1420015004-3-Bab Ii
1420015004-3-Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 PIK-R
Masa remaja merupakan suatu masa transisi antara masa anak-anak dengan masa
dewasa. Definisi remaja menurut BKKBN adalah penduduk dalam usia 10-24 tahun.
Remaja mempunyai sifat khas yang sama yaitu rasa keingintahuan yang besar, menyukai
petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas perbuatannya
tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang. Apabila keputusan yang diambil dalam
menghadapi konflik tidak tepat, maka akan menimbulkan perilaku berisiko yang harus
terjebak dalam perilaku seksual berisiko yang dapat memberikan dampak pada kehidupan
mereka. PIK-R adalah salah satu wadah yang dikembangkan dalam program Generasi
Berencana (GenRe), yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja guna memberikan
pelayanan informasi dan konseling tentang pendewasaan usia perkawinan, delapan fungsi
keluarga, Triad KRR (Seksualitas, HIV/AIDS dan Napza), keterampilan hidup (life skills),
gender dan keterampilan advokasi dan KIE . PIK-R ditujukan untuk remaja dalam rentang
7
8
Menurut BKKBN (2013) PIK-R dikembangkan melalui tiga tahapan yaitu tahap
Tumbuh, Tegak dan Tegar. Pada PIK-R Tahap Tumbuh diberikan materi tentang Triad
KRR (Seksualitas, HIV/AIDS dan Napza), Pendewasaan Usia Perkawinan, delapan fungsi
keluarga dan life skills. Kegiatan yang dilakukan pada tahap tumbuh ini adalah bersifat
individu atau kelompok menggunakan media cetak serta melakukan pencatatan dan
pelaporan rutin. PIK-R tahap tumbuh memiliki ruang sekretariat, papan nama berukuran
60x90 cm, mempunyai struktur organisasi yang terdiri dari pembina, ketua, sekretaris,
minimal dua orang pendidik sebaya. PIK-R tahap tumbuh dapat menjalin hubungan
Berbeda dengan PIK-R tahap tumbuh, pada PIK-R tahap tegak ditambahkan materi
keterampilan advokasi dan KIE. Kegiatan yang dilakukan PIK-R tahap tegak tidak hanya
di dalam PIK-R namun juga di luar PIK-R dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang
dapat menarik minat remaja untung datang ke PIK-R. PIK-R tahap tegak harus
mempunyai minimal empat orang pendidik sebaya dan dua orang konselor sebaya. PIK-
R tahap tegak memperoleh pembinaan dan fasilitasi dari kepala sekolah, pemerintah pusat
PIK-R tahap tegar merupakan tahapan tertinggi dalam PIK-R sehingga dapat
mengembangkan materi lain sesuai kebutuhan. Kegiatan yang dilakukan ditambah dengan
kegiatan sosial dan dalam pengelolaannya minimal memiliki empat orang pendidik sebaya
dan empat orang konselor sebaya. Selain ruang sekretariat, PIK-R tahap tegar harus
9
hotline/sms konseling. Selain itu PIK-R tahap tegar harus memiliki PIK-R binaan
2010 menunjukkan remaja yang terpapar informasi PIK-R hanya mencapai 28%. Hal ini
berarti hanya 28 dari 100 remaja yang akses dengan kegiatan yang berkaitan dengan
PIK-R merupakan suatu organisasi yang ditujukan kepada remaja dan dikelola oleh
remaja untuk memberikan informasi dan konseling tentang Triad KRR, Pendewasaan
Usia Perkawinan, delapan fungsi keluarga dan life skills. Salah satu materi yang diberikan
adalah Triad KRR. Triad KRR adalah tiga risiko yang dihadapi remaja, yaitu risiko-risiko
1.2.1 Seksualitas
Seksualitas adalah segala sesuatu yang menyangkut hidup manusia sebagai makhluk
seksual, yaitu emosi, perasaan, kepribadian, sikap yang berkaitan dengan perilaku seksual,
hubungan seksual dan orientasi seksual (BKKBN, 2013). Beberapa hal yang berkaitan
1. Pubertas
reproduksi baik organ reproduksi primer maupun sekunder. Kematangan organ reproduksi
pada laki-laki ditandai dengan adanya mimpi basah. Mimpi basah adalah keluarnya
sperma tanpa rangsangan pada saat tidur dan pada umumnya terjadi pada saat mimpi
tentang seks.
dalam/endometrium yang banyak mengandung pembuluh darah dari uterus melalui vagina
secara periodik dan berkala. Siklus menstruasi umumnya berulang setiap bulan sekitar 28-
29 hari.
Organ reproduksi pria terbagi menjadi dua yaitu genetalia interna dan eksterna.
Genetalia interna terdiri dari testis, epididimis, vas deferens, uretra, kelenjar prostat dan
vesicula seminalis. Sedangkan genetalia eksterna terdiri dari penis, glans dan skrotum.
Organ reproduksi wanita terbagi menjadi dua yaitu genetalia interna dan
eksterna. Genetalia interna terdiri dari vagina, uterus, tuba fallopi dan ovarium, .
Sedangkan genetalia eksterna reproduksi wanita adalah labia mayora, labia minora,
Fungsi utama dari organ reproduksi wanita adalah untuk menghasilkan sel telur
yang diperlukan dalam proses reproduksi, sebagai sarana transportasi sel telur menuju
tempat fertilisasi, sebagai tempat terjadinya fertilisasi di tuba fallopi, tempat implantasi
hasil fertilisasi di uterus sebagai awal proses kehamilan, dan ovarium menghasilkan
telur perempuan dengan sel sperma laki-laki yang membentuk suatu sel (embrio) dimana
merupakan cikal bakal janin, dan berkembang di dalam rahim sampai akhirnya dilahirkan
sebagai bayi.
Aborsi dan Infeksi Menular Seksual (IMS). KTD adalah kehamilan yang tidak diinginkan
atau tidak diharapkan oleh salah satu atau kedua calon orang tua bayi tersebut.
berat janin kurang dari 500 gram. Aborsi dibedakan menjadi dua jenis yaitu aborsi spontan
(abortus spontane) adalah keguguran yang terjadi secara alamiah atau tidak disengaja dan
melalui hubungan seksual. Kemungkinan penularan akan lebih besar bila hubungan
seksual dilakukan dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal.
Contoh IMS adalah : Gonore/GO (Kencing nanah), Sifilis (Raja singa), Herpes genitalis,
Berdasarkan hasil SDKI KRR 2012, sebanyak 53% responden wanita dan 48%
responden pria membicarakan masalah kesehatan reproduksi dengan temannya. Hal ini
pelayanan konseling dapat memberikan informasi yang benar terkait masalah kesehatan
reproduksi. Dengan adanya pendidik sebaya dan konselor sebaya akan membuat remaja
kesehatan reproduksi yang berkaitan tentang tumbuh kembang remaja, fisik, mental dan
1.2.2 HIV/AIDS
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yaitu virus yang
menurunkan sampai merusak sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS adalah singkatan
dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome atau kumpulan berbagai gejala penyakit
akibat turunnya kekebalan tubuh individu yang didapat dari HIV bukan karena keturunan.
Virus HIV bisa terdapat pada semua cairan tubuh manusia, tetapi yang bisa menjadi media
penularan hanya ada pada darah, cairan sperma (air mani) dan cairan vagina.
Terdapat empat fase dalam perjalanan penyakit HIV/AIDS yaitu Fase I (window
period) merupakan rentang waktu sejak virus HIV masuk ke dalam tubuh hingga tes
antibodi menjadi positif, Fase II (asymptomatic) adalah ketika virus mulai tumbuh dan
berkembang dan seseorang mulai menunjukkan gejala ringan, Fase III (symptomatic)
adalah ketika virus sudah tersebar dalam darah dan sistem kekebalan menurun, Fase IV
(AIDS) adalah munculnya gejala yang lebih berat karena rendahnya daya tahan tubuh
HIV dapat ditularkan melalui hubungan seksual yang tidak aman, penggunaan
jarum suntik secara bergantian, penggunaan alat tindik maupun tatto yang tidak disterilkan
sebelumnya, melalui transfusi darah dan melalui ibu hamil kepada bayi yang
dikandungnya.
pokok yaitu Abstinence (memilih untuk tidak melakukan hubungan seksual), Be faithful
(saling setia dengan pasangan), Condom (menggunakan kondom dengan konsisten dan
benar), Drugs (tolak penggunaan Napza), dan Equipment (jangan pakai jarum suntik
bersama).
Pendeteksian HIV/AIDS dapat dilakukan lewat sampel darah dalam tubuh sesuai
antibodi terhadap HIV atau mengetes adanya antigen HIV dalam darah. Ada beberapa
jenis tes yang biasa dilakukan antara lain : Tes Elisa, Rapid Test dan Test Western Blot.
Menurut UNICEF (2012) pada kasus HIV baru di tahun 2011, 18% diantaranya
merupakan anak kelompok usia 15-24 tahun. Orang muda menempati proporsi sekitar
30% dari populasi berisiko. Orang muda memiliki akses terbatas terhadap informasi dan
pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi. Seks masih dianggap sebagai sesuatu yang
tabu yang tidak dibicarakan secara terbuka dengan para orang tua, guru dan bahkan
dikelola oleh remaja untuk memberikan informasi yang benar terkait HIV/AIDS. Dengan
adanya pendidik maupun konselor sebaya maka seseorang akan merasakan kesamaan
14
1.2.3 Napza
Napza (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya) adalah zat-zat kimiawi
(obat-obat berbahaya) yang mampu merubah perasaan, fungsi mental dan perilaku
seseorang.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
narkotika golongan I yaitu narkotika yang hanya digunakan untuk pengembangan ilmu
pengetahuan serta berkhasiat untuk pengobatan dan golongan III yaitu narkotika yang
menimbulkan ketergantungan.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika dibagi
menjadi empat golongan antara lain : golongan I yaitu psikotropika yang hanya digunakan
untuk pengembangan ilmu pengetahuan serta berkhasiat untuk pengobatan, golongan III
yang berkhasiat untuk pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi.
Zat adiktif adalah zat atau bahan diluar Narkotika dan Psikotropika yang juga dapat
adalah minuman beralkohol, inhalasi (gas yang dihirup), solven (zat pelarut), nikotin
tajam, perubahan tingkah laku, mendadak menjadi pendiam dan sering menyendiri, apatis,
mudah tersinggung dan berat badan menurun. Dampak penyalahgunaan Napza dapat
Gangguan fisik yang dapat terjadi pada penyalahguna Napza adalah terserang
kemandulan, gangguan daya pikir, penurunan berat badan, kelainan paru, menyebabkan
racun pada hati dan ginjal. Individu penyalahguna Napza akan mengalami gangguan
dalam kehidupan psikologis dan sosial seperti prestasi belajar menurun, hubungan
kuratif biasanya ditangani oleh lembaga profesional di bidangnya yaitu lembaga medis.
Fase ini biasanya meliputi : fase penerimaan awal (inisial intake), fase detoksifikasi dan
16
terapi komplikasi medis. Pada tahap rehabilitatif biasanya terdiri atas Fase Stabilisasi,
Dengan adanya layanan informasi tentang narkotika, psikotropika dan zat adiktif
1.3 Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari tahu yang didapatkan setelah seseorang
panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
mempunyai enam tingkat, yaitu tahu (know) dimana seseorang mengingat kembali
seseorang mampu menggunakan informasi yang didapat pada situasi sebenarnya, analisis
yang masih tetap ada kaitannya satu sama lain, sintesis (syntesis) dimana seseorang
mampu menyusun formulasi baru dari formulasi yang sudah ada, serta evaluasi
(evaluation) dimana seseorang mampu melakukan penilaian terhadap suatu informasi atau
obyek.
17
eksternal. Faktor internal meliputi pendidikan dan umur. Hasil penelitian Nitirat dalam
Fatmawati (2012), sekolah berbasis sex education diakui sebagai strategi yang tepat dalam
berisiko. Menurut Hurlock dalam Wawan dan Dewi (2010), semakin bertambahnya umur
Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan dan sosial. Lingkungan dan sosial
yang dimaksud adalah lingkungan tempat tinggal dan teman sebaya. Data SDKI 2012
menyebutkan bahwa sebanyak 57% remaja laki-laki dan 57,6% remaja perempuan
menyukai sumber informasi kesehatan reproduksi yang diperoleh dari teman sebaya.
Menurut Iryanti dalam Fatmawati (2012), teman sebaya dapat meningkatkan pengetahuan
remaja tentang kesehatan reproduksi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Oktarina
(2009) menyatakan bahwa seseorang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak
akan memiliki pengetahuan yang luas pula. Salah satu informasi yang berperan penting
Hasil penelitian BKKBN tahun 2010 menunjukkan bahwa remaja yang mengikuti
kegiatan KRR baik melalui PIK-R/M, Pusat Informasi Kesehatan Remaja (PIKER),
Youth Center dan lainnya memiliki pengetahuan kesehatan reproduksi dengan kategori
baik yaitu 49%. Ada hubungan yang bermakna (p<0,05) antara remaja yang pernah
pengetahuan KRR 4,4 kali dibandingkan dengan remaja yang tidak mengikuti kegiatan
Program PIK-KRR sangat berpengaruh sebagai salah satu wadah informasi tentang
kesehatan reproduksi di sekolah karena siswa dapat langsung mendatangi PIK-KRR untuk
membaca buku tentang kesehatan reproduksi atau melakukan konsultasi kepada guru
sehingga mendapatkan informasi yang benar dan terpecaya. Hasil penelitian Utami (2015)
menyatakan bahwa penggunaan media elektronik mempunyai pengaruh 10,4 kali lebih
besar daripada penggunaan media cetak dalam meningkatkan pengetahuan tentang Triad
KRR.
Hasil penelitian Elia (2014) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan pengetahuan
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) sehingga tenaga kesehatan yang bertugas di
tidak hanya didapatkan melalui PIK-R. Penyuluhan kesehatan yang diterima oleh remaja
juga akan mempengaruhi pengetahuan remaja, dimana remaja yang menyatakan pernah
daripada remaja yang tidak pernah mendapatkan penyuluhan dari tenaga kesehatan.