Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari

2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang

ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. Prevalensi bayi berat lahir rendah

(BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-

38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi

rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara

berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi

dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. Di Indonesia sendiri persentase BBLR

tahun 2013 mencapai 10,2% (Balitbangkes dan Kemenkes RI, 2013), artinya,

satu dari sepuluh bayi di Indonesia dilahirkan dengan BBLR.

Perawat merupakan profesi yang terlibat langsung dengan bayi berat lahir

rendah yang dirawat di rumah sakit. Perawat juga dituntut untuk memberikan

perawatan yang baik sehingga bayi mendapatkan pelayanan keperawatan yang

bermutu. Perawat harus memiliki pengetahuan dan kemampuan yang optimal

mengenai asuhan keperawatan pada bayi dengan berat lahir rendah. Peran

perawat antara lain membantu memenuhi kebutuhan oksigenasi sehingga bayi

dapat menjalani transisi yang aman ke kehidupan intra uterin serta dapat

memenuhi sejumlah tugas perkembangannya meliputi proses beradaptasi dan

berinteraksi serta memberikan respon terhadap rangsangan dengan lingkungan

disekitarnya sebagai bekal untuk mempertahankan diri saat berpisah dengan


ibunya. Perawat dapat mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan

mereka dalam merawat bayi dengan berat lahir rendah berdasarkan evaluasi 4

tingkat pencapaian dan laporan mengenai bayi dengan berat lahir rendah yang

dilakukan perawatan, akan tetapi karena minimnya informasi tersebut perawat

merasa kesulitan untuk menilai kinerja dan kualitas asuhan keperawatan yang

telah diberikan kepada bayi dengan berat lahir rendah (Atie, 2013).

Menurut Atie (2013), Asuhan keperawatan yang berkualitas pada bayi

dengan berat lahir rendah sangat menentukan tingkat mortalitas dan morbiditas

bayi pada periode kehidupan pertamanya serta pertumbuhan dan perkembangan

untuk periode kehidupan selanjutnya. Asuhan keperawatan pada bayi dengan

berat lahir rendah yang berkualitas dapat terus ditingkatkan dengan melakukan

evaluasi yang berkesinambungan dari asuhan keperawatan yang diberikan pada

bayi dengan berat lahir rendah.

Konsep keperawatan di ruang NICU terkini bertujuan untuk memberikan

perawatan yang mendukung perkembangan (supportive care developmentally)

yaitu perawatan yang dapat meningkatkan kemampuan perkembangan fisik,

emosional dan intelektual saat bayi premature di rawat di ruangan NICU (Davis

& Stein, 2004, dalam murniati, dkk, 2016). Menurut Luwiq, Steichen, Khoury,

dan Kreig (2008, dalam Tri, dkk, 2016) meyatakan bahwa Developmental care

dapat mempercepat kenaikan berat badan pada bayi prematur dan mempercepat

kepulangan pasien. Dalam melakukan pengelolaan lingkungan dalam

developmental care tersebut, terdapat intervensi yang dapat dilakukan yaitu

meliputi pemberian penutup incubator untuk meminimalkan pencahayaan,


pemberian nesting atau sarang untuk meminimalkan pergerakan yang berlebihan

dan memberi tempat yang nyaman bagi bayi, melakukan pijat pada bayi serta

pengaturan posisi fleksi untuk mempertahankan normalitas batang tubuh dan

mendukung regulasi diri (Kenner & McGrath, 2004, dalam Tri, dkk, 2016).

Pemijatan pada bayi akan merangsang nervus vagus, dimana saraf ini

akan meningkatkan peristaltik usus sehingga pengosongan lambung meningkat

dengan demikian akan merangsang nafsu makan bayi untuk makan lebih

lahap dalam jumlah yang cukup. Selain itu nervus vagus juga dapat

memacu produksi enzim pencernaan sehingga penyerapan makanan

maksimal. Disisi lain pijat juga dapat memperlancar peredaran darah dan

meningkatkan metabolisme sel, dari rangkaian tersebut berat badan bayi

akan meningkat (Hady, 2014, dalam Tri, dkk, 2016 ).

Nesting adalah suatu alat yang digunakan diruang NICU/Perinatologi

ditujukan untuk meminimalkan pergerakan pada neonatus sebagai salah satu

bentuk konservasi energi (Bayuningsih, 2011, dalam Murniati, dkk, 2016).

Neonatus yang diberikan nesting akan tetap pada posisi fleksi sehingga mirip

dengan posisi seperti didalam rahim ibu. Posisi terbaik pada bayi BBLR adalah

dengan melakukan posisi fleksi karena posisi bayi mempengaruhi banyaknya

energi yang dikeluarkan oleh tubuh, diharapkan dengan posisi ini bayi tidak

banyak mengeluarkan energi yang sebenarnya masih sangat dibutuhkan bagi

pertumbuhan dan perkembangannya.

Berdasarkan latar belakang diatas, kelompok tertarik untuk membahas

tentang pengaruh posisi dan pijat bayi dapat meningkatkan berat badan bayi
berat lahir rendah untuk dijadikan sebagai sarana berbagi ilmu untuk menambah

wawasan terkait perkembangan ilmu keperawatan bagi profesi perawat

khususnya bagi perawat di ruang NICU/Perinatologi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, perumusan masalah adalah pengaruh

posisi dan pijat bayi dapat meningkatkan berat badan bayi berat lahir rendah.

C. Tujuan

a. Tujuan Umum

Sebagai sarana berbagi ilmu untuk menambah wawasan terkait

perkembangan ilmu keperawatan tentang pengaruh posisi dan pijat bayi

dapat meningkatkan berat badan bayi berat lahir rendah.

b. Tujuan Khusus

1. Untuk menambah wawasan perawat di RSUD Rasidin Padang tentang

pengaruh posisi terhadap penambahan berat badan pada bayi berat lahir

rendah.

2. Untuk menambah wawasan perawat di RSUD Rasidin Padang tentang

pengaruh terapi pijat terhadap penambahan berat badan pada bayi berat

lahir rendah.

D. Manfaat

1. Rumah sakit

Sebagai gambaran dan informasi bagi rumah sakit tentang pengaruh posisi

dan pijat bayi dapat meningkatkan berat badan bayi berat lahir rendah.

2. Perawat
menambah wawasan terkait perkembangan ilmu keperawatan bagi profesi

perawat khususnya bagi perawat di ruang NICU/Perinatologi tentang

pengaruh posisi dan pijat bayi dapat meningkatkan berat badan bayi berat

lahir rendah.

3. Mahasiswa

Sebagai pengetahuan baru dan sebagai pembelajaran terkait pengaruh posisi

dan pijat bayi dapat meningkatkan berat badan bayi berat lahir rendah.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS JURNAL

A. Telaah Konten

Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor

resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa

prenatal. Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. angke

kematian yang tinggi tetutama disebabkan oleh sering dijumpai kelainan

komplikasi neonatal (Mochtar, 2008). World Health Organization (WHO)

mengemukakan bahwa di asia Tenggara 20-30% bayi yang dilahirkan terdiri dari

BBLR dan 70-80% dari kematian neonatus terjadi pada bayi kurang bulan dab

BBLR. angka kematian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan

daerah lain antara 9-30% angka BBLR sekitar 7,5% (Cahyani & Sulastri, 2010).

Selain tu BBLR juga akan mengalami penurunan berat badan. Bayi berat

lahir rendah akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama sampai 10%

untuk berat bayi kurang dari 1500 gram dan 15% untuk berat kurang dari 1500

gram (Soetjiningsih, 2005). bayi berat lahir rendah didefinisikan sebagai bayi

dengan berat lahir <2500 gram tanpa memandang usia gestasi atau kehamilan.

berat badan neonatus harus mengalami peningkatan melebihi berat badan lahir

pada usia 2 minggu, sehingga BBLR membutuhkan dukungan nutrisi khusus dan

stimulus sensorik-motorik mutlak diperlukan untuk pertumbuhan dan

perkembangan neonatus (Supartini, 2004).

BBLR yang berhasil melewati masa kritis dalam periode neonatal

menunjukkan risiko kejadian cacat termasuk gangguan perkembangan

neurologis, cacat bawaan, gangguan pernafasan, atau komplikasi yang didapat


karena perawatan kurang intensif (Alisjahbana, 2007). Banyak metode penelitian

yang menyarankan metode dalam pengurangan resiko komplikasi pada bayi

BBLR salah satunya terapi pijat dan penggunaan nest dalam meningkatkan berat

badan bayi BBLR.

Terapi pijat merupakan salah satu terapi sentuhan yang dapat diberikan

pada bayi BBLR. Banyak penelitian menunjukkan terdapat kenaikan berat badan

pada bayi BBLR dengan metode ini. Terapi pijat yang dilakukan disesuaikan

dengan prosedur yang seharusnya.

Menurut studi literatur indian pediatrik 2010 menjelaskan tentang terapi

pijat. Pada studi tersebut mereka tidak menemukan panduan khusus mengenai

pijat pada bayi BBLR, namun mereka menemukan prinsip pelaksanaan pijat

bayi prematur yang terbagi dalam 2 fase, fase taktil dan fase stimulasi kinestetik.

Sebelum prosedur dilaksanakan terdapat beberapa hal yang perlu

diperhatikan. Lingkungan menjadi satu hal yang sangat penting. Cahaya yang

lembut (tidak menyakiti mata), suhu hangat, dan tingkat kebisingan rendah

sangat ideal untuk melakukan pemijatan yang optimal pada neonatus. Libatkan

ibu dalam melakukan terapi, karena diharapkan ibu dapat melakukannya sendiri

pada bayi. Perhatikan saat dilakukan prosedur, mual dan muntah yang muncul

pada bayi. Terakhir gunakan tekanan yang sedang dalam melakukan pijatan.

(Ali, Murtaza, 2013)

Terapi pijat ini dapat dilaksanakan selama 15 menit. Dapat dilakukan

setiap hari, selama 2 – 4 minggu. Fase pertama, bayi diberi posisi pronasi dan

diberi 12 pukulan lembut setiap pukulan berkisar 5 detik, dimulai dari kepala,

leher, bahu sampai pantat. Fase kedua bayi diberikan posisi supine dan diberi
pukulan 12 kali masing masing 5 detik dimulai dari wajah, pipi, dada, perut,

ekstremitas atas, ekstremitas bawah, telapak tangan dan telapak kaki. Fase ketiga

terdiri dari stimulasi kinestetik dimana alternatifnya
 gerakan fleksi dan

perpanjangan dilakukan pada
 sendi utama: pergelangan kaki, lutut, siku dan

bahu (Kulkarni, Dkk, 2010).

Coconut oil(vco) disarankan penggunaannya dalam terapi pijat untuk

mengurangi gesekan. Jurnal Field, diego, fernandes (2011) menyebutkan bahwa

dari studi literatur yang telah dilakukan coconat oil lebih efektif dalam

meningkatkan fugsi terapi pijat, selain mampu menghindari gesekan, coconut oil

juga mampu memberikan kehangatan pada bayi selama terapi pijat dilakukan.

Tidak hanya terapi pijat, penggunaan nest juga disebut dalam jurnal telaah dalam

mengefektifan peningkatan berat badan bayi.

Nesting merupakan penyanggah posisi tidur bayi sehingga tetap dalam

posisi fleksi, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi perubahan posisi yang

drastis pada bayi yang dapat mengakibatkan hilangnya banyak energi dalam

tubuh neonatus. Prosedur pemberian nesting dalam jurnal ini menggunakan kain

flanel 120 – 130 cm yang dapat disesuaikan dengan panjang bayi, bertujuan

untuk meminimalkan pergerakan bayi, bayi tetap dalam posisi fleksi sehingga

mirip dengan posisi bayi di dalam rahim ibu. (irva, hasanah, ginting, 2016).

B. Telaah Penulisan

1. Judul Jurnal

Kelebihan Judul:

• Judul pada jurnal ini sudah baik dilengkapi dengan adanya dua variabel
dan dilengkapi dengan tempat diadakan penelitian.

• Penulis mencantumkan alamat email pada jurnal. Nama penulis utama

berada urutan paling depan (LIPI, 2013). Pada jurnal ini penulisan nama

sudah sesuai dengan kaidah penulisan jurnal yang baik.

Kelemahan Jurnal:

• Pada Jurnal ini, judul sudah dibuat sesuai kaedah penulisan sehingga

tidak terdapat kelemahan pada judul.

2. Abstrak

Kelebihan Abstrak:

• Abstrak mencantumkan tujuan, motode, populasi dan sampel, hasil

penelitian serta saran.

• Abstrak juga sudah menyajikan kata kunci

Kelemahan Jurnal:

• Abstrak dalam penelitian ini tidak menampilkan abstrak dalam bahasa

inggris.

• Pada abstrak tidak tampak latar belakang yang seharusnya ada sebelum

tujuan penelitian

• Kata kunci dan judul yang tercantum tertulis dalam bahasa inggris,

padahal isi abstrak tertulis dalam bahasa indonesia.

3. Pendahuluan

Kelebihan pendahuluan jurnal:

• Dalam pendahuluan sudah memuat fenomena jurnal yang dimulai dari

prevalensi BBLR. Bagaimana dampak BBLR pada bayi, dan beberapa


penelitian yang mengungkapkan beberapa metode untuk meningkatkan

berat badan pada bayi BBLR

• Didalam penduhuluan jurnal juga sudah memuat fenomena jurnal.

Kelemahan pendahuluan jurnal

• pendahuluan terlalu panjang ( melebihi 2 halaman ).

4. Metodologi

Kelebihan Metodologi

• Metode pada jurnal ini sudah dicantumkan dengan jelas. Metode

penelitian ini adalah studi kasus dengan menggunakan 3 neonatus

sebagai sampel yang dipilih dengan menggunakan metode purposive

sampling.

• Semua sampel diberikan perlakuan yang sama dan diobservasi

peningkatan berat badannya setelah dipijat selama 2 kali sehari selama

dirawat di ruang perinatologi.

• Adapun kriteria inklusi yang telah ditetapkan adalah berat badan lahir

rendah(>1500 gram), usia gestasi <37 minggu, kondisi stabil (tanpa atau

menggunakan alat bantu nafas nasal kanul),klien tidak puasa, dan

mendapatkan minum asi ataupun pasi setiap harinya.

• Sedangkan kriteria eksklusi yang telah ditetapkan adalah memiliki

kelainan kongenital, sepsis, dan adanya masalah pada sistem pencernaan.

Kelemahan Metodologi

• Pada jurnal tidak dicantumkan bagaimana metode pijat yang diberikan,

yang dijelaskan hanya penggunaan nest.


5. Hasil Penelitian

Kelebihan Hasil Penelitian

• Hasil pada jurnal ini dijelaskan sekaligus dalam bab pembahasan, Hasil

penelitian menunjukan terdapat peningkatan berat badan yang significant

pada bayi yang mendapatkan terapi pijat dan nest selama 3 minggu

dilakukan penelitian.

• Hasil penelitian juga suda ditampilkan dengan pengguna tabel sehingga

pembaca lebih mudah memahami hasil penelitian.

Kelemahan Jurnal

• Jurnal ini tidak memiliki subbab khusus mengenai hasil penelitian.

6. Pembahasan

Kelebihan Jurnal:

• Pada bab pembahasan hasil penelitian telah dibahas secara jelas dan

menggunakan banyak referensi. Pembahasan memaparkan dengan jelas

hasil penelitian yang didapatkan dengan mengaitkan dengan beberapa

penelitian serupa.

Kekurangan Jurnal:

• Pada bab pembahasan jurnal hanya membandingkan dengan banyak

jurnal dalam negeri, sehingga kurang tergambarkan bagaimana dengan

hasil penelitian di negara lain yg juga kategori berkembang terhadap

penggunaan terapi serupa dalam peningkatan berat badan bayi BBLR.

7. Kesimpulan

Kelebihan Jurnal:
• Kesimpulan dalam jurnal ini dibuat dalam satu paragraf dan telah mampu

menjawab seluruh tujuan penelitian.

• Kesimpulan juga telah dicantumkan saran untuk perawat terkait dengan

hasil penelitian.

Kelemahan Jurnal:

• Pada kesimpulan tidak memberikan rekomendasi pada instansi terkait

yang berhubungan dengan penelitiannya, yang mana dapat digunakan

untuk penelitian selanjutnya.

8. Daftar Pustaka

Kelebihan Jurnal:

• Daftar Pustaka tersusun berdasarkan abjad.

• Sumber pustaka yang dicantumkan dalam teks kutipan pada jurnal ini

berdasarkan penulisan dengan gaya APA style.

Kekurangan Jurnal:

• Sumber rujukan jurnal masih menggunakan jurnal yang lebih dari 10

tahun yang lalu, dengan range referensi tahun 1991 – 2015.


BAB III

SATUAN ACARA KEGIATAN

Pokok Bahasan : Terapi pijat dan penggunaan nest dalam meningkatkan berat badan

bayi dengan BBLR

Hari/ Tanggal : / Maret 2018

Pukul : 10.00 s.d 10.30 WIB

Sasaran : Perawat di Ruang NICU (satu shift dinas ±5 orang)

Tempat : Ruang NICU RSUD dr. Rasidin Padang

A. LATAR BELAKANG

Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah berisiko tinggi mengalami

mortalitas dan morbiditas pada masa pertumbuhanya (Manuaba, 2012). Prevalensi

BBLR di Indonesia dari tahun 2007 (11,5%) hingga tahun 2013 (10,2%) terjadi

penurunan namun lambat dalam 7 tahun terakhir (Kemenkes RI, 2014). Data

tersebut menunjukkan perlunya penanganan terhadap peningkatan angka kehidupan

bayi, salah satunya dengan peningkatan berat badan.Stimulasi atau rangsangan dapat

berperan dalam peningkatan berat badan bayi BBLR.

Stimulasi atau rangsangan yang baik untuk anak dapat diberikan oleh

orang tua untuk perkembangan potensinya secara maksimal. Faktor yang

berhubungan dengan tumbuh kembang anak yaitu nutrisi yang tercukupi,

lingkungan keluarga yang mendukung merupakan dasar untuk tumbuh kembang

anak. Selain itu dari segi personal anak dapat diberikan stimulasi, salah satu
bentuk stimulasi yang umum dilakukan orang tua untuk bayi adalah stimulasi

taktil dalam bentuk pijat bayi (Adriana, 2013)

Stimulasi yang dilakukan pada neonatus adalah stimulasi taktil, yaitu berupa

menggendong, membelai, memeluk, dan menjaganya agar tetap hangat. Pentingnya

stimulasi pada masa neonatus karena sensasi sentuhan adalah yang paling

berkembang pada saat lahir, karena sensasi ini telah berfungsi sejak dalam

kandungan sebelum sensasi lain berkembang. Salah satu bentuk stimulasi yang

umum dilakukan untuk neonatus adalah stimulasi taktil dalam bentuk pijat,

fleksi ekstensi, dan posisi.

Pemijatan pada bayi akan merangsang nervus vagus, dimana saraf ini

akan meningkatkan peristaltik usus sehingga pengosongan lambung meningkat

dengan demikian akan merangsang nafsu makan bayi untuk makan lebih lahap

dalam jumlah yang cukup. Selain itu nervus vagus juga dapat memacu

produksi enzim pencernaan sehingga penyerapan makanan maksimal. Disisi lain

pijat juga dapat memperlancar peredaran darah dan meningkatkan metabolisme

sel, dari rangkaian tersebut berat badan bayi akan meningkat (Hady, 2014 ).

Nesting merupakan penyanggah posisi tidur bayi sehingga tetap dalam posisi

fleksi, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi perubahan posisi yang drastis pada

bayi yang dapat mengakibatkan hilangnya banyak energi dari tubuh neonatus.

Nesting merupakan salah satu tindakan keperawatan yang menerapkan prinsip

konsep konservasi energy dimana manusia mempunyai kemampuan melakukan

adaptasi baik secara integritas struktur, integritas personal, social dan energy akan

menghasilkan konservasi. Konservasi energy ini berkaitan dengan integritas seluruh

sitem tubuh yang ada .


Bayi BBLR biasanya dirawat pada pelayanan kesahatan, terkhusus pada

Rumah Sakit. Bayi BBLR pada RSUD Dr. Rasidin Padang pada 1 januari hingga 10

maret 2017 terdapat 26 bayi BBLR , sehingga peran pemberi layanan kesehatan

terutama perawat sangat penting dalam peningkatan kesehatan bayi. Peningkatan

berat badan bayi dengan metode pijat dan penggunaan nest sangat penting di ketahui

dan diaplikasikan oleh perawat sehingga meningkatkan angka harapan hidup bayi

BBLR.

B. TUJUAN

1. Tujuan Instruksional Umum

Sebagai sarana berbagi ilmu untuk menambah wawasan terkait

perkembangan ilmu keperawatan tentang pengaruh posisi dan pijat bayi dapat

meningkatkan berat badan bayi berat lahir rendah.

2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mengikuti diskusi selama 30 menit didapatkan:

a. Untuk menambah wawasan perawat di RSUD Rasidin Padang tentang

pengaruh posisi terhadap penambahan berat badan pada bayi berat lahir

rendah.

b. Untuk menambah wawasan perawat di RSUD Rasidin Padang tentang

pengaruh terapi pijat terhadap penambahan berat badan pada bayi berat lahir

rendah.

C. PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Topik

Penggunaan terapi pijat dan nest pada bayi BBLR.


2. Sasaran/Target

 Perawat di Ruang NICU

 Bersedia menjadi peserta

 Kooperatif

3. Metoda

Penyuluhan/ tanya jawab

4. Media dan Alat

 Laptop

 LCD

 Leaflet

 Slide Power Point

5. Waktu dan tempat

 Hari/Tanggal :

 Waktu : 10.00 s.d 10.30 WIB

 Tempat : Ruang NICU RSUD dr. Rasidin Padang


D. KEGIATAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

N
Kegiatan TAK Kegiatan Peserta Waktu
o
Fase1 Orientasi
 Memberikan salam dan  Menjawab salam 5 menit
memperkenalkan semua  Mendengarkan
anggota kelompok dan
 Menjelaskan topik memperhatikan
 Menjelaskan tujuan  Mendengar dan
memperhatikan
2 Kerja
Fase
 Menjelaskan kepada  Mendengar dan 20 menit
perawat tentang memperhatikan
pengertian, metode
pemberian terapi pijat
dan penggunaan nest
pada BBLR
3
Penutup
5 Menit
 Mengevaluasi  Menyampaikan
pemahaman perawat respon selama
 Memberi kesempatan kegiatan
kepada peserta untuk  Menerima
bertanya reinforcement
 Menyimpulkan materi positif
diskusi  Menjawab salam
 Menutup pertemuan
dan memberi salam
E. SETTING TEMPAT

Keterangan :
: Moderator

: Fasilitator & observer

: Perawat NICU

: Presentator

F. PENGORGANISASIAN

a. Pembagian Tugas

1. Presentator : Prima Cahyati


2. Moderator : Nia Damayatri

3. Fasilitator :

 Indrie Chairinnisya Azano

 Isny Shafira Aulia

 Sarifhatul Aini

 Mira Purti Marissa


 Muhammad Fadli

 Rizki Murni

 Tissa Kurnia Adharin

4. Observer : Ira Andika Putri

b. Rincian Tugas/Peran

1. Peran Presentator

a. Membuka dan menutup acara.

b. Memperkenalkan diri.

c. Menetapkan tata tertib acara.

d. Kontrak waktu yang akan digunakan selama

e. Menjaga kelancaran acara.

f. Memimpin praktek.

g. Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam acara.

2. Peran Moderator

a. Menyampaikan pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan

b. Menyimpulkan materi diskusi

3. Peran fasilitator

a. Bersama leader menjalin kerja sama dalam pelaksanaan kegiatan.

b. Memotivasi peserta kegiatan dalam.

c. Menjadi contoh dalam kegiatan.

4. Peran observer

a. Mengamati jalannya kegiatan.

b. Mengevaluasi kegiatan.

c. Mencatat perilaku verbal dan non verbal peserta kegiatan.


G. EVALUASI PROSES

1. Evaluasi Struktur:

 Penggunaan media yang lengkap, kondisitempat yang kondusif.

 Presentator menguasai langkah-langkah pelaksaanaan kegiatan

 Peserta berperan aktif selama proses

2. Evaluasi Proses

 Proses dapat terlaksana sesuai dengan perencanaan

 Peserta aktif dalam kegiatan

3. Evaluasi Hasil

 75 % dari perawat dapat menjelaskan atau menyimpulkan materi secara

benar dan mandiri.

Lampiran Materi
a. Pengertian Terapi Pijat

Terapi pijat merupakan salah satu terapi sentuhan yang dapat diberikan pada

bayi BBLR. Banyak penelitian menunjukkan terdapat kenaikan berat badan pada

bayi BBLR dengan metode ini. Terapi pijat yang dilakukan disesuaikan dengan

prosedur yang seharusnya.

b. Manfaat Terapi Pijat (Kulkarni,Kausik,Dkk. 2010)

1. Menaikkan Berat Badan

Berat badan merupakan parameter yang dilihat dalam terapi pijat pada

neonatus. Berdasarkan literatur yang ditemukan pada 40 bayi yang dilakukan

terapi pijat (rata2 usia gestasi 30 minggu, rata2 berat lahir 1,17kg) diberikan

stimulasi taktil dan kinestetik menunjukkan peningkatan berat badan sebanyak

28 – 34 gram/ hari. Efek terapi pijat ini adekuat pada usia gestasi >30 minggu,

untuk masa gestasi < 30 minggu belum diketahui, karena belum terdapat

penelitian yang dilakukan.

2. Meningkatkan Tidur yang adekuat

Neonatus yang mendapatkan pijat bayi menunjukkan banyak waktu

tidurnya. Dalam penelitian Kelmanson et al (2010) Neonatus yang

mendapatkan terapi pijat kualitas tidurnya meningkat dengan berkurangnya

terjaga ketika tidur. Neonatus juga lebih aktif ketika bangun tidur serta lebih

cepat tertidur.

3. Meningkatkan infant behavior

Neonatus yang mendapatkan terapi pijat ± 5 hari menunjukkan perilaku

bayi tidak rewel, jarang menangis dan menurunkan perilaku stress. Terapi pijat

juga meningkatkan interaksi bayi dan ibu sehingga meningkatkan


hubungannya.

4. Meningkatkan nutrisi

Penggunaan oil dalam terapi pijat mampu memberikan nutritisi tambahan

pada neonatus, yang mana oil yang dioleskan pada permukaan kulit neonatus

akan diaborbsi secara sistemik oleh kulit.Serum trigliserida akan meningkat

secara signifikan pada neonatus yang mendapatkan terapi pijat dengan

penggunaan VCO (virgin coconut oil).

5. Memberikan efek lokal yg baik pada kulit

Penggunaan oil dalam terapi pijat dapat meningkatkan termoregulasi

pada kulit neonatus. Tidak hanya menjaga suhu tubuh agar tetap hangat efek

lain pada kulit yaitu mampu menghilangkan kulit mati dan meningkatkan

tekstur kulit dengan mengurangi kekeringan pada kulit neonatus. Selain itu

penggunaan oil juga mampu meningkatkan fungsi kulit agar tetap terjaga

kelembapan dan kehangatan.

c. Prosedur Terapi Pijat

Sebelum prosedur dilaksanakan terdapat beberapa hal yang perlu

diperhatikan. Lingkungan menjadi satu hal yang sangat penting. Cahaya yang

lembut (tidak menyakiti mata), suhu hangat, dan tingkat kebisingan rendah sangat

ideal untuk melakukan pemijatan yang optimal pada neonatus. Libatkan ibu dalam

melakukan terapi, karena diharapkan ibu dapat melakukannya sendiri pada bayi.

Perhatikan saat dilakukan prosedur, mual dan muntah yang muncul pada bayi.

Terakhir gunakan tekanan yang sedang dalam melakukan pijatan. (Ali, Murtaza,

2013).

Prinsip pelaksanaan pijat bayi prematur yang terbagi dalam 2 fase, fase taktil
dan fase stimulasi kinestetik.Terapi pijat ini dapat dilaksanakan selama 15 menit.

Dapat dilakukan setiap hari, selama 2 – 4 minggu.

 Fase pertama, bayi diberi posisi pronasi dan diberi 12 pukulan lembut

setiap pukulan berkisar 5 detik, dimulai dari kepala, leher, bahu sampai

pantat.

 Fase kedua bayi diberikan posisi supine dan diberi pukulan 12 kali

masing masing 5 detik dimulai dari wajah, pipi, dada, perut, ekstremitas

atas, ekstremitas bawah, telapak tangan dan telapak kaki.

 Fase ketiga terdiri dari stimulasi kinestetik dimana

alternatifnya
 gerakan fleksi dan perpanjangan dilakukan pada
 sendi

utama: pergelangan kaki, lutut, siku dan bahu (Kulkarni, Dkk, 2010).

d. Pendamping Terapi Pijat

1. Coconut oil(vco) disarankan penggunaannya dalam terapi pijat untuk

mengurangi gesekan. Jurnal Field, diego, fernandes (2011) menyebutkan

bahwa dari studi literatur yang telah dilakukan coconat oil lebih efektif

dalam meningkatkan fugsi terapi pijat, selain mampu menghindari

gesekan, coconut oil juga mampu memberikan kehangatan pada bayi

selama terapi pijat dilakukan. Tidak hanya terapi pijat, penggunaan nest

juga disebut dalam jurnal telaah dalam mengefektifan peningkatan berat

badan bayi.

2. Nesting merupakan penyanggah posisi tidur bayi sehingga tetap dalam

posisi fleksi, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi perubahan posisi

yang drastis pada bayi yang dapat mengakibatkan hilangnya banyak


energi dalam tubuh neonatus. Prosedur pemberian nesting dalam jurnal

ini menggunakan kain flanel 120 – 130 cm yang dapat disesuaikan

dengan panjang bayi, bertujuan untuk meminimalkan pergerakan bayi,

bayi tetap dalam posisi fleksi sehingga mirip dengan posisi bayi di dalam

rahim ibu. (irva, hasanah, ginting, 2016).

3. Libatkan ibu sebagai terapis

Berdasarkan study yang dilakukan oleh Field, Diego, fernandes

(2010) yang membandingkan peningkatan berat badan pada bayi dengan

terapi pijat yang dilakukan oleh ibu dan profesional. Studi ini dibagi dalam

2 grup, grup pertama terapi pijat dilakukan oleh profesional, grup kedua

dilakukan oleh ibu. Hasil didapatkan setelah dilakukan intervensi selama

10 hari peningkatan berat badan yang terjadi adalah sama, namun pada

neonatus yang mendapat terapi oleh ibu dapat menurunkan gejala depresi

dikarenakan bayi sering melihat ibu, tidak hanya depresi bayi, hal ini juga

dapat menurunkan depresi ibu dan tingkat kecemasan ibu.

DAFTAR PUSTAKA
Aly, Murtaza.2013. Massage Therapy in Preterm Infants. Volume 3 • Issue 2 • 1000155
ISSN: 2161-0665 Pediatrics, an open access journal : Pediatric and therapiutik
journal
Field, Diego, fernandes.2010. Preterm Infant Massage Therapy Research: A Review.
Infant Behav Dev. 2010 April ; 33(2): 115–124.
doi:10.1016/j.infbeh.2009.12.004.

Ginting, Rumina. 2016. Pengaruh Posisi dan Pijat bayi Dapat Meningkatkan Berat
Lahir Rendah Di Ruang Perinatologi RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. 6(1)
1. jurnal Ners Indonesia.

Kulkarni,Kausik,Dkk. 2010. Massage and Touch Therapy in Neonates: The Current


Evidence. VOLUME 47__SEPTEMBER 17, 2010 : Indian Pediatric
Murniati, dkk.2016. Penggunaan Nesting Dengan Fiksasi Mampu Menjaga Stabilitas
Saturasi Oksigen, Frekuensi Pernafasan, Nadi Dan Suhu Pada Bayi Prematur
Dengan Gawat Napas: Studi Kasus. Di akses pada tanggal 16 Maret 2018, dari
https://ejournal.unri.ac.id/index.php/JNI/article/download/4359/4178

Najikh, Amie Umnia.2013. Profil Bayi Berat Badan Lahir Rendah (Bblr) Di Unit
Perawatan Neonatus Rs Pku Muhammadiyah Yogyakarta Bulan Januari-Mei
2012 (Dipandang Dari Sudut Keperawatan). Di akses pada tanggal 16 Maret
2018, dari http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t29020.pdf

Anda mungkin juga menyukai