molekul
tersebut dikatakan difosforilasi. Jadi fosforilasi oksidatif berarti proses yang melibatkan
penghilangan ion hidrogen dari satu molekul dan penambahan molekul fosfat ke molekul
lainnya.
Pada siklus Kreb, ion hidrogen atau elektron diberikan kepada dua molekul carrier. Mereka
ditangkap oleh NAD atau FAD dan molekul pembawa ini akan menjadi NADH dan FADH
(karena membawa ion hidrogen).
Rantai transpor elektron dalam mitokondria merupakan tempat terjadinya fosforilasi oksidatif
pada eukariota. NADH dan suksinat yang dihasilkan pada siklus asam sitrat dioksidasi,
melepaskan energi untuk digunakan oleh ATP sintase
Elektron-elektron ini dibawa secara kimia ke sistem respirasi atau rantai transport electron yang
terdapat di Krista mitokondria. NADH dan FADH secara esensial berfungsi sebagai pengangkut
dari satu kompleks ke kompleks yang lain. Di setiap situs sebuah pompa proton mentransfer
hidrogen dari satu sisi membrane ke yang lainnya. Hal ini menghasilkan sebuah gradient
melintasi membrane dalam dengan konsentrasi hydrogen yang lebih tinggi pada ruang
interkrista (ruang antara membrane dalam dan membrane luar). Elektron dibawa dari satu
kompleks ke kompleks yang lain oleh ubiquinone dan cytochrome C.
Cytochrome oxidase kompleks mengkatalisis transfer elektron ke oksigen menjadi air. Pompa
chemiosmotic menghasilkan gradient proton electrochemical melewati membrane yang
digunakan untuk menjalankan “energy producing machine” yaitu ATP synthase.
Proses ini memerlukan oksigen sehingga disebut “aerobic metabolism”. ATP synthase
menggunakan energy dari gradient ion hydrogen (juga disebut proton) untuk membentuk ATP
dari ADP dan fosfat. Juga menghasilkan air dari hidrogen dan oksiDASI.
Selama fosforilasi oksidatif, elektron ditransfer dari pendonor elektron ke penerima elektron
melalui reaksi redoks. Reaksi redoks ini melepaskan energi yang digunakan untuk membentuk
ATP. Pada eukariota, reaksi redoks ini dijalankan oleh serangkaian kompleks protein di dalam
mitokondria, manakala pada prokariota, protein-protein ini berada di membran dalam sel.
Enzim-enzim yang saling berhubungan ini disebut sebagai rantai transpor elektron. Pada
eukariota, lima kompleks protein utama terlibat dalam proses ini, manakala pada prokariota,
terdapat banyak enzim-enzim berbeda yang terlibat.
Energi yang dilepaskan oleh perpindahan elektron melalui rantai transpor elektron ini digunakan
untuk mentranspor proton melewati membran dalam mitokondria. Proses ini disebut
kemiosmosis. Transpor ini menghasilkan energi potensial dalam bentuk gradien pH dan
potensial listrik di sepanjang membran ini. Energi yang tersimpan dalam bentuk ini
dimanfaatkan dengan cara mengijinkan proton mengalir balik melewati membran melalui enzim
yang disebut ATP sintase. Enzim ini menggunakan energi seperti ini untuk menghasilkan ATP
dari adenosina difosfat (ADP) melalui reaksi fosforilasi. Reaksi ini didorong oleh aliran proton,
yang mendorong rotasi salah satu bagian enzim.
" onmouseover="this.style.backgroundColor='#ebeff9'"
onmouseout="this.style.backgroundColor='#fff'">2 Asetil-KoA + 6 + 3 NAD + FAD ----> 4 CO2 +
6 + 2 NADH + 2 ATP FADH2
3. Respiratory rantai:
" onmouseover="this.style.backgroundColor='#ebeff9'"
onmouseout="this.style.backgroundColor='#fff'">10 NADH + 2 FADH2 dari langkah-langkah
sebelumnya --->
Sementara sel-sel secara langsung dapat mentransfer elektron dari NADH ke oksigen, hal ini
akan mengarah langsung ke pelepasan energi sebagai panas. Jika elektron ditransfer langsung
ke oksigen:
Jika NADH adalah ~ 52 kkal energi, 7,3 kkal hanya diminta untuk membuat ATP, dapat
diperkirakan pada 52 / 7,3 = ~ ATP NADH 7 konversi energi bila merupakan efisiensi 100% .
Dalam prakteknya sel telah mengembangkan sistem yang memungkinkan Anda untuk
mendapatkan sampai dengan 40% efisiensi (~ 3 ATP / NADH) dalam kondisi optimum.
Pernapasan adalah suatu proses yang diperlukan pada semua makhluk hidup. Pernapasan
memungkinkan sel untuk menghasilkan energi yang diperlukan bagi makhluk hidup
menjalankan fungsi-fungsi vital mereka (pertumbuhan, reproduksi, transportasi nutrisi,
pertahanan, dll.). Dengan hidup bernapas juga membuang zat sisa dari sel. Pernapasan
makhluk hidup mengkonsumsi oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida (CO2).
Seperti hewan, tumbuhan bernapas. Respirasi pada tumbuhan adalah pertukaran gas antara
tumbuhan dan atmosfer. Tanaman mengambil oksigen dari atmosfer dan menggunakan
cadangan karbohidrat untuk mengeluarkan karbon dioksida dan uap air ke atmosfer.
Hal ini dilakukan melalui bukaan di daun dan bagian hijau tanaman, disebut stomata, dan
berbagai bukaan di kulit batang, disebut lentisel, atau akar (rambut akar). Bernapas dalam
tanaman akan menjadi semacam proses terbalik dengan fotosintesis: fotosintesis di pabrik
memperoleh karbon dioksida dan melepaskan oksigen dalam respirasi tanaman mengambil
oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida.
Tanaman membutuhkan klorofil untuk fotosintesis, sehingga banyak pohon yang kehilangan
daun mereka pada musim dingin tidak lagi melakukan fungsi ini. Namun, tanaman yang
bernapas di musim dingin dan pada waktu lain.
Sementara fotosintesis hanya dilakukan untuk hari itu, bernapas dilakukan baik siang dan
malam. Respirasi tanaman menghasilkan keringat atau air rugi.
Ketika air langka di atmosfer, tanaman memiliki kemampuan untuk menutup stomata untuk
menghindari kehilangan air.
Yang pertama adalah yang berevolusi respirasi anaerob (tanpa O2). Ahli paleontologi telah
menemukan bahwa organisme prokariota paling awal, yang berhasil nutrisi dan energi, mungkin
dengan menyerap molekul organik dari lingkungan mereka.
Seiring waktu, beberapa sel memperoleh kemampuan untuk menggunakan tenaga surya untuk
melaksanakan sintesis molekul kompleks energi tinggi dari molekul sederhana, yaitu
fotosintesis muncul.
Proses ini menghilangkan oksigen, yang setelah beberapa agen muncul proses evolusi dapat
digunakan bersama dengan glukosa untuk energi, ini menimbulkan sel respirasi anaerob.
Jika tanaman menghasilkan ATP selama fotosintesis, mengapa perlu juga untuk melakukan
respirasi sel?
Karena fotosintesis terjadi hanya sintesis karbohidrat, sedangkan dalam respirasi selular terjadi
zat lain seperti blok sintetis. Misalnya, dalam glikolisis menghasilkan asetil koenzim A, tapi tidak
semua asetil koenzim A melewati ke dalam mitokondria, bagian dari itu diperuntukkan untuk
fungsi-fungsi seluler lainnya.
Jika bumi terus hangat dan mencapai konsentrasi CO2 tidak pernah mencapai 500 juta tahun
seperti apa tanaman bisa berkembang? Bagaimana kondisi ini mempengaruhi respirasi sel?
Ketika kita berbicara tentang tanaman yang bisa berkembang seperti yang kita harus
menyebutkan tanaman xerophyte, yang adalah mereka yang tinggal di lokasi di mana
temperatur melonjak ke lebih dari 40 º C memiliki fungsi fotosintesis berbeda, di mana
metabolisme fotosintesis khusus disesuaikan menyimpan air, seperti CAM Asam (Crassulacean
Metabolisme) disebut demikian karena pertama kali ditemukan pada crasulas. Ini berarti bahwa
proses fotosintesis, pertukaran dilakukan pada malam hari, sehingga mencegah kehilangan air.
Hal ini tentu bisa mempengaruhi semua tanaman yang melakukan fotosintesis untuk menilai
tertinggi yang terjadi pada siang hari saat matahari mulai menguapkan air yang dibutuhkan
untuk melakukan proses.
Dalam proses fotosintesis, fosforilasi ADP untuk membentuk ATP menggunakan energi sinar
matahari disebut fotofosforilasi. Hanya dua sumber energi yang tersedia untuk organisme hidup:
sinar matahari dan reaksi reduksi-oksidasi (redoks). Semua organisme menghasilkan ATP, yang
merupakan mata uang energi kehidupan universal.
Dalam fotofosforilasi, energi cahaya digunakan untuk membuat donor elektron berenergi tinggi dan
akseptor elektron yang berenergi lebih rendah. Elektron kemudian bergerak secara spontan dari
donor ke akseptor melalui rantai transpor elektron
Fotofosforilasi Siklik dan Non-siklik
Seperti yang telah dijelaskan dalam bab reaksi terang. Pada reaksi terang terjadi aliran elektron dari
fotosistem II ke fotosistem I. Aliran ini disebut fotofosforilasi karena menyebabkan ADP mengalami
fosforilasi menjadi ATP. Fotofosforilasi dapat berbentuk aliran siklik dan non-siklik. Pada saat jumlah
NADP+ untuk membentuk NADPH terbatas, elektron yang ditransfer dari fotosistem II ke feredoksin
tidak membentuk NADPH tetapi ditransfer kembali ke kompleks sitokrom. Proses transfer ini
menyebabkan ion H+ ditransfer ke lumen. Selanjutnya elektron dipindah dari kompleks sitokrom
menuju ke plastosianin untuk kemudian ditransfer menuju fotosistem II kembali. Proses transfer
tersebut menyebabkan suatu aliran yang melingkar. Proses ini disebut fotofosforilasi siklik seperti
yang terlihat sebagai panah kuning di gambar dibawah.
Saat dibutuhkan NADPH dan tersedia NADP+ dalam jumlah yang banyak, aliran elektron akan
mengalir dari fotosistem I, ke akseptor elektron primer dilanjutkan ke kompleks sitokrom. Dari
sitokrom elektron diteruskan ke ferredoksin. Berbeda dengan fotofosforilasi siklik, dari ferredoksin
elektron diteruskan ke kompleks NADPH reduktase yang akan mengubah NADP+ menjadi NADPH.
Aliran inilah yang disebut Fotofosforilasi Non-siklik seperti terlihat pada panah hitam gambar
disamping. Berikut disajikan perbedaan fotofosforilasi siklik dan non-siklik:
Pembeda
Fotofosforilasi Siklik
Fotofosforilasi Non siklik
Fotosistem terpakai
Fotosistem I
Fotosistem I dan II
Aliran elektron
Elektron diganti dari air
Elektron fotosistem I di-recycle
Hasil
ATP
NADPH dan ATP
Dapat dikatakan, secara ringkasnya fosforilasi mengambil energi dari cahaya dan elektron dari
H2O, kemudian digunakan untuk membentuk molekul ATP dan NADPH yang kaya energi.
Karena reaksi ini memerlukan cahaya, maka seringkali reaksi fosforilasi disebut juga reaksi
terang. Ringkasan persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:
Fosforilasi Siklik
Rangkaian fotofosforilasi kedua terjadi saat elektron-elektron yang memperoleh energi pada
fotosistem I didaur ulang. Dalam rangkaian ini, elektron yang diberi energi dalam fotosistem I
bergabung dengan pembawa protein dan membangkitkan ATP saat melewati rantai transpor
elektron. Berbeda dengan fotofosforilasi nonsiklik, yaitu ketika elektron menggabung
membentuk NADPH, elekltron-elektron dalam fotofosforilasi siklik kembali ke fotosistem I. Di
sini elektron-elektron tersebut dapat diberi energi kembali untuk berperan serta dalam
fotofosforilasi siklik atau nonsiklik berikutnya. Fotofosforilasi siklik dianggap bentuk primitif
fotofosforilasi dari reaksi fotosintesis, tetapi kenyataannya reaksi ini terjadi berkesinambungan
dengan fotofosforilasi nonsiklik.
Foton uang digunakan dalam fotosintesis ini dengan panjang gelombang 700 nm dan
680 nm berupa sinar merah adalah foton yang efektif untuk fotosintesis.
Pada proses phisiologi ini foton tersebut di tangkap oleh seperangkat sistem penerima
foton disebut Fotosistem
Fotosistem itu meliputi PS I dan PS II yang semua perangkat itu ada di daun / grana
(tilakoid)
Reaksi fotofosforilasi siklik adalah reaksi yang hanya melibatkan satu fotosistem,
yaitu fotosistem I yang antinya Fotosistem ini menghasilkan ATP
Fotosistem I atau Photosistem I (PS I ) ini disebut Fotosistem Siklik .
Dalam fotofosforilasi siklik, pergerakan elektron dimulai dari fotosistem I dan
berakhir di fotosistem I.
Pertama, energi cahaya, yang dihasilkan oleh matahari, membuat elektron-
elektron di P700 tereksitasi (menjadi aktif karena rangsangan dari luar), dan keluar
menuju akseptor elektron primer kemudian menuju rantai transpor elektron.
Karena P700 mentransfer elektronnya ke akseptor elektron, P700 mengalami
defisiensi elektron dan tidak dapat melaksanakan fungsinya.
Selama perpindahan elektron dari akseptor satu ke akseptor lain, selalu terjadi
transformasi hidrogen bersama-sama elektron.
Rantai transpor ini menghasilkan gaya penggerak proton, yang memompa ion
H+ melewati membran, yang kemudian menghasilkan gradien konsentrasi yang dapat
digunakan untuk menggerakkan sintase ATP selama kemiosmosis, yang kemudian
menghasilkan ATP.
Dari rantai transpor, elektron kembali ke fotosistem I.
Dengan kembalinya elektron ke fotosistem I, maka fotosistem I dapat kembali
melaksanakan fungsinya.
Fotofosforilasi siklik terjadi pada beberapa bakteri, dan juga terjadi pada semua
organisme fotoautotrof.
Perhatikan Picture dibawah ini
Fotofosforilasi Non-Siklik
Reaksi fotofosforilasi nonsiklik adalah reaksi dua tahap yang melibatkan dua fotosistem
klorofil yang berbeda, yaitu fotosistem I dan II. Dalam fotofosforilasi nonsiklik,
pergerakan elektron dimulai di fotosistem II, tetapi elektron tidak kembali lagi ke
fotosistem II.