Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. Pengertian
Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthētos,
"persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan
rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan
rasa sakit pada tubuh.Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes
Sr pada tahun 1846 (Latief, 2009).
Anestesi Umum adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya
kesadaran dan bersifat reversible. Anestesi umum yang sempurna menghasilkan
ketidaksadaran, analgesia, relaksasi otot tanpa menimbulkan resiko yang tidak diinginkan
dari pasien. Obat anestesi yang diberikan akan masuk ke dalam sirkulasi darah yang
selanjutnya menyebar ke jaringan, yang pertama kali terpengaruh adalah jaringan yang
banyak vaskularisasinya seperti otak, yang mengakibatkan kesadaran dan rasa sakit hilang.
Kecepatan dan kekuatan anestesi dipengaruhi oleh faktor respirasi, sirkulasi, dan sifat fisik
obat itu sendiri (Goodman dan Gilman, 2008).
Klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan mencantumkan tanda
darurat ( E = EMERGENCY ), misalnya ASA IE atau IIE.
Pengosongan lambung untuk anestesia penting untuk mencegah aspirasi lambung karena
regurgutasi atau muntah. Pada pembedahan elektif, pengosongan lambung dilakukan dengan
puasa : anak dan dewasa 4 – 6 jam, bayi 3 – 4 jam. Pada pembedahan darurat pengosongan
lambung dapat dilakukan dengan memasang pipa nasogastrik atau dengan cara lain yaitu
menetralkan asam lambung dengan memberikan antasida (magnesium trisilikat) atau antagonis
reseptor H2 (ranitidin).Kandung kemih juga harus dalam keadaan kosong sehingga boleh perlu
dipasang kateter.Sebelum pasien masuk dalam kamar bedah, periksa ulang apakah pasien atau
keluarga sudah memberi izin pembedahan secara tertulis (informed concent) (Goodman dan
Gilman, 2008).
Premedikasi sendiri ialah pemberian obat ½ - 1 jam sebelum induksi anestesia dengan
tujuan melancarkan induksi, rumatan dan bangun dari anestesia, menghilangkan rasa
khawatir,membuat amnesia, memberikan analgesia dan mencegah muntah, menekan refleks
yang tidak diharapkan, mengurasi sekresi saliva dan saluran napas (Goodman dan Gilman,
2008).
Obat – obat premedikasi yang bisa diberikan antara lain (Latief, 2009) :
Gol. Antikolinergik
Atropin.Diberikan untuk mencegah hipersekresi kelenjar ludah, antimual dan muntah,
melemaskan tonus otot polos organ – organ dan menurunkan spasme gastrointestinal.
Dosis 0,4 – 0,6 mg IM bekerja setelah 10 – 15 menit.
Gol. Hipnotik – sedatif
Barbiturat (Pentobarbital dan Sekobarbital) diberikan untuk sedasi dan
mengurangi kekhawatiran sebelum operasi.Obat ini dapat diberikan secara oral atau
IM.Dosis dewasa 100 – 200 mg, pada bayi dan anak 3 – 5 mg/kgBB.Keuntungannya
adalah masa pemulihan tidak diperpanjang dan efek depresannya yang lemah terhadap
pernapasan dan sirkulasi serta jarang menyebabkan mual dan muntah.
Gol. Analgetik narkotik
Morfin. Diberikan untuk mengurangi kecemasan dan ketegangan menjelang
operasi.Dosis premedikasi dewasa 10 – 20 mg. Kerugian penggunaan morfin ialah
pulih pasca bedah lebih lama, penyempitan bronkus pada pasien asma, mual dan
muntah pasca bedah ada.
Pethidin. Dosis premedikasi dewasa 25 – 100 mg IV.Diberikan untuk menekan
tekanan darah dan pernapasan serta merangsang otot polos.Pethidin juga berguna
mencegah dan mengobati menggigil pasca bedah.
Gol. Transquilizer
Diazepam (Valium). Merupakan golongan benzodiazepine.Pemberian dosis rendah
bersifat sedatif sedangkan dosis besar hipnotik.Dosis premedikasi dewasa 0,2
mg/kgBB IM.
Premedikasi + / - (apabila pasien tidak tenang bisa diberikan obat penenang) efek
sedasi/anti-anxiety : Benzodiazepine; analgesia: opioid, non opioid, dan lain-lain.
Induksi
Pemeliharaan
2. Anestetik inhalasi
a) N2O
Nitrogen monoksida merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa dan lebih berat daripada udara.N2O biasanya tersimpan dalam bentuk cairan
bertekanan tinggi dalam baja, tekanan penguapan pada suhu kamar ± 50 atmosfir.
N2O mempunyai efek analgesik yang baik, dengan inhalasi 20% N2O dalam
oksigen efeknya seperti efek 15 mg morfin. Kadar optimum untuk mendapatkan
efek analgesic maksimum ± 35%. Gas ini sering digunakan pada partus yaitu
diberikan 100% N2O pada waktu kontraksi uterus sehingga rasa sakit hilang tanpa
mengurangi kekuatan kontraksi dan 100% O2 pada waktu relaksasi untuk
mencegah terjadinya hipoksia. Anestetik tunggal N2O digunakan secara intermiten
untuk mendapatkan analgesic pada saat proses persalinan dan pencabutan gigi. N2O
digunakan secara umum untuk anestetik umum dalam kombinasi dengan zat lain
(Goodman dan Gilman, 2008).
b) Halotan
Halotan merupakan cairan tidak berwarna, berbau enak, tidak mudah terbakar
dan tidak mudah meledak meskipun dicampur dengan oksigen.Halotan bereaksi
dengan perak, tembaga, baja, magnesium, aluminium, brom, karet dan plastic.Karet
larut dalam halotan, sedangkan nikel, titanium dan polietilen tidak sehingga
pemberian obat ini harus dengan alat khusus yang disebut fluotec.Efek analgesic
halotan lemah tetapi relaksasi otot yang ditimbulkannya baik. Dengan kadar yang
aman waktu 10 menit untuk induksi sehingga mempercepat digunakan kadar tinggi
(3-4 volume %). Kadar minimal untuk anestesi adalah 0,76% volume (Goodman
dan Gilman, 2008).
c) Isofluran
Isofluran merupakan eter berhalogen yang tidak mudah terbakar.Secara kimiawi mirip
dengan efluran, tetapi secara farmakologi berbeda. Isofluran berbau tajam sehingga
membatasi kadar obat dalam udara yang dihisap oleh penderita karena penderita menahan
nafas dan batuk. Setelah pemberian medikasi preanestetik stadium induksi dapat dilalui
dengan lancer dan sedikit eksitasi bila diberikan bersama N2O dan O2. Isofluran
merelaksasi otot sehingga baik untuk intubasi. Tendensi timbul aritmia amat kecil sebab
isofluran tidak menyebabkan sensiitisasi jantung terhadap ketokolamin. Peningkatan
frekuensi nadi dan takikardiadihilangkan dengan pemberian propanolol 0,2-2 mg atau dosis
kecil narkotik (8-10 mg morfin atau 0,1 mg fentanil), sesudah hipoksia atau hipertemia
diatasi terlebih dulu. Penurunan volume semenit dapat diatasi dengan mengatur dosis.Pada
anestesi yang dalam dengan isofluran tidak terjadi perangsangan SSP seperti pada
pemberian enfluran. Isofluran meningkatkan aliran darah otak pada kadar labih dari 1,1
MAC (minimal Alveolar Concentration) dan meningkatkan tekanan intracranial
(Goodman dan Gilman, 2008).
d) Sevofluran
Obat anestesi ini merupakan turunan eter berhalogen yang paling disukai untuk
induksi inhalasi (Goodman dan Gilman, 2008).
I. Skor Pemulihan Pasca Anestesi
Menurut Latief (2009) sebelum pasien dipindahkan ke ruangan setelah dilakukan
operasi terutama yang menggunakan general anestesi, maka perlu melakukan penilaian
terlebih dahulu untuk menentukan apakah pasien sudah dapat dipindahkan ke ruangan atau
masih perlu di observasi di ruang Recovery room (RR).
1. Aldrete Score
Nilai Warna
Merah muda, 2
Pucat, 1
Sianosis, 0
Pernapasan
Dapat bernapas dalam dan batuk, 2
Dangkal namun pertukaran udara adekuat, 1
Apnea atau obstruksi, 0
Sirkulasi
Tekanan darah menyimpang <20% dari normal, 2
Tekanan darah menyimpang 20-50 % dari normal, 1
Tekanan darah menyimpang >50% dari normal, 0
Kesadaran
Sadar, siaga dan orientasi, 2
Bangun namun cepat kembali tertidur, 1
Tidak berespons, 0
Aktivitas
Seluruh ekstremitas dapat digerakkan, 2
Dua ekstremitas dapat digerakkan,1
Tidak bergerak, 0
Jika jumlahnya > 8 maka penderita dapat dipindahkan ke ruangan.
Latief SA, Suryadi KA. 2009. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Goodman & Gilman. 2008. Anastetik Umum Dasar Farmakologi Terapi. Jakarta : EGC.
Gunawan. 2007. Farmakologi Dan Terapi. Edisi 5.Jakarta : Gaya Gon.
Purwanto. 2008. Data Obat Di Indonesia. Edisi 11. Jakarta : Maliapurna Jaya.