Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keberhasilan pemerintah Indonesia dalam Pembangunan Nasional, dapat dilihat diberbagai

bidang, seperti kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi terutama bidang medis atau ilmu kedokteran, yang dicerminkan dari peningkatan

kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia yang digambarkan

dengan adanya peningkatan jumlah penduduk lanjut usia (Bandiyah,2009)

Lansia (lanjut usia) menurut WHO (1969) adalah orang yang berusia 60-74 tahun. Saat ini

seluruh dunia jumlah penduduk lanjut usia di perkirakan ada 500 juta jiwa dengan usia rata-rata

60tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar jiwa (Bandiyah,2009). Badan

pusat statistik Indonesia tahun 2010 memaparkan bahwa, jumlah lanjut usia 2009 sejumlah

18.425.000 jiwa (7,75%) dan tahun 2010 sejumlah 19.036.600 jiwa (8,01%). Menurut Dinas

Kesehatan Provinsi Bali, jumlah lanjut usia tahun 2010 adalah 218.999 jiwa (5,63%) dan tahun

2014 sejumlah 759.224 jiwa (Ruspawan 2011). Menurut dinas kesehatan kabupaten Badung

(2014), jumlah lansia di Kabuaten Badung sekitar 50.381 jiwa, di Kecamatan Mengwi sebanyak

10.194 jiwa, terbanyak berada di Wilayah Kerja Puskesmas Mengwi I Sebanyak 4.278 jiwa.

Peoses menua merupakan sebuah proses yang mengubah orang dewasa sehat menjadi

rapuh disertai menurunnya cadangan hampir semua sistem fisiologis proses tersebut disertai

dengan meningkatnya kerentanan terhadap penyakit dan kematian (Darmojo, 2010). Terjadinya

proses menua disertai dengan berbagai perubahan baik dari fisik dan psikososial. Perubahan fisik

dapat dilihat antara lain dari perubahan penampilan pada bagian wajah, tangan dan kulit.
Perubahan lainnya pada bagian dalam tubuh seperti pada system saraf otak, limpa, hati. Perubahan

pada panca indra ternyata juga terjadi yaitu pada penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa,

perubahan pada motorik antara lain berubahnya kekuatan, kecepatan dan belajar ketrampilan baru

(Potter & Perry, 2008)

Perubahan- perubahan yang terjadi pada lansia baik perubahan fisiologik maupun

psikososial menyebabkan lansia mengalami kelemahan dan keterbatasan fungsi. Adanya

kelemahan dan keterbatasan yang dialami akan menimbulkan dampak pada lansia yaitu berupa

perubahan yang terjadi. Perubahan tersebut diperberat dengan factor resiko yang menyertai

sehingga menimbulkan konsekwensi atau gangguan kesehatan yang akhirnya akan berpengaruh

pada penurunan aktivitas kehidupan sehari-hari (Darmojo, 2010). Masalah kesehatan yang sering

terjadi pada lansia berbeda dari orang dewasa. Sering disebut dengan istilah 14 I, yaitu Immobility

(kurang bergerak), Instablity (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh), Incontiment

(beser buang air kecil atau buang air besar), intelectual impairment (gangguan intelektual atau

demensia), infection (infeksi), impairment of vision and hearing, taste, smell, communication,

convalescence, skin integrity (gangguan panca indra, komunikasi, penyembuhan, dan kulit),

inpaction (sulit buang air besar), isolation (depresi), inanition (kurang gizi), impecunity (tidak

punya uang), latrogenesis (menderita penyakit akibat obat-obatan), imsomnia (gangguan tidur),

immune deficiency (daya tahan tubuh yang menurun), impotence (impotensi) (Siburian, 2006).

Menurut Maurier dan Smith (2008) 45% lansia usia diatas 75 tahun mengalami kelemahan

dan keterbatasan dan 85% dibantu oleh keluarga dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Menurut

Stanhope dan Lancaster (2008) 60% lansia membutuhkan bantuan dalam mengatasi keterbatasan,

15% lansia usia diatas 65 tahun mempunyai kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar dan

kebutuhan instrumental. Ditemukan 31% lansia perempuan dan 18% lansia laki-laki tidak mampu
melakukan satu dari lima kegiatan yang diberikan. Hal tersebut sesuai dengan penelitian putri

(2012) yang meneliti tentang hubungan antara dukungan keluarga dengan kemandirian lansia

dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 51,8% lansia

mandiri dalam aktivitas sehari-hari.

Menrunnya tingkat kemandirian lansia, serta banyaknya lansia yang tinggal dimasyarakat,

hidup seorang diri, terlantar, tinggat ketergantungan yang tinggi, dan mengalami berbagai penyakit

degeneratif membuat lansia membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhan terutama

keluarga karena keluarga merupakan salah satu pemberi perawatan utama bagi lansia. Menurut

Suardiman (2010) upaya yang dilakukan terkait dengan kesehatan lansia diantaranya

meningkatkan kesadaran lansia untuk membina sendiri kesehatannya dan meningkatkan

kemampuan dan peran serta keluarga dalam menghayati dan mengatasi kesehatan lansia. Menurut

(Friedman,2010), sebuah keluarga yang berfungsi dengan baik jika saling memberikan motivasi,

memberikan kebebasan serta memberikan perlindungan dan keamanan untuk mencapai potensi

diri bagi anggota keluarga.

Keluarga adalah tempat bagi anggota keluarga untuk belajar tentang kesehatan penyakit

serta sebagai tempat memberi dan memperoleh perawatan sepanjang kehidupan anggota keluarga.

Kesehatan keluarga dapat tergambar dari kemampuan keluarga memberikan bantuan kepada

anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri dan kemampuan keluarga memenuhi

fungsi keluarga serta mencapai tugas perkembangan yang sesuai dengan tingkat perkembangan

keluarga dengan lansia. Pemberian perawatan pada lansia merupakan tanggung jawab keluarga

sehingga keluarga memiliki potensi besar sebagai mitra dalam mempertahankan dan memulihkan

kesehatan angggota keluarga terutama lansia (Nugroho, 2008).


Keluarga merupakan sumber daya penting dalam pemberian layanan kesehatan, baik bagi

individu maupun keluarga. Keluarga merupakan sebuah jaringan yang erat hubungannya, sebuah

jaringan interdependen yang anggotanya akan saling mempengaruhi (friedman, 2010). Peran dan

pelaksanaan tanggung jawab keluarga sangat mempengaruhi kondisi anggota keluarga dalam

berinteraksi, ataupun dalam memenuhi semua kebutuhan anggota keluarga, sesuai dengan tumbuh

kembang seluruh anggota keluarga, termasuk pemenuhan kebutuhan kesehatan. Menurut Depkes

(2010) bahwa tugas kesehatan keluarga terdiri dari keluarga mengenal masalah kesehatan setiap

anggota keluarga, keluarga mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat, keluara

merawat anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan, keluarga memodifikasi lingkungan

yang menguntungkan kesehatan dan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan.

Pelaksanaan tugas kesehatan bukan hanya fungsi esensial dan dasar keluarga, namun

fungsi yang mengembnag focus sentral dalam keluarga yang berfungsi dengan baik dan sehat.

Akan tetapi memenuhi fungsi perawatan kesehatan bagi semua anggota keluarga akan menemui

kesulitan akibat adanya tantangan eksternal dan internal (friedman, 2010). Fungsi perawatan

kesehatan keluarga diharapkan dapat mengakomodir kebutuhan kesehatan seluruh anggota

keluarga, tetapi pada kenyataannya tidak semua keluarga memahami dengan baik dalam

melaksanakan tugas kesehatan keluarga khususnya yang berkaitkan dengan kejadian pengabaian

lansia yang sedang mengalami masalah kesehatan.

Data tentang pelaksanaan tugas keluarga baik secara Nasional maupun pelaksanaan tugas

keluarga di Bali,datanya tidak peneliti temukan akan tetapi peneliti terkait pelaksanaan tugas

keluarga yang datanya dapat dijadikan justifikasi tentang pelaksanaan tugas keluarga diantaranya

dilakukan oleh Handayani tahun 2014 yang meneliti tentang hubungan pelaksanaan tugas

kesehatan keluarga dengan tingkat kecemasan penderita diabetes mellitus tipe 2 di poliklinik
penyakit dalam RSUD dr. R. Goetang Taroenadibrata Purbalingga. Hasil penelitian menunjukan

bahwa sebagian besar keluarga (69,6%) aktif dalam melaksanakan tugas kesehatannya dan

sebanyak 31,4% kurang aktif dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga melaksanakan tugas

kesehatan keluarga. Hasil analisis menunjukan ada hubungan yang signifikan antara pelaksanaan

tugas kesehatan keluarga dan tingkat kecemasan (p=0,003). Penelitian Ramlah tahun 2012 tentang

hubungan pelaksanaan tugas kesehatan dengan pengabaian lansia di Wilayah Kerja Puskesmas

Kassi-Kassi Makasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga (71,1%) baik

melaksanakan tugas kesehatan keluarga dan sebanyak 29,9% keluarga kurang baik dalam

melaksanakan tugas kesehatannya. Hasil analisis menunjukan ada hubungan pelaksanaan tugas

kesehatan keluarga dengan pengabaian lansia (p value = 0,002<0,05).

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Apakah ada hubungan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dengan kemandirian lansia

dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari?”

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan Umun

Untuk mengetahui hubungan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dengan kemandirian

lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengidentifikasi pelaksanaan tugas kesehatan keluarga

1.3.2.2 Mengidentifikasi pemenuhan aktivitas sehari-hari lansia


1.3.2.3 Menganalisa hubungan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dengan kemandirian lansia

dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.4.1 Manfaat Secara Teroritis

1.4.1.1 Sebagai pedoman untuk mengembangkan dan menambah wawasan dibidang

kesehatan khususnya keperawatan gerontik tentang upaya promotif dan preventif

menghadapi kemandirian pada lansia.

1.4.1.2 Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai kajian keilmuan dalam analisis

hubungan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dengan kemandirian lansia dalam

pemenuhan aktivitas sehari-hari

1.4.1.3 Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan khususnya ilmu keperawatan dalam

meningkatkan profesionalisme pelayanan terhadap lansia.

1.4.2 Manfaat Secara Praktis

1.4.2.1 Bagi keluarga lansia diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi sumber

informasi atau acuan dalam memberikan perawatan pada lansia dirumah.

1.4.2.2 Bagi Intalasi Pendidikan dapat dijadikan literatur untuk menambah wawasan dan

pengetahuan tentang hubungan pelakanaan tugas kesehatan keluarga dengan kemandirian

lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai