OLEH :
1. Achmad Sholikhul Amali, S.Kep (017901 001)
2. Ahmad Rifa’i, S.Kep (017901 006)
3. Fatimatus Zahro, S.Kep (017901 016)
4. Haslinda Septiana, S.Kep (017901 020)
5. Lutfi Andi Fransiska, S.Kep (017901 024)
6. Nita Puspita Sari, S.Kep. (017901 029)
7. Sunoto, S.Kep. (017901 035)
8. Tiskadila Widiati Subagyo, S.Kep (017901 036)
9. Trisna Dwi K., S.Kep. (015901 049)
10. Zharina Septhia Dewi K., S.Kep (017901 041)
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL
i
METODE ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL (MAKP)
SUPERVISI DI RUANG FLAMBOYAN
RSUD Dr. SOEGIRI LAMONGAN
Disahkan Pada :
Hari/Tanggal :
Di : Di Ruang Flamboyan RSUD Dr. Soegiri
Lamongan
Ketua Kelompok
Ahmad Rifa’i
NIM. 017901 006
Mengetahui,
KATA PENGANTAR
(Sus Erna S, S.Kep.Ns)
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
ii
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah
memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada penyusun, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan desiminasi awal praktek keperawatan manajemen ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal MAKP supervisi
pada stase keperawatan manajemen ini tidak akan dapat berjalan dengan baik
tanpa bantuan serta bimbingan dari beberapa pihak. Maka dari itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dr. Taufik sebagai PLT Direktur RSUD Dr. Soegiri Lamongan.
2. Ns. Nila Madusekar, S.Kep. sebagai Kepala sub bidang pelayanan dan
keperawatan (Kasubid Yanrawat).
3. Sus Erna S. S.Kep.Ns. selaku supervisor ruang Flamboyan RSUD Dr.
Soegiri Lamongan.
4. Ns. Suwaji, S.Kep. selaku Kepala Ruang Flamboyan serta pembimbing
klinik Ruang Flamboyan RSUD Dr. Soegiri Lamongan.
5. Hasan Bisri, SE., MSA selaku ketua STIKes ICsada Bojonegoro
6. Ns. Angger Anugerah H.S M.N.S selaku Kepala prodi Profesi Ners Ilmu
Keperawatan serta pembimbing akademik STIKes ICsada Bojonegoro
7. Ns. Ikha Ardianti, S.Kep., M.Kep selaku koordinator prodi Profesi Ners
Ilmu Keperawatan STIKes ICsada Bojonegoro
8. Orang Tua kami yang telah mendidik kami dengan tulus, ikhlas, dan penuh
kasih sayang.
9. Teman-teman program profesi ners ilmu keperawatan angkatan tahun 2017-
2018 yang telah setia memberikan dukungan dan kebersamaannya dalam
melaksanakan tugas praktik manajemen keperawatan.
10. Pihak-pihak terkait yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis berharap semoga dengan adanya laporan desiminasi praktek
keperawatan manajemen ini dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri serta
bagi para pembaca.
Lamongan, 13 Januari 2018
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum..........................................................................................2
1.2.2 Tujuan Khusus..........................................................................................2
1.3 Manfaat..............................................................................................................2
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
1
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan supervise adalah pemenuhan peningkatan pelayanan pada klien dan
keluarga yang berfokus pada kebutuhan,ketrampilan, dan kemampuan perawat
dalam melaksanakan tugas di Ruang Flamboyan RSUD Dr.Soegiri Lamongan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Menjalankan pelaksanaanyang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan
dengan sember daya yang tersedia
2. Mengetahui kekurangan-kekurangan para petugas kesehatan dalam hal
kemampuan, pengetahuan, dan pemahaman serta mengatur pelatihan yang
sesuai.
3. Mengenali dan memberi pengarahan atas pekerjaan yang baik dan
mengenali staf yang layak diberikan kenaikan jabatan dan pelatihan yang
lebih lanjut.
4. Menentukan penyebab kekurangan pada kinerja perawat tersebut.
1.3 MANFAAT
1.3.1 Bagi Institusi
Dapat digunakan sebagai referensi untuk meningkatkan mutu asuhan
keperawatan khususnya dalam bidang manajemen keperawatan.
1.3.2 Bagi Rumah Sakit
Dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja perawat dalam memenuhi
kepuasan pasien dan kemajuan rumah sakit kedepannya.
1.3.3 Bagi Pasien
1. Membantu menyelesaikan masalah pasien sehingga mempercepat masa
penyembuhan
2. Memberikan perawatan secara profesional dan efektif kepada pasien
3. Memberikan kepuasan kepada pasien
BAB 2
2
KONSEP TEORI
2.1 PENGERTIAN
Supervisi merupakan upaya membantu pembinaan dan peningkatan kemampuan
pihak yang disupervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas kegiatan yang telah
ditetapkan secara efisien dan efektif (Sujana D, 2009).
Arief (2010) merumuskan supervisi sebagai suatu proses kegiatan dalam upaya
meningkatkan kemampuan dan ketrampilan tenaga pelaksanaan program, sehingga
program itu dapat terlaksana sesuai dengan proses dan hasil yang diharapkan.
Supervisi keperawatan adalah kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan
secara berkesinambungan oleh supervisor mencakup masalh pelayanan keperawatan,
masalah ( Depkes, 2013).
3
Manajer menengah ini memimpin sebagian manajer tingkat pertama,
tugasnya menjabarkan kebijakan top manager ke dalam program-program
misalnya : Kepala Bagian Tata Usaha, Kepala Bidang, Kasubdin Propinsi,
Kasubbag Dati II.
c Manajer Tingkat Pertama (First Line, First Level Manajer, Supervisior
Mnajer) manajer tingkat bawah yang bertugas memimpin langsung para
pelaksana atau pakarya. Melaksanakan supervisi sebagai mandor atau
supervisior. Misalnya : Kepala seksi dan Kepala Urusan.
Untuk dapat melakukan supervisi dengan baik diperlukan beberapa syarat atau
karakteristik yang harus dimiliki oleh pelaksana supervisi atau supervisior
(AZwar,2008) adalah:
1). Sebaiknya pelaksana supervisi adalah atasan langsung dari yang disupervisi,
atau apabila tidak mungkin dapat ditunjuk staf khusus dengan batas-batas
wewenang dan tanggung jawab yang jelas.
2). Pelaksana supervisi harus dimiliki pengetahuan dan ketrampilan yang cukup
untuk jenis pekerjaaan yang di supervisi,
3). Pelaksana supervisi harus dimiliki ketrampilan melakukan supervisi, artinya
memahami prinsip-prinsip pokok serta tehnik supervisi.
4). Pelaksana supervisi harus dimiliki sifat edukatif, suportif, dan bukan otoriter.
5). Pelaksana harus mempunyai waktu yang cukup, tidaj tergesa-gesa melainkan
harus sabar berupaya meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap
bawahan yang disupervisi.
Pelaksana supervisi yang baik, memerlukan bekal kemampuan yang banyak.
Selain lima syarat atau karakteristik diatas juga dibutuhkan kemampuan
melakukan kumunikasi, motivasi, pengarahan bimbingan dan kepemimpinan.
Dalam pelaksanaan supervisi, aka nada dua pihak yang akan melakukan
kegiatan, yaitu pihak supervisi dan yang disupervisi. Supervisior melakukan
kegiatan yang pelayanan profesional untuk membantu atau membimbing
pihak yang dilayani. Pihak yang disupervisi inilah yang menerima layanan
professional berupa bantuan dan bimbingan agar mereka dapat meningkatkan
4
kemampuan dalam melaksanakan kegiatan secara efesien dan efektif
(Sudjana,2011).
5
berdampak terhadap pemborosan waktu dan anggaran yang sebenarnya dapat
dihindarkan. Berikan kesempatan waktu dan anggaran yang sebenarnya dapat
dihindarkan. Berikan kesempatan waktu yang cukup kepada staf untuk
berfikir dan melaksanakn tugas tersebut.
4. Tujuan
Tujuan supervisi adalah memberikan bantuan kepada bawahan secara
langsung, sehingga bawahan memiliki bekal yang cukup untuk dapat
melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik.
Menurut WHO (2010), tujuan pengawasan adalah :
1). Menjamin bahwa pekerjaan dilaksankan sesuai dengsn tujuan yang telah
ditetapkan dalam tempo yang dibeikan dengan , yaitu: menggunakan sumber
daya yang terdsedia.
2). Memungkinkan pengawas menyadari kerurangan-kekurangan para petugas
kesehatan dalam hal kemampuan, pengetahuan, dan pemahaman serta
mengatur pelatihan yang sesuai.
3). Memungkinkan para pengawas mengenali dan memberi penghargaan atas
pekerjaan yang baik dan mengenali staf yang layak diberikan kenaikan
jabatan dan pelatihan lebih lanjut.
4). Memungkinkan manajemen bahwa sumber yang disediakan bagi petugas
telah cukup dan dipergunakan dengan baik.
5). Tehnik
Kegiatan pokok pada supervisi pada dasarnya mencakup empat hal yang
bersifat pokok, yaitu : ( 1 ) Menetapkan masalah dan prioritas: ( 2 )
Menetapkan penyebab masalh, prioritas dan jalan keluarnya: ( 3 )
melaksanakan jalan keluar: dan (4 ) menilai hasil yang dicapai untuk tindak
lanjut selanjutnya.
Untuk dapat melaksanakan supervisi yang baik ada dua tekni, yaitu:
1). Pengamanan langsung
Pengamanan yang langsung dilakukan supervisi dan harus memperhatikan:
a Sasaran pengamatan
6
Pengamatan langsung yang tidak jelas sasarannya, dapat menimbulkan
kebinggungga. Untuk mencegah keadaan seperti ini, maka pengamatan
langsung ditujukan pada sesuatu yang bersifat pokok dan strategis.
b Objektivitas pengamatan
Pengamatan langsung yang tidak terstandarisasi dapat mengganggu
objektivitas. Untuk mencegah keadaan seperti ini, maka pengamatan
langsung ditujukkan pada suatu daftar isian atau checklist yang yelah
dipersiapkan.
c Pendekatan pengamatan
Pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai dampak dan kesan
negative, mislanya: rasa takut, tidak senang, atau kesan mengganggu
pekerjaan. Dianjurkan pendekatan pegamaatan dilakukan secara eduktif
dan suportif, bukan kekuasaan atau otoriter.
2). Kerja sama
Keberhasilan pemberian bantuan dalam upaya meningkatkan penampilan
bawahan dalam supervisi, perlu terjalin kerja sama antara supervisor dengan
yang supervisi. Kerja sama tersebut akan terwujud bila terjalin komunikasi
yang baik, sehingga mereka yang disupervisi merasakan masalah yang
dihadapi adalah juga masalah mereka sendiri (Azwar, 2008).
7
2). Pelaksanaan pengawasan dapat dilakukan dengan berbagi sistem, yaitu :
a. Sistem prevensif, dilaksanakan sebelum suatu usaha dilakukan.
b. Sistem reprensif, dilaksanakan setelah suatu usaha dilakukan,
misalnya memberikan laporan-laporan kegiatan .
c. Sistem verifikatif, pemeriksaan secara terperinci dengan memberikan
laporan-laporan perincian dan analisis dari segala hal yang terjadi
dalam pelaksana rencana.
d. Sistem inpektif, yaitu suatu sistem pengawasan dengan mengadakan
setempat secara langsung dengan tujuan mengetahui sendiri keadaan
yang sebenarnya.
e. Sistem investigatif, yaitu suatu pengawasan dengan jalan
mengadakan penelitian, penyelidikan untuk mengetahui kesalahan
dan membongkar adanya penyelewengan. Sistem ini terdiri atas
inpektif dan vertifikatif.
f. Kombinasi system preventif dan represif, yaitu suatu sistem
pengawasan dari suatu usaha yang dilakukan baik sebelum maupun
sesudah usaha tersebut berjalan.
3). Penilaian dari pelaksanaan pengawasan. Penilaian adalah proses penerapan
secara sistematis tentang nilai, tujuan, efektivitas, atau kecocokan sesuatau
sesuai dengan kriteria dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Penilaian sebagai kegiatan sistematis untuk mengumpulkan, mengolah,
menganalisi, mendiskripsikan, dan menyajikan data atau informasi yang
diperlukan sebagai masukkan untuk pengambilan keputusan (Sudjana,
2007). Menurut UNESCO (1982) dikutip oleh sudjana (2007) evaluasi
dilakukan sejak perencanaan program, mengarah pada upaya menyiapkan
bahan masukkan untuk pengambilan keputusan tentang ketepatan perbaikan,
perluasan, atau pengembangan program, terkait dengan pengambilan
keputusan tentang penyusunan rancangan dan isi program.
8
data melalui pengawas diperoleh, dianalisis serta masalah yang timbul dicarikan
pemecahannya serta mencegah membuat masalah pada waktu mendatang
menurut sudjana (2007) pembinaan yang efisien dapat mengambarkan melalui
lima langkah pokok yang berurutan. Kelima langkah berikut adalah sebagai
berikut :
a. mengumpulkan informasi. Informasi yang dihimpun meliputi kenyataan
atau peristiwa yang benar-benar terjadi dalam kegiatan berdasarkan
rencana yang telah ditetapkan. Penggumpulan informasi yang dianggap
efektif adalah yang dilakukan secara berkala dan berkelanjutan dengan
menggunakan pemantauan dan menelaah laporan kegiatan.
b. Mengidentifikasi masalah. Masala ini diangkat dari informasi yang telah
dikumpulkan dalam langkah pertama. Masalah akan muncul apabila terjadi
ketidaksesuaian dengan atau penyimpangan dari kegiatan yang telah
direncanakan. Ketidaksesuaian atau penyimpangan menyebabkan adanya
jarak (perbedaan) antara kegiatan yang seharusnya terlaksana dengan
kegiatan yang benar-benar terjadi. Jarak atau perbedaan antara kegiatan
inilah yang disebut masalah.
c. Menganalisis masalah. Kegiatan analisis adalah untuk mengetahui jenis-
jenis masalah dan faktor-faktor penyebab timbulnya masalah tersebut.
Faktor-faktor itu mungkin datang dari pelaksanaa kegiatan, sasaran,
kegiatan, fasilitas, biaya, proses, waktu dan kondisi lingkungan.
Disamping faktor penyebab, diidentifikasi pula sumber-sumber dan potensi
yang dapat digunakan untuk memcahkan masalah. Hasil analisis ini
penting untuk memperhatikan dalam upaya pemecahan masalah.
d. Mencari dan menetapkan alternatife masalah. Kegiatan pertama yang perlu
dilakukan adalah mengidentifikasi alternative upaya yang dapat
dipertimbangkan untuk memcahkan masalah. Alternative ini disusun
setelah memperhatikan sumber-sumber pendukung dan kemungkinan
hambatan yang akan ditemui dalam upaya pemcahan masalah. Kegiatan
selanjutnya adalah menetapkan prioritas upaya pemecahan masalah yang
dipilih dari alternative yang tersedia.
9
e. Melaksanakan upaya pemecahan masalah. Pelaksanaan upaya ini dapat
dilakukan Pembina baik secara langsung dapat maupun secara tidak
langsung. Pembinaan secara langsung dapat dibagi menjadi dua : pertama,
pembinaan individu (perorangan) yaitu pembinaan yang dilakukan
terhadap seseorang pelaksanaan kegiatan. Pihak Pembina memberikan
dorongan, bantuan, dan bimbingan langsung pada pelaksanaan kegiatan.
Cara ini dapat dilakukan apapbila pihak yang dibina mempunyai kegiatan
beraneka ragam atau memerlukan pembiaan bervariasi. Tehnik-tehnik yang
dilakukan antara lain adalah : dialog, diskusi, bimbingan, individu dan
peragaan. Kedua, pembinaan kelompok. Pembinaan ini dapat dilakukan
apapbila para pelaksana kegiatan atau pihak yang dibina memiliki
kesamaan kegiatan atau kesamaan permasalahan yang dihadapi.
Pembinaan kelompok dapat menghemat biaya, waktu dan tenaga. Tehnik-
tehnik yang dapat digunakan dalam pembinaan kelompok antara lain :
diskusi, penataran, rapat kerja, demontrasi, dan lokakarya. Secara tidak
langsung apabila upaya pemecahan masalah yang diputuskan oleh pihak
Pembina itu dilakukan melalui pihak yang lain, seperti melalui orang lain
atau media tertulis.
Melalui orang lain adalah pembinaan yang di lakukan oleh pejabat
oleh organisasi lebih tinggi atau tenaga khusus yang di beri tugas
pembinaan. Sedangkan melalui media tertulis antara lain ialah pembinaan
yang di lakukan dalam bentuk pedoman, petinjuk pelaksanaa, dan
korespondensi. Teknik –teknik pembinaan tidak langsung mencakup
kegiatan memberikan petunjuk,pedoman,dan informassi kepada pihak
yang di bina tentang kegiatan yang harus dilakukan. Alat atau media yang
di lakukan mencakup mediator tulis seperti surat menyurat, media cetak
seperti lembaran pedoman,brosur,dan bulletin.
10
Manfaat yang di maksud apabila di tinjau dari sudut manajemen dapat di
bedakan atas dua macam:
a. Meningkatkan efektifitas kerja
Peningkatan efektivitas kerja ini berhubungan erat dengan makin meningkatnya
pengetahuan dan keterampilan (bawahan), serta makin terbinannya hubungan
dan suasana kerja yang lebih harmonis antara (atasan) dengan (bawahan).
b. Meningkatkan efisiensi kerja
Peningkatan efisiensi kerja ini erat hubunganya dengan makin berkurangnya
kesalahan yang di lakukan leh (bawahan), dan karna itu pemakaian sumber
daya ( tenaga, dana, dan sarana) yang sia sia dapat di cegah (azwar,2008).
Supervisi mempunyai tiga kegunaan. Pertama, supervisi berguna untuk
meningkatkan kemampuan supervisor dalam memberikan pelayanan kepada
para pelaksana kegiatan(perawat). Kemantapan kemampuan akan di alami
apabila supervisor sering melakukan supervisi. Kedua, supervisi bermanfaat
untuk meningkatkan kemampuan para pelaksana kegiatan. Ketiga, hasil
supervisi berguna untuk menyusun pedoman atau petunjuk pelaksanaan
pelayanan profesional kepada pelaksanan kegiatan. Proses pemberian layanan,
format format yang di gunakan catatan, dan laporan supervisi, serta interaksi
melalui hubungan kemanusian, supervisor danyang di supervisi merupakan
informasi yang bermanfaat untuk menyusun patokan- patikan supervisi
berdasarkan pengalam lapangan. Dengan demikian supervisi berguna untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap para pelaksana kegiatan
agar program itu dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan yang telah di
rencanakan.
Supervisi akan mencapai tingkat kegunaan yang tinggi apabila
kegiatannya dilakukan melalui tiga prinsip hubungan kemanusiaan yaitu:
pengakuaan dan penghargaan ,objektivitas, dan kesejawatan. Hubungan
kemanusiaan mengisyaratkan bahwa supervisi dilakukan secara wajar, terbuka,
dan partisipatif. Pengakuan dan penghargaanberkaitan dengan sikap supervisor
untuk mengakui potensi dan penampilan pihak yang di supervisi dan
menghargai bahwa pihak yang di supervisi dapat dan harus mengembangkan
diri. Objektifitas berkaitan dengan informasi dan permasalahan yang telah di
11
perlakukan oleh supervisor sebagaimana adanya upaya pemecahan
permasalahan dilakukan secara rasional kesejawatan memberi corak bahwa
kegitan pelayanan dilangsungkan dalam suasana akrap dan kekerabatan.
Hubungan kemanusiaan mendasari pelayanan professional. Titik berat
hubungan kemanusiaan ialah sikap dan ekspresi yang menunjukan pengakuan,
pujian, dan penghargaan. Bukan sebaliknya yaitu mencerminkan dan
mengetahui mencerminkan pengabaian, penentangan, dan makiaan terhadap
aktifitas yang di lakukan oleh pihak yang di supervisi ( Sujana,2009).
12
(vulnus traumaticum), luka tembak (vulnus sclopetinum), luka hancur
(vulnus lacerum) dan luka bakar . Luka iris/sayat (vulnus scisum)
biasanya ditimbulkan oleh irisan benda yang bertepi tajam seperti pisau,
silet, parang dan sejenisnya. Luka yang timbul biasanya berbentuk
memanjang, tepi luka berbentuk lurus, tetapi jaringan kulit di sekitar luka
tidak mengalami kerusakan (Dorland, 2010).
2. Proses penyembuhan luka
Proses penyembuhan luka (wound healing) merupakan proses yang
kompleks dan terjadi secara fisiologis di dalam tubuh. Penyembuhan luka
adalah proses interaktif yang dinamis yang melibatkan mediator larut, sel
darah, matriks ekstraselular, dan sel-sel parenkim. Penyembuhan luka terdiri
dari beberapa fase, yaitu hemostasis, inflamasi, proliferasi dan maturasi
(Robbin, 2008). Pada fase proliferasi, terjadi proses re-epitelisasi. Pada proses
reepitelisasi terjadi migrasi, proliferasi dan diferensiasi keratinosit. Proses
migrasi dimulai beberapa jam setelah terjadi kerusakan pada laminin,
sehingga pada kulit yang luka terjadi kontak antara keratinosit dengan
kolagen (Harrison et al., 2010).
Proses migrasi dimulai dari tepi luka pada stratum basalis yang
merupakan lapisan paling dalam dari epidermis dan sisa adneksa yaitu sisa
folikel rambut yang terletak di lapisan dermis, menuju ke stratum korneum
yang terletak di bagian terluar epidermis (Schwartz et al., 2009). Pada saat
migrasi keratinosit 8 terjadi penurunan ekspresi E-cadherin dan P-cadherin
dan perubahan pola dari bentuk linier menjadi berbentuk punctate (Koizumi
et al., 2011). Pada saat sel dan jaringan sedang mengalami luka, terjadi
peristiwa perusakan sekaligus penyiapan sel yang bertahan hidup untuk
melakukan replikasi.
Berbagai rangsang yang menginduksi kematian beberapa sel dapat
memicu pengaktifan jalur replikasi pada sel lainnya; sel radang yang direkrut
tidak hanya membersihkan debris nekrotik, tetapi juga menghasilkan
mediator yang merangsang sintesis matriks ekstraseluler yang baru. Menurut
Sjamsuhidayat (2012) pada proses peradangan, pemulihan dimulai sangat dini
dan melibatkan 2 proses yang berbeda:
13
a. Regenerasi jaringan yang mengalami luka oleh sel parenkim dari jenis
yang sama.
b. Penggantian oleh jaringan ikat (fibrosis), yang menimbulkan suatu
jaringan parut.
Pemulihan jaringan (penyembuhan) umumnya melibatkan kombinasi
kedua proses. Regenerasi dan pembentukan jaringan parut juga melibatkan
mekanisme yang serupa yaitu migrasi, proliferasi, dan diferensiasi sel serta
sintesis matriks. Oleh karena itu, walaupun keempat fase utama dalam
mekanisme penyembuhan luka, yaitu hemostasis, inflamasi, proliferasi atau
granulasi, fase remodeling atau maturasi, dijelaskan secara terpisah pada
penjelasan selanjutnya, kenyataannya keempat fase tersebut saling
berkesinambungan antara satu fase ke fase lainnya (Sjamsuhidayat, 2012).
1) Hemostasis
Segera setelah terjadinya luka, pembuluh darah yang putus mengalami
konstriksi (penyempitan) dan retraksi (penyusutan) disertai reaksi
hemostasis. Hemostasis adalah interaksi kompleks antara pembuluh darah,
trombosit dan protein koagulasi dalam menghentikan perdarahan dengan
tetap menjaga aliran darah di pembuluh darah. Fase hemostasis terjadi
karena trombosit yang keluar dari pembuluh darah membentuk sumbat
trombosit, dan bersama dengan jala fibrin yang terbentuk membekukan
darah yang keluar dari pembuluh darah (Sjamsuhidayat dan Jong, 2012).
Koagulasi darah memperkuat sumbat trombosit dan mengubah darah
di sekitar tempat cedera menjadi suatu gel yang tidak mengalir. Sebagian
besar faktor yang diperlukan untuk pembekuan darah selalu terdapat di
dalam plasma dalam bentuk prekursor inaktif. Saat pembuluh mengalami
cedera, kolagen yang terpapar kemudian mengalami reaksi bertahap yang
melibatkan suksesif faktor-faktor pembekuan tersebut, yang akhirnya
mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Fibrin, suatu molekul berbentuk
benang yang tidak larut, ditebarkan membentuk jaringan bekuan; jaring ini
kemudian menangkap sel-sel darah dan menyempurnakan pembentukan
bekuan. Darah yang telah keluar ke dalam jaringan juga mengalami
koagulasi setelah bertemu dengan tromboplastin jaringan, yang juga
14
memungkinkan terjadinya proses pembekuan (Sjamsuhidayat dan Jong,
2012).
Komponen hemostasis akan melepaskan dan mengaktifkan sitokin
yang meliputi faktor pertumbuhan epidermis (epidermal growth factor,
EGF), 10 faktor pertumbuhan mirip insulin (insulin-like growth factor,
IGF), faktor pertumbuhan yang berasal dari trombosit (platelet-derived
growth factor, PDGF), dan faktor pertumbuhan β yang bertransformasi
(beta-transforming growth factor, TGF-β) yang berperan untuk terjadinya
kemotaksis neutrofil, makrofag, mast sel, sel endotelial dan fibroblas.
Fibroblas ini nantinya akan membentuk jaringan parut dalam proses
penyembuhan luka. Bersamaan dengan ini terjadi pula fase inflamasi
2) Inflamasi
Inflamasi adalah suatu respon protektif yang ditujukan untuk
menghilangkan penyebab awal cedera sel serta membuang sel dan jaringan
nekrotik yang diakibatkan oleh kerusakan awal (Luscinskas dan
Gimbrone, 1996). Menurut Sjamsuhidayat dan Jong (2012), fase ini
berlangsung sejak terjadinya luka hingga kira-kira hari kelima. Sel mast
dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamin yang
meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi cairan,
pembentukan sel radang, disertai vasodilatasi setempat yang menyebabkan
edema dan pembengkakan. Tanda dan gejala klinik reaksi radang menjadi
jelas berupa warna kemerahan karena kapiler melebar (rubor), suhu hangat
(kalor), rasa nyeri (dolor) dan pembengkakan (tumor) (Sjamsuhidayat dan
Jong, 2012).
Aktivitas seluler yang terjadi adalah pergerakan leukosit menembus
dinding pembuluh darah (diapedesis) menuju luka karena daya
kemotaksis. Leukosit mengeluarkan enzim hidrolitik yang membantu
mencerna bakteri 11 dan kotoran luka. Limfosit dan monosit yang
kemudian muncul ikut menghancurkan dan memakan kotoran luka serta
bakteri (fagositosis). Fase ini disebut juga fase lamban karena reaksi
pembentukan kolagen hanya terjadi pada beberapa fibroblas dan luka
15
hanya dipertautkan oleh fibrin yang amat lemah (Sjamsuhidayat dan Jong,
2012).
3) Proliferasi atau granulasi
Proliferasi sel umumnya dirangsang oleh faktor pertumbuhan
intrinsik, luka, kematian sel, atau bahkan oleh deformasi mekanis jaringan.
Sel yang sedang berproliferasi berkembang melalui serangkaian tempat
dan fase yang sudah ditentukan yang disebut siklus sel. Siklus sel tersebut
terdiri atas fase pertumbuhan prasintesis 1 atau G1, fase sintesis DNA atau
S, fase pertumbuhan pramitosis 2 atau G2, dan fase mitosis atau M. sel
istirahat berada dalam keadaan fisiologis yang disebut G0 (Guyton dan
Hall, 1997). Pemulihan jaringan yang cedera dilakukan dengan
pemusnahan dan pembuangan jaringan yang rusak (melalui proses
peradangan yang telah disebutkan di atas), regenerasi sel atau
pembentukan jaringan granulasi. Meskipun sebagian besar jaringan
tersusun terutama dari sel-sel dalam G0 (yang secara berkala memasuki
siklus sel) terdapat juga kombinasi sel-sel yang saling membelah, sel-sel
yang mengadakan diferensiasi akhir dan sel-sel induk. Luka jaringan berat
atau menetap yang disertai kerusakan pada sel parenkim dan kerangka
dasar jaringan menimbulkan suatu keadaan yang pemulihannya tidak dapat
dilaksanakan melalui regenerasi parenkim saja. Dalam kondisi seperti ini,
pemulihan terjadi melalui penggantian sel parenkim nonregeneratif oleh
jaringan ikat.
Terdapat 3 komponen umum dalam proses ini:
a. Pembentukan pembuluh darah baru (angiogenesis)
b. Migrasi dan proliferasi fibroblas
c. Deposisi matriks ekstraselular
Pemulihan dimulai dalam waktu 24 jam setelah luka melalui migrasi
fibroblas dan induksi proliferasi fibroblas dan sel endotel. Rekrutmen dan
stimulasi fibroblas dikendalikan oleh banyak faktor pertumbuhan, meliputi
PDGF, faktor pertumbuhan fibroblas dasar (basal fibroblast growth factor,
bFGF) dan TGF-β. Sumber dari berbagai faktor ini antara lain: endotel
yang teraktivasi dan sel radang terutama sel makrofag. Dalam 3-5 hari,
16
muncul jenis jaringan khusus yang mencirikan terjadinya penyembuhan
yang disebut jaringan granulasi. Gambaran makroskopisnya adalah
berwarna merah muda, lembut dan bergranulasi, seperti yang terlihat di
bawah keropeng pada luka kulit. Gambaran histologisnya ditandai dengan
proliferasi fibroblas dan kapiler baru yang halus dan berdinding tipis di
dalam matriks ekstraselular yang longgar.
Pada awal penyembuhan, fibroblas mempunyai kemampuan kontraktil
dan disebut miofibroblas, yang mengakibatkan tepi luka akan tertarik dan
kemudian mendekat, sehingga kedua tepi luka akan melekat. Dengan
berlangsungnya penyembuhan, maka fibroblas bertambah. Sel ini
menghasilkan kolagen, sehingga jaringan granulasi yang kemudian akan
mengumpulkan matriks jaringan ikat secara progresif, akhirnya akan
menghasilkan fibrosis padat (pembentukan jaringan parut kolagen), yang
dapat melakukan remodeling lebih lanjut sesuai perjalanan waktu.
4) Remodeling atau maturasi
Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan
kembali jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi,
dan akhirnya perupaan kembali jaringan yang baru terbentuk. Fase ini
berlangsung selama berbulan-bulan dan dinyatakan berakhir apabila semua
tanda radang sudah lenyap. Tubuh berusaha menormalkan kembali semua
yang menjadi abnormal karena proses penyembuhan edema dan sel radang
diserap, sel yang sedang berproliferasi menjadi matang, kapiler baru
menutup dan diserap kembali, kolagen yang berlebih diserap dan sisanya
mengerut sesuai dengan regangan yang ada. Selama proses ini dihasilkan
jaringan parut yang pucat, tipis dan lemas serta mudah digerakkan dari
dasar. Pengerutan maksimal terlihat pada luka. Pada akhir fase ini,
perupaan luka kulit mampu menahan regangan kira-kira 80% kemampuan
kulit normal. Hal ini tercapai kira-kira 3-6 bulan setelah penyembuhan
(Sjamsuhidayat dan Jong, 2012).
Penyembuhan luka sangat penting untuk mengembalikan integritasnya
sesegera mungkin dan merupakan suatu proses kompleks dan dinamis
dengan pola yang dapat diprediksikan. Fase proliferasi merupakan salah
17
satu tahap penting pada penyembuhan luka dan terjadi setelah fase
inflamasi (Atik dan 14 Iwan, 2009). Fase proliferasi atau fase fibroplasia
akan cepat terjadi, apabila tidak ada infeksi dan kontaminasi pada fase
inflamasi. Penyembuhan luka sangat diperlukan untuk mendapatkan
kembali jaringan tubuh yang utuh. Beberapa faktor yang berperan dalam
mempercepat penyembuhan, yaitu faktor internal (dari dalam tubuh) dan
faktor eksternal (dari luar tubuh). Faktor eksternal yang dapat
mempercepat penyembuhan luka yaitu dengan cara irigasi luka
menggunakan larutan fisiologis (NaCl 0,9%) serta penggunaan obat-
obatan sintetik dan alami (Adam dan Alexander, 2008).
BAB 3
18
PENERAPAN SUPERVISI KEPERAWATAN PADA PENERAPAN METODE
ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL
(MAKP)
3.1 PENGERTIAN
Supervisi adalah suatu tehnik pelayanan yang tujuan utamanya adalah
mempelajari dan memperbaiki secara bersama-bersama (H.Burton, dalam Pier AS,
2011). Supervisi keperawatan adalah suatu proses pemberian sumber-sumber yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas dalam rangka mencapai tujuan.
19
1). Kepala Ruang:
a. Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan pada klien
diruang perawatan.
b. Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan pelayanan
kesehan di rumah sakit.
c. Mengawasi perawat pelaksana dalam melaksanakan praktik keperawatan
diruang perawatan sesuai dengan tugas yang didelegasikan.
2). Pengawas Keperawatan
Bertanggung jawab dalam melakukan supervisi pelayanan kepada kepala
ruangan yang ada diruangan yang ada instalasinya
3). Kepala Seksi Keperawatan
Mengawasi instalasi dalam pelaksanaan tugas secara langsung dan seluruh
perawat secara tidak langsung.
20
Kepala Sub bidang pelayanan
Supervisi
Merencanakan, menetapkan
kegiatan dan membuat tujuan PP 1 PP 2
serta instrument/ alat ukur 1
PA PA
PEMBINAAN (3 f)
Penyampaian penilaian
(fair)
Fead Back
Follow up,pemecahan
masalah dan reward
21
c. Supervisor memanggil PP dan PA untuk mengadakan pembinaan dan
klarifikasi permasalahan.
d. Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara, dan mengevalidasi data
skunder.
Supervisor memberikan penilaian supervisi (f-fair)
Supervisor melakukan Tanya jawab dengan perawat.
3. Pasca-supervisi-3f
a. Supervisor memberikan penilaian supervisi (f-fair).
b. Supervisor memberikan feedback dan klarifikasi
c. Supervisor memberikan reinforcement dan follow up perbaikan.
22
3.8 TEKNIK SUPERVISI MELIPUTI
a. Proses supervisi keperawatan terdiri atas 3 elemen kelompok, yaitu :
1) Mengacu pada standar asuhan keperawatan.
2) Fakta pelaksanaan praktik keperawatan sebagai pembandingan untuk
menerapkan pencapaian
3) Tidak lanjut dalam upaya memperbaiki dan mempertahankan kualitas
asuhan
b. Area supervisi
1) Pengetahuan dan pengertian tentang asuhan keperawatan kepada klien
2) Ketrampilan yang dilakukan disesuaikan dengan standar
3) Sikap penghargaan terhadap pekaryaan mislnya kejujuran dan empati
Secara aplikasi area supervisi area supervisi keperawatan meliputi:
1) Kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien
2) Pendokumentasian asuhan keperawatan
3) Pendidikan kesehatan melalui perencanaan pulang
4) Pengelolaan logistic dan obat
5) Penerapan metode rende keperawatan dalam menyelesaikan masalah
keperawatan klien
6) Pelaksanaan timbang terima
c. Cara supervisi
Supervisi dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu :
1). Langsung
Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang
berlangsung, dimana supervisor dapat terlibat dalam kegiatan, umpan balik,
dan perbaikan.
Proses supervisi meliputi :
a. Perawat pelaksanaan melakukan secara mandiri suatu tindakan
keperawatan didampingi oleh supervisor.
b. Selama proses, supervisor dapat memberi dukungan, reinforcemen, dan
petunjuk
c. Setelah selesai, supervisor dan perawat pelaksana melakukan diskusi
yang bertujuan untuk menguatkan yang telah sesuai dan memperbaiki
23
yang masih kurang. Reinforcement pada aspek yang positif sangat
penting dilakukan oleh supervisor.
2). Supervisi secara tidak langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan. Supervisor
tidak melihat langsung apa yang terjadi di lapangan sehingga mungkin terjadi
kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan secara tertulis.
3.10 Delegasi/Pendelegasian
24
Delegasi/pendelegasian adalah menyelesaikan pekaryaan yang dikerjakan
melalui orang lain untuk menyelesaikan tujuan organisasi (Nursalam, 2012).
Unsur-unsur dalam proses delegasi meliputi : R-A-A
a. Tanggung jawab (responsibility), adalah pekaryaan-pekaryaan yang harus
diselesaikan oleh seseorang pada jabatan tertentu.
b. Kekuasaan (authority) adalah hak atau wewenang untuk memutuskan segala
sesuatu yang berhubungan dengan fungsinya.
c. Pertanggung jawaban (accountability), adalah memberikan pengetahuan
jawaban dengan memberikan laporan bagaimana seseorang melaksanakan
tugasnya dan bagaimana memakai wewenang yang diberikan kepadanya.
Dari uraian ketiga unsur diatas, jelas bahwa authority (kekuasaan) dan
responbility (tugas) dan didelegasikan, sedangkan accountability ( pertanggung
jawaban tidak dapat didelegasikan, ini berarti bahwa seseorang yang memimpin
yang mendelegasikan tugas dan kekuasaanya dan bawahannya tidak berarti
mendelegasikan pertanggung jawabannya, melainkan ia tetap bertanggung jawab
akan pelaksanaan tugas yang didelegasikan kepada bawahannya.
Tugas-tugas yang didelegasikan :
Tugas yang dapat didelegasikan dari atasan kepada bawahan menurut
Manullang,2011. Dapat dibedakan menjadi 2, yang ditinjau berdasarkan aspek;
1. Ditinjau dari tugas proses
Manajer
Bertugas
Perencana Pengawasan
Pelaksanaan
Pengorganisasia
n Sebagian didelegasikan
kepada bawahan
Perencana Pelaksanaan
25
Tugas-tugas
pelaksana
A B C D E F
Pada gambar 2 diatas terlihat bahwa para bawahan yang menerima delegasi
tugas dan kekuasaan, selanjutnya mendelegasikan tugas dan kekuasaan kepada
bawahannya.pada keadaan ini, manajer terdahulu lebih banyak ia memutuskan
perhatian dalam pengawasan. Jika diperhatikan pada kedua gambar di atas, tampak
bahwa tugas-tugas perencanaan dan pelaksanaan sebagian besar dapat didelegasikan,
sedangkan tugas pengawasan tidak dapat didelegasikan (hanya sebagian kecil saja).
2. Ditinjau dari aspek bidang (spesialisasi).
Pendelegasian dari sapek ini sesuai dengan organisasi karena masing-masing bidang
mempunyai uraian tugas sesuai fungsi masing-masing bidang.
Pendelegasian yang efektif memiliki beberapa cici-ciri yaitu:
Unsur pendelegasian harus lengkap dan jelas.
a. Harus mendelegasikan kepada orang yang tepat
b. Pemberi delegasi harus memberikan peralatan yang cukup dan mengusahakan
keadaan lingkungan yang efisien
c. Pemberi delegasi harus memberikan inisiatif atau rafsangan maupun non
material.
26
BAB 4
RENCANA KEGIATAN
4.1 PELAKSANAAN SUPERVISI
Hari/tanggal : Jum’at, 19 Januari 2018
Waktu : 09.00 WIB
Topik : Supervisi tentang kegiatan perawatan luka
Tempat : Nurse station dan Ruang perawatan
4.2 METODE
1. Observasi
2. Tindakan
3. Evaluasi dan Diskusi
4.3 MEDIA
1. Lembar Supervisi dan Standart Operasional Prosedur (SOP) Rawat Luka
2. Standar Asuhan Keperawatan
4.4 PENGORGANISASIAN
Supervisor/Pembimbing : 1. Ns. Suwaji,S.Kep. (Pembimbing Klinik)
2.Angger Anugerah H.S M.N.S. (Pembimbing
Akademik)
3. Ns. Sus Erna,S.Kep. (Supervisor)
Kepala Ruangan : Fatimatus Zahro, S.Kep.
Perawat Primer : Ahmad Rifa’i,S.Kep.
Nita Puspita Sari,S.Kep.
Perawat associate : Achmad Sholikhul Amali, S.Kep.
Lutfi Andi Fransiska, S.Kep.
Sunoto,S.Kep.
Tiskadila Subagyo,S.Kep.
Haslinda Septiana,S.Kep.
27
Zharina Septhia D.K,S.Kep.
Trisna K.D,S.Kep.
4.5 MEKANISME KEGIATAN
28
LEMBAR PENILAIAN PERAWATAN LUKA
Pelaksanaan
Tahapan Kegiatan Tempat Waktu Pelakasana
Ya Tidak
Persiapan 1. Karu mengucapkan salam dan Nurse 5 menit KARU
menyampaikan pada PP Station
bahwa akan diadakan
Supervisi tentang tindakan
perawatan luka
2. PP memilih pasien yang Nurse 2 menit PP dan PA
dilakukan tindakan perawatan Station
luka
3. PP menyiapkan alat-alat yang Nurse 5 menit PP dan PA
dibutuhkan untuk tindakan Station
Supervisi perawatan luka
4. KARU memberikan Nurse 2 menit KARU
kesempatan pada PP dibantu Station
PA untuk melengkapi
persiapan perawatan luka dan
mempersiapkan pasien
5. KARU memeriksa Nurse 1 menit KARU
kelengkapan peralatan dan Station
pasien
6. PP dan PA menuju ruang Ruang 1 menit KARU
perawatan pasien dan segera perawat- PP dan PA
menyiapkan pasien dan alat an pasien
yang akan digunakan untuk
tindakan perawatan luka
29
DAFTAR HADIR ROLEPLAY SUPERVISI
Mengetahui,
Perceptor Akademik Perceptor Klinik Ruang Flamboyan RSUD
Pendidikan Profesi Ners Kep. Manajemen Dr.Soegiri Lamongan
STIKes ICsada Bojonegoro
Aspek Penilaian
Parameter Keterangan
Penilaian 1 2 3 4
Pre- PERAWATAN LUKA POST OPERASI
30
Interaksi Persiapan Alat
1. Pinset anatomi
2. Pinset sirugis
3. Gunting steril
4. Gunting bersih
5. Bengkok
6. Sarunng tangan bersih
7. Sarung tangan steril
8. Sufratul
9. Kassa steril
10. Plester
11. NaCl 0,9%
12. Kantung plastik
13. Sketsel
Persiapan Pasien
1. Memberitahu pasien tentang
prosedur yang akan dilakukan
2. Menyiapkan lingkungan pasien.
3. Mengatur posisi tidur pasien.
Tahap 1. Memberikan salam dengan
Orientasi menyebut nama
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur
tindakan
3. Menjaga privacy pasien.
Tahap 1. Perawat mencuci tangan
Kerja/Pe- 2. Gunakan sarung tangan bersih
laksanaan 3. Buka balutan luka
4. kaji status luka (warna, kelembapan,
diameter luka, kondisi luka) dan
massage daerah sekitar luka
5. melepas sarung tangan bersih
6. memakai sarung tangan steril
31
7. bersihkan luka dengan NaCl 0,9 %
8. Keringkan luka dengan kasa steril
9. Tutup dengan surfatul dan kassa steril
10. Merapikan pasien
11. Membereskan alat-alat dan
membuang kotoran sisa perawatan
luka.
Tahap 1. Akhiri dan simpulkan kegiatan
terminasi 2. Evaluasi perasaan klien
3. Kontrak dengan kegiatan selanjutnya
4. Bereskan alat dan cuci tangan
Dokumen Catat tindakan yang telah dilakukan dan
-tasi respon pasien
Petunjuk penilaian
4. Bila dikerjakan dengan benar tanpa bantuan
3. Bila dikerjakan dengan benar dan dengan bantuan
2. Bila dikerjakan tetapi masih ada yang salah
1. Bila tidak dikerjakan
Rentang penilaian
Baik sekali : 85-100 Cukup : 61-75
Baik : 76-84 kurang : <60
32