Anda di halaman 1dari 1

Tuanku Imam Bonjol lahir di Bonjol pada tahun 1772, nama aslinya adalah Muhammad

Shahab. Ia lahir dari pasangan Bayanuddin dan Hamatun. Ayahnya adalah seorang alim
ulama dari Sungai Rimbang, Suliki. Imam Bonjol belajar agama di Aceh pada tahun
1800-1802, dia mendapat gelar Malin Basa.

Sebagai ulama dan pemimpin masyarakat setempat, Tuanku Imam Bonjol memperoleh
beberapa gelar, antara lain yaitu Peto Syarif, Malin Basa, dan Tuanku Imam. Agam
sebagai salah seorang pemimpin dari Harimau nan Salapan yang menunjuknya sebagai
Imam bagi kaum Padri di Bonjol. Ia akhirnya lebih dikenal dengan sebutan Tuanku
Imam Bonjol.

Perjuangan yang sudah dilalui Tuan Imam Bonjol ialah pertentangan kaum Adat dengan
kaum Paderi atau kaum agama. Kaum paderi berusaha membersihkan ajaran agama
islam yang telah banyak diselewengkan agar dikembalikan kepada ajaran agama islam
yang murni.

Pada awalnya timbulnya peperangan ini yaitu keinginan dikalangan pemimpin ulama di
kerajaan Pagaruyung untuk menerapkan dan menjalankan syariat Islam sesuai dengan
Sunnah wal Jamaah yang berpegang teguh pada Al-Qur'an dan sunnah Rasullullah
SAW. Kemudian pemimpin ulama yang tergabung dalam Harimau nan Salapan meminta
Tuanku Lintau untuk mengajak Yang Dipertuan Pagaruyung beserta Kaum Adat untuk
meninggalkan beberapa kebiasaan yang tidak sesuai dengan Islam.

Pada 21 Februari 1821, kaum Adat secara resmi bekerja sama dengan pemerintah
Hindia-Belanda berperang melawan kaum Padri dalam perjanjian yang ditandatangani
di Padang. Perlawanan yang dilakukan oleh pasukan padri cukup tangguh sehingga
sangat menyulitkan Belanda untuk mengalahkannya. Oleh sebab itu Belanda melalui
Gubernur Jendral Johannes van den Bosch mengajak pemimpin Kaum Padri yang
waktu itu telah dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol untuk berdamai dengan maklumat
Perjanjian Masang pada tahun 1824. Tetapi perjanjian ini dilanggar oleh Belanda
dengan menyerang nagari Pandai Sikek.

Pada bulan Oktober 1837, Tuanku Imam Bonjol diundang ke Palupuh untuk berunding.
Tiba di tempat tersebut dia langsung ditangkap dan dibuang ke Cianjur, Jawa Barat.
Kemudian dipindahkan ke Ambon dan akhirnya ke Lotak, Minahasa, dekat Manado. Di
tempat terakhir itu ia meninggal dunia pada tanggal 8 November 1864. Tuanku Imam
Bonjol dimakamkan di tempat tersebut.

Perjuangan yang telah dilakukan oleh Tuanku Imam Bonjol dapat menjadi apresiasi
akan kepahlawanannya dalam menentang penjajahan, serta sosoknya yang religius.
Sehingga berjuang demi nusa bangsa dan agamanya hingga akhir hayatnya.

Anda mungkin juga menyukai