Topik : Disentri
1
Pasien sebelumnya pernah mengalami gejala serupa tapi tidak disertai dengan lendir
dan darah. Riwayat Hipertensi disangkal. Riwayat Diabetes Melitus disangkal.
4. Riwayat Keluarga :
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.
5. Riwayat Pekerjaan : -
6. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Keadaan gizi : Cukup
GCS : E4V5M6
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Pernapasan : 18 x/menit
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 36,9oC
Status Genaralisata :
Kelapa : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), ikterus (-/-), pupil bulat isokor
Hidung : Tidak ada pernapasan cuping hidung
Mulut : Sianosis (-)
Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran KGB (-)
Paru-paru : dalam batas normal
Jantung : dalam batas normal
Ekstremitas : Akral hangat, sianosis (-), ikterik (-), edem tibial (-)
Status Lokalis :
Abdomen
Inspeksi : Permukaan abdomen rata, ikut gerak napas
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan meningkat
Palpasi : Nyeri tekan (+) regio epigastrik. Hepar/ lien tidak teraba
Perkusi : Timpani (+)
7. Pemeriksaan Laboratorium : -
Daftar Pustaka :
1. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke Tiga. Jakarta : Balai penerbit FKUI. 2001
2
2. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.2006
3. www.disentri.org
Hasil Pembelajaran :
1. Menegakkan diagnosis Disentri
2. Mengetahui penatalaksanaan Disentri
3. Mengetahui pencegahan Disentri
4. Konsultasi yang diperlukan untuk kasus Disentri
1. Subjektif :
Laki – laki, 45 tahun, mengeluh buang air besar encer sejak tiga hari yang lalu,
frekuensi kurang lebih 5 kali sehari disertai lendir dan darah. Didapatkan nyeri perut
terutama saat pasien buang air besar dan mual. Selain itu di dapatkan nafsu makan
berkurang. Pasien pernah mengalami gejala serupa tapi tanpa lendir dan darah.
Keluarga pasien tidak ada yang mengalami gejala serupa.
2. Objektif :
Pada pemeriksaan fisis didapatkan pasien terlihat lemas, sakit sedang, GCS E4V5M6.
Dengan tanda vital, tekanana darah 100/70 mmHg, nadi 88 kali/menit, pernapasan 18
kali/menit, suhu 36,9oC per aksila. Pemeriksaan abdomen dari inspeksi didapatkan
tampak permukaan abdomen rata, ikut gerak napas. Auskultasi didapatkan peristaltik
meningkat, palpasi didapatkan nyeri tekan pada regio epigastrik, hepar/lien tidak
teraba, dan pada perkusi didapatkan timpani. Tenesmus (+).
3. Assesment :
Berdasarkan subjektif dan objektif yang meliputi gejala klinis dan pemeriksaan fisis
maka dapat disimpulkan bahwa pasien menderita Disentri.
3
Tinjauan Pustaka
Disentri merupakan peradangan pada usus besar. Gejala penyakit ini ditandai dengan
sakit perut dan buang air besar encer secara terus-menerus (diare) yang bercampur
lendir, dan darah. Berdasarkan penyebabnya disentri dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu disentri amuba dan disentri basiler. Disentri amuba disebabkan oleh infeksi
parasit Entamoeba histolytica dan disentri basiler disebabkan oleh infeksi bakteri
Shigella. Bakteri tersebut dapat tersebar dan menular melalui makanan dan air yang
sudah terkontaminasi kotoran dan bakteri yang dibawa oleh lalat. Lalat merupakan
serangga yang hidup di tempat yang kotor dan bau, sehingga bakteri dengan mudah
menempel di tubuhnya dan menyebar di setiap tempat yang dihinggapi. Bakteri
masuk ke dalam organ pencernaan mengakibatkan pembengkakan hingga
menimbulkan luka dan peradangan pada dinding usus besar. Inilah yang
menyebabkan kotoran penderita sering kali tercampur nanah dan darah.
Etiologi
1. Faktor infeksi
2. Faktor malabsorbsi
3. Faktor makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
Gejala Klinis
Gejala yang akan dialami penderita disentri biasanya berupa buang air besar encer dan
perut mulas, bahkan sering kali penderita merasakan perih di anus akibat terlalu
sering buang air.
4
Sakit keram di perut dan sakit keram di anus
saat BAB
Disentri kronik
Gejalanya menyerupai disentri ringan, serangan-serangan diare diselingi dengan
periode normal atau tanpa gejala. Keadaan ini dapat berjalan berbulan-bulan hingga
bertahun-tahun.. Serangan diare yang terjadi biasanya dikarenakan kelelahan, demam
atau makanan yang sulit dicerna.
Pemerikasaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis
disentri antara lain darah rutin, pemeriksaan feses makroskopik dan mikroskopik.
Akan tetapi untuk memastikan diagnosis dilakukan kultur.
5
Penatalaksanaan
1. Mengatasi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Sebagian besar pasien
disentri dapat diatasi dengan rehidrasi oral. Pada pasien dengan diare berat disertai
dengan dehidrasi dan pasien yang muntah berlebihan sehingga tidak dapat
dilakukan rehidrasi oral harus dilakukan rehidrasi intravena. Serupa dengan
penanganan penyakit gangguan pencernaan lainnya, penderita disentri harus
segera mendapat asupan cairan untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Dalam
keadaan darurat, dehidrasi ringan dapat diatasi dengan pemberian oralit. Jika
cairan yang hilang tidak segera tergantikan, dapat menyebabkan kematian pada
penderita.
Pencegahan
Disentri dapat dicegah dengan cara :
1. Selalu menjaga kebersihan dengan cara mencuci tangan dengan sabun secara
teratur dan teliti.
2. Mencuci sayur dan buah yang dimakan mentah.
3. Memasak makanan sampai matang.
4. Selalu menjaga sanitasi air, makanan, maupun udara.
5. Mengatur pembuangan sampah dengan baik.
6
4. Plan
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pasien ini di diagnosis menderita Disentri Akut.
Pengobatan :
Infus RL 28 tpm
Cotrimoxazole 480 mg 2x2
Metronidazole tab 3x1
Ranitidine 1 gr amp/8 jam/iv
Oralit
Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan feses rutin
Prognosis
Prognosis ditentukan berdasarkan perjalanan klinis pasien dan pemeriksaan laboratorium.
Prognosis pada pasien ini tergolong dubia ad bonam, jika pasien menjaga sanitasi dan
mengkonsumsi makanan minuman yang sehat dan bergizi.
Pendidikan
Edukasi kepada pasien dan keluarganya mengenai penyakit. Untuk menjaga kebersihan
makanan dan minuman yang akan dikonsumsi, serta menjaga kebersihan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari. Serta tidak lupa melakukan edukasi kepada pasien mengenai
penatalaksaan dan prognosis pada pasien.
Rujukan
Diperlukan jika terjadi komplikasi serius yang harus ditangani di rumah sakit dengan saran
dan prasaran yang lebih memadai.