Anda di halaman 1dari 323

2017

Prediksi UKMPPD
51
Seorang pasien perempuan berusia 35 tahun, datang
dengan keluhan BAB cair, frekuensi 6x, berlendir, dan
berwarna putih seperti cucian air beras. Pemeriksaan
fisik: TD 120/80 mmHg, nadi 100 x/menit, napas
20x/menit, suhu 39,1°C. Pada pemeriksaan feses
ditemukan kuman batang gram negatif. Etiologi yang
menyebabkan keadaan tersebut adalah?
A. Escherichia coli
B. Shigella dysenteriae
C. Campylobacter jejuni
D. Vibrio cholera
E. Vibrio parahemolitikus
Pembahasan
• Seorang pasien perempuan berusia 35 tahun,
datang dengan keluhan BAB cair, frekuensi 6x,
berlendir, dan berwarna putih seperti cucian
air beras. Pemeriksaan fisik: TD 120/80
mmHg, nadi 100 x/menit, napas 20x/menit,
suhu 39,1°C. Pada pemeriksaan feses
ditemukan kuman batang gram negatif.
Etiologi yang menyebabkan keadaan tersebut
adalah?
Soal To The POIN

Diare seperti air cucian beras = kolera = Vibrio Cholera


Gastroenteritis Kolera
“Diare profus tanpa darah, diare seperti air cucian beras
KHAS Kolera”

• Umumnya tidak nyeri dan tanpa demam


• Tetapi sangat profus sehingga cepat dehidrasi dan dapat
menyebabkan kematian
• Penyebab: Vibrio cholera (Basil, gram negatif, flagel tunggal)

Terapi:
• Penentuan status dehidrasi lalu rehidrasi
• Antibiotik pilihan: doksisiklin, tetrasiklin, Trimethoprim
sulfamethoxazole, ciprofloxacin
Pilihan Lain
• Escherichia coli: diare yang paling umum,
tidak berupa air cucian beras
• Shigella dysenteriae: diare berdarah
• Campylobacter jejuni: nyeri perut, diare,
demam, malaise
• Vibrio parahemolitikus: diare disertai mual,
muntah, demam, keram perut
A. Escherichia coli
B. Shigella dysenteriae
C. Campylobacter jejuni
D. Vibrio cholera
E. Vibrio parahemolitikus
52
Seorang perempuan berusia 20 tahun datang ke praktek
dokter dengan keluhan nyeri ulu hati yang berulang sejak 1
minggu yang lalu. Keluhan disertai nyeri perut kanan bawah,
mual, dan demam yang hilang timbul. keluhan nyeri perut
kanan bawah terutama dirasakan bila berjalan atau ketika
tungkai bawah ditekuk. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
psoas sign (+). Apakah diagnosis yang paling mungkin
A. Ulkus peptikum
B. Appendisitis
C. Salfingitis
D. Gastritis
E. Kolitis
Pembahasan
• Perempuan 20 tahun
• Nyeri ulu hati yang berulang sejak 1 minggu yang
lalu
• Keluhan disertai nyeri perut kanan bawah, mual,
dan demam yang hilang timbul
• Keluhan nyeri perut kanan bawah terutama
dirasakan bila berjalan atau ketika tungkai bawah
ditekuk
• Psoas sign (+)
• Diagnosis?
Klasik, Apendisitis Akut
• Nyeri epigastirum diikuti mual, muntah, tidak mau makan
• Setelah itu nyeri pindah ke perut kanan bawah
• Semakin nyeri bila batuk atau bergerak
• Nyeri lepas pada titik McBurney
• Nyeri di kanan ketika sisi perut kiri bawah ditekan (Rovsing
Sign)
• Nyeri panggul kanan saat M illiopsoas diangkat ke belakang
(Psoas sign)
• Nyeri saat rotasi internal paha yang sedang fleksi
(Obturator sign)
• Demam ringan 37,7-38,3
• Leukositosis (walaupun normal tidak bisa mengeksklusikan
apendisitis)
Kocher's
(Kosher's) sign:
Nyeri berpindah
dari umbilikal ke
perut kanan
bawah
Apendisitis: Tanda Obturator dan Psoas
(nyeri : positif)

Tanda Obturator : Rotasi internal, kaki


seperti akan jadi baling-baling
helikopter

Tanda Psoas: P ingat pantat, S ingat ekstensi


Skor Alvarado
• Nyeri perut bagian kanan bawah
(bukan migrasi ke kanan bawah) =
0
• Tidak mau makan (anoreksia) = 1
• Mual, muntah = 1
• Nyeri perut bagian kanan bawah
(McBurney) = 2
• Nyeri tekan lepas = 2
• Suhu 37,9°C =1
• Leukosit 9000 = 0
• Segmen 86% (shift to the left) = 1
Total skor = 8
Hitung Jenis Leukosit (BEBSLiM)
• Basofil : 0 – 1 (%) B E B S Li M
Eosinofil : 1 – 3 (%) 0-1 1-3 2-6 50-70 20-40 2-8
Batang : 2 – 6 (%)
Segmen : 50 – 70 (%) LEFT RIGHT
Limfosit : 20 – 40 (%)
Monosit : 2 – 8 (%)
• Peningkatan jumlah netrofil (baik batang maupun segmen)
relatif dibanding limfosit dan monosit dikenal juga dengan
sebutan shift to the left. Infeksi yang disertai shift to the
left biasanya merupakan infeksi bakteri dan malaria.
• Sedangkan peningkatan jumlah limfosit dan monosit relatif
dibanding netrofil disebut shift to the right. Infeksi yang
disertai shift to the right biasanya merupakan infeksi virus atau
noninfeksi.
Pilihan Lain
• Ulkus peptikum: nyeri ulu hati tiba-tiba
• Salfingitis: nyeri perut bawah, inflamasi pada
tuba falopi, infertil
• Gastritis: istilah umum ketika dinding gaster
mengalami peradangan
• Kolitis: istilah umum ketika dinding usus
mengalami peradangan
A. Ulkus peptikum
B. Appendisitis
C. Salfingitis
D. Gastritis
E. Kolitis
53
Seorang pasien perempuan umur 20 tahun datang
dengan keluhan rasa terbakar di daerah ulu hati dan
terasa nyeri, nyeri bertambah ketika pasien terlambat
makan, dan ketika makan nyeri hilang sementara, namun
2 atau 3 jam setelah makan nyeri kembali lagi, apa
kemungkinan diagnosa pada pasien tersebut?
A. Tukak gaster
B. Gastritis
C. Tukak duodenum
D. GERD
E. Irritable bowel syndrome
Pembahasan
• Perempuan umur 20 tahun
• Rasa terbakar di daerah ulu hati dan terasa
nyeri
• Nyeri bertambah ketika pasien terlambat
makan
• Nyeri hilang sementara ketika makan
• 2 atau 3 jam setelah makan nyeri kembali lagi
• Diagnosa?
Membedakan ulkus gaster vs ulkus
duodenum
• Ulkus gaster: nyeri segera setelah makan
• Ulkus duodenum: nyeri 2-3 jam setelah makan
Ulkus Gaster Ulkus Duodenum
Nyeri epigastrium setelah Nyeri epigastrium 2-3 jam
makan setelah makan
Menyebabkan hematemesis Menyebabkan hematochezia
Biasanya heartburn Jarang heartburn
Bisa menyebabkan ca gaster Bangun malam hari karena
nyeri
A. Tukak gaster
B. Gastritis
C. Tukak duodenum
D. GERD
E. Irritable bowel syndrome
54
Laki-laki 37 tahun datang ke puskesmas dengan
keluhan demam sudah 7 hari. Demam disertai nyeri
perut, mual, muntah, dan lidah putih. Pasien
diketahui memiliki alergi terhadap
Chloramphenicol. Terapi yang bisa diberikan pada
pasien ini adalah ....
A. Thiamphenicol
B. Ceftriaxone
C. Cefotaxime
D. Amoksisilin
E. Ceftazidine
Pembahasan
• Laki-laki 37 tahun
• Demam sudah 7 hari
• Disertai nyeri perut, mual, muntah, dan lidah
putih
• Alergi terhadap Chloramphenicol
• Terapi?
Pengobatan Demam Tifoid
Pilihan antibiotik untuk Demam Tifoid:
• Kloramfenikol Pilihan soal:
a. Thiamphenicol
• Seftriakson b. Ceftriaxone
c. Cefotaxime
• Ampisilin/Amoksisilin d. Doksisiklin
e. Ceftazidine
• Kotrimoksazole
• Kuinolon (siprofloksasin/Ofloksasin)
• Cefixime
• Tiamfenikol
Untuk dosis dan durasi serta efek samping, lihat PPK Dokter di Fasyankes Primer
A. Thiamphenicol
B. Ceftriaxone
C. Cefotaxime
D. Amoksisilin
E. Ceftazidine
55
Wanita 60 tahun, mengeluh kelemahan kelopak
mata. Pada sore hari, mata semakin menutup dan
pada pagi hari kelopak mata tidak menutup. Gejala
juga muncul saat pasien lelah. Diagnosis kasus ini
adalah ....
A. GBS
B. HNP
C. Miastenia gravis
D. Sklerosis multipel
E. Amiotropik lateralis sklerosis
Pembahasan
• Wanita 60 tahun
• Kelemahan kelopak mata. Pada sore hari,
mata semakin menutup dan pada pagi hari
kelopak mata tidak menutup
• Gejala juga muncul saat pasien lelah

• Diagnosis?
Mysastenia Gravis
Gejala:
• Ptosis bilateral
• Disartria & Disfagia
• Wajah tanpa ekspresi
• Dropped-head syndrome
• Kelemahan ekstrimitas
• Kelemahan otot pernapasan
• Sistem imun menyerang reseptor asetilkolin
di neuromuscular junction  gangguan
transmisi sinyal  gejalanya adalah
kelemahan jika melakukan aktivitas terlalu
lama (mis: kelopak mata turun setelah lama
membaca)
Pilihan Lain
• GBS (Guillain-Barre Syndrome)
– Proses autoimun yang menyebabkan paralisis otot
bertahap dari ujung jari kaki, menjalar ke tungkai,
perut, dan seterusnya (ascending)
– Jika paralisis mencapai otot pernapasan dapat
menyebabkan kematian
• HNP (hernia nukleus pulposus)
– Terjepitnya saraf tulang belakang oleh nukleus
pulposus, biasanya karena sering mengangkat
barang berat atau riwayat jatuh terduduk
– Gejala: nyeri menjalar, kesemutan, kaku,
kelemahan, refleks turun, gangguan saraf otonom
Pilihan Lain
• Sklerosis multipel
– Demielinisasi saraf akibat autoimun yang menyerang
mielin saraf di seluruh tubuh.
– Gejala: kelemahan, baal, kesemutan, paresis, neuritis
retrobulbar, diplopia, dll
• Amiotropik lateralis sklerosis (ALS)
– Disebut juga motor neuron disease atau Lou Gehrig’s
disease  menyerang Stephen Hawking
– Degenerasi saraf motorik pada otot volunter
– Penyebab tidak diketahui
– Gejala: kesemutan, kram otot, kelemahan, kejang, paresis,
sulit berbicara, dll
A. GBS
B. HNP
C. Miastenia Gravis
D. Sklerosis multipel
E. Amiotropik lateralis sklerosis
56
Pria 24 tahun, mengeluh mulut mencong ke kanan
sejak 2 hari lalu. Selain itu, mata kanan pasien juga
tidak bisa tertutup. Pada pemeriksaan, didapatkan
dahi kanan pasien tidak dapat dikerutkan. Diagnosis
kasus ini adalah ….
A. Bell’s palsy
B. Mielinosis sentral pontin
C. Tumor sudut serebelopontin
D. Stroke
E. Tumor pons
Pembahasan
• Pria 24 tahun
• Mulut mencong ke kanan sejak 2 hari lalu
• Mata kanan pasien juga tidak bisa tertutup
• Dahi kanan pasien tidak dapat dikerutkan

• Diagnosis?
Gejala Bells palsy
• Paralisis otot fasialis perifer
unilateral, dengan onset akut
(periode 48 jam)
• Nyeri auricular posterior atau
otalgia
• Hiperakusis ipsilateral
• Peningkatan produksi air mata
(epifora), yang diikuti
penurunan produksi air mata
sehingga mengakibatkan mata
kering (dry eye)
• Penurunan rasa pengecapan
pada lidah
Terapi
• Prednison 1 mg/kgBB atau 60 mg/hari selama
6 hari, lalu tapering off hingga 10 hari
• Asiklovir 5 x 400 mg PO selama 7 – 10 hari
(tidak wajib)
• Artificial eye drop
Pilihan Lain
• Mielinosis sentral pontin
– Kerusakan selaput mielin di daerah pons
– Gejala: tetraparesis spastik, disfagia, disatria,
hiponatremi berat, emosi labil
– Hiponatremi berat  penurunan kesadaran,
kejang, sakit kepala
• Tumor sudut serebelopontin
– Gejala: kehilangan pendengaran, tinitus, vertigo,
sakit kepala, hipestesi wajah, diplopia
Pilihan Lain
• Stroke
– Terdapat 2 jenis stroke: iskemik dan hemoragik
– Gejala: paralisis satu sisi, bicara pelo, wajah
mencong, dll
• Tumor pons
– Gejala: gangguan gerakan bola mata, kelemahan
wajah, gangguan pendengaran, sulit menelan,
kelemahan ekstremitas, dll
57
Wanita 70 tahun, mengalami kelemahan tubuh sisi
kanan setelah bangun tidur. Selain itu, pasien juga
bicara pelo dan wajah mencong. Tidak ada riwayat
kejang, penurunan kesadaran, sakit kepala maupun
mual muntah. Diagnosis kasus ini adalah ....
A. Stroke infark
B. Stroke pendarahan
C. Syok hipovolemik
D. Hematoma serebral
E. Pendarahan epidural
Pembahasan
• Wanita 70 tahun
• Kelemahan tubuh sisi kanan setelah bangun
tidur
• Bicara pelo dan wajah mencong
• Tidak ada riwayat kejang, penurunan
kesadaran, sakit kepala maupun mual muntah

• Diagnosis?
Stroke
• Stroke = defisit neurologis fokal atau global akibat
faktor vaskular yang berlangsung >24 jam
• Transient ischemic attack (TIA): mirip stroke, tapi
gejala <24 jam
• Reversible ischemic neurological attack (RIND):
mirip stroke, tapi gejala hilang <72 jam

• Lokasi stroke tersering adalah arteri cerebri


media.
Gejala
• Keluhan berdasarkan pembuluh darah yang terlibat, seperti:
– Hemiparesis, hemiplegi
– Hemihipestesi, hemi-anestesi
– Gangguan bicara (disatria), gangguan berbahasa
(afasia)
– Ataksia
– Vertigo
– Kesulitan menelan (disfagia)
– Penglihatan ganda (diplopia), penyempitan lapang
pandang (hemianopia)
Klasifikasi
• Iskemik: trombus menutupi aliran darah  iskemik
• Hemoragik: tensi tinggi  pembuluh darah otak
pecah
S. ISKEMIK S. HEMORAGIK
Gejala tiba-tiba Gejala perlahan dan progresif
Penurunan kesadaran tiba-tiba
Tensi tinggi
Riwayat ateroma (DVT, Gejala TIK ⇑ (muntah proyektil,
PJK, AF dll) pusing, sakit kepala)

• Tatalaksana keduanya bertolak belakang, sehingga


wajib CT-scan untuk membedakannya
Iskemik vs Hemoragik

• Skor Siriraj = (2,5 x kesadaran) + (2 x muntah) +


(2 x sakit kepala) + (0,1 x diastol) – (3 x
ateroma) - 12
• Nilai >1 : stroke hemoragik
• Nilai <-1 : stroke iskemik
• Nilai -1 s/d 1 : belum jelas dan harus lanjut ke
CT scan
Tatalaksana
Stroke Iskemik
• Airway, Breathing, Circulation
• Revaskularisasi
– <3 jam: prognosis baik
– 3-4,5 jam: prognosis sedang
– Menyelamatkan penumbra
– rt-PA
• TIK ↑: Elevasi kepala 30o & manitol 1,5 g/kgBB dalam 1
jam
• TD: jika sistolik >220 atau diastolik >120, MAP diturunkan
perlahan sebesar 15% dalam 24 jam
• Neuroprotektor: sitikolin 250mg (kontroversial)
Tatalaksana Stroke Hemoragik
• ABC
• Tekanan darah
– Sistolik >200 atau MAP >150: turunkan agresif
– Sistolik >180 atau MAP >130: turunkan hingga TD
160/90 atau MAP 110
– Sistolik >180 atau MAP >130 + tanda TIK↑:
turunkan perlahan + pertahankan perfusi
serebral 60 mmHg
• TIK ↑: Elevasi kepala 30o & manitol 1,5 g/kgBB
dalam 1 jam
• Neuroprotektor: sitikolin 250mg (kontroversial)
Pilihan Lain
• Stroke pendarahan
– Gejala: hipertensi, penurunan kesadaran, peningkatan TIK
(muntah proyektil), sakit kepala, kadang kejang
• Syok hipovolemik
– Gejala: akral dingin, tekanan darah turun, takikardi, CRT >2
detik, merespons cairan
• Hematoma subdural
– Pecahnya bridging vein
– Sakit kepala, penurunan kesadaran
– CT scan: bulan sabit
• Pendarahan epidural
– Pecahnya arteri meningea media
– Gejala: interval lucid, muntah proyektil
– CT scan: bikonveks
A. Stroke infark
B. Stroke pendarahan
C. Syok hipovolemik
D. Serebral hematom
E. Pendarahan serebral
58
Pria 30 tahun mengeluh nyeri kepala yang sangat hebat.
Pasien sempat muntah. Pada pemeriksaan didapatkan
kesadaran compos mentis, tekanan darah 170/100
mmHg, nadi 90 x/menit, napas 28 x/menit, suhu 37 °C.
Pada pemeriksaan neurologis didapatkan kaku kuduk.
Apakah diagnosis kasus tersebut?
A. Perdarahan intraserebral
B. Perdarahan epidural
C. Meningitis bakteri
D. Perdarahan subarachnoid
E. Meningitis viral
Pembahasan
• Pria 30 tahun
• Nyeri kepala yang sangat hebat
• Sempat muntah
• PF: kesadaran compos mentis, tekanan darah
170/100 mmHg, nadi 90x/mnt, napas
28x/mnt, suhu 37oC, kaku kuduk

• Diagnosis?
Perdarahan Subarachnoid
• Pecahnya pembuluh darah di antara lapisan piamater dan
arachnoid. Biasanya karena pecahnya aneurisma.
• Gejala
– Nyeri kepala sangat berat yang disebut thunder clap
headache
– Pusing, nyeri orbita
– Diplopia, kehilangan penglihatan
– Muntah
– Tanda rangsang meningeal (kaku kuduk, brudzinski,
kernig, dan laseque)
– Hipertensi
Mengapa Bukan Meningitis Infeksi?
• Pada soal ini, yang ditekankan adalah tekanan darah
yang tinggi, sementara suhu pasien tetap rendah.
• Selain itu tidak ditekankan tanda-tanda infeksi
sebelumnya atau hasil lumbal pungsi.
• Mengapa perdarahan subarakhnoid bisa menimbulkan
kaku kuduk? Karena rongga subarakhnoid terhubung
dengan aliran cairan serebrospinal (CSF) sehingga
darah bercampur dengan CSF. Darah mengandung
banyak enzim yang mengiritasi lapisan meningeal
sehingga terjadi meningitis, namun bukan karena
infeksi.
Pilihan Lain
• Perdarahan intaserebral
– Gejala: penurunan kesadaran, muntah, sakit kepala,
kejang, gejala neurologis fokal
• Perdarahan epidural
– Pecahnya arteri meningea media
– Gejala: interval lucid, muntah proyektil
– CT scan: bikonveks
• Meningitis
– Peradangan selaput meningen otak yang ditandai
dengan tanda rangsang meningeal (+) dan lumbal pungsi
sebagai penunjang
A. Perdarahan intaserebral
B. Perdarahan epidural
C. Meningitis bakteri
D. Perdarahan subarachnoid
E. Meningitis viral
59
Anak laki-laki 15 tahun mengalami kejang 20 menit lalu.
Saat kejang, kepala pasien menengadah ke atas, mata
melotot, berkeringat, air liur keluar, dan seluruh tubuh
kelojotan. Kejang terjadi sekitar 2 menit. Setelah kejang,
pasien tidak sadar. Pasien memiliki riwayat epilepsi sejak
10 tahun yang lalu. Jenis kejang yang dialami pasien
adalah ....
A. Kejang umum tonik
B. Kejang umum petit mal
C. Kejang parsial sederhana
D. Kejang parsial kompleks
E. Kejang umum tonik-klonik
• Anak laki-laki 15 tahun
• Kejang 20 menit lalu. Saat kejang, kepala
pasien menengadah ke atas, mata melotot,
berkeringat, air liur keluar, dan seluruh tubuh
kelonjotan. Kejang terjadi sekitar 2 menit.
Setelah kejang, pasien tidak sadar
• Riwayat epilepsi sejak 10 tahun yang lalu

• Jenis kejang?
Klasifikasi Kejang
Kejang Fokal Kejang Umum (tidak sadar)

• Kejang Fokal Sederhana: • Kejang absans (petit mal):


kesadaran tidak terganggu bengong dan dapat disertai
• Kejang Fokal Kompleks: automatisme
kesadaran terganggu • Kejang mioklonik : pergerakan
• Kejang Umum sekunder: motorik singkat, jerking, kurang
awalnya kejang fokal kompleks dari 1 detik
yang menjadi kejang umum • Kejang klonik : pergerakan
tonik-klonik motorik ritmik (kelojotan tapi
tidak kaku)
• Kejang tonik: kaku di tubuh
• Kejang tonik-klonik: campuran
tonik dan klonik (kaku dan
kelojotan)
• Kejang atonik: tiba-tiba jatuh
Status Epileptikus
• Definisi : kejang yang berlangsung lebih dari 30 menit
ATAU ≥2 kejang berturut-turut tanpa pulihnya
kesadaran menjadi sadar penuh di antara kejang
tersebut.
• Umumnya berupa kejang tonik-klonik
• Perlu didapatkan riwayat epilepsi dan pengobatan.
• Pada pasien status tanpa riwayat epilepsi, terdapat
beberapa kondisi pemicu, misalnya cedera kepala,
infeksi, neoplasma, dan beberapa penyakit saraf
lainnya yang dapat mencetuskan kejang.
A. Kejang umum tonik
B. Kejang umum petit mal
C. Kejang parsial sederhana
D. Kejang parsial kompleks
E. Kejang umum tonik-klonik
60
Pria 40 tahun mengeluh nyeri kepala berulang sejak
2 hari yang lalu. Nyeri kepala seperti tertekan dan
leher terasa kaku. Nyeri kepala tidak memberat saat
aktivitas. Apa diagnosis pada pasien di atas?
A. Cluster type headache
B. Migrain tanpa aura
C. Migrain komplikasi
D. Migrain dengan aura
E. Tension type headache
Pembahasan
• Pria 40 tahun
• Nyeri kepala berulang sejak 2 hari yang lalu.
• Nyeri kepala seperti tertekan dan leher terasa
kaku
• Nyeri kepala tidak memberat saat aktivitas

• Diagnosis?
Nyeri Kepala Primer
• Nyeri kepala primer:
– Tension Type Headache/TTH
– Migrain
• Klasik: dengan aura
• Common: tanpa aura
– Kluster
Tension Type Headache (TTH)
• Gejala
– Nyeri kepala difus, biasanya dari leher atau bahu
bagian belakang dan menjalar ke kepala belakang dan
depan
– Bersifat menekan/mengikat, tidak berdenyut
– Intensitasnya ringan atau sedang
– Tidak diperberat aktivitas
Tension Type Headache (TTH)
• Klasifikasi
– Episodik/infrequent  10 episode serangan, rata-
rata <1 hari/tahun (<12 hari/tahun)
– Kronis/frequent  10 episode serangan dalam 1-
15 hari/bulan selama min 3 bulan
TTH
• Terapi abortif (NSAID)
– Ibuprofen 200 – 800 mg/hari
– Aspirin 500 – 1000 mg/hari
– Asetaminofen (parasetamol) 1000 mg/hari
• Terapi profilaksis
– Antidepresan amitriptilin 30 – 75 mg/hari
Migrain
• Gejala
– Nyeri kepala unilateral
– Berdenyut atau seperti ditusuk-tusuk
– Intensitasnya sedang atau berat
– Diperberat aktivitas fisik
– Dapat disertai dengan:
• Mual dan muntah (bisa anoreksia)
• Fotofobia atau fonofobia (aura)
Terapi Migrain
• Terapi abortif:
– Spesifik : ergotamine 1-2mg/hari atau
sumatriptan tablet 50 -100 mg/hari
– Non-spesifik : NSAID (lihat bab TTH)
Migrain
• Terapi profilaksis
– Antidepresan amitriptilin 30 – 75 mg/hari
– Indikasi :
• Serangan berdampak buruk pada kehidupan sehari-
hari meskipun telah minum terapi abortif.
• Frekuensi sering
• Serangan nyeri kepala migraine lebih dari 3 hari per
bulan dengan pengobatan abortif tidak efektif
• Serangan nyeri kepala migraine lebih dari 8 kali
sehari meskipun pengobatan abortif efektif
• Serangan berulang >2x/minggu yang mengganggu
aktifitas
• Nyeri >48 jam
Kluster
• Gejala
– Nyeri hebat di orbita, supra orbita, temporal yang
unilateral
– Injeksi konjungtiva
– Lakrimasi ipsilateral
– Kongesti nasal, rhinorrhea ipsilateral
– Edema palpebral ipsilateral
– Dahi atau wajah berkeringat ipsilateral
– Miosis, ptosis ipsilateral
Kluster
• Terapi abortif:
– Oksigen (masker) 100% 7 liter/menit selama 15
menit
– Dihidroergitamin (DHE) 0,5 – 1,5 mg IV
– Sumatriptan injeksi subkutan 6 mg
• Terapi profilaksis
– Chalcium Channel Blocker, seperti Verapamil 120 –
160 mg/hari dibagi 3 hingga 4 dosis
A. Cluster type headache
B. Migrain tanpa aura
C. Migrain komplikasi
D. Migrain dengan aura
E. Tension type headache
61
Seorang wanita 55 tahun datang dengan keluhan
ekstremitas kanan lumpuh sejak 1 hari yang lalu.
Pemeriksaan fisik menunjukkan mulut pasien tertarik
atau mencong ke kiri. Ketika dokter meminta untuk
mengangkat dahi, pasien tidak mampu melakukannya.
Dokter mendiagnosis pasien ini sebagai stroke. Nervus
kranial yang terkena adalah…
A. N. V kanan sentral
B. N. VII kanan perifer
C. N. VII kanan sentral
D. N. VII kiri sentral
E. N. VII kiri perifer
Pembahasan
• Pasien wanita 55 tahun dengan keluhan
utama kelumpuhan ekstrimitas.
• Selain itu, terdapat wajah mencong ke kiri
 wajah bagian kanan lumpuh.
• Pasien tidak dapat mengangkat dahi
• Nervus kranialis yang lumpuh?
Nervus Kranialis VII

• Perhatikan gambar di atas!


• Ingat bahwa persarafan akan dibagi atas di bawah dahi dan di atas
dahi.
• Bagian atas (dahi) setelah melewati LMN akan menyilang ke kedua
korteks  jika yang terkena bagian sentral (korteks) maka masih
terkompensasi bagian kontralateral
• Jika bagian dahi paresis artinya dari PERIFER sudah lumpuh!
Kemungkinan Soal Lain
• Soal yang sering keluar adalah kranialis XII yang
dikatakan pada soal berupa kelemahan pada
lidah.
• Beberapa langkah untuk mencari kelumpukan
N.XII:
– Arah lidah mengarah ke arah lesi, gimana caranya?
• Jika posisi lidah di dalam mulut, lidah akan mengarah ke
yang sehat
• Jika posisi lidah dijulurkan, lidah akan mengarah ke yang
sakit.
– Cari LMN atau UMN. Jika LMN ada tanda-tanda LMN,
seperti atrofi atau fasikulasi.
• Ingat! UMN dari korteks ke N.XII, sedangkan LMN dari N.XII
ke ujung saraf lidah.
A. N V kanan sentral
B. N. VII kanan perifer
C. N. VII kanan sentral
D. N. VII kiri sentral
E. N. VII kiri perifer
62
Seorang laki-laki berusia 40 tahun datang dengan keluhan
pusing berputar sejak 4 jam lalu. Pusing dirasakan
terutama bila berpindah posisi kepala. Pada saat dilakukan
pemeriksaan fisik ditemukan dix hallpike positif. Apa yang
dapat ditemukan pada pemeriksaan tersebut?
A. Tidak ada nistagmus
B. Nistagmus horizontal selama 1/2 menit dengan adanya
periode laten
C. Nistagmus rotatoar selama 1/2 menit dengan adanya
periode laten
D. Nistagmus horizontal tanpa periode laten
E. Nistagmus rotatoar tanpa periode laten
Pembahasan
• Laki-laki 40 tahun dating dengan keluhan
pusing berputar saat berpindah posisi
• Terdapat hemiparesis sinistra dan dix
hallpike positif.
• Apa yang dapat ditemukan pada
pemeriksaan?
Vertigo
• Vertigo: Persepsi yang salah terhadap suatu
lingkungan. GAMPANGNYA PUSING!
• Vertigo ada 2  vestibularis dan non-
vestibularis. GAMPANGNYA vestibularis
muter dan non-vestibularis goyang kayak
naik kapal.
• Vertigo vestibularis ada 2  sentral dan
perifer. GAMPANGNYA perifer lebih buruk
sampai mual muntah dan biasanya diikuti
gangguan pendengaran.
Vertigo Vestibularis vs Non-
vestibularis
Vertigo Vestibularis Sentral vs
Perifer
Pemeriksaan Dix-Hallpike
• Pemeriksaan yang digunakan untuk menegakkan
diagnosis BPPV
• Apa yang disebut dengan Dix-hallpike abnormal? Adanya
nystagmus posisional dengan:
– Ada masa laten
– Lamanya kurang dari 30 detik
– Disertai vertigo yang lamanya sama dengan nystagmus
– Vertigo yang semakin berkurang setiap pemeriksaan diulang
(fatigue)
• Arah nystagmus?
– Jika terkena kanal posterior  rotatoar (yang paling sering)
– Jika terkena kanal anterior  downbeating
A. Tidak ada nistagmus
B. Nistagmus horizontal selama 1/2 menit
dengan adanya periode laten
C. Nistagmus rotatoar selama 1/2 menit
dengan adanya periode laten
D. Nistagmus horizontal tanpa periode laten
E. Nistagmus rotatoar tanpa periode laten
63

Apakah nama pemeriksaan pada


gambar disebut?
A. Tes tinnel
B. Tes phallen
C. Tes tourniquet
D. Tes kernig
E. Tes lasseque
Pembahasan
Apa nama pemeriksaannya?
Carpal Tunnel Syndrome
Keluhan yang biasanya membuat pasien
datang adalah:
• Parastesia
• Numbness (seperti kebas)
• Tingling (seperti kesetrum)
• Jika berlanjut akan ke gejala motorik
Carpal Tunnel Syndrome
• Pemeriksaan Fisik khusus CTS:
–Flick’s sign: ketika dikebas-kebaskan, keluhan
berkurang
–Thenar wasting : pada kasus yang sudah kronik
biasanya diikuti oleh atrofi otot tenar
–Wrist extension test selama 60 detik
–Phalen’s test : fleksi tangan maksimal
–Torniquets test selama 60 detik
–Tinnel sign: perkusi di pergelangan tangan
Pilihan Lain
• Tes phallen : Sama untuk CTS, tapi pasien diminta
untuk fleksi kedua tangan, apabila nyeri maka positif
• Tes tourniquet : Tes untuk melihat fungsi trombosit
apakah masih bagus atau tidak  biasanya untuk
dengue
• Tes kernig : Tes dengan mengangkat paha dan lutut
sehingga terbentuk huruf “K”  tanda ransang
meningeal positif jika sudut > 135o
• Tes lasseque: Tes dengan mengangkat paha sehingga
terbentuk huruf “L”  tanda rangsang meningeal
positif jika sudut >70o
A. Tes tinnel
B. Tes phallen
C. Tes tourniquet
D. Tes kernig
E. Tes lasseque
64
Seorang pasien, laki-laki, berusia 32 tahun, datang
dengan kelemahan kedua kaki, kaki tidak dapat
diangkat namun masih dapat digeser. Keluhan lain
adanya rasa kebas terasa hingga setinggi pusar.
Terdapat riwayat jatuh dari ketinggian 2 meter. Apa
diagnosis kasus diatas?
A. Paraparese UMN hipestesi pada dermatom T10
B. Paraparese LMN hipestesi pada dermatom T10
C. Paraparese LMN hipestesi setinggi dermatom T10
D. Paraplegi UMN hipestesi pada dermatom T10
E. Paraplegi LMN hipestesi setinggi dermatom T10
Pembahasan
• Laki-laki 32 tahun terjatuh dari ketinggian 2
meter.
• Pasien hanya dapat menggeser kaki saja
• Terdapat hipestesi pada torakal 10
• Diagnosis?
Kekuatan Motorik
• Nilai kekuatan motorik:
– 0 : Tidak ada kontraksi sama sekali
– 1 : hanya ada kontraksi otot
– 2 : hanya dapat menggeser dan tidak dapat
melawan gravitasi
– 3 : hanya dapat melawan gravitasi
– 4 : Dapat melawan gravitasi, dapat melawan
kekuatan pemeriksa namun masih lebih lemah dari
pemeriksa
– 5 : Kekuatan sama dengan pemeriksa
• Dikatakan PLEGI jika kekuatan NOL
Soal ini UMN atau LMN?
• Ingat! Motorik kaki diatur oleh persarafan
lumbosakral!
• Terdapat hipestesi di T10 sehingga minimal
ada lesi di T10
• T10 terhadap lumbosakral? YUP! UMN
• UMN memiliki beberapa gejala seperti:
– Refleks patologis, seperti Babinski positif
– Otot cenderung spastik (kaku)
A. Paraparese UMN hipestesi pada dermatom
T10
B. Paraparese LMN hipestesi pada dermatom
T10
C. Paraparese LMN hipestesi setinggi dermatom
T10
D. Paraplegi UMN hipestesi pada dermatom T10
E. Paraplegi LMN hipestesi setinggi dermatom
T10
65
Laki-laki usia 66 tahun datang ke IGD Rumah Sakit dengan keluhan
sesak. Sesak terjadi sudah 1 tahun terakhir dan dirasakan semakin hari
semakin memberat. Sejak 2 hari ini sesak dirasakan sangat
mengganggu, disertai batuk berdahak warna kehijauan. Pasien
memiliki kebiasaan merokok sehari 2 bungkus sejak SMA. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 92
kali/menit, frekuensi napas 30 kali/menit, barrel chest (+), pursued lips
breathing (+), wheezing +/+, rhonki +/+. Apa diagnosis yang tepat pada
pasien diatas?
A. Asma Bronchial Akut
B. PPOK
C. Efusi Pleura
D. TB Paru Aktif
E. Bronkiektasis
Pembahasan
• Laki-laki, 66 tahun
• Sesak  1 tahun terakhir  semakin memberat
• Batuk berdahak warna kehijauan
• Kebiasaan merokok sehari 2 bungkus sejak SMA
• Pemeriksaan fisik  takipnea, barrel chest (+),
pursued lips breathing (+), wheezing +/+, rhonki +/+
• Apa diagnosis yang tepat pada pasien diatas?
Definisi
• PPOK adalah penyakit paru yang ditandai oleh hambatan
aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel, progresif
dan berhubungan dengan inflamasi paru terhadap partikel
gas beracun dan disertai efek ekstra paru
• Emfisema adalah suatu kelainan anatomis paru yang
ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus
terminal disertai kerusakan dinding alveoli
• Bronkhitis Kronik adalah kelainan saluran napas yang
ditandai oleh batuk kronis berdahak minimal 3 bulan
dalam setahun, sekurang-kurangnya dua tahun berturut-
turut, tidak disebabkan penyakit lainnya
Faktor Resiko Terjadinya PPOK Menurut
American Thoracic Sosiety (ATS)

Faktor Host
• Faktor genetik
• Anatomi saluran napas
Faktor Exposure
• Merokok
• Status sosioekonomi
• Hipereaktivitas saluran napas
• Pekerjaan
• Polusi lingkungan
• Kejadian saat perinatal
• Infeksi bronkopulmoner rekuren, dsb.
97
Pemeriksaan Fisik
• Tanda-tanda hiperinflasi paru-paru: iga tampak
horizontal, barrel chest, dan abdomen menonjol keluar.
• Hemidiafragma mendatar
• Laju respirasi istirahat >20x/menit dan pola napas lebih
dangkal
• Letak hati lebih rendah sehingga lebih mudah dipalpasi
• Irama jantung di apeks lebih sulit didengar karena
adanya hiperinflasi paru-paru
• Bunyi jantung terdengar lebih keras di area xiphoideus
• Bisa ditemukan mengi
Klasifikasi PPOK
Baru
(Gold 2010) Temuan

Derajat Klinis Faal Paru

Derajat 0 Gejala klinis Normal


Berisiko (batuk, produksi sputum)

Derajat I Gejala batuk kronik dan produksi sputum ada tetapi tidak sering. VEP1 / KVP < 70 %.
PPOK Ringan Pada derajat ini pasien sering tidak menyadari bahwa fungsi paru VEP1  80%
mulai menurun prediksi
Derajat II Gejala sesak mulai dirasakan saat aktivitas dan kadang ditemukan VEP1 /KVP < 70 %
PPOK Sedang gejala batuk dan produksi sputum. Pada derajat ini biasanya 50% < VEP1 < 80%
pasien mulai memeriksakan kesehatannya prediksi

Derajat III Gejala sesak lebih berat, penurunan aktivitas, rasa lelah dan VEP1 /KVP < 70 %
PPOK Berat serangan eksaserbasi semakin sering dan berdampak pada 30% < VEP1 < 50%
kualitas hidup pasien prediksi

Derajat IV Gejala di atas ditambah tandatanda gagal napas atau gagal jantung VEP1/ KVP < 70 %
PPOK Sangat kanan dan ketergantungan oksigen. Pada derajat ini kulitas hidup VEP1< 30%
Berat pasien memburuk dan jika eksaserbasi dapat mengancam jiwa prediksi atau VEP1
< 50% prediksi
disertai gagal napas
kronik
Tatalaksana
DERAJAT II DERAJAT III
DERAJAT I DERAJAT IV
VEP1/KVP<70 % VEP1/KVP≤70 %
VEP1/KVP<70 % VEP1 VEP1/KVP<70 %
50%<VEP1<80% 30%≤VEP1≤50%
80% prediksi VEP1<30% prediksi
prediksi prediksi

• Hindari faktor risiko : BERHENTI MEROKOK, PAJANAN KERJA


• Dipertimbangkan pemberian vaksinasi influenza
• Tambahkan bronkodilator kerja pendek (bila diperlukan)

• Berikan pengobatan rutin dengan satu atau lebih bronkodilator kerja lama
• Tambahkan rehabilitasi fisis

• Tambahkan inhalasi glukokortikosteroid jika


terjadi eksaserbasi berulang-ulang

• Tambahkan
pemberian oksigen
jangka panjang jika
terjadi gagal napas
kronik
• Lakukan tindakan
operasi bila
diperlukan
A. Asma Bronchial Akut
B. PPOK
C. Efusi Pleura
D. TB Paru Aktif
E. Bronkiektasis
66
Laki-laki berusia 72 tahun datang ke IGD Rumah Sakit dengan keluhan
sesak nafas sejak 8 jam sebelum masuk rumah sakit, disertai rasa
berdebar-debar dan melayang. Riwayat 10 hari yang lalu operasi
pembuluh darah pada tungkai kanan. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan tampak sakit berat, tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 120
kali/menit, frekuensi napas 32 kali/menit dan suhu normal. Pada
pemeriksaan X-ray thorax didapatkan gambaran palla's sign (+),
westernmark sign (+) dan hampton's hump (+). Apa diagnosis yang
paling mungkin pada pasien ini?
A. Pneumothorax
B. Emboli paru
C. Gagal gantung
D. Efusi Pleura
E. DVT
Pembahasan
• Laki-laki, 72 tahun
• Sesak nafas 8 jam SMRS
• Berdebar-debar dan melayang
• Riwayat 10 hari yang lalu operasi pembuluh darah pada
tungkai kanan
• Pemeriksaan fisik  sakit berat, takikardi, takipnue
• X-ray thorax  palla's sign (+), westermark sign (+) dan
hampton's hump (+).
• Apa diagnosis yang paling mungkin pada pasien ini?
Emboli Paru
• Emboli paru (EP) merupakan kondisi akibat tersumbatnya
arteri paru atau salah satu cabangnya dan dapat
menyebabkan kematian pada semua usia.
• EP disebabkan oleh embolisasi dari thrombosis vena dalam
ke arteri paru atau cabangnya (merupakan penyebab
tersering), emboli bisa akibat material selain bekuan darah
seperti udara, lemak, sel tumor, dan cairan amnion.
• Penyakit ini sering ditemukan dan sering disebabkan oleh
satu atau lebih bekuan darah dari bagian tubuh lain dan
tersangkut di paruparu; sering berasal dari vena dalam di
ekstremitas bawah, rongga perut, dan terkadang
ekstremitas atas atau jantung kanan
Diagnosis

Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan


• Sesak • Hipoksia Penunjang
• Faktor risiko • Sianosis • Foto thorax
• Pleural friction rub • CT scan
• Takipnea dan takikardia • Pulmonary angiography
Foto Thorax
• Palla's sign is a clinical sign in
wich an enlarged right
descending pulmonary artery
• Westernmark sign is a dilatation
of the pulmonay arteries proximal
to the embolus
• Hampton's hump is a radiologic
sign wich consist of the swallow
Westernmark wedge-shaped opacity in the
sign periphery of the lung with its
base againts the pleural surface
A. Pneumothorax
B. Emboli paru
C. Gagal gantung
D. Efusi Pleura
E. DVT
67
Perempuan, usia 20 tahun datang ke IGD Rumah Sakit dengan
keluhan sesak nafas dan nyeri dada. Sebelumnya pasien
mengalami kecelakaan lalu lintas, dada kanan membentur
aspal terlebih dahulu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
tekanan darah 110/80 mmHg, frekuensi nafas 40 kali/menit,
nadi 120 kali/menit, afebris. Gambaran X-ray thoraks seperti
pada gambar. Apa diagnosis yang paling tepat pada pasien ini?
A. Empiyema kanan
B. Pneumonia kanan
C. Efusi pleura kanan
D. Hematothoraks kanan
E. Pneumothoraks kanan
Pembahasan
• Perempuan 20 tahun
• Sesak nafas dan nyeri dada
• Riwayat KLL  dada kanan terbentur
• Pemeriksaan fisik  takikardi, takipnea
• X-ray thorax  perselubungan opaq
homogen, meniscus sign (+)
• Apa diagnosis yang paling tepat pada pasien
ini?
Efusi Pleura
• Efusi pleura adalah menumpuknya cairan di
rongga pleura, biasanya disebabkan gangguan
kardiopulmonal
• Hematothorax adalah menumpuknya darah di
rongga pleura, biasanya disebabkan trauma
• Empiyema adalah menumpuknya pus di
rongga pleura, biasanya disebabkan infeksi
• Gejala
– Sesak nafas
– Riwayat gagal jantung (efusi), trauma
(hematotoraks), atau gejala infeksi (empiyema)
• PF:
– Inspeksi: dada tidak simetris (hemitoraks yang
sakit tertinggal saat inspirasi)
– Perkusi: redup
– Auskultasi: menurun/menghilang
Xray

• Perselubungan homogen
• Sudut costofrenikus yang
tumpul
• Meniscus sign
Terapi
• Torakosentesis:
mengambil cairan atau
darah
• WSD
A. Empiyema kanan
B. Pneumonia kanan
C. Efusi pleura kanan
D. Hematothoraks kanan
E. Pneumothoraks kanan
68
Laki-laki, usia 40 tahun datang ke Poliklinik dengan keluhan
batuk selama 3 minggu tidak sembuh-sembuh. Batuk
berdahak warna kekuningan terkadang disertai darah. Tiga
tahun yang lalu sudah menjalani pengobatan untuk batuknya
dan sudah dinyatakan sembuh. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 88 kali/menit,
frekuensi napad 30x/menit, dan suhu afebris. Pemeriksaan
BTA hasil (-/+/+). Apa tatalaksana untuk pasien di atas?
A. 2HRZE/4HR
B. 2HRZE/4H3R3
C. 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
D. 2HRZ/4H3R3
E. 2HRZ/6HE
Pembahasan
• Laki-laki, usia 40 tahun
• Batuk selama 3 minggu  berdahak warna
kekuningan terkadang disertai darah
• Riwayat pengobatan  sembuh
• Pemeriksaan BTA hasil (-/+/+)
• Apa tatalaksana untuk pasien di atas?
• Diagnosis : TB paru kasus kambuh
Klasifikasi TB
• Berdasarkan riwayat pengobatan :
– Pasien baru TB : belum pernah atau sudah pernah menelan OAT
namun kurang dari 1 bulan (˂ dari 28 dosis)
– Pasien yang pernah diobati TB : sebelumnya pernah menelan
OAT selama 1 bulan atau lebih (≥ dari 28 dosis)
• Pasien ini selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan hasil pengobatan TB
terakhir :
• Pasien kambuh : pernah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap
dan saat ini didiagnosis TB berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis
atau klinis (baik karena benar-benar kambuh atau karena reinfeksi)
• Pasien yang diobati kembali setelah gagal : pernah diobati dan
dinyatakan gagal pada pengobatan terakhir.
• Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up):
pernah diobati dan dinyatakan lost to follow up  putus berobat /default
• Lain-lain : pernah diobati namun hasil akhir pengobatan sebelumnya
tidak diketahui
– Pasien yang riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui
Tatalaksana TB
• Panduan OAT yang digunakan di Indonesia
(sesuai rekomendasi WHO dan ISTC) :
– Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3
– Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
– Kategori Anak : 2(HRZ)/4(HR) atau
2HRZA(S)/4-10HR
Tatalaksana TB
• Kategori 1 :
– Paduan obat kategori 1 untuk pasien baru :
• Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis
• Pasien TB paru terdiagnosis klinis
• Pasien TB ekstraparu
• Kategori 2 :
– Paduan obat kategori 1 untuk pasien BTA positif yang pernah
diobati sebelumnya :
• Pasien kambuh
• Pasien gagal pengobatan kategori 1
• Pasien yang diobati kembali setelah putus obat (lost to follow-up)
A. 2HRZE/4HR
B. 2HRZE/4H3R3
C. 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
D. 2HRZ/4H3R3
E. 2HRZ/6HE
69
Seorang bayi laki-laki, usia 9 bulan dibawa ibunya ke IGD
Rumah Sakit dengan keluhan sesak. Sesak dirasakan sudah
sejak 3 hari yang lalu, memberat sejak kemarin. Keluhan
disertai demam, mengi dan batuk grok-grok. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan frekuensi napas 60 kali/menit,
nadi 100 kali/menit, suhu aksila 37,60C, pemeriksaan thorax
didapatkan retraksi subkosta, wheezing dan perkusi
hipersonor. Apa diagnosis bayi di atas?
A. Pneumonia
B. Bronkhitis
C. Bronkhiolitis akut
D. Asma Bronkhiale
E. Bronkopneumonia
Pembahasan
• Bayi laki-laki, 6 bulan
• Keluhan sesak, demam, mengi dan batuk
• Pemeriksaan fisik  takipnea, febris, retraksi
subkosta, wheezing +/+, perkusi hipersonor
• Diagnosis?
Bronkhiolitis
• Bronkhiolitis adalah penyakit seasonal viral
menyebabkan inflamasi bronkhiolus yang ditandai
dengan adanya panas, pilek, batuk dan mengi.
• Sering pada usia di bawah 2 tahun  Insiden
tertinggi umur 6 bulan
• Etiologi : Respiratory Syncytial Virus (RSV) 
tersering, Rhinovirus, Adenovirus, Parainfluenza
virus, Enterovirus dan Influenzae virus
Diagnosis

Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
Fisik Penunjang
Anamnesis
Usia <2 tahun

Demam  biasanya tidak terlalu tinggi

Batuk, pilek, sesak napas

Mengi

Poor feeding

Letargi, gelisah, pucat


Pemeriksaan Fisik

Vital sign : takipnea, subfebris

Retraksi dinding dada (subcosta, intercosta, supraclavicula),


bentuk dada tampak hiperinflasi

Fine inspiratory crackles pada seluruh lapang paru, High pitched


expiratory wheeze juga ditemukan pada penderita bronkhiolitis
Pemeriksaan Penunjang
• Gambaran radiologis :
– Normal atau menunjukkan hiperinflasi paru,
diameter anteroposterior meningkat pada foto
lateral, diafragma mendatar, penonjolan daerah
retrosternal dan pelebaran interkostal
– Sebagian besar : infiltrat peribronkial, konsolidasi
infiltrat
Diagnosis Banding
• Berdasarkan manifestasi klinis, pemeriksaan fisik dan
gambaran radiologis, perlu dipertimbangkan
beberapa penyakit lain, yaitu :
– Asma bronkial
– Bronkopneumonia
– Penyakit jantung kongestif
– Pertusis
– Fibrosis kistik paru
Tatalaksana
• Terapi supportif  oksigen, nasal suction
• Pemberian antiviral, antibiotik, inhalasi β2-
agonis, inhalasi kortikosteroid dan inhalasi
antikolinergik (ipratropium) tidak
direkomendasikan
A. Pneumonia
B. Bronkhitis
C. Bronkhiolitis akut
D. Asma Bronkhiale
E. Bronkopneumonia
70
Perempuan 19 tahun datang ke IGD Rumah Sakit dengan keluhan sesak nafas sejak 1
jam lalu, batuk (+), demam (-), mengi (+). Pasien tampak sesak bila bicara dan terputus
setelah mengucap beberapa kata. Pasien merasa sesak bila berbaring dan memilih
duduk. Sesak seperti ini sudah beberapa kali dialami pasien namun sifatnya hilang
timbul. Pasien terakhir mengalami serangan sesak 2 hari lalu. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 90 kali/menit, frekuensi napas 32
kali/menit, pemeriksaan dada didapatkan retraksi, Rh -/- dan Wh +/+. Apa diagnosis
yang paling tepat?
A. Asma intermiten serangan ringan
B. Asma intermiten serangan sedang
C. Asma persisten ringan serangan ringan
D. Asma persisten ringan serangan sedang
E. Asma persisten sedang serangan ringan
Derajat ASMA
Derajat Eksaserbasi Asma
Penanganan Asma Persisten Ringan
• Pengontrol harian: glukortikosteroid inhalasi
dosis 200-400 µg BB/hari atau ekuivalennya.
• Alternatif lain: teofilin lepas lambat, kromolin,
leukotriene modifiers.
Penanganan Asma Persisten Sedang
• Pengontrol harian: kombinasi glukortikosteroid
inhalasi dosis 400-800 µg BB/hari atau
ekuivalennya + agonis beta-2 kerja lama.
• Alternatif lain:
– Glukortikosteroid dosis di atas + teofilin lepas lambat
– Glukortikosteroid dosis di atas + agonis beta-2 kerja
lama oral
– Glukortikosteroid dosis >800 µg BB/hari
– Glukortikosteroid dosis di atas + leukotriene modifiers
Penanganan Asma Persisten Berat
• Pengontrol harian: kombinasi glukortikosteroid
inhalasi dosis >800 µg BB/hari atau ekuivalennya
+ agonis beta-2 kerja lama + ≥1 di bawah:
– Teofilin lepas lambat
– Leukotriene modifiers
– Glukortikosteroid oral
• Alternatif lain:
– Prednisolon/metilprednisolon oral selang sehari 10
mg + agonis beta-2 kerja lama oral + teofilin lepas
lambat.
A. Asma intermiten serangan ringan
B. Asma intermiten serangan sedang
C. Asma persisten ringan serangan ringan
D. Asma persisten ringan serangan sedang
E. Asma persisten sedang serangan ringan
71
Wanita berusia 43 tahun datang dengan keluhan sesak nafas sejak
3 hari yang lalu. Keluhan sesak disertai batuk dan panas tinggi
serta dahak seperti karat besi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
pasien tampak sesak, nafas dangkal, terdapat pernafasan cuping
hidung. Pemeriksaan toraks didapatkan bentuk simestris,
hemitoraks kanan pergerakannya tertinggal, vocal fremitus
meningkat, perkusi sonor memendek, ronki basah sedang nyaring.
Apakah kemungkinan diagnosisnya?
A. Bronkopnemonia
B. Bronkitis akut
C. Pnemonia Lobaris kanan
D. Abses paru kanan
E. TB paru kanan
Pembahasan
• Sesak nafas sejak 3 hari disertai demam dan
batuk berdahak (berwarna karat besi)
• PF: Sesak
• Pemeriksaan Thoraks: bentuk simestris,
hemitoraks kanan pergerakannya tertinggal,
vocal fremitus meningkat, perkusi sonor
memendek, ronki basah sedang nyaring
• Diagnosis?
Pneumonia

• Infeksi yang
menyerang
parenkim
paru
• Dewasa:
– demam
– sesak nafas
– batuk
Pneumonia Bakterial
Warna sputum dan patogen penyebabnya
• Streptococcus pneumoniae: Rust-colored (warna karat)
• Pseudomonas, Haemophilus, and pneumococcal species: hijau
• Klebsiella species pneumonia: Red currant-jelly
• Infeksi anaerobik: bau dan rasa tidak enak

Tanda dan gejala


• Hipertermia (38°C) atau hipotermia (< 35°C)
• Takipnea (>18 x/menit)
• Penggunaan otot bantu napas
• Takikardia (>100 x/menit)
• Sianosis sentral
• Perubahan status mental
Pneumonia yang mana?
• Pada soal ini yang sangat ditonjolkan adalah
adanya gerakan dada kanan yang terlambat.
• Jika pneumonia pada sebagian kecil tempat
saja, maka tidak akan mampu membuat
gejala sebesar itu
• Kemungkinan besar pneumoninya mencapai
daerah yang luas  pneumonia lobaris
A. Bronkopnemonia
B. Bronkitis akut
C. Pnemonia Lobaris kanan
D. Abses paru kanan
E. TB paru kanan
72
Seorang perempuan berusia 34 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan
sesak napas disertai mengi sejak 2 jam yang lalu. Pasien diketahui
memiliki riwayat asma, berobat teratur dan biasa menggunakan
bronkodilator inhalasi. Sebelum ke UGD RS, pasien sempat
menggunakannya namun tidak ada perubahan. Pemeriksaan fisik
didapatkan kesadaran kompos mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi
98 kali/menit, nafas 38 kali/menit dangkal, dan suhu 37,4oC. Terdapat
wheezing di kedua lapang paru. Bila diajak berbicara, pasien tidak dapat
menyelesaikan satu kata secara utuh. Bagaimana hasil pemeriksaan
analisis gas darah pada pasien?
A. pH meningkat
B. PCO2 meningkat
C. PO2 meningkat
D. HCO3 meningkat
E. Total CO2 meningkat
Pembahasan
• Perempuan 32 tahun sesak nafas disertai
mengi sejak 2 jam
• Memiliki riwayat asma dan rajin berobat
• Bila diajak berbicara, pasien tidak dapat
menyelesaikan satu kata secara utuh
• Bagaimana kemungkinan analisis gas
darah?
Derajat Eksaserbasi Asma
Jadi analisis gas darahnya?
• Ingat! Asma pada pasien ini merupakan
eksaserbasi berat!
• Asma merupakan penyakit paru yang
obstruktif  udara tidak dapat keluar dari
paru  udara kotor tetap di sirkulasi darah 
CO2 banyak di darah
• Yang kita periksa bukan total CO2 dalam darah
tapi tekanan CO2 (PaCO2)
• Akibat CO2 yang banyak  tekanan akan naik
A. pH meningkat
B. PCO2 meningkat
C. PO2 meningkat
D. HCO3 meningkat
E. Total CO2 meningkat
73
Seorang anak berusia 5 tahun datang dengan keluhan batuk selama
5 hari. Tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan berat badan
21,5kg. Pasien sudah diimunisasi BCG. Pada pemeriksaan tuberculin
didapatkan 10 mm. Ibu pasien menderita TB dan sedang menjalani
pengobatan, baru 1 bulan. Apakah penatalaksanaan pada pasien?
A. Diberikan INH selama 6 bulan
B. Observasi pasien, bila ada gejala TB tambahan baru diobati
C. INH 100 mg selama 3 bulan, perlu dilakukan pemeriksaan
mantoux ulang
D. INH 100 mg selama 6 bulan, tidak perlu dilakukan pemeriksaan
mantoux ulang
E. INH 200 mg selama 6 bulan, perlu dilakukan pemeriksaan
mantoux ulang
Pembahasan
• Anak, 5 tahun
• batuk 5 hari
• BB = 21,5 kg
• Sudah imunisasi BCG
• Tuberculin 10 mm
• Ibu merupakan pasien TB dalam pengobatan
• Penatalaksanaan?
Skoring TB anak
Alur TB Anak
Profilaksis TB
A. Diberikan INH selama 6 bulan
B. Observasi pasien, bila ada gejala TB
tambahan baru diobati
C. INH 100 mg selama 3 bulan, perlu dilakukan
pemeriksaan mantoux ulang
D. INH 100 mg selama 6 bulan, tidak perlu
dilakukan pemeriksaan mantoux ulang
E. INH 200 mg selama 6 bulan, perlu dilakukan
pemeriksaan mantoux ulang
74
Seorang laki-laki berusia 40 tahun datang ke puskesmas
dengan keluhan batuk berdarah sejak 2 hari yang lalu.
Keluhan disertai dengan demam. Sejak sekitar 1 bulan yang
lalu, pasien batuk-batuk dengan dahak berwarna
kehijauan. Pasien memiliki riwayat 3 tahun yang lalu
pasien mengalami keluhan yang sama, diterapi selama 6
bulan dan sudah dinyatakan sembuh. Apakah diagnosis
yang mungkinn pada kasus ini?
A. TB Paru BTA positif
B. TB Paru dengan kavitas
C. TB Paru kasus relaps
D. TB Paru kasus kronik
E. TB Paru dengan hemoptisis
Pembahasan
• Keluhan batuk berdarah disertai demam
• Ada riwayat sakit TB dan diobati selama 6
bulan, kemudian dinyatakan sembuh
• Kondisi pasien saat ini?
Klasifikasi Pasien TB berdasarkan
Waktu
• Pasien baru TB: adalah pasien yang belum
pernah mendapatkan pengobatan TB
sebelumnya atau sudah pernah menelan OAT
namun kurang dari 1 bulan (˂ dari 28 dosis)
• Pasien yang pernah diobati TB: adalah
pasien yang sebelumnya pernah menelan OAT
selama 1 bulan atau lebih (≥ dari 28 dosis)
• Pasien yang riwayat pengobatan
sebelumnya tidak diketahui
Klasifikasi Pasien yang Pernah
Diobati TB
• Pasien kambuh: adalah pasien TB yang pernah dinyatakan
sembuh atau pengobatan lengkap dan saat ini didiagnosis TB
berdasarkan hasil pemeriksaanbakteriologis atau klinis (baik
karena benar-benar kambuh atau karena reinfeksi).
• Pasien yang diobati kembali setelah gagal: adalah pasien TB
yang pernah diobati dan dinyatakan gagal pada pengobatan
terakhir.
• Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to
follow-up):adalah pasien yang pernah diobati dan dinyatakan
lost to follow up (klasifikasi inisebelumnya dikenal sebagai
pengobatan pasien setelah putus berobat /default).
• Lain-lain: adalah pasien TB yang pernah diobati namun hasil
akhir pengobatan sebelumnya tidak diketahui.
A. TB Paru BTA positif
B. TB Paru dengan kavitas
C. TB Paru kasus relaps
D. TB Paru kasus kronik
E. TB Paru dengan hemoptisis
75
Seorang pasien dibawa ke IGD setelah kecelakaan lalu
lintas. Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah
100/90 mmHg, nafas 32 kali/menit, nadi 132 kali/menit,
dan suhu 36,20C. Pasien tampak sesak, ditemukan retraksi
dan gerakan napas hemithoraks kiri tertinggal, serta bunyi
nafas vesikular hanya ditemui pada paru kanan. Dilakukan
pemeriksaan foto thoraks AP. Diagnosis yang tepat pada
kasus ini adalah...
A. Hidrothoraks kiri
B. Hemothoraks kiri
C. Efusi pleura kiri
D. Pneumothoraks kiri
E. Tamponade jantung
Pembahasan
• Post KLL
• TD 100/90
• Pasien tampak sesak, ditemukan retraksi
dan gerakan napas hemithoraks kiri
tertinggal, serta bunyi nafas vesikular hanya
ditemui pada paru kanan
• Rontgen PA  trakea terdorong ke paru
kanan
• Diagnosis?
Pneumothoraks
Macam-Macam Pneumothoraks
• Pneumotoraks spontan primer
– Tanpa riwayat penyakit paru atau trauma
sebelumnya ataupun trauma, terjadi pada individu
yang sehat. Terutama lebih sering pada laki, tinggi
dan kurus, dan perokok.
• Pneumotoraks spontan sekunder
– Dengan riwayat penyakit paru sebelumnya (PPOK,
TB paru, dll).
• Tension Pneumothoraks
– Pneumothoraks dengan system pentil ban  udara
bisa masuk tidak bisa keluar  tanda vital terus
menurun
Tension Pneumothoraks
Tanda Klinis Pneumothoraks
• Inspeksi: lebih menonjol dan tertinggal
pada pernapasan
• Palpasi: fremitus menurun
• Perkusi: hipersonor dan pergeseran
mediastinum ke arah yang sehat
• Auskultasi: suara napas melemah dan jauh
Foto Rontgen: Pneumothoraks vs
Atelektasis
• Bedakan foto rontgen pada pneumothoraks
dan atelektasis
• Keduanya sama-sama hipoaerasi sehingga
gambaran lebih ke lusens 
pneumothoraks masih dapat terlihat pleural
line
• Yang membedakan pneumotoraks  trakea
mengarah ke yang sehat, jika atelectasis 
trakea mengarah ke yang sakit.
A. Hidrothoraks kiri
B. Hemothoraks kiri
C. Efusi pleura kiri
D. Pneumothoraks kiri
E. Tamponade jantung
76
Seorang laki-laki usia 45 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan
utama batuk sejak 1 minggu. Batuk disertai banyak dahak terutama
pada pagi hari dan pada saat perubahan posisi, terkadang batuk juga
disertai darah. Pasien tidak ada riwayat merokok. Pada pemeriksaan
tanda vital didapatkan tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 100
kali/menit, nafas 22 kali/menit, dan suhu 37,10C. Pada pemeriksaan
penunjang radiologi didapatkan gambaran sarang tawon. Pada
pemeriksaan sputum didapatkan lapisan busa, purulen, dan mukoid.
Apa diagnosis yang tepat ?
A. Abses paru
B. Tuberkulosis paru
C. Bronkhitis kronik
D. Bronkiektasis
E. Carcinoma paru
Pembahasan
• Keluhan batuk sejak 1 minggu yang lalu,
disertai terkadang batuk darah dan saat
berubah posisi
• Pada pemeriksaan penunjang radiologi
didapatkan gambaran sarang tawon
• Pada pemeriksaan sputum didapatkan lapisan
busa, purulen, dan mukoid
• Diagnosis?
Ini soal To The Poin!
• Sangat jelas sekali kata kunci pada soal ini
• Ciri-ciri khas bronkiektasis:
– Batuk berdarah
– Sputum tiga lapis
– Honey Comb Appearance pada foto rontgen
A. Abses paru
B. Tuberkulosis paru
C. Bronkhitis kronik
D. Bronkiektasis
E. Carcinoma paru
77
Seorang laki-laki usia 35 tahun datang dengan keluhan
batuk, pilek, demam, dan sesak. Pasien bercerita
bahwa pasien memiliki riwayat berpergian ke
peternakan ayam milik keluarganya. Seminggu
kemudian ayam-ayam di perternakan mati mendadak.
Etiologi dari penyakit tersebut adalah....
A. H1N1
B. H5N1
C. H1N5
D. Coronavirus
E. HIV
Pembahasan
• Keluhan batuk, pilek, demam, dan sesak
• Riwayat mengunjungi perternakan ungags
dan unggas mati
• Etiologi?
Influenza
Diskusi

• Kata Kunci
– H5N1 : Avian flu
– H1N1 : Swine flu
– Coronavirus: Flu unta
Cara Ingat

5
H5N1
Jenis Soal Lain
• Berpergian ke Timur Tengah  Coronavirus
A. H1N1
B. H5N1
C. H1N5
D. Coronavirus
E. HIV
78
Laki-laki berusia 65 tahun datang ke IGD dengan sesak
nafas. Keluarga mengatakan pasien mengalami sesak
setelah disuapi makanan dan tersedak. Pemeriksaan tanda
vital pasien berupa tampak sesak, tekanan darah 110/80
mmHg, nadi 100 kali/menit, nafas 28 kali/menit, suhu
37oC. Auskultasi pada pasien didapatkan ronki di kedua
lapangan paru. Apa diagnosis pasien tersebut?
A. Aspirasi benda asing
B. Pneumonia atipikal
C. Pneumonia aspirasi
D. Pneumonia komunitas
E. Pneumonia nosokomial
Pembahasan
• Laki-laki 65 tahun sesak nafas
• Riwayat tersedak saat disuapin
• Tanda vital dalam batas normal
• Terdapat ronkhi di kedua lapang paru
• Diagnosis?
Pneumonia Aspirasi
• Pneumonia adalah
suatu inflamasi yang
terjadi pada parenkim
paru yang dapat
diakibatkan oleh
infeksi atau non infeksi
• Contoh pneumonia non
infeksi adalah
pneumonia aspirasi
• Soal lain biasanya pada
pasien yang stroke
dengan faktor risiko
mudah tersedak.
Pneumonia Aspirasi
• Aspirasi adalah suatu kondisi dimana konten
dari GI tract masuk ke dalam saluran nafas
• Pneumonia aspirasi disebabkan oleh bakteri
yang berada di orofaring yang masuk ke paru
bersama dengan makanan misalnya sehingga
menimbulkan inflamasi
• Aspirasi tidak selalu menghasilkan pneumonia
aspirasi, contoh:
– Mendelson syndrome : Tertelan asam lambung
– Pneumonia lipoid: Tertelan minyak
Mengapa pada pasien ini bukan
aspirasi benda asing?
• Aspirasi benda asing merupakan salah satu
etiologi terjadinya pneumonia aspirasi
• Beberapa klinisi akan menggabungkan
pneumonia aspirasi akibat bakteri dengan
akibat aspirasi benda asing
• Pada pasien ini sudah didapatkan ronkhi 
sudah pasti ada inflamasi di dalam paru
A. Aspirasi benda asing
B. Pneumonia atipikal
C. Pneumonia aspirasi
D. Pneumonia komuniti
E. Pneumonia nosokomial
79
Laki-laki 56 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan batuk
sudah 3 bulan ini. Keluhan disertai penurunan berat badan drastis
dalam waktu 1 bulan terakhir. Pasien merokok sejak umur 25
tahun. Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah
110/70mmHg, nafas 28 kali/menit, nadi 100 kali/menit. Pada
perkusi ditemukan pekak pada basal paru kanan. Auskultasi ronkhi
basah kasar. Pemeriksaan radiologis dijumpai massa intermediate
paru kanan. Apakah pemeriksaan baku emas untuk menegakkan
diagnosa pasien tersebut?
A. PET-Scan
B. Bronkoskopi
C. Histopatologi
D. Tumor marker
E. Sitologi sputum
Pembahasan
• Laki-laki, 56 tahun
• Batuk 3 bulan
• Penurunan berat badan drastis dalam 1
bulan terakhir
• Perkusi: Pekak pada dasar paru
• Auskultasi: ronkhi basah kasar
• Rontgen: massa intermediate di paru kanan
• Baku emas pemeriksaan?
Kanker Paru
• Yang perlu diingat adalah
mengapa hasil pemeriksaan
fisik dapat demikian
– Ketika ada massa padat di
paru  penghantaran suara
oleh vocal fremitus menjadi
lebih baik (media padat)
– Massa di paru juga
menghambat pengembangan
jaringan paru sendiri  suara
nafas berkurang
• Ingat lagi bahwa ada gejala
khas dari kanker paru 
batuk darah atau sesak nafas
• Lihat usia juga!
Apa Gold Standard?
• Sebenarnya seluruh kanker memiliki gold
standard biopsi yang dinilai melalui
histopatologi.
• Skrining dan metode diagnosis lainnya
menggantikan sementara biopsy karena
terlalu invasif.
• Jadi gold standard yang digunakan
adalah histopatologi
A. PET-Scan
B. Bronkoskopi
C. Histopatologi
D. Tumor marker
E. Sitologi sputum
80
Laki-laki 50 tahun tidak sadarkan diri, diantar keluarganya ke
IGD. Pada pemeriksaan, nadi karotis tidak teraba. Tatalaksana
kasus ini adalah...

A. Adenosin 6 mg
B. Epinefrin 0,1 mg
C. Defibrilasi monofasik 360 J
D. Defibrilasi monofasik 200 J
E. Kardioversi 150 J
Pembahasan
• Laki-laki 50 tahun
• Tidak sadarkan diri
• Nadi karotis tidak teraba
• EKG: VF

• Tatalaksana?
ALGORITMA PERKI
Pilihan Lain

• Adenosin 6 mg
– Untuk takikardi
• Epinefrin 0,1 mg
– Dosis epinefrin pada henti jantung adalah 1 mg
• Defibrilasi monofasik 200 J
– Defibrilasi monofasik 360 J
– Defibrilasi bifasik 120-200 J
• Kardioversi 150 J
– Dapat digunakan untuk SVT
A. Adenosin 6 mg
B. Epinefrin 0,1 mg
C. Defibrilasi monofasik 360 J
D. Defibrilasi monofasik 200 J
E. Kardioversi 150 J
81
Pria 60 tahun datang ke IGD karena sesak sejak 1 jam lalu.
Sebelumnya, pasien sesak jika berjalan jauh atau
beraktivitas berat. Pada pemeriksaan, ditemukan tekanan
vena jugularis meningkat, ronkhi di basal kedua paru, dan
edema tungkai. Terapi awal yang diberikan adalah ....
A. ISDN
B. Morfin
C. Aspirin
D. ACE-inhibitor
E. Diuretik
Pembahasan
• Pria 60 tahun
• Sesak sejak 1 jam lalu
• Sebelumnya pasien sesak jika berjalan jauh
atau beraktivitas berat
• PF: JVP meningkat, ronkhi di basal kedua paru,
dan edema tungkai

• Tatalaksana awal?
Gagal Jantung
Akut atau acute
decompensated
heart failure
(ADHF)
(PERKI 2015)
Edema
Paru Akut
(PERKI
2015)
A. ISDN
B. Morfin
C. Aspirin
D. ACE-inhibitor
E. Diuretik
82
Pria 60 tahun dibawa ke UGD karena tidak sadar. Pasien
memiliki tekanan darah tinggi dan mengonsumsi
antihipertensi. Pasien juga mengonsumsi ISDN. Pada
pemeriksaan, didapatkan tekanan darah 80/50 mmHg.
Obat apakah yang dapat menyebabkan hipotensi?
A. ISDN + bisoprolol
B. ISDN + dopamin
C. ISDN + digoksin
D. ISDN + epinefrin
E. ISDN + dobutamin
Pembahasan
• Pria 60 tahun
• Tidak sadar
• Memiliki tekanan darah tinggi dan
mengonsumsi antihipertensi
• Pasien juga mengonsumsi ISDN
• TD 80/50 mmHg

• Obat apa yang menyebabkan hipotensi?


Diskusi
• Cara kerja ISDN:
– Relaksasi otot polos vaskular  vasodilatasi 
menurunkan preload & afterload, menurunkan
kebutuhan oksigen miokardium, menurunkan TD,
meningkatkan denyut jantung (kompensasi penurunan
TD)
• β-Bloker memiliki efek kronotropik dan inotropik
negatif (menurunkan kecepatan dan kekuatan
denyut jantung)
• β-Bloker akan menghambat peningkatan denyut
jantung yang disebabkan ISDN  hipotensi
Pilihan Lain
• Dopamin  pada dosis rendah sebagai
inotropik dan kronotropik positif, pada dosis
tinggi memiliki efek vasokontriksi 
meningkatkan tekanan darah
• Digoksin  memperpanjang potensial aksi
jantung sehingga memperlambat denyut
jantung, tetapi memperlambat irama ventrikel
sehingga stroke volume lebih efektif 
akibatnya meningkatkan tekanan darah
Pilihan Lain
• Epinefrin  vasokontriksi perifer sehingga
memperbesar tekanan darah.
• Dobutamin  meningkatkan kontraktilitas
jantung sehingga memperbesar tekanan
darah.
A. ISDN + bisoprolol
B. ISDN + dopamin
C. ISDN + digoksin
D. ISDN + epinefrin
E. ISDN + dobutamin
83
Wanita 67 tahun mengeluh sesak napas sejak 3 jam lalu.
Pada pemeriksaan didapatkan tekanan darah 110/80
mmHg, napas 28 x/menit, nadi 115 x/menit, peningkatan
JVP, terdengar bunyi jantung tambahan S3 dan ronkhi di
basal paru. Pada EKG ditemukan T inverted di V1-V4. Pada
foto polos thorax, didapatkan kardiomegali. Diagnosis
kasus ini adalah ....
A. RVH
B. Kardiomiopati
C. LVH
D. COPD
E. Gagal jantung
Pembahasan
• Wanita 67 tahun
• Sesak napas sejak 3 jam lalu
• PF: TD 110/80 mmHg, napas 28x/menit, nadi
115x/menit, peningkatan JVP, terdengar bunyi
jantung tambahan S3 dan ronkhi di basal paru.
• EKG: T inverted di V1-V4
• Foto polos thorax: kardiomegali

• Diagnosis?
Definisi Gagal Jantung berdasarkan
PERKI
Framingham Criteria
(2 mayor ATAU 1 mayor+1 minor)
Kriteria Mayor Kriteria Minor
• Sesak napas tiba-tiba pada • Edema ekstremitas
malam hari (paroxysmal • Batuk malam
nocturnal dyspneu)
• Distensi vena-vena leher
• Dyspneu d’effort (sesak
ketika beraktifitas)
• Peningkatan tekanan vena
jugularis • Hepatomegali
• Ronki basah basal • Efusi pleura
• Kardiomegali • Penurunan kapasitas vital
• Edema paru akut paru sepertiga dari normal
• Gallop (S3) • Takikardi >120 kali per
• Refluks hepatojugular positif menit
Tanda dan Gejala
Gagal Jantung
berdasarkan
PERKI
Skema
Diagnosis
Gagal Jantung
Pilihan Lain
• LVH
– Sokolow-Lyon: S di V1/V2 + R di V5/V6 >35 mm
– R di aVL >11 mm

• RVH
– Rasio R/S di V1 >1 atau di V5/V6 <1
– R di V1 >7 mm
– R di V1 + S di V5/6 >10,5 mm

*Pembesaran jantung tidak selalu berarti gagal jantung!


(lihat kriteria diagnosis gagal jantung)
Pilihan Lain
• Kardiomiopati
– Keadaan otot jantung tidak dapat berkontraksi dengan
memadai
– Diagnosis ini terlalu luas & kurang spesifik
• COPD
– Nama lain penyakit obstruksi paru kronik (PPOK)
– Gejala: sesak, riwayat merokok, wheezing
– Pada kelainan pulmonal (COPD, emboli paru), dapat
ditemukan T inversi di V1, V2, V3, atau V4. Namun
pada kasus ini, anamnesis, PF, dan foto polos thoraks
tidak mendukung ke arah COPD
A. RVH
B. Miokardiopati
C. LVH
D. COPD
E. Gagal jantung
84
Anak usia 2 tahun mengalami sesak sejak 1 bulan
lalu. Pasien tidak pernah biru sebelumnya. Pada
pemeriksaan, terdengar ejection systolic. Diagnosis
kasus ini adalah ....
A. ASD
B. VSD
C. Tetralogy of Fallot
D. PDA
E. Coarcatio aorta
Pembahasan
• Anak usia 2 tahun
• Tidak pernah biru sebelumnya
• Sesak sejak 1 bulan lalu
• PF: ejection systolic

• Diagnosis?
Penyakit Jantung Bawaan
A. ASD
B. VSD
C. Tetralogy of Fallot
D. PDA
E. Coarcatio aorta
85
Pria 35 tahun mengeluh nyeri dada sejak 1 minggu lalu.
Pasien juga mengeluhkan nyeri sendi yang berpindah.
Sebulan yang lalu, pasien mengalami batuk berdahak.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 130/80
mmHg, nadi 120 x/menit, napas 22 x/menit, dan murmur
pansistolik di apeks. Pemeriksaan ASTO (+). Kelainan pada
kasus ini adalah ....
A. Stenosis mitral
B. Regurgitasi mitral
C. Stenosis trikuspid
D. Regurgitasi trikuspid
E. Stenosis aorta
Pembahasan
• Pria 35 tahun
• Nyeri dada sejak 1 minggu lalu
• Nyeri sendi yang berpindah
• Sebulan yang lalu, batuk berdahak
• PF: TD 30/80 mmHg, nadi 120x/menit, napas
22x/menit, dan murmur pansistolik di apeks
• Pemeriksaan ASTO (+)

• Kelainan?
Kriteria JONES
Cara Menghafal Kriteria JONES
• J  Joint involvement (poliathritis)
• O  Ooo.. Myocard (carditis)
• N  Nodul subkutan
• E  Eritema marginatum
• S  Sidenham Chorea
Diskusi
• Pada penyakit jantung reumatik, dapat terjadi
stenosis atau regurgitasi pada katup mitral. Katup
aorta juga dapat terkena tetapi lebih jarang,
sementara keterlibatan katup trikuspid dan
pulmonal sangat jarang.
• Murmur di soal adalah pansistolik (disebut juga
holosistolik) yang berarti murmur terdengar di
sepanjang fase sistolik (pan = seluruh). Berarti
terjadi kebocoran katup, yaitu regurgitasi.
• Katup yang berada di apeks jantung adalah
mitral.
A. Stenosis mitral
B. Regurgitasi mitral
C. Stenosis trikuspid
D. Regurgitasi trikuspid
E. Stenosis aorta
86
Seorang wanita berusia 55 tahun datang ke Puskesmas
untuk pemeriksaan berkala gula darah. Pasien sudah
menderita diabetes mellitus selama bertahun-tahun.
Tanda vital didapatkan tekanan darah 150/100 mmHg,
nadi 88 kali/menit, nafas 18 kali/menit, suhu 36,5°C.
Apakah obat antihipertensi yang paling tepat?
A. Amlodipin
B. Bisoprolol
C. Hidroklorotiazid
D. Captopril
E. Spironolakton
Pembahasan
• Wanita 55 tahun dengan DM
• TD 150/100 mmHg

• Obat antihipertensi yang tepat?


JNC VIII
Berdasarkan PERKI
• Berdasarkan guideline PERKI, ACE-I dan ARB
menjadi pilihan utama apabila pasien memiliki
penyakit diabetes.
A. Amlodipin
B. Bisoprolol
C. Hidroklorotiazid
D. Captopril
E. Spironolakton
87
Seorang pasien datang dengan keluhan nyeri dada
disertai sesak napas setelah pasien beraktivitas.
Keluhan itu kemudian hilang sendiri bila beristirahat.
Pada saat pemeriksaan EKG ditemukan ST depresi dan
troponin T negatif. Terapi awal apa yang harus
diberikan pada pasien ini?
A. Clopidogrel
B. Simvastatin
C. Asetil salisilat
D. Propanolol
E. ISDN
Pembahasan
• Nyeri dada yang menghilang saat istirahat
• EKG pasien  ST depresi dengan
pemeriksaan lab troponin tidak naik
• Tatalaksana awal?
Lead EKG pada ACS
Tatalaksana ACS
• Nitrat / ISDN sublingual 5 mg  bisa diulang
2 kali lagi apabila masih nyeri
• Aspirin 160 -320 mg (ini yang paling
penting!)
• Clopidogrel 4 x 75 mg  terutama jika akan
primary PCI
• Oksigen
• Morfin (jika dibutuhkan)

Cara hafal: MONACO


Guideline AHA
A. Clopidogrel
B. Simvastatin
C. Asetil salisilat
D. Propanolol
E. ISDN
88
Seorang laki-laki, 50 tahun, datang ke IGD dengan
keluhan berdebar-debar. Setelah diperiksa EKG,
hasilnya adalah seperti berikut:

Diagnosis pasien ini adalah:


A. Ventrikel takikardi
B. Ventrikel fibrilasi
C. atrial fibrilasi
D. Atrial flutter
E. Torsade de Point
Pembahasan
• Hasil EKG terdapat gelombang P bergerigi
• Diagnosis?
Cara mudah untuk diagnosis EKG
• Pertama kali coba liat QRSnya apakah sempit atau
lebar.
– QRS menyimpulkan bagaimana arus listrik yang ada di
ventrikel --> ketika lebar maka perambatan terjadi di
ventrikel.
– QRS yang sempit  arus tetap berasal dari atrium
• Jika QRS lebar
– Teratur  Ventrikular takikardi
– Tidak teratur  Ventrikular Fibrilasi
• Jika QRS sempit
– Jika P tidak ada dan teratur SVT
– Jika P ada dan seperti gigi hiu  atrial flutter
– Jika tidak beraturan  atrial fibrilasi
EKG
• VT

• VF
EKG
• SVT

• Atrial flutter

• AF
A. Ventrikel takikardi
B. Ventrikel fibrilasi
C. Atrial fibrilasi
D. Atrial flutter
E. Torsade de Point
89
Seorang wanita membawa bayi berusia 9 bulan untuk
konsultasi kelainan jantung. Melalui anamnesis, diketahui
bahwa bibir bayi sering kebiruan saat menangis.
Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya murmur, lain-lain
dalam batas normal. Hasil foto rontgen ditemukan
gambaran seperti di bawah ini. Kelainan kongenital yang
mungkin pada pasien ini adalah...
A. Patent ductus arteriosus
B. Tetralogi of Fallot
C. Atrial septal defect
D. Ventricular septal defect
E. Transposisi arteri besar
Pembahasan
• Bayi 9 bulan konsultasi kelainan jantung
• Biru saat menangis
• Rontgen berbentuk sepatu boot
• Diagnosis?
Baca POINOLOGI
Pembahasan
• Dengan melihat grafik POINOLOGI di atas
 pasien ToF
• Pasien ToF memiliki gambaran jantung
pada foto rontgen seperti sepatu boot 
karena ada hipertrofi ventrikel kanan
A. Patent ductus arteriosus
B. Tetralogi of Fallot
C. Atrial septal defect
D. Ventricular septal defect
E. Transposisi arteri besar
90
Seorang pria 47 tahun dating dengan keluhan jantung
berdebar disertai keringat dingin. Riwayat hipertensi
tidak ada. Pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah
140/80 dan pemeriksaan lain-lain dalam batas normal.
Pemeriksaan EKG di gambar bawah. Apa diagnosisnya?
A. AV Block derajat 2 mobitz 1
B. AV Block derajat 1
C. AV Block derajat 2 mobitz 2
D. AV Block derajat 3
E. Ventrikel ekstrasistol
Derajat AV Block
• 1  jarak PR memanjang dan regular
• 2 mobitz 1  jarak PR semakin lama semakin
memanjang hingga P tidak lagi diikuti oleh QRS
• 2 mobitz 2  jarak PR masih regular dan
sesekali P tidak lagi diikuti oleh QRS
• 3  P dan QRS tidak bekerja berkesinambungan
dan sesuka hati keluar yang mana dulu
A. AV Block derajat 2 mobitz 1
B. AV Block derajat 1
C. AV Block derajat 2 mobitz 2
D. AV Block derajat 3
E. Ventrikel ekstrasistol
91
Seorang pria 65 tahun dengan keluhan nyeri dada sebelah
kiri, nyeri menjalar sampai ke bahu dan lengan. Keluhan
memberat jika beraktivitas dan membaik jika istirahat.
Pasien mempunyai penyakit hipertensi dan DM sejak 8
tahun yang lalu dan tidak teratur minum obat. Pasien
memiliki kebiasaan merokok 1 bungkus per hari.
Pemeriksaan tanda vital dan EKG dalam batas normal.
Pemeriksaan penunjang apa yang harus dilakukan?
A. Enzim jantung
B. Foto rontgen thoraks
C. Ekhokardiogram
D. Treadmill test
E. EKG saat istirahat
Pembahasan
• Pasien nyeri dada kiri menjalar hingga bahu
dan lengan
• Membaik saat istirahat
• Terdapat riwayat HT dan DM, tidak teratur
• Riwayat merokok
• EKG normal
• Pemeriksaan penunjang?
Baca POINOLOGI!
Jadi gimana?
• Ketika kita mendapatkan soal tentang nyeri dada 
lihat dulu apakah khas kardiak atau tidak. Pada soal
ini sangat khas kardiak  nyeri di dada kiri yang
menjalar hingga ke lengan.
• Angina pektoris akan menandakan ACS atau stable
angina pektors
• Pada soal ini nyeri yang dirasakan hanya saat
aktivitas fisik dan berkurang saat istirahat  stable
• Stable angina diperiksa lanjutan dengan treadmill
test atau stressed EKG
A. Enzim jantung
B. Foto rontgen thoraks
C. Ekhokardiogram
D. Treadmill test
E. EKG saat istirahat
92
Laki-laki berusia 35 tahun dengan riwayat penyakit ginjal
terminal datang dalam kondisi sinkop. Pasien tidak
mengeluhkan nyeri dada atau sesak. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan simino di lengan kiri. Pemeriksaan
laboratorium didapatkan kreatinin 14 mg/dL, nitrogen
urea 88 mg/dL dan kalium 8,8 mEq/L. Pada pemeriskaan
EKG didapatkan adanya ST depresi. Tatalaksana yang
sesuai untuk pasien ini adalah…
A. Kalsium glukonat intravena
B. Dekstrosa dan insulin intravena
C. Furosemide intravena
D. Natrium bikarbonat intravena
E. Kayexalat rektal
Pembahasan
• Laki-laki 35 tahun dating dengan sinkop
• Memiliki CKD stage V dan ditandai adanya
simino
• Didapatkan pemeriksaan lab kalium 8,8
mEq/L
• Tatalaksana?
Tatalaksana
Hyperkalaemia
Gampangnya untuk Hiperkalemi!
• Jika Kalium antara 5 hingga 6, masukkin
Calcium 4 x 15 gram/hari per oral
• Jika kalium lebih dari 6 dan ada EKG seperti
T tinggi, QRS lebar, bradikardi, VT, dan ST
depresi  kalsium glukonat 10% 30 mL IV
atau kalsium klorida 10% 10 mL IV
• Jika kalium lebih dari 6 dan tidak ada hasil
EKG seperti di atas  glukosa 50% 50mL
ditambah dengan insulin 10 unit
A. Kalsium glukonat intravena
B. Dekstrosa dan insulin intravena
C. Furosemide intravena
D. Natrium bikarbonat intravena
E. Kayexalat rektal
93
Pasien perempuan, 33 tahun, datang dengan keluhan berdebar-debar. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan nadi 159 kali/menit dan hasil EKG seperti
berikut:
Apa penanganan awal yang tepat?
A. Injeksi amiodaron
B. Injeksi sulfas atropine
C. Injeksi adenosine
D. Manuver vagal
E. Injeksi epinefrin
Pembahasan
• Perempuan 33 tahun datang dengan
berdebar-debar
• Nadi 159 kali/menit
• EKG tergambar
• Tatalaksana?
Tachycardia Algorithm.

Robert W. Neumar et al. Circulation. 2010;122:S729-S767

Copyright © American Heart Association, Inc. All rights reserved.


Jadi Bagaimana?
• Pasien ini mengalami takikardi dan EKG
yang terlihat adalah SVT.
• Ketika kita lihat takikardi  lihat pasien
stabil atau tidak  pada soal ini stabil
karena tidak ada penurunan kesadaran,
gejala ACS, gejala gagal jantung
• Jika stabil akan dilihat lagi bagaimana QRS
 SVT memiliki QRS yang sempit  vagal
manuver
A. Injeksi amiodaron
B. Injeksi sulfas atropine
C. Injeksi adenosine
D. Manuver vagal
E. Injeksi epinefrin
94
Laki-laki 20 tahun datang dengan keluhan timbul
bercak kemerahan di sepanjang tangan kiri sejak 2
hari yang lalu. Bercak teraba hangat dan nyeri bila di
tekan. Awalnya pasien mengeluhkan adanya luka di
daerah bahu kanan,sekarang luka berbentuk alur yang
berhubungan dengan ulkus tersebut. Pasien belum
pernah mengobati. Diagnosis pasien tersebut adalah…
A. Limfedema
B. Limfangitis
C. Limfoma hodgkin
D. Limfadenitis
E. Limfadenopati
Pembahasan
• Bercak merah sepanjang tangan kiri sejak 2
hari
• Teraba hangat dan nyeri bila ditekan
• Dimulai dengan adanya luka kemudian
membentuk alur ke ulkus tersebut
• Diagnosis?
Cara Penapisan
• Limfedema : bengkak akibat cairan yang tidak dapat
terserap oleh pembuluh limfe, misalkan di kaki
• Limfangitis : adanya peradangan pada pembuluh
limfe yang ditandai dengan kemerahan dan bengkak
• Limfoma Hodgkin : merupakan keganasan pada
nodus limfe yang pasti ditandai dengan gejala
sistemik keganasan.
• Limfadenitis : Infeksi pada nodus limfe oleh bakteri
atau virus atau jamur, misalkan limfadenitis TB
• Limfadenopati : pembesaran nodus limfe akibat
bekerjanya sel imun.
A. Limfedema
B. Limfangitis
C. Limfoma hodgkin
D. Limfadenitis
E. Limfadenopati
95
Seorang laki-laki baru saja pulang setelah bertugas di
Timor Leste. Pasien mengeluh demam menggigil. Dokter
curiga pasien mengalami malaria dan melakukan
pemeriksaan apusan darah tebal tipis. Dari pemeriksaan
tersebut, didapatkan eritrosit membesar 2x lipat dan
nampak titik schuffner. Terapi yang diberikan adalah...
A. ACT (3 hari) + primakuin (14 hari)
B. ACT (3 hari) + primakuin (1 hari)
C. Kina (7 hari) + doksisiklin (7 hari)
D. Klorokuin (3 hari)
E. ACT (3 hari) + primakuin (3 hari)
Pembahasan
• Seorang laki-laki baru saja pulang setelah
bertugas di Timor Leste
• Demam menggigil
• Apusan darah tebal tipis: eritrosit membesar
2x lipat dan nampak titik schuffner
• Terapi?
Gejala Malaria
• Demam tinggi hingga menggigil
• Hemolisis  anemia, ikterik, oligouria,
hepato-splenomegali
• Riwayat berpergian ke daerah endemik
• Malaria berat: penurunan kesadaran, kejang

• Gold standard = apusan darah tebal dan tipis


Jenis-jenis Plasmodium
P. falciparum Demam setiap hari Trofozoit: cincin, accole, titik Maurer
M. tropikana Malaria serebral: koma Gametosit: sabit/pisang/sosis

P. Vivax Demam setiap 2 hari Eritrosit membesar hingga 2x lipat


M. tertiana Titik schuffner
Gametosit: bulat

P. Ovale Demam setiap 2 hari Eritrosit membesar 1,25x lipat


M. tertiana Titik schuffner

P. Malariae Demam setiap 3 hari Eritrosit: ada semacam band


M. kuartana Merozoit: rosette
Sediaan ACT
• 40 mg Dihydroartemisin – 320 mg Piperakuin
(DHP)
– 2-4 mg/kgBB dihydroartemisin
– 16-32 mg/kgBB piperakuin
• 50 mg/tab Artesunat – 150 mg/tab
Amodiakuin
– 4 mg/kg BB artesunat
– 10 mg/kgBB amodiakuin
Terapi Falsiparum
Lini 1
• ACT (3 hari) + Primakuin 0,75 mg/kgBB (1 hari)

Lini 2
• Kina 3x10 mg/kgBB (7 hari) + Doksisiklin 2x1,1-1,625
mg/kgBB (7 hari) ATAU
• Tetrasiklin 4x1 mg/kgBB (7 hari) + Primakuin (1 hari)
• Pada ibu hamil dan anak kecil, doksisiklin atan tetrasiklin
diganti dengan klindamisin 2x5 mg/kgBB
Terapi Vivaks dan Ovale

Lini 1
• ACT (3 hari) + Primakuin 0,25 mg/kgBB (14 hari) ATAU
• Klorokuin 25 mg/kgBB (3 hari) + Primakuin

Lini 2
• Kina 3x10 mg/kgBB (7 hari) + Primakuin (14 hari)
Terapi Malariae
Lini 1
• ACT (3 hari) ATAU
• Klorokuin 25 mg/kgBB (3 hari)
Terapi Malaria Berat
• Artesunat IV 2,4 mg/kgBB pada jam ke- 0, 12,
24, kemudian tiap 24 jam
• Untuk ibu hamil trimester 1 = kina (IV)
A. ACT (3 hari) + primakuin (14 hari)
B. ACT (3 hari) + primakuin (1 hari)
C. Kina (7 hari) + doksisiklin (7 hari)
D. Klorokuin (3 hari)
E. ACT (3 hari) + primakuin (3 hari)
96
Anak laki-laki, 8 tahun mengeluh gusi sering berdarah.
Pasien juga merasa semakin lemas dan malas
beraktivitas. Pada pemeriksaan, konjungtiva anemis dan
perut buncit. Hasil laboratorium menunjukkan Hb 6,1,
leukosit 40.000, trombosit 80.000. Pemeriksaan
penunjang yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis
adalah...
A. Kadar faktor VIII
B. Kadar faktor von willebrand
C. Elektroforesis Hb
D. Apusan darah tebal dan tipis
E. Biopsi sumsum tulang
Pembahasan
• Anak laki-laki, 8 tahun
• Gusi sering berdarah
• Semakin lemas dan malas beraktivitas
• Konjungtiva anemis dan perut buncit. Hasil
• Hb 6,1, leukosit 40.000, trombosit 80.000
• Pemeriksaan penunjang untuk diagnosis?
Gejala Leukimia
Klasifikasi Berdasarkan Diferensiasi

– Akut: tidak berdiferensiasisel blast banyak(>20%)


– Kronik: berdiferensiasisel blast dikit (<20%),
leukositosis
Klasifikasi Berdasarkan Sel Progenitor

– Mieloid  granulosit  basofil, eosinofil, neutrofil


– Limfoid  sel B dan sel T
Akut (sel blast >20%) Kronik (sel blast <20%)

Mieloid Acute myeloid leukemia (AML) Chronic myeloid leukimia


Auer Rods (CML)
Biasanya pada orang tua Leukositosis
Leukosit bisa tinggi, normal,
rendah

Limfoblastik Acute lymphoblastic leukemia Chronic lymphoblastic


(ALL) leukimia (CLL)
Biasanya pada anak Sel smudge
Anemia, trombositopenia Leukositosis
Leukosit bisa tinggi, normal,
rendah
Pilihan Lain
• Kadar faktor VIII
– Untuk hemofilia A
• Kadar faktor von willebrand
– Untuk von willebrand disease
• Elektroforesis Hb
– Untuk talasemia
• Apusan darah tebal dan tipis
– Untuk malaria
A. Kadar faktor VIII
B. Kadar faktor von willebrand
C. Elektroforesis Hb
D. Apusan darah tebal dan tipis
E. Biopsi sumsum tulang
97
Wanita 30 tahun mengeluh demam sejak 5 hari. Demam
sudah menurun sejak 3 hari terakhir. Pasien sempat
mimisan dan muncul bintik-bintik merah di kedua
tungkai. Pada pemeriksaan ditemukan ptekiae di kedua
ekstrimitas bawah. Hasil pemeriksaan lab menunjukkan
Hb 15, hematokrit 45%, leukosit 3.000, trombosit
350.000. Terapi yang diberikan adalah...
A. Trombosit 10 pack
B. Koloid
C. Kristaloid
D. Vasopresor
E. Whole blood
Pembahasan
• Wanita 30 tahun
• Demam sejak 5 hari
• Demam sudah menurun sejak 3 hari terakhir
• Mimisan dan bintik-bintik merah di kedua tungkai
• Ptekiae di kedua ekstrimitas bawah
• Hb 15, hematokrit 45%, leukosit 3.000, trombosit
350.000
• Terapi?
Gejala DHF
• Demam
• Nyeri otot
• Nyeri retro-ortbita
• Nyeri perut, mual, muntah
• Plasma leakage: asites, efusi
• Perdarahan: ptekiae, BAB hitam, muntah
darah, mimisan
• Tatalaksana?
Gambaran Demam
Pemeriksaan Penunjang
• Leukositopenia
• Trombositopenia
• Hematokrit meningkat
• NS1 (hari 1-3) , IgM (hari 3-5), IgG (hari >5)
Klasifikasi

DB Demam + minimal 2: sakit kepala, Leukositopenia


nyeri retro-orbita, mialgia Trombositopenia
DHF1 Gejala di atas + tourniquet (+) Trombositopenia
DHF2 Gejala di atas + ptekiae Ht meningkat
DHF3 Gejala di atas + syok terkompensasi >20%
DHF4 Syok tidak terkompensasi (tensi dan
nadi tidak terukur)
Tatalaksana

DB Minum peroral DPL/hari, urin, suhu,


Antipiretik tanda perdarahan
DHF1 Isotonik 5-7ml/kg TTV + perfusi tiap 1-4
Respon baik 3-5 ml/kg  2-3 jam
DHF2
ml/kg Urin tiap 4-6 jam
Respon jelek 7-10 ml/kg DPL tiap 4-6 jam
DHF3 Bolus kristaloid 5-10ml/kg (1 TTV, perfusi, urin
jam)
DHF4 Bolus kristaloid 20ml/kg (15 TTV, perfusi, urin
menit)
Kapan perlu transfusi trombosit?
• Masih terjadi perdebatan mengenai perlunya transfusi
trombosit pada pasien DHF
• Sumber yang sebelumnya mengatakan: transfusi diberikan
jika trombosit <20.000 atau ditemukan tanda-tanda
perdarahan yang hebat
• Namun penelitian terbaru menyatakan: pemberian
trombosit pada pasien trombositopenia berat tidak
memperingan perdarahan yang terjadi

• http://saripediatri.idai.or.id/abstrak.asp?q=727
A. Trombosit 10 pack
B. Koloid
C. Kristaloid
D. Vasopresor
E. Whole blood
98
Laki-laki, 18 tahun mengeluh nyeri dan bengkak pada lutut sejak 3 hari
lalu. Sebelumnya pasien terjatuh saat main basket. Sejak kecil, pasien
sering mengalami nyeri di sendi lutut dan muncul lebam-lebam jika
kena benturan. Riwayat serupa juga dialami adik kandung. Pada
pemeriksaan, tampak sendi lutut kanan hiperemis , edema, dan
terdapat nyeri tekan. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan
jumlah trombosit normal, bleeding time normal, clothing time normal,
PPT normal, namun aPTT memanjang. Diagnosis kasus ini adalah ...
A. ITP
B. DIC
C. Hemofilia
D. Anemia defisiensi besi
E. Talasemia
Pembahasan
• Laki-laki, 18 tahun
• Nyeri dan bengkak pada lutut sejak 3 hari
• Sebelumnya pasien terjatuh saat main basket
• Sejak kecil, sering nyeri sendi lutut dan lebam-lebam
jika kena benturan
• Riwayat serupa pada adik kandung
• Sendi lutut kanan hiperemis , edema, dan terdapat
nyeri tekan
• Lab: jumlah trombosit normal, bleeding time normal,
clothing time normal, PPT normal aPTT memanjang.
• Diagnosis?
Gejala Hemofilia
• Pada anak laki-laki (X-linked)
• Perdarahan yang sempat berhenti, kemudian berdarah
lagi
• Memar akibat trauma minor (memar di lutut saat
merangkak)
• Riwayat serupa di keluarga
• Laboratorium
– HANYA aPTT yang memanjang
Klasifikasi
• Hemofilia A (def. Faktor VIII)  prevalensi lebih sering
– Konsentrat faktor VIII (pilihan1)
– Cryopresipitat (pilihan 2)
– FFP (pilihan 3)

• Hemofilia B (def. Faktor IX)


– Konsentrat faktor IX (pilihan 1)
– FFP (pilihan 2)
Pilihan Lain
• ITP
– Non-palpable purpura, ptekiae
– Diinduksi infeksi
– Trombositopenia

• DIC
– Kegagalan pengontrolan koagulasi sehingga terjadi
trombus dan perdarahan secara bersamaan dan
Pilihan Lain
• Anemia defisiensi besi
– SI ↓, TIBC ↑, Feritin ↓
– Koilonikia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis, pica
– Sel pensil

• Talasemia
– Elektroforesis: HbA2↑
– Organomegali, ikterik, facies cooley
– Sel target
A. ITP
B. DIC
C. Hemofilia
D. Anemia defisiensi besi
E. Talasemia
99
Seorang perempuan, usia 27 tahun datang ke praktek
dokter dengan keluhan pusing dan badan lemas. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital dalam
batas normal dan konjungtiva anemis. Pada pemeriksaan
penunjang didapatkan hasil Hb 8 mg/dl, LED 24 mm/jam,
MCV 78 fl, MCHC normal. Jika dilakukan pemeriksaan
hapusan darah tepi, gambaran apa yang ditemukan?
A. Anemia normokrom normositer
B. Anemia hipokrom mikrositer
C. Anemia normokrom mikrositer
D. Anemia hiperkrom makrositer
E. Anemia normokrom makrositer
Pembahasan
• Perempuan, 27 tahun
• Pusing dan badan lemas
• Pemeriksaan fisik  konjungtiva anemis
• Pemeriksaan penunjang
– Hb 8 mg/dl
– LED 24 mm/jam
– MCV 78 fl turun
– MCHC normal.
• Pemeriksaan hapusan darah tepi?
Pengukuran Eritrosit
• Kadar Hemoglobin
– Metoda cyanmethemoglobin dengan teknik kolorimetri dan spektrofotometri
– Dewasa :
• Pria : 13 – 18 gr/dl
• Wanita : 12 – 16 gr/dl
• Jumlah Sel Eritrosit
– Hitung manual atau automatik, automatik > teliti
– Dewasa :
• Pria : 4,4 – 5,9 juta/cmm
• Wanita : 3,8 – 5,2 juta/cmm
Pengukuran Eritrosit
• Hematokrit
– Proporsi volume sel darah yang mengendap setelah disentrifus dengan
kecepatan tertentu dalam tabung Wintrobe
– Dewasa :
• Pria : 40 –48%
• wanita : 37-43%
Indeks Eritrosit
• Mean Corpuscular Volume (MCV)
– Volume rata-rata eritrosit
𝐻𝑐𝑡
– 𝑀𝐶𝑉 = × 10 (fl)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑟𝑖𝑡𝑟𝑜𝑠𝑖𝑡 (𝑗𝑢𝑡𝑎)
– Nilai normal : 80 –94 fl

• Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH)


– Kandungan Hb rata-rata eritrosit
𝐻𝑏
– 𝑀𝐶𝐻 = × 10 (𝑝𝑔)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑟𝑖𝑡𝑟𝑜𝑠𝑖𝑡 (𝑗𝑢𝑡𝑎)
– Nilai normal : 26 – 32 pg
– Lebih akurat untuk menilai kadar Hb secara automatik
Indeks Eritrosit
• Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC)
– kandungan hemoglobin rata-rata eritrosit
𝐻𝑏
– 𝑀𝐶𝐻𝐶 = × 100 (𝑔𝑟Τ𝑙)
𝐻𝑐𝑡
– Nilai normal : 30 – 36 g/l
– Lebih akurat untuk menilai Hb pada pemeriksaan manual

• Red Cell Distribution Width–Coefficient Variation (RDW-CV)


– pengukuran heterogenitas volume eritrosit yang didapat dari
histogram secara automatik
– RDW-CV >>> : volume eritrosit bervariasi (anisositosis)
– Nilai normal : 11,5 –14,5 %
A. Anemia normokrom normositer
B. Anemia hipokrom mikrositer
C. Anemia normokrom mikrositer
D. Anemia hiperkrom makrositer
E. Anemia normokrom makrositer
100
Perempuan, usia 27 tahun, datang ke Poliklinik Rumah
Sakit dengan keluhan mudah lelah dan lemas. Riwayat
perdarahan dan transfusi tidak dijumpai, tetapi menstruasi
memanjang 2 tahun terakhir. Konjungtiva anemis, tidak ada
pembesaran hati dan limpa. Pada pemeriksaan penunjang
didapatkan Hb 7,2 mg/dl, MCV 67 fl, MCH 22 pg. Apakah
pemeriksaan penunjang selanjutnya?
A. Pemeriksaan feses
B. Apusan darah
C. Kadar besi dan feritin
D. Plasmapharesis
E. Kadar asam folat dan B12
Pembahasan
• Perempuan, 27 tahun
• Mudah lelah dan lemas
• Menstruasi memanjang 2 tahun terakhir
• Konjungtiva anemis
• Pemeriksaan penunjang :
– Hb 7,2 mg/dl turun
– MCV 67 fl turun
– MCH 22 pg turun
• Pemeriksaan penunjang selanjutnya?
• Diagnosis : Anemia Hipokrom Mikrositer
Anemia
Anemia Hipokrom Mikrositer
A. Pemeriksaan feses
B. Apusan darah
C. Kadar besi dan feritin
D. Plasmapharesis
E. Kadar asam folat dan B12

Anda mungkin juga menyukai