Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pembicaraan tentang sintaksis, bidang yang menjadi lahannya adalah unit
bahasa berupa wacana, kalimat, klausa, frase, dan kata.
Manusia dalam bertutur sapa, berkisah, atau segala sesuatu yang dapat dikatakan
sebagai berbahasa, selalu memunculkan kalimat-kalimat yang diirangkai, dijalin
sedemikian rupa, sehingga berfungsi optimal bagi si penutur dalam upaya mengembangkan
akal budinya dan memelihara kerjasamanya dengan orang lain.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian kata, kelas kata, ciri-ciri kata dan contohnya?


2. Apa pengertian frase dan apa jenis-jenisnya?
3. Apa pengertian klausa dan apa fungsi-fungsinya?
4. Apa pengertian kalimat dan apa saja jenis-jenisnya?
5. Apa pengertian wacana dan apa jenis-jenisnya?

C. Tujuan Pembahasan Masalah

1. Dapat menjelaskan kata, kelas kata, ciri-ciri kata dan contohnya.


2. Dapat menjelaskan pengertian dan jenis-jenis frase.
3. Dapat menjelaskan pengertian dan fungsi-fungsi klausa.
4. Dapat menjelaskan pengertian kalimat dan jenis-jenisnya.
5. Dapat menjelaskan pengertian wacana dan apa jenis-jenisnya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kata
Dalam tataran morfologi, kata merupakan satuan terbesar, tetapi dalam tataran sintaksis,
kata merupakan satuan terkacil yang akan membentuk satuan sintaksis yang lebih besar,
yaitu frase.
Kelas kata Menurut Abdul Chaer dalam buku “Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia” yaitu.
1. Kata Benda
2. Kata Ganti
3. Kata Kerja
4. Kata Sifat
5. Kata Sapaan
6. Kata Petunjuk
7. Kata Bilangan
8. Kata Penyangkal
9. Kata Depan
10. Kata Penghubung
11. Kata Keterangan
12. 12. Kata Tanya
13. Kata Seru
14. Kata Sandang
15. Kata Partikel

Ciri-Ciri Kelas Kata, antara lain :


Kata Benda
a. Berawalan pe-, seperti pemuda, pemenang, dan penyair.
b. Berakhiran –an, seperti bendungan, bantuan dan asuhan.
c. Berakhiran –nya, seperti besarnya, naiknya, dan jauhnya.
d. Berimbuhan gabung pe-an, seperti pembangunan, pengembangan, dan pelebaran.
e. Berimbuhan gabungan per – an, seperti pertemuan, pertambangan dan persatuan.
f. Berimbuhan gabung ke-an, seperti keadilab, kebijaksanaan dan kekayaan.
g. Kata yang diikuti dengan frase “yang” … atau “ yang sangat” misalnya : jalan (yang
bagus), pemuda (yang sangat rajin).

Kata Kerja
Kata-kata yang dapat diikuti oleh frasa dengan baik yang menyatakan alat, yang
menyatakan keadaan, maupun yang menyatakan penyerta, disebut kata kerja, misalnya:
a. Awalan Me-, seperti kata-kata menulis, membaca dan melihat.
b. Awalan ber-, seperti kata-kata berdiri, berlatih dan berkuda
c. Awalan di-, seperti pada kata-kata ditulis, dibaca, dan dilihat
d. Awalan ter-, seperti pada kata-kata tertulis, terbaca, dan terlihat
e. Awalan per-, seperti pada kata-kata perpanjang, percepat, dan persingkat
f. Awalan –kan, seperti pada kata-kata tuliskan, abacakan, dan damaikan
g. Awalan –i, seperti pada kata-kata tulisi, datangi dan diami.

Ciri-Ciri Kata Ganti


Kata ganti orang pertama (mengganti diri orang yang berbicara) :
a. Saya
b. Aku ku
c. Kami
d. Kita
Contoh : Adik bertanya kepada paman, “Paman, bolehkah saya kerumah Paman?’
(saya = adik)

Kata ganti orang kedua (mengganti orang yang diajak bicara) :


a. Kamu
b. Engkau
c. Anda
d. Kalian
Contoh : Mengapa kemarin kamu tidak sekolah?’ tanya Hasan pada Ali temannya
sekelas.

B. FRASE
Frase adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak
melampaui batas fungsi unsur klausa.
Frase merupakan kelompok kata yang mendududuki suatu fungsi (subjek, predikat,
pelengkap, objek, dan keterangan) dan kesatuan makna dalam kalimat.
Contoh: Dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru di perpustakaan.
Kalimat itu terdiri dari satu klausa,yaitu Dua orang mahasiswa sedang membaca
buku baru di perpustakaan. Sedangkan,klausa terdiri dari empat unsur yaitu,dua orang
mahasiswa, sedang membaca buku baru,dan di perpustakaan.
Masing-masing unsur menduduki satu fungsi.Dua orang mahasiswa menduduki
unsur S,sedang membaca menduduki fungsi P,buku baru menduduki fungsi O,dan di
perpustakaan menduduki fungsi KET.Demikianlah unsur klausa yang terdiri dari dua kata
atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi itu merupakan satuan gramatik yang disebut
frase.Jadi Frase itu sendiri adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang
tidak melampaui batas fungsi unsur klausa.
Berdasarkan kesetaraan distribusi unsur-unsurnya frase dibagi dua jenis, yaitu :

1. Frase endosentrik
Frase endosentrik yang distribusi unsur-unsurnya setara dalam kalimat.Frase
endosentrik dibagi atas tiga jenis yaitu:
Frase endosentrik koordinatif,yakni frase yang unsur-unsurnya setara,dapat dihubungkan
dengan kata dan, atau,misalnya:
a. Sepeda motor
b. Kasih sayang
c. Rumah sakit
Frase endosentrik atributif,yakni frase yang unsur-unsurnya tidak setara sehingga
tak dapat disisipkan kata penghubung dan,atau,misalnya:
a. Sepeda baru
b. Sambil bernyanyi
c. Sedang mandi
2. Fra se eksosentrik,
Yaitu frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua
unsurnya.misal:
a. Di toko
b. Ke kampus
c. Dari desa
Frase ditinjau dari persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata,frase
dibagi menjadi lima,yaitu:
a. Frase verbal, adalah satuan bahasa yang terbentuk dari dua kata atau lebih dangan
verba sebagai intinya dan tidak merupakan klausa.
Misal:
1) Kapal laut itu sudah belabuh
2) Ibu saya sedang mencuci
b. Frase nominal, adalah dua buah kata atau lebih yang intinya dari nominal atau
benda.
Misal:
1) Amirudin makan beberapa butir telur itik
2) Syarifudin menjual tiga puluh kodi kayu besi
c. Frase ajektival, adalah satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih sedang
intinya ajektiva(sifat) dan satuan ini tidak membentuk klausa.
Misal:
1) Baju itu sangat indah
2) Mobil ferozamu baru sekali
d. Frase pronomina, adalah dua kata atau lebih yang intinya pronomina dan hanya
menduduki satu fungsi dalam kalimat.
Misal:
1) Saya sendiri akan pergi ke pasar
2) Kami sekalian akan pergi ke kantor
e. Frase numeralis, adalah dua kata atau lebih yang hanya menduduki satu fungsi
dalam kalimat namun satuan gramatik itu intinya pada numeralia.
Misal:
1) Tiga buah rumah sedang terbakar
2) Lima ekor ayam sedang terbang

C. KLAUSA
Kridalaksana (1982:85) mengungkapkan bahwa “klausa adalah satuan
gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya tediri dari subjek dan
predikat dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat.”
Klausa dilihat dari segi kategori kata atau frasa yang menduduki fungsi Predikat
terdiri atas :
1. Klausa nominal, adalah klausa yang predikatnya terdiri
dari kata atau frasa golongan nomina.
Misalnya :
a. Ia guru IPA
b. Yang dibeli pedagang itu kayu
2. Klausa verbal, adalah klausa yang predikatnya terdiri dari kata atau frasa
kategori verbal, dan klausa verbal terbagi atas empat jenis, yakni :
a. Klausa verbal yang ajektif adalah klausa yang predikatnya dari kata golongan verbal yang
termasuk kategori sifat sebagai pusatnya.
Misalnya :
1) Rumahnya sangat luas
2) Tamannya indah sekali
b. Klausa verbal Intransitif adalah klausa yang predikatnya dari kata golongan kata kerja
intransitif sebagai unsur intinya.
Misalnya :
1) Burung merpati sedang terbang di angkasa
2) Pesawat Lion Air belum mendarat di Lanud Hasanuddin
c. Klausa verbal yang aktif adalah klausa yang predikatnya dari kata golongan verbal yang
transitif sebagai unsur intinya.
Misalnya :
1) Ibuku sedang mencuci piring
2) Pamanku sedang mengajarkan IPS
d. Klausa verbal yang reflektif adalah klausa yang predikatnya dari kata verbal yang
tergolong kata kerja reflektif.
Misalnya :
1) Anak itu sedang menyelamatkan diri
2) Kakek Adi telah mengobati penyakitnya
e. Klausa verbal yang resiprok adalah klausa yang predikatnya dari kata golongan verbal
yang termasuk kata kerja resiprok.
Misalnya :
1) Mereka saling melempar batu karang
2) Anak-anak itu ejek-mengejek di sekolah
3. Klausa bilangan, adalah klausa yang predikatnya dari kata atau frasa golongan
bilangan.
Misalnya :
a. Kaki meja itu empat buah
b. Mobil itu delapan rodanya
4. Klausa depan, adalah klausa yang predikatnya dari kata atau frasa depan yang
diawali kata depan sebagai penanda.
Misalnya :
a. Baju dinas itu untuk pegawai pemda
b. Mobil itu dari Amerika

D. KALIMAT
Keraf (1984:156) mendefinisikan kalimat sebagai salah satu bagian dari ujaran yang
didahului dan diikuti oleh kesenyapan, sedang intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu
sudah lengkap.
Adapun jenis-jenis kalimat, yaitu :
1. Kalimat tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu pola (SP, SPO, SPOK) atau
kalimat yang hanya terdiri atas satu klausa.

2. Jenis Kalimat Tunggal


Jenis kalimat tunggal terdiri atas lima macam, yakni kalimat nominal, kalimat
ajektival, verbal, dan kalimat preposisional.
a. Kalimat Nominal
Adalah kalimat tunggal yang predikatnya dari kata benda.
Contoh :
1) Ibuku petani sawah,
2) Ayahku pegawai kantor pajak,
3) Kakakku tukang kayu.
b. Kalimat Verbal
Adalah kalimat tunggal yang predikatnya dibentuk dari kata kerja atau verbal. Kalimat
verbal terdiri atas lima macam, yakni :
1) Kalimat Intransitif
2) Kalimat Ekantransitif
3) Kalimat Dwitransitif
4) Kalimat Semitransitif
5) Kalimat Pasif
c. Kalimat Adjektival
Adalah kalimat yang predikatnya dari kata sifat atau ajektival.
Contoh:
1) Buku bahasa Inggrisku sangat tebal.
2) Keluarga itu sangat sopan dan bijaksana.
d. Kalimat Preposisional
Adalah kalimat tunggal yang predikatnya dari kata depan atau preposisi.
Contoh:
1) Tempat tinggalnya di Makassar

Di samping itu, Menurt (Keraf, 1982) kalimat tunggal dilihat dari segi maknanya
dapat dikelompokkan atas empat macam, yakni :

1. Kalimat berita
Kalimat berita adalah kalimat yang digunakan bila kita ingin mengutarakan suatu
peristiwa atau kejadian yang kita alami dan atau yang dialami orang lain.
Misalnya:
Ali pergi ke Jakarta kemarin.
Jalan itu sangat licin.
Saya mau berangkat ke Jakarta besok pagi.

2. Kalimat tanya.
Kalimat tanya, kalimat yang maksudnya atau berfungsi untuk menanyakan sesuatu,
yang di dalamnya terdapat tiga kemungkinan cirri :
a. mengunakan intonasi tanya, dan atau
b. menggunakan kata tanya, dan atau
c. menggunakan partikel -kah.
Misalnya, seperti berikut.
Ibu datang?
Kapan Ibu datang?
Akankah ibu datang?
Jenis kata tanya yang biasa digunakan dalam kalimat tanya dapat dikelompokkan
menurut sifatnya, sebagai berikut:
a. Untuk menanyakan benda/hal: apa, untuk apa, tentang apa.
b. Untuk menanyakan manusia: siapa, dengan siapa, untuk siapa.
c. Untuk menanyakan jumlah: berapa, berapa banyak.
d. Untuk menanyakan pilihan: mana, yang mana,
e. Untuk menanyakan tempat: di mana, ke mana, dari mana.
f. Untuk menanyakan temporal: bila, kapan, bilamana, apabila.
g. Untuk menanyakan kausalitas: mengapa, apa sebab, akibat apa.

Kalimat tanya terdiri atas tiga macam:


a. kalimat tanya biasa: kalimat yang benar-benar menanyakan sesuatu.
b. kalimat tanya retoris: kalimat yang menanyakan menggunakan ciri kalimat tanya tetapi
tidak perlu dijawab. Kalimat ini biasa dipakai orang yang berpidato sebagai cara untuk
menarik perhatian pendengar.
c. kalimat yang senilai perintah: bentuknya bertanya tetapi maksudnya menyuruh,
misalnya “Apakah jendela itu bisa dibuka sekarang?”

3. Kalimat perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang maksudnya menyuruh orang lain melakukan
sesuatu.
Kalimat perintah mempunyai beberapa jenis :
a. Suruhan
b. Permintaan
c. Memperkenankan
d. Ajakan
e. Larangan
f. Bujukan
g. Harapa

E. WACANA
Menurut Harimurti Kridalaksana ( 1985: 184 ),Wacana adalah satuan bahasa
terlengkap dalam hierarki gramatikal, merupakan satuan gramatikal atau satuan bahasa
tertinggi dan terbesar .
Menurut Samsuri (1988: 1 ) Memandang wacana dari segi komunikasi.Menurutnya
dalam sebuah wacana,terdapat konteks wacana ,topic ,kohesi,dan koherensi.

Jenis wacana ditinjau dari tujuan berkomunikasi :

1. Wacana Argumentasi

Menurut ( Rottenberg,1988: 9 ).Karangan argumentasi merupakan salah satu


bentuk wacana yang berusaha mempengaruhi pembaca atau pendengar agar menerima
pernyataan yang dipertahankan, baik yang didasarkan pada pertimbangan logis dan
emosional .
Menurut ( Gorys Keraf,1995:10 ) Argumentasi adalah semacam bentuk wacana yang
berusaha membuktikan suatu kebenaran .Sebuah argumentasi berusaha mempengaruhi
serta mengubah sikap dan pendapat orang lain untuk menerima suatu kebenaran dengan
mengajukan bukti – bukti mengenai objek yang diargumentasikan itu.

2. Wacana Eksposisi
Karangan atau wacana eksposisi bertujuan untuk menerangkan sesuatu hal kepada
penerima ( Pembaca ) agar yang bersangkutan memahaminya.Eksposisi adalah suatu
bentuk wacana yang berusaha menguraikan suatu objek sehingga memperluas pandangan
atau pengetahuan pembaca.wacana ini digunakan untuk menjelaskan wujud dan hakikat
suatu objek.misalnya menjelaskan pengertian kebudayaan,komunikasi,perkembangan
tekhnologi ,pertumbuhan ekonomi kepada pembaca.
3. Wacana persuasi
Wacana persuasi adalah wacana yang bertujuan mempengaruhi mitra tutur untuk
melakukan perbuatan sesuai yang diharapkan penuturnya.untuk mempengaruhi
pembacanya ,biasanya digunakan segala daya dan upaya yang membuat mitra tutur
terpengaruh. Untuk mencapai tujuan tersebut ,wacana persuasi kadang menggunakan
alasan yang tidak rasiona.persuasi sesungguhnya merupakan pernyimpangan dari
argumentasi,dan khusus berusaha mempengaruhi orang lain atau para pembaca. persuasi
lebih mengutamakan untuk menggunakan atau memanfaatkan aspek – aspek psikologis
untuk mempengaruhi orang lain.Jenis wacana persuasi yang paling sering ditemui adalah
kampanye dan iklan
Contoh wacana iklan sebagai berikut.
“Pakai daia,lupakan yang lain.Dengan harga yang semurah ini,membersihkan tumpukan
pakaian kotor anda,menjadi bersih cemerlang”.

4. Wacana Deskripsi
Wacana deskripsi adalah bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu objek
atau suatu hal sedemikian rupa sehingga objek itu sepertinya dapat dilihat,dibayangkan
oleh pembaca ,seakan – akan pembaca dapat melihat sendiri.Deskripsi memiliki fungsi
membuat para pembacanya seolah melihat barang – barang atau objeknya.objek yang
dideskripsikan mungkin sesuatu yang bias ditangkap dengan panca indra kita ,contohnya,
sebuah hamparan sawah yang hijau dan pemandangan yang indah ,jalan – jalan kota ,tikus –
tikus selokan ,wajah seorang yang cantik molek atau seorang yang bersedih hati ,alunan
music dan sebagainya.
5. Wacana Narasi
Wacana narasi merupakan satu jenis wacana yang berisi cerita.pada wacana narasi
terdapat unsure – unsure cerita yang penting ,seperti waktu,pelaku,peristiwa.Adanya aspek
emosi yang yang dirasakan oleh pembaca dan penerima .Melalui narasi,pembaca atau
penerima pesan dapat membentuk citra atau imajinasi.

Contoh:
Sewaktu aku duduk diruang pengadilan yang penuh sesak itu menunggu perkara ku
disidangkan,dalam hatiku bertanya – Tanya berapa banyak orang – orang hari ini
disini yang merasa,seperti apa yang kurasakan bingung,patah hati,dan sangat kesepian .Aku
merasa seolah – olah aku memikul beban berat seluruh dunia di pundakku.

BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Kelas kata Menurut Abdul Chaer dalam buku “Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia”
halaman 86-194.
Frase adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak
melampaui batas fungsi unsur klausa.
Frase merupakan kelompok kata yang mendududuki suatu fungsi (subjek, predikat,
pelengkap, objek, dan keterangan) dan kesatuan makna dalam kalimat.
Kridalaksana (1982:85) mengungkapkan bahwa “klausa adalah satuan
gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya tediri dari subjek dan
predikat dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat.”
Keraf (1984:156) mendefinisikan kalimat sebagai salah satu bagian dari ujaran yang
didahului dan diikuti oleh kesenyapan, sedang intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu
sudah lengkap.
Menurut Harimurti Kridalaksana ( 1985: 184 ),Wacana adalah satuan bahasa
terlengkap dalam hierarki gramatikal, merupakan satuan gramatikal atau satuan bahasa
tertinggi dan terbesar .
Menurut Samsuri (1988: 1 ) Memandang wacana dari segi komunikasi.Menurutnya
dalam sebuah wacana,terdapat konteks wacana ,topic ,kohesi,dan koherensi.

B. SARAN
Pemahaman satuan sintaksis dan semantik bahasa Indonesia bagi guru, selain
dapat menjadi bekal dalam pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam
kehidupan sehari-hari juga dapat bermanfaat dalam pembinaan kemampuan berbahasa
siswa. Sehingga, materi ini harus benar-benar dikuasai dan dipahami.
DAFTAR PUSTAKA
Makalah dapat dilihat dan di Download di :

Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.


H. P. Achmad. 2012. Sintaksis Bahasa Indonesia. Tanggerang : PT Pustaka Mandiri.

Anda mungkin juga menyukai