PENDAHULUAN
transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Efusi pleura
bukan merupakan suatu penyakit, akan tetapi merupakan tanda suatu penyakit.1
Akibat adanya carian yang cukup banyak dalam rongga pleura, maka kapasitas
paru akan berkurang dan di samping itu juga menyebabkan pendorongan organ-
pernafasan dan juga dapat mengakibatkan gangguan pada jantung dan sirkulasi
darah. 2
negara yang sedang berkembang, seperti Indonesia, lazim diakibatkan oleh infeksi
tuberkulosis. Efusi pleura keganasan merupakan salah satu komplikasi yang biasa
ditemukan pada penderita keganasan dan terutama disebabkan oleh kanker paru
dan kanker payudara. Efusi pleura merupakan manifestasi klinik yang dapat
dijumpai pada sekitar 50-60% penderita keganasan pleura primer atau metastatik.
pleura dan sekitar 50% penderita kanker payudara akhirnya akan mengalami efusi
pleura.2
Di Amerika Serikat, 1,5 juta kasus efusi pleura terjadi tiap tahunnya.
orang, 3000 orang terdiagnosa efusi pleura.1 Secara keseluruhan, insidensi efusi
1
pleura sama antara pria dan wanita. Namun terdapat perbedaan pada kasus-kasus
hampir dua pertiga kasus efusi pleura maligna terjadi pada wanita. Dalam hal ini
efusi pleura maligna paling sering disebabkan oleh kanker payudara dan
dengan sistemic lupus erytematosus, dimana hal ini lebih sering dijumpai pada
maligna lebih tinggi pada pria. Hal ini mungkin disebabkan oleh tingginya
paparan terhadap asbestos. Efusi pleura yang berkaitan dengan pankreatitis kronis
utamanya. Efusi rheumatoid juga ditemukan lebih banyak pada pria daripada
wanita. Efusi pleura kebanyakan terjadi pada usia dewasa. Namun demikian, efusi
Gejala yang paling sering timbul adalah sesak, dipsneu. Nyeri bisa timbul
akibat efusi yang banyak berupa nyeri dada pleuritik atau nyeri tumpul. Diagnosis
efusi pleura dapat ditegakkan melalui anamnesis serta pemeriksaan fisik yang
teliti, diagnosis yang pasti melalui pungsi percobaan, biopsy dan analisa cairan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi Pleura
Pleura adalah membran tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura visceralis
dan parietalis. Secara histologis kedua lapisan ini terdiri dari sel mesothelial,
jaringaan ikat, dan dalam keadaan normal, berisikan lapisan cairan yang
sangat tipis. Membran serosa yang membungkus parekim paru disebut pleura
antara paru dan dinding thoraks. Rongga pleura dengan lapisan cairan yang
tipis ini berfungsi sebagai pelumas antara kedua pleura. Kedua lapisan pleura
ini bersatu pada hillus paru. Dalam hal ini, terdapat perbedaan antara pleura
Pleura Visceralis
Permukaan luarnya terdiri dari selapis sel mesothelial yang tipis <
30mm. Diantara celah-celah sel ini terdapat sel limfosit. Di bawah sel-sel
serta pembuluh limfe Menempel kuat pada jaringan paru fungsinya untuk
3
Pleura parietalis
Jaringan lebih tebal terdiri dari sel-sel mesothelial dan jaringan ikat
banyak reseptor saraf sensoris yang peka terhadap rasa sakit dan perbedaan
sesuai dengan dermatom dada. Mudah menempel dan lepas dari dinding dada
merembes keluar dari pembuluh darah yang melalui pleura parietal. Cairan ini
4
Rongga pleura adalah rongga potensial, mempunyai ukuran tebal 10-20
protein < 1,5 gr/dl dan ± 1.500 sel/ml. Sel cairan pleura didominasi oleh
polimormonuklear dan sel darah merah dijumpai dalam jumlah yang sangat
kecil didalam cairan pleura. Keluar dan masuknya cairan dari dan ke pleura
harus berjalan seimbang agar nilai normal cairan pleura dapat dipertahankan
pleura yang melebihi batas normal. Dalam keadaan normal terdapat 10-20 cc
cairan.1
Effusi pleura adalah penimbunan cairan pada rongga pleura atau Efusi
pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya cairan pleura dalam jumlah
Dalam konteks ini perlu di ingat bahwa pada orang normal rongga
pleura ini juga selalu ada cairannya yang berfungsi untuk mencegah
mulus. Dalam keadaan normal, jumlah cairan dalam rongga pleura sekitar 10-
20 ml. Cairan pleura komposisinya sama dengan cairan plasma, kecuali pada
cairan pleura mempunyai kadar protein lebih rendah yaitu < 1,5 gr/dl. 1,2
5
3. Epidemiologi
keluhan sesak nafas akibat akumulasi cairan dan kompresi parenkim paru.6,7
b) Gagal jantung yang menyebabkan tekanan perifer dan tekanan kapiler paru
tekanan osmotik plasma oleh karena serum albumin yang rendah dimana
ekstraseluler).
6
d) Infeksi atau setiap penyebab peradangan lainnya pada permukaan rongga
a) Menurut Penyebabnya:
3) Bila efusi pleura terjadi karena infeksi, biasanya terjadi pada pasien
1) Transudat
7
kongestik atau gagal ginjal sehingga terjadi penumpukan cairan. Effusi
- Atelektasis
- Hipoalbuminemia
- Sindroma nefrotik
- Peritoneal dialisis
- Mixedema
- Perikarditis konstriktif
2) Eksudat
kavitas. Sebagai akibat inflamasi oleh produk bakteri atau humor yang
- Tuberkulosis
8
- Chylothorax
trombosis vena.
- Meig’s syndrome
asites dan efusi pleura pada pasien dengan tumor ovarium yang telah
pada perut bagian bawah kemudian terserap oleh kelenjar limfatik dan
pleura berfungsi untuk melicinkan kedua pleura viseralis dan pleura parietalis
yang saling bergerak karena pernapasan. Dalam keadaan normal juga selalu
terjadi filtrasi cairan ke dalam rongga pleura melalui kapiler pleura parietalis
dan diabsorpsi oleh kapiler dan saluran limfe pleura parietalis dengan
9
cairan secara patologik di dalam rongga pleura. Mekanisme yang berhubungan
sirkulasi kapiler
3). Kenaikan permeabilitas kapiler dan penurunan aliran limfe dari rongga
pleura.
masuk ke dalam rongga pleura. Proses ini sering disebabkan oleh trauma dada
atau alveoli pada daerah tersebut yang kurang elastik lagi seperti pada pasien
emfisema paru.
10
Efusi cairan dapat berbentuk transudat, terjadinya karena penyakit lain
bukan primer paru seperti gagal jantung kongestif, sirosis hati, sindrom
berubah menjadi bulat atau kuboidal dan terjadi pengeluaran cairan ke dalam
rongga pleura. Penyebab pleuritis eksudativa yang paling sering adalah karena
atau eksudatif.
dari cairan pleura atau penurunan absorpsi dari cairan pleura atau keduanya.
penurunan dari tekanan osmotik koloid (contohnya pada sirrosis dan sindrom
dengan asites) atau penurunan dari tekanan cavum pleura (contohnya pada
penyumbatan pada aliran limfe atau peningkatan dari tekanan vena sistemik
cava superior).9
11
Patofisiologi terjadinya efusi pleura tergantung pada keseimbangan
cairan dan protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleura
dibentuk secara lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi
ini terjadi karena perbedaan tekanan osmotik plasma dan jaringan interstitial
sehingga perbedaan tekanan antara kapiler sistemik dan rongga pleura sebesar
dari dinding dada kearah rongga pleura lebih besar daripada tekanan
osmotiknya maka cairan dari dinding dada cenderung akan masuk ke dalam
rongga pleura.10
5. Diagnosis
A. Anamnesis
Anamnesis yang terdiri dari gejala dan riwayat penyakit sebelumnya dapat
jantung, ginjal atau hepar dapat mengarah ke efusi transudat. Usia tua,
12
Gejala klinis yang timbul sangat bergantung pada jumlah cairan efusi dan
a. Sesak nafas bila lokasi efusi luas. Sesak napas terjadi pada saat
b. Rasa berat pada dada, nyeri dada. Nyeri dada biasanya bersifat nyeri
yang bersifat tajam dan terlokalisir memburuk pada inspirasi dalam atau
batuk dan terkadang pada saat bergerak. Nyeri pleuritik dada yang
karsinoma bronchus atau metastasis. Batuk yang lebih berat dan atau
B. Pemeriksaan Fisik
sakit akan tertinggal dibandingkan sisi yang sehat, palpasi taktil vokal
fremitus menurun atau menghilang, perkusi pada daerah efusi akan redup
atau pekak. Pada auskultasi, bunyi pernafasan akan menurun atau tidak
13
terdengar. Pada efusi pleura masif dapat ditemui kurangnya usaha untuk
14
Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan
berlainan, karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan
pemeriksaan penunjang.
C. Pemeriksaan Penunjang
diafragma akan tertutupi. Pada efusi pleura masif akan ditandai dengan
Pada posisi lateral dekubitus cairan bebas dalam kavum pleura sangat
mudah dideteksi bahkan bila cairan efusi kurang dari 5 ml. 4,11
15
2. USG Thorax
jumlah yang sangat kecil, Efusi pleura ditandai dengan adanya ruang
bebas echo diantara pleura visceralis dan pleura parietalis. USG sangat
16
3. CT-Scan Thorax
4. Torakosentesis
penusukan dan atau dengan efusi yang minimal. Bila perlu USG dapat
17
invasif dengan menggunakan jarum yang dimasukkan ke dalam kavum
napas mulai lemah atau hilang pada asukultasi, pekak pada perkusi,
dan lemah atau hilangnya vokal fremitus. Prosedur ini dilakukan untuk
5. Biopsi Pleura
18
jaringan pleura dapat menunjukkan 50-75% diagnosis kasus-kasus
a. Warna Cairan
b. Biokimia
19
7. Sitologi
6. Penatalaksanaan
cairan pleura akan menekan organ-organ vital dalam rongga dada. Beberapa
macam pengobatan atau tindakan yang dapat dilakukan pada efusi pleura
1. Chest tube
klinis seperti sesak pasien. Tidak dianjurkan mengeluarkan lebih dari 500
20
menyebabkan distres pada pasien dan di samping itu dapat timbul edema
paru.2
Macam-macam WSD : 15
dalam satu botol yang memungkinkan udara dan cairan mengalir dari
gaya gravitasi dan mekanisme pernafasan, oleh karena itu botol harus
meningkat, udara dan cairan akan menjadi lebih sulit keluar dari
21
gravitasi saja untuk mengeluarkan isi pleura. Water seal dan
mengurangi daya hisap botol sehingga cairan atau udara pada rongga
22
berhubungan langsung dengan klien dan botol kedua berfungsi
tepat.
23
"water seal". Udara dapat keluar dari rongga intrapelura akibat
medioklavikuralis.
24
c. Dibuat satu jahitan matras untuk mengikat selang.
f. Setelah posisi benar, selang dijepit dan luka kulit dijahit serta
cm, agar udara dari luar tidak dapat masuk ke dalam rongga
pleura.
h. WSD perlu diawasi tiap hari dan jika sudah tidak terlihat undulasi
ekspirasi maksimum.
25
Dapat juga dilakukan teknik pemasangan WSD dengan teknik
(s.i) VII atau VIII, kalau kiri di s.i VIII atau IX linea aksilaris
posterior atau kira-kira sama tinggi dengan sela iga dari angulus
4. Secara steril diberi tanda pada slang WSD dari lobang terakhir
cairan antiseptik.
26
7. Daerah tempat masuk slang WSD dan sekitarnya dianestesi
11. Slang WSD diklem dengan arteri klem dan didorong masuk ke
12. Fiksasi slang WSD sesuai dengan tanda pada slang WSD.
13. Daerah luka dibersihkan dan diberi zalf steril agar kedap udara.
a. Hemotoraks
berlanjut atau jika darah tidak dapat dikeluarkan melalui selang, maka
b. Chylothorax
27
pemberian obat antikanker untuk tumor yang menyumbat aliran getah
bening.
c. Empiema
d. Pleuritis TB
diturunkan).(2)
6. Komplikasi
1. Infeksi.
28
setelah tindakan torakosentesis (empiema sekunder). Empiema
diketahui.1,5
2. Fibrosis
7 Prognosis
pengobatan lebih dini akan lebih jauh terhindar dari komplikasi dari
kurang dari 1 tahun. Efusi dari kanker yang lebih responsif terhadap
29
kemoterapi, seperti limfoma atau kanker payudara, lebih mungkin
30
KASUS
I. IDENTITAS
II. ANAMNESIS
Anamnesis Terpimpin :
Seorang pasien laki-laki umur 20 tahun dikonsul dari bagian penyakit dalam
dengan efusi pleura kanan. Pasien masuk Rumah Sakit dengan keluhan
muntah darah sejak 6 bulan yang lalu. Muntah dialami jika pasien batuk parah.
Batuk memberat sejak 3 minggu terakhir, dan terus batuk sejak 10 hari lalu.
Sesak napas 3 minggu terakhir. Pasien sulit tidur karena terus batuk selama di
rumah. Pasien lebih nyaman tidur miring ke kanan, kalau ke kiri pasien batuk-
batuk. Pasien juga mengeluhkan demam selama 6 bulan terakhir naik turun,
sering berkeringat pada malam hari. Nafsu makan menurun, pasien merasa
badannya semakin kurus. Nyeri kepala (-), pusing (-), Nyeri perut (-). BAK
Pasien riwayat dirawat 2 bulan lalu dan dianjurkan untuk pemasangan WSD
namun pasien menolak. Riwayat hipertensi (-), penyakit jantung (-), DM (-).
31
Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan sama dengan pasien.
KU : Sakit berat
GCS : E4 V5 M6
Berat badan : 50 kg
Tanda-tanda Vital
Nadi : 78 Kali/menit
Pernapasan : 28 Kali/menit
Suhu : 37 ºC
Pemeriksaan Fisik :
Kepala
Mata
Exophthalmus : (-)
Visus : normal
Leher
32
Peningkatan JVP (-)
Thorax
Perkusi : Sonor pada hemithoraks kiri seluruh lapang paru, pekak pada
Jantung
Auskultasi : Bunyi jantung S1/S2 murni, regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Ekstremitas
- Laboratorium :
33
o HGB : 12,6 g/dL
o HCT : 35,5 %
o HbsAg : Negatif
o SGOT : 16 u/L
o SGPT : 12 u/L
o Urea : 18 mg/dL
o LED 1 : 2 mm3/jam
o LED 2 : 4 mm3/jam
- Pemeriksaan Radiologi
34
- Efusi pleura massif dextra
V. RESUME:
lalu. Hematemesis dialami jika pasien batuk parah. Batuk memberat sejak 3
minggu terakhir, dan terus batuk sejak 10 hari lalu. Dispneu (+) 3 minggu
terakhir. Pasien sulit tidur karena terus batuk selama di rumah. Pasien lebih
nyaman tidur miring ke kanan. Demam (+) selama 6 bulan terakhir naik
turun, sering berkeringat pada malam hari. Anoreksia (+), pasien merasa
Perkusi : Sonor pada hemithoraks kiri seluruh lapang paru, pekak pada
VII. PENATALAKSANAAN
- Non-Medikamentosa :
35
- Medikamentosa :
o IVFD RL 20 tpm
o Kodein 10 mg 3x1
LAPORAN PEMBEDAHAN
- Fiksasi slang chest tube ke botol WSD hingga ujung slang berada
- Klem slang dibuka dan dialirkan hingga 500 cc, tampak banyak air
36
- Luka operasi diverban
- Operasi selesai
37
FOLLOW UP
Tanggal S O A P
38
pernafasan vesikular
(↓ / N), Rhonki (- / -
), wheezing (- / -)
39
pernafasan vesikular
(↓ / N), Rhonki (- / -
), wheezing (- / -)
Radiologi:
- Hydropneumothorax
dextra
- Pneumonia spesifik
sinistra
40
pada hemithoraks spesifik
kiri seluruh lapang
paru, pekak pada
hemithoraks kanan
seluruh lapang paru.
Auskultasi : Bunyi
pernafasan vesikular
(↓ / N), Rhonki (- / -
), wheezing (- / -)
41
BAB III
PEMBAHASAN
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam rongga pleura yang terletak
diantara permukaan visceral dan parietal. Efusi Pleura merupakan proses penyakit
primer yang jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap
penyakit lain. Secara normal, ruang pleura mengandung sejumlah kecil cairan (5-
bergerak tanpa adanya friksi. (Suzanne C Smeltezer dan Brenda G. Bare, 2002).
Pada pasien ini dari hasil anamnesis laki-laki usia 20 tahun dengan keluhan
muntah darah sejak 6 bulan yang lalu. Muntah dialami jika pasien batuk parah.
Batuk memberat sejak 3 minggu terakhir, dan terus batuk sejak 10 hari lalu. Sesak
napas 3 minggu terakhir. Pasien sulit tidur karena terus batuk selama di rumah.
Pasien lebih nyaman tidur miring ke kanan, kalau ke kiri pasien batuk-batuk.
Pasien juga mengeluhkan demam selama 6 bulan terakhir naik turun, sering
berkeringat pada malam hari. Nafsu makan menurun, pasien merasa badannya
semakin kurus. Pasien riwayat dirawat 2 bulan lalu dan dianjurkan untuk
batang /hari sebelum sakit. Ayah yang tinggal serumah dengan pasien merokok ±6
batang /hari. Anamnesis yang terdiri dari gejala dan riwayat penyakit sebelumnya
dapat mengarah ke kausa infeksi, riwayat penyakit jantung, ginjal atau hepar dapat
42
mengarah ke efusi transudat. Usia tua, penurunan berat badan dan perokok dapat
mengarah ke kausa keganasan. Gejala klinis yang timbul sangat bergantung pada
jumlah cairan efusi dan kausa dari efusi tersebut. Bahkan ada yang asimptomatik,
gejala yang mungkin didapat antara lain seperti dyspnea, nyeri dada atau batuk
kering. Nyeri dada biasanya bersifat nyeri yang bersifat tajam dan terlokalisir
memburuk pada inspirasi dalam atau batuk dan terkadang pada saat bergerak.
Pada pemeriksaan fisik thorax pasien didapatkan Palpasi Vocal fremitus dada
kiri menurun dibandingkan dada kanan. Pada perkusi didapatkan sonor pada
hemithoraks kiri seluruh lapang paru, pekak pada hemithoraks kanan seluruh
tertinggal dibandingkan sisi yang sehat, palpasi taktil vokal fremitus menurun atau
menghilang, perkusi pada daerah efusi akan redup atau pekak. Pada auskultasi,
bunyi pernafasan akan menurun atau tidak terdengar. Pada efusi pleura masif
mediastinum.
darah dan foto polos thorax. Hasil pemeriksaan darah lengkap didapatkan
pemeriksaan sputum BTA hasilnya negatif yang berarti efusi ini kemungkinan
tidak disebabkan karena TB paru. Pada pemeriksan foto polos thorax didapatkan
43
tampak perselubungan homogen pada hemithorax kanan. Tampak cavitas dengan
gambaran air fluid level pada paru kiri. Tampak bercak berawan pada paru kiri.
Kesan efusi pleura massif dextra, suspek abses paru dextra. Foto thoraks posisi
posteroanterior dan lateral masih menjadi alat diagnostik yang penting dalam
diagnosis efusi pleura. Jumlah cairan yang dapat dideteksi pada posisi PA adalah
posisi lateral maka akan tampak sinus costophrenicus posterior akan tumpul bila
gambaran meniscus, paru-paru menjadi opak dan diafragma akan tertutupi. Pada
efusi pleura masif akan ditandai dengan adanya pergeseran organ mediastinum
kearah kontralateral dari efusi. Pada posisi lateral dekubitus cairan bebas dalam
kavum pleura sangat mudah dideteksi bahkan bila cairan efusi kurang dari 5 ml.
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien ini dapat didiagnosis dengan
Ringer Laktat 20 tetes per menit untuk mengatasi kebutuhan cairan per hari,
perdarahan karena pasien mengalami hematemesis dan hemoptisis. Selain itu juga
44
Karena pasien batuk juga diberikan kodein 10 mg 3x1. Tujuan penatalaksanaan
efusi pleura adalah terlebih dahulu meringankan gejala simptomatik dengan cara
mengeluarkan akumulasi cairan dari kavum pleura dan menangani penyebab dari
efusi pleura. Pemilihan terapi biasanya bergantung pada jenis efusi pleura, jumlah
adalah menentukan jenis efusi pleura, transudat atau eksudat. Dibawah ini
45
Akan tetapi efusi eksudat atau efusi transudat dalam jumlah yang sangat banyak
harus ditangani dengan jalan drainase. Pilihan terapi dapat berupa pemasangan
Pemasangan chest tube dan water sealed drainage (WSD) dilakukan untuk
terapi efusi pleura dengan cara mengalirkan secara kontinyu produksi cairan
berbaring dan tergantung dari gejala klinik. Titik pemasangan chest tube pada
anterior linea aksilaris media pada ICS V. Setelah melakukan proses asepsis,
hingga 1,5 inci, kemudian secara perlahan lakukan diseksi secara tumpul untuk
Masukkan chest tube sesuai ukuran dengan klem penuntun, setelah selesai maka
drain yang terpasang harus disambungkan dengan sistem drainase yang tepat.
Biasanya digunakan botol yang telah berisi air dengan ketinggian 2 cm untuk
sistem drainase. Dilakukan fiksasi jahitan pada luka bekas insisi dengan jahit
matras horizontal dan simpul hidup menggunakan benang silk ukuran 1,0. Luka
kemudian ditutup dengan kasa steril, lalu dilakukan follow up terhadap undulasi,
bubble, warna cairan, produksi cairan dan klinis pasien. Pada pasien sudah
terpasang WSD yang mana WSD ini merupakan suatu sistem drainage yang
menggunakan water seal untuk mengalirkan udara atau cairan dari cavum pleura.
Adapun indikasi pemasangan WSD pada pasien ini adalah adanya efusi pleura
yang massif.
46
KESIMPULAN
Efusi pleura adalah akumulasi cairan abnormal pada kavum pleura yang
dapat disebabkan oleh adanya kelainan pada pleura, paru atau karena penyakit
sering dari seluruh penyakit pleura terutama akibat komplikasi penyakit lainnya.
biokimia, kultur dan sitologi dari cairan pleura dapat dilakukan untuk mengetahui
etiologi sehingga penanganan yang tepat dapat segera diberikan untuk mencegah
komplikasi lebih lanjut dan dapat memberikan prognosis yang lebih baik. Tujuan
47
DAFTAR PUSTAKA
Lampung.
Penyakit Dalam, Sudoyo AW, et al. Edisi 4, Jilid II. Jakarta: Pusat Penerbitan
6. Garrido VV, Sancho FJ, Blasco H et al. Diagnosis and Treatment of Pleural
Intervent Radiol.2011;28:75–86.
8. Guyton, Arthur C & Hall, John E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Jakarta: EGC.
48
13. Thomsen TW, DeLaPena J, Setnik GS. Thoracentesis. N Engl J Med.
2008;355(15).
49
REFLEKSI KASUS FEBRUARI 2018
OLEH :
PEMBIMBING KLINIK
50