Anda di halaman 1dari 16

STASE KEPERAWATAN ANAK

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


BERMAIN DENGAN MEWARNAI GAMBAR
DI BANGSAL ANGGREK RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
YOGYAKRTA

Disusun Oleh :

1. Anis Rofiqoh, S. Kep 3217015


2. Baiq Ellin K, S. Kep 3217024
3. Damayanti, S. Kep 3217027
4. Yeny Tutut P, S.kep 3217126

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN XII


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2018
HALAMAN PENGESAHAN

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


BERMAIN DENGAN MEWARNAI GAMBAR
DI BANGSAL ANGGREK RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
YOGYAKRTA

Disetujui pada

Hari : ……………………………….
Tanggal : ……………………………….

Disusun Oleh :

1. Anis Rofiqoh, S. Kep (………………….)


2. Baiq Ellin K, S. Kep (………………….)
3. Damayanti, S. Kep (………………….)
4. Yeny Tutut P, S.kep (………………….)

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(………………………………….) (……………………………….)
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
BERMAIN DENGAN MEWARNAI GAMBAR
DI BANGSAL ANGGREK RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

1 Latar Belakang
Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah
satu alat paling penting untuk menanggulangi stres karena hospitalisasi yang
dapat menimbulkan krisis dalam kehidupan anak. Terapi bermain sangat
berguna untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami.
Bermain dapat dijadikan suatu alat koping dalam menghadapi stress. Bermain
sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak seperti
kebutuhan perkembangan.
Bermain merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh anak.
Adapun kebutuhan yang dapat terpenuhi antara lain kebutuhan kasih sayang,
kebutuhan mendapat pengalaman, dan kebutuhan stimulasi. Kebutuhan kasih
sayang merupakan cerminan arti kebutuhan asih yang dapat memberikan
kehidupan dan kententreman psikologis anak yang dapat tercermin pada
hubungan yag baik antara kedua orng tua, keluarga, orang sekitar, dan
lingkungan. Hal tersebut akan muncul ketika dilakukan terapi bermain.
Kebutuhan mendapat pengalaman ini merupakan hal yang sangat
berharga. ketika dilakukan terapi bermain akan membuat anak mendapat
pengalaman baru yang akan membantu pertumbuhan anak. Sedangkan
kebutuhan stimulasi juga sangaT berguna untu proses pembelajaran dan
pencapaian dalam pertumbuhan dan perkembangan secara optimal. Stimulasi
ini dapat berupa latihan atau bermain. Selain itu, aktivitas bermain pada anak
dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotornya.

2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan terapi bermain selama 30 menit, anak
diharapkan bisa merasa tenang selama perawatan di rumah sakit dan tidak
takut lagi terhadap petugas kesehatan sehingga anak bisa merasa nyaman
selama di rumah sakit.
2. Tujuan khusus
Setelah mengikuti terapi bermain diharapkan anak :
a. Bisa melakukan terapi bermain dengan senang.
b. Bisa mendapatkan pengalaman yang sangat berharga.
c. Bisa mengalami proses pembelajaran dan pencapaian dalam
pertumbuhan dan perkembangan secara optimal.
d. Menyukai terapi bermain yang dilakukan bersama perawat.
e. Tidak mengalami kecemasan ketika di rumah sakit.
f. Mampu melakukan kemampuan psikomotor dan kognitif melalui terapi
bermain.

3 Waktu & Tempat


Waktu : Sabtu, 24 Maret 2018(30 menit)
Tempat : Bangsal Anggrek RSUD Bantul

4 Susunan Kegiatan Acara


Kegiatan Subjek
No Tahap Kegiatan Terapis Media Waktu
Terapis
1 Persiapan 1. Menyiapkan Ruangan, media, - 5 menit
ruangan. anak, dan keluarga
2. Menyiapkan alat- siap.
alat.
3. Menyiapkan anak
dan keluarga.

2 Pelaksanaan 1. Membuka proses 1. Mendengar, Pensil 20


terapi bermain menjawab warna & menit
dengan salam, kertas
mengucapkan salam, memprekenalka bergambar
memperkenalkan n diri, dan
diri. memperhatikan,
2. Menjelaskan kepada 2. Bermain
anak tentang tujuan bersama dengan
dan manfaat antusias dan
bermain, mengungkapka
menjelaskan cara n perasaannya.
permainan.
3. Memulai kegiatan
terapi bermain.
3 Penutup 1. Evaluasi secara lisan 1. Menjawab, - 5 menit
dan praktik mendengarkan,
2. Memberi pujian dan menjawab
3. Menyimpulkan salam
4. Memberi salam
penutup

5 Sasaran dan Peserta


Sasarannya adalah anak usia 2 – 5 Tahun yang menjalani perawatan di
Bangsal Anggrek RSUD Bantul. Adapun pesertanya sebagai berikut :

1. ……………………
2. ……………………
3. ……………………

A. Setting Tempat

Keterangan :
: Meja
: Leader
: Observer + Fasilitator
: Klien
: Orang tua

Uraian Tugas Pelaksanaan


a. Leader
Tugas :
1. Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi
dengan menciptakan situasi dan kondisi yang
memungkinkan klien termotifasi untuk mengekspresikan
perasaannya.
2. Auxilergy Ego, yaitu sebagai penopang bagi anggota yang
terlalu lemah atau mendominasi
3. Koordinasi, yaitu mengarahkan proses kegiatan pencapaian
tujuan dengan cara memberi motivasi kepada anggota
untuk terlibat dalam kegiatan.
c. Fasilitator
Tugas :
1. Mempertahankan kehadiran peserta
2. Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
3. Mencegah gangguan dan hambatan terhadap kelompok
baik luar maupun dalam kelompok.
d. Observer
Tugas :
1. mengidentifikasi kedalam kegiatan
2. mengidentifikasi strategi yang digunakan leader
3. mengamati dan mencatat
 Jumlah anggota yang hadir
 Siapa yang terlambat
 Daftar hadir
 Siapa yang memberi pendapat atau ide
 Topik diskusi
4. Mencatat moddifikasi strategi untuk kelompok yang akan
datang
5. memprediksi respon anggota kelompok pada sission
berikutnya.
B. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Mewarnai

C. Media
1. Pencil warna
2. Kertas bergambar

D. Pembagian Kelompok
1. Leader : Baiq Ellin K
2. Fasilitator : Yeny Tutut P
Damayanti
3. Observer : Anis Rofiqoh

E. Evaluasi
Peserta terapi bermain mampu:
1. Mampu menyebutkan nama permainan.
2. Mampu mengikuti kegiatan bermain dari awal sampai selesai.
3. Mampu mewarnai gambar.
4. Merasa senang setelah mengikuti terapi bermain, tenang terkait
hospitalisasi.
Lampiran Materi
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
BERMAIN DENGAN MEWARNAI GAMBAR
DI BANGSAL ANGGREK RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

A. Konsep Dasar Bermain


1. Pengertian
Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk
memperoleh kesenangan/kepuasan. Bermain merupakan cerminan
kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social, dan bermain
merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak-
anak akan berkata-kata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan
lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan mengenal
waktu, jarak serta suara (Suriadi, 2010).

2. Kategori Bermain
a. Bermain Pasif
Yaitu energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu melakukan
aktivitas (hanya melihat) contoh : memberi support.
b. Bermain aktif
Yaitu anak banyak menggunakan energi inisiatif dari anak sendiri,
contohnya : bermain sepak bola.

3. Fungsi Bermain
Menurut Riyadi (2013), fungsi bermain diantaranya yaitu:
a. Perkembangan sensoris-motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat
penting untuk perkembangan fungsi otot.
b. Perkembangan intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap
segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenai
warna, bentuk, ukuran, tekstur, dan membedakan objek. Pada saat
bermain pula anak akan melatih diri untuk memecahkan masalah.
c. Perkembangan sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi
dan menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk
mengembangkan hubungan sosial dan belajar memecahkan masalah
dari hubunga tersebut.
d. Perkembangan kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya ke dalam bentuk objek dan atau kegiatan yang
dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan
mencoba untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan
membongkar dan memasang satu alat permainan akan merangsang
kreativitasnya untuk semakin berkembang.
e. Perkembangan kesadaran diri
Melalui bermain, anak akan mengembangkan kemampuannya dalam
mengatur tingkah laku.
f. Perkembangan moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama
dari orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak
akan mendapat kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut
sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri
dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya.
g. Bermain sebagai terapi
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai
perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas,
sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi
yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada di
lingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak
akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena
dengan melakukan permainan, anak akan dapat mengalihkan rasa
sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui
kesenangannya melakukan permainan.

4. Tujuan Bermain
Pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan sebagai berikut:
a. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada
saat sakit anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan
perkembangannya.
b. Mengekspresikan perasaan, keinginan dan fantasi serta ide-idenya. Pada
anak yang belum dapat mengekspresikannya secara verbal, permainan
adalah media yang sangat efektif untuk mengekspresikannya.
c. Mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan maslah.
Permainan akan menstimulasi daya piker, imajinasi, dan fantasinya
untuk menciptakan sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya. Pada
saat melakukan permainan, anak juga akan dihadapkan pada masalah
dalam konteks permainannya, semakin lama ia bermain dan semakin
tertantang untuk dapat menyelesaikannya dengan baik.

5. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Aktivitas Bermain


Agar anak bisa bermain diperlukan hal-hal seperti dibawah ini:
a. Ekstra energi.
Untuk bermain diperlukan ekstra energy. Anak yang sakit, kecil
keinginannya untuk bermain.
b. Waktu
Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain.
c. Alat permainan
Untuk bermain diperlukan alat permainan yang sesuai dengan umur dan
taraf perkembangan.
d. Ruang untuk bermain
Ruangan tidak perlu terlalu lebar dan tidak perlu ruangan khusus untuk
bermain. Anak bisa bermain diruang tmu, halaman, bahkan diruang
tidurnya.
e. Pengetahuan cara bermain
Anak belajar bermain melalui mencoba-coba sendiri, meniru teman-
tamannya atau diberi tahu caranya oleh orang lain. Cara yang terakhir
adalah yang terbaik, karena anak tidak terbatas pengetahuannya dalam
menggunakan alat permainannya dan anak-anak akan mendapat
keuntungan lain lebih banyak.
f. Teman bermain
Anak harus merasa yakin bahwa ia mempunyai teman bermain kalau ia
memerlukan, apakah itu saudaranya, orang tuanya, atau temannya.

B. Konsep Dasar Pre School


Usia prasekolah (3-6 tahun)
1. Mengembangkan kemampuan berbahasa, berhitung, serta menyamakan
dan membedakan
2. Merangsang daya imajinasi
3. Menumbuhkan sportivitas, kreativitas, dan kepercayaan diri
4. Memperkenalkan ilmu pengetahuan, suasana gotong royong, dan
kompetisi
5. Mengembangkan koordinasi motorik, sosialisasi, dan kemampuan untuk
mengendalikan emosi
Tumbang anak usia prasekolah :
1. Tumbuh lambat
2. Cepat menangkap pelajaran
3. Koordinasi fungsi motorik bertambah

C. Konsep Dasar Alat permainan Edukatif (APE)


1. Pengertian
Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat
mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan
tingkat perkembangannya, dan dapat berguna untuk pengembangan aspek
fisik pila berupa kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang atau
merangsang pertumbuhan fisik anak. mengembangkan berbahasa dengan
melatih berbicara menggunakan kalimat yang benar. Pengembangan aspek
kognitif dengan pengenalan suara, ukuran dan bentuk warna. Dan
pengembangan aspek social khususnya dalam hubungannya dengn
interaksi antara ibu dan anak, keluarga dan masyarakat (Riyadi, 2013).
2. Mainan untuk anak usia pre school
a. Mainan yang dapat ditarik dan didorong
b. Alat masak
c. Malam, lilin
d. Boneka, telephone, gambar dalam buku, bola, drum yang dapat dipukul,
krayon, kertas

D. Bermain di Rumah Sakit


1. Prinsip kegiatan
a. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana
b. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang
c. Kelompok umur sama
d. Melibatkan keluarga atau orang tua
2. Hambatan bermain
a. Anak kurang kooperatif
b. Orang tua tidak mendukung
c. Jam-jam tertentu seperti : kunjungan dokter, terapi dan waktu istirahat
d. Tidak semua rumah sakit mempunyai fasilitas bermain.
3. Antisipasi hambatan bermain
a. Pendekatan kepada anak lebih ditingkatkan
b. Memberikan penjelasan yang mudah dimengerti orang tua, sehingga
timbul rasa percaya
c. Membatasi waktu bermain
d. Bermain dilakukan dirawat inap tanpa menggangu proses terapi
pengobatan

E. Jenis Permainan Yang Cocok Untuk Usia 3–6 Tahun


1. Dramatic Play
Pada permainan ini anak memainkan peran sebagai orang lain
Contoh: Anak memerankan sebagai ayah atau ibu.
2. Skill Play
Pada permainan ini akan meningkatkan keterampilan anak khususnya
motorik kasar dan halus. Contoh : Bermain bongkar pasang (puzzle)
3. Assosiative Play
Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan
yang lain, tetapi tidak terorganisir. Tidak ada pemimpin yang memimpin
permainan dan tujuan yang tidak jelas. Contoh: anak-anak bernyanyi
sesuai selera masing-masing.
4. Cooperative Play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas tetapi tujuan dan
pimpinan permainan jelas. Contoh : anak-anak bernyanyi bersama-sama
dengan satu orang menjadi pemimpin.

F. Tahap Kerja Terapi Bermain Anak Usia 3–6 Tahun


1. Stimulasi Sosial
Anak bermain bersama teman-temannya, tetapi tidak ada tujuan. Contoh:
bermain pasir bersama-sama.
2. Stimulasi Keterampilan
Mengetahui kemampuan keterampilan yang ada pada anak sehingga dapat
mengetahui bakat anak. Contoh: Menggambar, bernyanyi, menari.
3. Stimulasi Kerjasama
Anak mampu bekerjasama dalam permainan. Contoh: anak-anak bermain
menyusun puzzle, bermain bola.
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. (2012). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk perawat dan
bidan). Jakarta: Salemba Medika

Riyadi. (2013). Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu

Suriadi & Yuliani, R. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV.
Sagung Seto
Lampiran evaluasi
1. Lembar evaluasi proses
a. Kendala apasaja yang dialami selama kegiatan terapi bermain
berlangsung?
b. Apakah pembagian peran yang dilakukan perawat sudah sesuai dengan
tugasnya?
c. Adakah keluhan pada anak saat dilakukan terapi bermain?
2. Lembar observasi Kemampuan dan kemauan anak melakukan terapi bermain
Skor
No. Nama Anak
1 2
1.
2.
3.
Ket :
1 : mau melakukan tetapi tidak mampu melakukan
2 : mau melakukan dan mampu melakukan

3. Lembar observasi Tingkat kecemasan anak setelah melakukan terapi bermain


No. REAKSI KECEMASAN YANG MUNCUL RESPON ANAK
A Pada saat anda masuk ke ruangan anak dirawat, SL SR KD TP
reaksi yang muncul
1. Anak berhenti bermain / makan / minum, ekpresi
wajahnya tegang
2. Anak segera mendekati orang tuanya
3. Anak memegangi orang tua atau saudara yang ada di
sekitarnya
4. Anak segera memegangi ibu jari tangannya dan
meremas-remas tangannya
B Ketika anda mendekati anak, reaksi anak yang
muncul
5 Anak memegangi lengan atau tangan orang tua /
merapatkan tubuhnya
6 Anak ekspresi wajahnya tegang / mulai menjauhi
perawat dan menggeser tubuhnya menjauhi perawat
7 Anak segera membelakangi / tidak melihat /
menyelimuti tubuh atau muka / berpura-pura tidur
memejamkan mata
8 Anak mengajak orang tuanya pulang / pergi
9 Anak minta digendong orang tuanya / tidak mau
ditinggal sendiri
C Ketika anda membawa alat-alat pemeriksaan, dan
mendekati anak, apa yang terjadi
10 Anda menyapa, ekspresi wajah anak tegang / terlihat
pucat/ mulai menangis
11 Anak menangis terisak / menangis keras / terisak-isak
12 Anak memegang erat orang tuanya / tidak mau
ditinggal/ minta digendong
D Pada saat anda melakukan tindakan keperawatan
pada anak ( tekanan darah, nadi, pengukuran suhu
tubuh, pemeriksaan jantung/dada ), reaksi anak
yang muncul
13 Anak menekuk tangannya dan menghalangi perawat
melakukan pemeriksaan
14 Anak menepis tangan perawat yang memeganginya
15 Anak menangis terisak-isak
16 Anak menangis dengan keras / anak menjerit-jerit
17 Anak meronta-ronta dengan kuat
E Anda melakukan tindakan yang menyakitkan bagi
anak ( mengambil darah, menyuntik, memasang
infus, dll ), reaksi yang muncul
18 Anak ekspresi wajahnya pucat, tegang / memejamkan
mata
19 Anak menangis terisak-isak / berlinang air mata
20 Anak menangis dengan keras dan menjerit-jerit
21 Anak memukul / mencakari / menggigit / memaki-maki
/ menepis tangan perawat
22 Anak meronta-ronta dengan kuat / menendang-
nendangkan kakinya
23 Anak memanggil orang tuanya / memegangi orang
tuanya
F Anda mendekati anak untuk memberikan makan
dan obat, reaksi anak yang muncul
24 Anak diam / hanya menatap anda / anak menangis
25 Anak hanya mau disuapin orang tuanya
26 Anak menolak minum obat yang diberika anda dengan
wajah yang tegang
G Anda mengajak anak untuk bercakap-cakap, reaksi
anak yang muncul
27 Anak diam saja / tidak mengeluarkan suara sepatah
katapun
28 Anak hanya menatap anda dengan ekspresi wajah yang
tegang
29 Anak berkata pelan, yang diucapka sedikit dan
menghindari kontak mata
30 Anak suaranya bergetar tidak jelas bibirnya gemetar
31 Anak tidak berespon, anak asyik menggigit kuat
tangannya
32 Anak menolak mengikuti instruksi yang diberikan
dokter / perawat / petugas kesehatan
Jumlah
Ket :
SL : anak selalu menunjukkan respon tersebut
SR : anak sering menunjukan respon tersebut
KD: anak kadang-kadang menunjukan respon tersebut
TP : anak tidak pernah menunjukan respon tersebut

Anda mungkin juga menyukai