Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 PIK-R

1.1.1 Definisi PIK-R

Masa remaja merupakan suatu masa transisi antara masa anak-anak dengan masa

dewasa. Definisi remaja menurut BKKBN adalah penduduk dalam usia 10-24 tahun.

Remaja mempunyai sifat khas yang sama yaitu rasa keingintahuan yang besar, menyukai

petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas perbuatannya

tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang. Apabila keputusan yang diambil dalam

menghadapi konflik tidak tepat, maka akan menimbulkan perilaku berisiko yang harus

ditanggung dalam berbagai masalah kesehatan fisik dan psikososial.

Kurangnya pengetahuan remaja tentang Triad KRR dapat mengakibatkan remaja

terjebak dalam perilaku seksual berisiko yang dapat memberikan dampak pada kehidupan

mereka. PIK-R adalah salah satu wadah yang dikembangkan dalam program Generasi

Berencana (GenRe), yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja guna memberikan

pelayanan informasi dan konseling tentang pendewasaan usia perkawinan, delapan fungsi

keluarga, Triad KRR (Seksualitas, HIV/AIDS dan Napza), keterampilan hidup (life skills),

gender dan keterampilan advokasi dan KIE . PIK-R ditujukan untuk remaja dalam rentang

usia 10-24 tahun dan belum menikah. (BKKBN, 2013).

7
8

1.1.2 Tahapan dan Kegiatan PIK-R

Menurut BKKBN (2013) PIK-R dikembangkan melalui tiga tahapan yaitu tahap

Tumbuh, Tegak dan Tegar. Pada PIK-R Tahap Tumbuh diberikan materi tentang Triad

KRR (Seksualitas, HIV/AIDS dan Napza), Pendewasaan Usia Perkawinan, delapan fungsi

keluarga dan life skills. Kegiatan yang dilakukan pada tahap tumbuh ini adalah bersifat

penyadaran (KIE) yang dilakukan di dalam lingkungan PIK-R berupa penyuluhan

individu atau kelompok menggunakan media cetak serta melakukan pencatatan dan

pelaporan rutin. PIK-R tahap tumbuh memiliki ruang sekretariat, papan nama berukuran

60x90 cm, mempunyai struktur organisasi yang terdiri dari pembina, ketua, sekretaris,

bendahara, seksi program dan kegiatan, serta

minimal dua orang pendidik sebaya. PIK-R tahap tumbuh dapat menjalin hubungan

kemitraan dengan mitra kerja dan stakeholder di lingkungannya.

Berbeda dengan PIK-R tahap tumbuh, pada PIK-R tahap tegak ditambahkan materi

keterampilan advokasi dan KIE. Kegiatan yang dilakukan PIK-R tahap tegak tidak hanya

di dalam PIK-R namun juga di luar PIK-R dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang

dapat menarik minat remaja untung datang ke PIK-R. PIK-R tahap tegak harus

mempunyai minimal empat orang pendidik sebaya dan dua orang konselor sebaya. PIK-

R tahap tegak memperoleh pembinaan dan fasilitasi dari kepala sekolah, pemerintah pusat

maupun daerah, dll.

PIK-R tahap tegar merupakan tahapan tertinggi dalam PIK-R sehingga dapat

mengembangkan materi lain sesuai kebutuhan. Kegiatan yang dilakukan ditambah dengan

kegiatan sosial dan dalam pengelolaannya minimal memiliki empat orang pendidik sebaya

dan empat orang konselor sebaya. Selain ruang sekretariat, PIK-R tahap tegar harus
9

memiliki ruang konselin, ruang pertemuan, perpustakaan, jaringan internet dan

hotline/sms konseling. Selain itu PIK-R tahap tegar harus memiliki PIK-R binaan

(tumbuh/tegak) dan terintegrasi dengan kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR).

Hasil survey Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun

2010 menunjukkan remaja yang terpapar informasi PIK-R hanya mencapai 28%. Hal ini

berarti hanya 28 dari 100 remaja yang akses dengan kegiatan yang berkaitan dengan

informasi kesehatan reproduksi (BKKBN, 2011).

1.2 Triad KRR

PIK-R merupakan suatu organisasi yang ditujukan kepada remaja dan dikelola oleh

remaja untuk memberikan informasi dan konseling tentang Triad KRR, Pendewasaan

Usia Perkawinan, delapan fungsi keluarga dan life skills. Salah satu materi yang diberikan

adalah Triad KRR. Triad KRR adalah tiga risiko yang dihadapi remaja, yaitu risiko-risiko

yang berkaitan dengan Seksualitas, HIV/AIDS dan Napza (BKKBN, 2013).

Dalam BKKBN (2007) disebutkan materi-materi yang berhubungan dengan Triad

KRR yang diberikan melalui PIK-R yaitu :

1.2.1 Seksualitas

Seksualitas adalah segala sesuatu yang menyangkut hidup manusia sebagai makhluk

seksual, yaitu emosi, perasaan, kepribadian, sikap yang berkaitan dengan perilaku seksual,

hubungan seksual dan orientasi seksual (BKKBN, 2013). Beberapa hal yang berkaitan

dengan seksualitas yaitu :


10

1. Pubertas

Remaja akan mengalami pubertas yang ditandai dengan kematangan organ

reproduksi baik organ reproduksi primer maupun sekunder. Kematangan organ reproduksi

pada laki-laki ditandai dengan adanya mimpi basah. Mimpi basah adalah keluarnya

sperma tanpa rangsangan pada saat tidur dan pada umumnya terjadi pada saat mimpi

tentang seks.

Sedangkan pada remaja perempuan, kematangan organ reproduksi ditandai

dengan terjadinya menstruasi. Menstruasi adalah proses peluruhan lapisan

dalam/endometrium yang banyak mengandung pembuluh darah dari uterus melalui vagina

secara periodik dan berkala. Siklus menstruasi umumnya berulang setiap bulan sekitar 28-

29 hari.

2. Sistem, Fungsi dan Proses Reproduksi

Organ reproduksi pria terbagi menjadi dua yaitu genetalia interna dan eksterna.

Genetalia interna terdiri dari testis, epididimis, vas deferens, uretra, kelenjar prostat dan

vesicula seminalis. Sedangkan genetalia eksterna terdiri dari penis, glans dan skrotum.

Organ reproduksi wanita terbagi menjadi dua yaitu genetalia interna dan

eksterna. Genetalia interna terdiri dari vagina, uterus, tuba fallopi dan ovarium, .

Sedangkan genetalia eksterna reproduksi wanita adalah labia mayora, labia minora,

kelenjar Bartholini dan klitoris.

Fungsi utama dari organ reproduksi pria adalah menghasilkan sperma,

mempertahankan hidup sperma di kelenjar prostat, menyalurkan sperma, dan

menghasilkan hormon terstosteron yang berperan dalam fungsi reproduksi.


11

Fungsi utama dari organ reproduksi wanita adalah untuk menghasilkan sel telur

yang diperlukan dalam proses reproduksi, sebagai sarana transportasi sel telur menuju

tempat fertilisasi, sebagai tempat terjadinya fertilisasi di tuba fallopi, tempat implantasi

hasil fertilisasi di uterus sebagai awal proses kehamilan, dan ovarium menghasilkan

hormon seksual wanita yang diperlukan untuk fungsi reproduksi.

Kehamilan merupakan proses regenerasi yang diawali dengan pertemuan sel

telur perempuan dengan sel sperma laki-laki yang membentuk suatu sel (embrio) dimana

merupakan cikal bakal janin, dan berkembang di dalam rahim sampai akhirnya dilahirkan

sebagai bayi.

3. Risiko Hubungan Seks Pranikah

Risiko hubungan seks pranikah adalah Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD),

Aborsi dan Infeksi Menular Seksual (IMS). KTD adalah kehamilan yang tidak diinginkan

atau tidak diharapkan oleh salah satu atau kedua calon orang tua bayi tersebut.

Aborsi adalah pengakhiran kehamilan sebelum umur kehamilan 20 minggu atau

berat janin kurang dari 500 gram. Aborsi dibedakan menjadi dua jenis yaitu aborsi spontan

(abortus spontane) adalah keguguran yang terjadi secara alamiah atau tidak disengaja dan

aborsi buatan (abortus provocatus) adalah usaha pengguguran yang disengaja.

Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang penularannya terutama

melalui hubungan seksual. Kemungkinan penularan akan lebih besar bila hubungan

seksual dilakukan dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal.

Contoh IMS adalah : Gonore/GO (Kencing nanah), Sifilis (Raja singa), Herpes genitalis,

Trichomoniasis vaginalis, dan lain-lain.


12

Berdasarkan hasil SDKI KRR 2012, sebanyak 53% responden wanita dan 48%

responden pria membicarakan masalah kesehatan reproduksi dengan temannya. Hal ini

menunjukkan bahwa keberadaan PIK-R sebagai organisasi penyedia informasi dan

pelayanan konseling dapat memberikan informasi yang benar terkait masalah kesehatan

reproduksi. Dengan adanya pendidik sebaya dan konselor sebaya akan membuat remaja

nyaman untuk berbagi permasalahan terkait kesehatan reproduksi.

Kurnia (2013) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa penguasaan materi

kesehatan reproduksi yang berkaitan tentang tumbuh kembang remaja, fisik, mental dan

sosial pada peserta PIK-R berada pada kriteria baik.

1.2.2 HIV/AIDS

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yaitu virus yang

menurunkan sampai merusak sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS adalah singkatan

dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome atau kumpulan berbagai gejala penyakit

akibat turunnya kekebalan tubuh individu yang didapat dari HIV bukan karena keturunan.

Virus HIV bisa terdapat pada semua cairan tubuh manusia, tetapi yang bisa menjadi media

penularan hanya ada pada darah, cairan sperma (air mani) dan cairan vagina.

Terdapat empat fase dalam perjalanan penyakit HIV/AIDS yaitu Fase I (window

period) merupakan rentang waktu sejak virus HIV masuk ke dalam tubuh hingga tes

antibodi menjadi positif, Fase II (asymptomatic) adalah ketika virus mulai tumbuh dan

berkembang dan seseorang mulai menunjukkan gejala ringan, Fase III (symptomatic)

adalah ketika virus sudah tersebar dalam darah dan sistem kekebalan menurun, Fase IV

(AIDS) adalah munculnya gejala yang lebih berat karena rendahnya daya tahan tubuh

karena terinfeksi virus HIV/AIDS.


13

HIV dapat ditularkan melalui hubungan seksual yang tidak aman, penggunaan

jarum suntik secara bergantian, penggunaan alat tindik maupun tatto yang tidak disterilkan

sebelumnya, melalui transfusi darah dan melalui ibu hamil kepada bayi yang

dikandungnya.

Pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS dapat dilakukan dengan lima cara

pokok yaitu Abstinence (memilih untuk tidak melakukan hubungan seksual), Be faithful

(saling setia dengan pasangan), Condom (menggunakan kondom dengan konsisten dan

benar), Drugs (tolak penggunaan Napza), dan Equipment (jangan pakai jarum suntik

bersama).

Pendeteksian HIV/AIDS dapat dilakukan lewat sampel darah dalam tubuh sesuai

tahapan perkembangan penyakitnya. Tes HIV/AIDS berfungsi untuk mengetahui adanya

antibodi terhadap HIV atau mengetes adanya antigen HIV dalam darah. Ada beberapa

jenis tes yang biasa dilakukan antara lain : Tes Elisa, Rapid Test dan Test Western Blot.

Menurut UNICEF (2012) pada kasus HIV baru di tahun 2011, 18% diantaranya

merupakan anak kelompok usia 15-24 tahun. Orang muda menempati proporsi sekitar

30% dari populasi berisiko. Orang muda memiliki akses terbatas terhadap informasi dan

pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi. Seks masih dianggap sebagai sesuatu yang

tabu yang tidak dibicarakan secara terbuka dengan para orang tua, guru dan bahkan

dengan penyedia pelayanan kesehatan.

Untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan suatu wadah/organisasi yang

dikelola oleh remaja untuk memberikan informasi yang benar terkait HIV/AIDS. Dengan

adanya pendidik maupun konselor sebaya maka seseorang akan merasakan kesamaan
14

umur maupun kebutuhan sehingga diharapkan seseorang akan lebih terbuka

membicarakan masalahnya dengan pendidik/konselor sebaya.

1.2.3 Napza

Napza (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya) adalah zat-zat kimiawi

(obat-obat berbahaya) yang mampu merubah perasaan, fungsi mental dan perilaku

seseorang.

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik

sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat

menimbulkan ketergantungan. Narkotika dibedakan menjadi tiga golongan antara lain :

narkotika golongan I yaitu narkotika yang hanya digunakan untuk pengembangan ilmu

pengetahuan, golongan II yaitu narkotika yang digunakan untuk pengembangan ilmu

pengetahuan serta berkhasiat untuk pengobatan dan golongan III yaitu narkotika yang

digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan, pengobatan dan mempunyai potensi

menimbulkan ketergantungan.

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika

yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang

menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika dibagi

menjadi empat golongan antara lain : golongan I yaitu psikotropika yang hanya digunakan

untuk pengembangan ilmu pengetahuan, golongan II yaitu psikotropika yang digunakan

untuk pengembangan ilmu pengetahuan serta berkhasiat untuk pengobatan, golongan III

yaitu psikotropika yang digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan, pengobatan


15

dan mempunyai potensi menimbulkan ketergantungan dan golongan IV yaitu psikotropika

yang berkhasiat untuk pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi.

Zat adiktif adalah zat atau bahan diluar Narkotika dan Psikotropika yang juga dapat

mengakibatkan ketergantungan dan memabukkan bagi pemakainya. Jenis-jenis zat adiktif

adalah minuman beralkohol, inhalasi (gas yang dihirup), solven (zat pelarut), nikotin

(tembakau) dan kopi (cafein).

Tanda-tanda umum penyalahguna Napza adalah prestasi belajar yang menurun

tajam, perubahan tingkah laku, mendadak menjadi pendiam dan sering menyendiri, apatis,

mudah tersinggung dan berat badan menurun. Dampak penyalahgunaan Napza dapat

berupa gangguan fisik, psikologis dan sosial.

Gangguan fisik yang dapat terjadi pada penyalahguna Napza adalah terserang

beberapa penyakit seperti : gastritis, perdarahan lambung, bronchitis, gangguan haid,

kemandulan, gangguan daya pikir, penurunan berat badan, kelainan paru, menyebabkan

racun pada hati dan ginjal. Individu penyalahguna Napza akan mengalami gangguan

dalam kehidupan psikologis dan sosial seperti prestasi belajar menurun, hubungan

keluarga menjadi buruk dan dapat melakukan tindakan kriminal.

Penanggulangan penyalahgunaan Napza dapat dilakukan dengan tiga tahap yaitu

pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif) dan tahap pemulihan (rehabilitatif). Fase

preventif dilakukan dengan mengurangi pasokan (Supply Reduction), Mengurangi

permintaan (Demand Reduction), Mengurangi dampak buruk (Harm Reduction). Tahap

kuratif biasanya ditangani oleh lembaga profesional di bidangnya yaitu lembaga medis.

Fase ini biasanya meliputi : fase penerimaan awal (inisial intake), fase detoksifikasi dan
16

terapi komplikasi medis. Pada tahap rehabilitatif biasanya terdiri atas Fase Stabilisasi,

Fase Sosialisasi Dalam Masyarakat.

Dengan adanya layanan informasi tentang narkotika, psikotropika dan zat adiktif

terbukti dapat meningkatan pemahaman remaja terhadap bahaya penyalahgunaan Napza

(Djannah dan Isnaini, 2012)

1.3 Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari tahu yang didapatkan setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif

mempunyai enam tingkat, yaitu tahu (know) dimana seseorang mengingat kembali

informasi yang telah diberikan, memahami (comprehension) dimana seseorang mampu

menjelaskan dan mengintepretasikan obyek secara benar, aplikasi (aplication) dimana

seseorang mampu menggunakan informasi yang didapat pada situasi sebenarnya, analisis

(analysis) dimana seseorang mampu menjabarkan obyek ke dalam komponen-komponen

yang masih tetap ada kaitannya satu sama lain, sintesis (syntesis) dimana seseorang

mampu menyusun formulasi baru dari formulasi yang sudah ada, serta evaluasi

(evaluation) dimana seseorang mampu melakukan penilaian terhadap suatu informasi atau

obyek.
17

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain faktor internal dan

eksternal. Faktor internal meliputi pendidikan dan umur. Hasil penelitian Nitirat dalam

Fatmawati (2012), sekolah berbasis sex education diakui sebagai strategi yang tepat dalam

melakukan promosi kesehatan reproduksi remaja untuk mengurangi perilaku seksual

berisiko. Menurut Hurlock dalam Wawan dan Dewi (2010), semakin bertambahnya umur

maka kemampuan berpikir seseorang juga akan semakin meningkat.

Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan dan sosial. Lingkungan dan sosial

yang dimaksud adalah lingkungan tempat tinggal dan teman sebaya. Data SDKI 2012

menyebutkan bahwa sebanyak 57% remaja laki-laki dan 57,6% remaja perempuan

menyukai sumber informasi kesehatan reproduksi yang diperoleh dari teman sebaya.

Menurut Iryanti dalam Fatmawati (2012), teman sebaya dapat meningkatkan pengetahuan

remaja tentang kesehatan reproduksi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Oktarina

(2009) menyatakan bahwa seseorang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak

akan memiliki pengetahuan yang luas pula. Salah satu informasi yang berperan penting

bagi pengetahuan adalah media massa.

Hasil penelitian BKKBN tahun 2010 menunjukkan bahwa remaja yang mengikuti

kegiatan KRR baik melalui PIK-R/M, Pusat Informasi Kesehatan Remaja (PIKER),

Youth Center dan lainnya memiliki pengetahuan kesehatan reproduksi dengan kategori

baik yaitu 49%. Ada hubungan yang bermakna (p<0,05) antara remaja yang pernah

mengikuti kegiatan kelompok KRR dengan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja.

Remaja yang pernah mengikuti kegiatan PIK-R mempunyai peluang memiliki

pengetahuan KRR 4,4 kali dibandingkan dengan remaja yang tidak mengikuti kegiatan

PIK-R (BKKBN, 2013).


18

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Olgavianita (2015) menyatakan bahwa

Program PIK-KRR sangat berpengaruh sebagai salah satu wadah informasi tentang

kesehatan reproduksi di sekolah karena siswa dapat langsung mendatangi PIK-KRR untuk

membaca buku tentang kesehatan reproduksi atau melakukan konsultasi kepada guru

sehingga mendapatkan informasi yang benar dan terpecaya. Hasil penelitian Utami (2015)

menyatakan bahwa penggunaan media elektronik mempunyai pengaruh 10,4 kali lebih

besar daripada penggunaan media cetak dalam meningkatkan pengetahuan tentang Triad

KRR.

Hasil penelitian Elia (2014) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan pengetahuan

pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di MAN 1 Meulaboh dan SMAN 2

Meulaboh. MAN 1 Meulaboh memiliki PIK-R dan puskesmas memiliki program

Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) sehingga tenaga kesehatan yang bertugas di

puskesmas juga ikut andil dalam pencapaian tujuan PIK-R di sekolah.

Sedangkan di SMAN 2 Meulaboh belum memiliki PIK-R sehingga informasi yang

didapatkan masih terbatas. Walaupun demikian, informasi tentang kesehatan reproduksi

tidak hanya didapatkan melalui PIK-R. Penyuluhan kesehatan yang diterima oleh remaja

juga akan mempengaruhi pengetahuan remaja, dimana remaja yang menyatakan pernah

mendapatkan penyuluhan kesehatan reproduksi memiliki pengetahuan yang lebih baik

daripada remaja yang tidak pernah mendapatkan penyuluhan dari tenaga kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai