TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Preeklamsia
3.1.1 Definisi Preklamsia
Preeklampsia adalah suatu kondisi spesifik pada kehamilan yang ditandai
dengan adanya disfungsi plasenta dan respon maternal terhadap adanya inflamasi
disertai dengan gangguan sistem organ lainnya pada usia kehamilan diatas 20
proteinuri yang baru terjadi pada kehamilan (new onset hypertension with
untuk edema tidak lagi dipakai sebagai kriteria diagnostik karena sangat banyak
kehamilan multipel, diabetes mellitus, bayi besar), umur yang ekstrim, riwayat
15
16
baru, multipara yang jarak kehamilan sebelumnya 10 tahun atau lebih, riwayat
Pemeriksaan fisik yang dapat menjadi faktor risiko saat kunjungan antenatal
care trimester awal adalah indeks masa tubuh > 35, tekanan darah diastolik > 80
mmHg, proteinuria (dipstick > +l pada 2 kali pemeriksaan berjarak 6 jam atau
sebagai salah satu penyakit hipertensi dalam kehamilan yang menjadi penyebab
mortalitas dan morbiditas tertinggi pada ibu hamil. Angka kejadian preeklampsia
17
secara jelas. Terdapat banyak teori yang telah dikemukakan tentang terjadinya
lapisan otot tersebut sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas juga
gembur dan memudahkan lumen arteri spiralis mengalami distensi dan dilatasi.
Distensi dan vasodilatasi lumen arteri spiralis ini memberi dampak penurunan
tekanan darah, penurunan resistensi vaskular, dan peningkatan aliran darah pada
daerah uteroplasenta. Akibatnya, aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi
Pada hiperetensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada
lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri
spiralis menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak
selanjutnya.8
yang mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan oksidan (disebut juga
radikal bebas). Salah satu oksidan penting yang dihasilkan plasenta iskemia
adalah radikal hidroksil yang sangat toksis, khususnya terhadap memberan sel
endotel pembuluh darah. Pada dasarnya produksi oksidan pada manusia adalah
tubuh. Adanya radikal hidroksil dalam darah dahulu dianggap sebagai bahan
toksin yang beredar dalam darah, maka dulu hipertensi dalam kehamilan disebut
banyak asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak selain
akan merusak membran sel, juga akan merusak nukleus, dan protein sel endotel.
bebas yang sangat toksis ini akan beredar ke seluruh tubuh dalam aliran darah dan
mengandung banyak asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh sangat
rentan terhadap oksidan radikal hidroksil, yang akan berubah menjadi peroksida
lemak. Akibat sel endotel terpapar terhadap peroksida lemak, maka terjadi
kerusakan sel endotel, yang kerusakannya dimulai dari membran sel endotel.
bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel. Keadaan ini disebut disfungsi
endotel (endothelia dysfunction). Pada waktu terjadi kerusakan sel endotel yang
konsepsi” yang bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya human leukocyte
antigen protein G (HLA-G), yang berperan penting dalam modulasi respons imun,
sehingga ibu tidak menolak hasil konsepsi (plasenta). Adanya HLA-G pada
plasenta dapat melindungi trofoblas janin dari lisis oleh sel Natural Killer (NK).
Selain itu, adanya HLA-G akan mempermudah invasi sel trofoblas ke dalam
jaringan desidua ibu. Jadi HLA-G merupakan prakondisi untuk terjadinya invasi
trofoblas ke dalam jaringan desidua ibu, disamping untuk menghadapi sel NK.
desidua. Invasi trofoblas sangta penting agar jaringan desidua menjadi lunak, dan
darah terhadap bahan vasopressor adalah akibat dilindungi oleh adanya sintesis
prostaglandin pada sel endotel pembuluh darah. Hal ini dibuktikan bahwa daya
vasopressor hilang hingga pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap bahan
familial jika dibandingkan dengan genotype janin. Telah terbukti bahwa pada ibu
dalam terjadnya hipertensi dalam kehamilan. Penelitian yang penting yang pernah
beberapa waktu sebelum pecahnya Perang Dunia II. Suasana serba sulit mendapat
mencoba melakukan uji klinik untuk memakai konsumsi minyak ikan atau bahan
yang mengandung asam lemak tak jenuh dalam mencegah preeklamsia. Hal
sementara menunjukkan bahwa penelitian ini berhasil baik dan mungkin dapat
Penelitian di negara Equador Andes dengan metode uji klinik, ganda tersamar,
menunjukkan bahwa ibu hamil yang diberi suplemen kalsium cukup, kasus yang
proses inflamasi. Pada kehamilan normal, jumlah debris trofoblas masih dalam
batas wajar, sehingga reaksi inflamasi juga dalam batas normal. Berbeda pada
stres oksidatif, sehingga produksi debris apoptosis dan nekrosis trofoblas juga
meningkat. Makin banyak sel trofoblas plasenta, misalnya pada plasenta besar,
hamil ganda, maka reaksi stress oksidatif akan sangat meningkat, sehingga sisa
debris trofoblas juga makin meningkat. Keadaan ini menimbulkan beban reaksi
inflamasi dalam darah ibu menjadi jauh lebih besar, dibanding reaksi inflamasi
23
pada kehamilan normal. Respons inflamasi ini akan mengaktifkan sel endotel dan
hanya didapatkan hipertensi saja, kondisi tersebut tidak dapat disamakan dengan
namun jika protein urin tidak didapatkan, salah satu gejala dan gangguan lain
peningkatan kadar kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada kelainan
ginjal lainnya.
normal dan atau adanya nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas
abdomen.
4. Edema Paru
peningkatan kadar kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada kelainan
ginjal lainnya
5. Edema Paru
retrospektif. Sebagai tambahan, jika ibu sedang menderita penyakit ginjal atau
bertambah parah.
Preeklamsia dengan gejala klinis berat menunjukkan gangguan organ berat dan
retinal), dispneu, edema, nyeri epigastrik atau kuadran kanan atas, lemah dan
Edema bisa terjadi pada sebagian besar wanita hamil, namun edema yang
terjadi tiba-tiba atau facial edema patut dicurigai sebagai manifestasi klinis
angioedema.
Keluhan nyeri perut epigastrik atau kuadran kanan atas seringkali disertai dengan
Studi yang dilakukan Cooray dkk menunjukkan gejala klinis yang paling
sering mendahului kejang eklamsia adalah gejala neurologis seperti nyeri kepala,
hipertensi. Oleh karena itu harus dilakukan monitoring pasien dengan gejala
yang sedang berlangsung sebelum timbul gejala atau kedaruratan klinis karena
tatalaksana.7
yang sedang berlangsung sebelum timbul gejala atau kedaruratan klinis karena
tatalaksana.7
kematian janin atau neonatus dan bayi kecil masa kehamilan, sedangkan untuk
persalinan preterm < 37 minggu dan berat badan lahir <2500 g.7
c. Suplementasi Kalsium
hipertensi dan preeklampsia, terutama pada populasi dengan risiko tinggi untuk
dengan asupan kalsium yang rendah. Penggunaan aspirin dosis rendah dan
a. Manajemen Ekspektatif
seperti gagal ginjal, sindrom HELLP, angka seksio sesar, atau solusio plasenta.
perawatan intensif dan ventilator serta lama perawatan. Berat lahir bayi rata – rata
terhambat juga lebih banyak. Selain itu pemberian kortikosteroid pada manajemen
maternal dan janin yang lebih ketat. Perawatan poliklinis secara ketat dapat
dilakukan pada kasus preeklampsia tanpa gejala berat. Evaluasi ketat yang
dilakukan adalah, evaluasi gejala maternal dan gerakan janin setiap hari oleh
pasien, evaluasi tekanan darah 2 kali dalam seminggu secara poliklinis, evaluasi
jumlah trombosit dan fungsi liver setiap minggu, evaluasi USG dan kesejahteraan
janin secara berkala (dianjurkan 2 kali dalam seminggu). Jika didapatkan tanda
kasus preeklampsia berat dengan usia kehamilan kurang dari 34 minggu dengan
syarat kondisi ibu dan janin stabil. Manajemen ekspektatif pada preeklampsia
yang adekuat dengan tersedia perawatan intensif bagi maternal dan neonatal.
janin.
30
Terminasi Kehamilan
Data Maternal Data Janin
Hipertensi berat yang tidak terkontrol Usia kehamilan 34 minggu
Gejala preeklampsia berat yang tidak Pertumbuhan janin terhambat
berkurang (nyeri Oligohidramnion persisten
kepala, pandangan kabur, dsbnya) Profil biofisik < 4
Penuruan fungsi ginjal progresif Deselerasi variabel dan lambat pada
Trombositopenia persisten atau HELLP NST
Syndrome Doppler a. umbilikalis: reversed end
Edema paru diastolic flow
Eklampsia Kematian janin
Solusio Plasenta
Persalinan atau ketuban pecah
31
Eropa dan Amerika Serikat. Tujuan utama pemberian magnesium sulfat pada
otot polos, termasuk pembuluh darah perifer dan uterus, sehingga selain sebagai
1. Dosis awal
2. Dosis rumatan
refleks patella, dan urine output minimal 0,5 ml/kgBB/jam. Jika terjadi depresi
nafas, maka diberikan Ca glukonas 1 gram IV (10 ml larutan 10%) bolus dalam
10 menit sebagai antidotumnya. Selain itu juga perlu dilakukan pemeriksaan fisik
tiap jam, meliputi tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernapasan, refleks
patella, dan jumlah urin. Bila frekuensi pernapasan < 16 x/menit, dan/atau tidak
didapatkan refleks tendon patella, dan/atau terdapat oliguria (produksi urin <0,5
Selama ibu dengan preeklampsia dan eklampsia dirujuk, harus tau dan
gram IV perlahan (15-20 menit). Bila setelah pemberian MgSO4 ulangan masih
menit.7
sedang (tekanan darah 140 – 169 mmHg/90 – 109 mmHg), masih kontroversial.
pemberian antihipertensi pada tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau diastolik ≥
dengan gejala atau kerusakan organ subklinis pada usia kehamilan berapa pun.
33
3.1.8 Komplikasi
Hipertensi gestasional dan preklampsia/eklampsia berhubungan dengan
risiko hipertensi dan penyakit kardiovaskular pada masa yang akan datang.
peningkatan risiko hipertensi dan 2x risiko penyakit jantung iskemik, stroke dan
DVT di masa yang akan datang. Selain itu, risiko kematian pada wanita dengan
serebrovaskular.7
3.1.9 Prognosis
Secara umum, preeklampsia dan eklamsia diperkirakan bertanggungjawab
dalam sekitar 14% kematian ibu per tahun (50.000 - 75.000). Morbiditas dan
disfungsi endotel sistemik, vasospasme dan trombosis pembuluh darah kecil yang
Selain itu juga terdapat risiko rekurensi preeklamsia. Secara umum, risiko
dengan gejala berat (HELLP syndrome atau eklamsia), maka risiko untuk kembali
eklamsia, tingkat rekurensi HELLP syndrome adalah 5% dan eklamsia 2%. Jika
usia kehamilan 20 minggu dan berat janin > 500 gram. Kematian janin merupakan
hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, atau infeksi.12
a. Faktor maternal diantaranya adalah post term (> 42 minggu), ibu dengan
Faktor risiko Intrauterine Fetal Death (IUFD) akan meningkat pada ibu usia
> 40 tahun, pada ibu yang infertil sebelumnya, riwayat bayi dengan berat badan
bayi rendah, infeksi pada ibu, kegemukan dan ayah berusia lanjut.12
anamnesa dan pemeriksaan fisik pada ibu dan janin. Umumnya ibu mengeluhkan
gerakan janin mulai berkurang atau sudah tidak ada gerakan. Pada pemeriksaan
fisik Denyut Jantung Janin (DJJ) sulit untuk dievaluasi. Diagnosis pasti dapat
Untuk diagnosis pasti penyebab kematian janin dapat dilakukan otopsi janin
berikutnya. 12
absorbsi pigmen darah. Seluruh tubuhnya lemah atau lunak dan bertekstur. Tulang
kranialnya sudah longgar dan dapat digerakkan dengan sangat mudah satu dengan
yang lainnya. Cairan amnion dan cairan yang ada dalam rongga mengandung
pigmen darah. Maserasi dapat terjadi cepat dan meningkat dalam waktu 24 jam
dari kematian janin. Dengan kata lain, patologi yang terjadi pada IUFD dapat
Berlangsung 2,5 jam setelah mati, kemudian janin menjadi lemas sekali.
b. Stadium maserasi I
Timbul lepuh-lepuh pada kulit, lepuh – lepuh ini mula – mula berisi cairan
jernih kemudian mejadi merah. Berlangsung sampai 48 jam setelah janin mati.
c. Stadium maserasi II
Lepuh – lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi coklat. Terjadi setelah
Terjadi kira – kira 3 minggu setelah janin mati. Badan janin sangat lemas dan
penuh.
3. Golongan III : kematian sesudah masa kehamilan >28 minggu (late fetal
death)
golongan diatas.
menjelaskan langkah apa yang akan diambil selanjutnya. Apabila kematian janin
37
sudah lebih dari 3-4 minggu kadar fibrinogen akan menurun dan cenderung akan
terjadi koagulopati.12
atau misoprostol. Pada kematian janin 24-28 minggu dapat dgunakan misoprostol
50-100 µg tiap 4-6 jam dan diinduksi oksitosin. Pada kehamilan diatas 28 minggu
3.2.7 Pencegahan
Menyarankan ibu untuk rutin antenatal care, apabila ibu mengeluh gerakan
janinnya menurun, tidak bergerak atau gerakan janin terlalu aktif maka diperlukan
pemeriksaan ultrasonografi.12
dengan retensi garam dan air. Apabila semua artiola dalam tubuh ibu mengalami
spasme, maka akan terjadi peningkatan curah jantung yang bermakna sehingga
tekanan darah akan naik. Sebagai kompensasi untuk mengatasi kenaikan tekanan
perifer agar oksigen dalam jaringan tercukupi, maka aliran darah yang menuju ke
plasenta akan menurun. apabila keadaan ini terus dibiarkan, maka akan
oksigen terjadi gawat janin dan berakibat pada kematian janin (IUFD).14