Anda di halaman 1dari 49

DINAMIKA MIGRASI INTERNASIONAL TERHADAP TINGKAT

KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN DARI INDONESIA KE

KAWASAN INTRA ASIA TENGGARA

DISUSUN OLEH :
NADYA SORAYA
01021281520182
EKONOMI PEMBANGUNAN

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS EKONOMI
2018
BAB I
1. Latar Belakang

Jumlah dan struktur penduduk merupakan faktor pendukung terhadap

keberhasilan pembangunan di suatu wilayah. Namun, jumlah penduduk yang

besar harus pula didukung kualitasnya yang baik. Penduduk yang besar dan

berkualitas diharapkan mampu meningkatkan produktivitas, di mana secara tidak

langsung memberi dampak positif kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Salah satu komponen kependudukan yang mempengaruhi jumlah dan struktur

penduduk adalah migrasi. Migrasi merupakan perpindahan yang dilakukan dari

satu tempat ke tempat yang lain dalam jangka waktu tertentu (kusreni, 2017:1).

Menurut Salvatore (1996 : 494-495) ada cukup banyak keuntungan

ekonomi dari migrasi internasional. Bagi para pekerja, tingkat pendapatan di

tempat baru lebih tinggi daripada yang mereka peroleh dari tempat asalnya.

Dengan pendapatan yang lebih tinggi itu mereka akan memperoleh standar hidup

yang lebih baik. Mereka juga dapat menyediakan pendidikan, peluang kerja serta

masa depan yang lebih baik untuk anak-anaknya.

Migrasi internasional merupakan fenomena menarik dalam mengatasi

masalah tenaga kerja di Indonesia. Pada situasi tingkat pengangguran yang terus

meningkat, Indonesia mendapatkan keuntungan dari mengirim tenaga kerja ke luar

negeri, yaitu dapat mengurangi atau mengatasi masalah pengangguran yang ada di

Indonesi dan pengiriman tenaga kerja ke luar negeri bisa membuat keluarga yang

ditinggalkan hidup sejahtera dan juga dapat menambah devisa negara.


Migrasi tenaga kerja yang terjadi merupakan refleksi perbedaan

pertumbuhan ekonomi dan ketidakmerataan fasilitas pembangunan antar suatu

negara dengan negara lain. Tenaga kerja dari negara dengan tingkat pertumbuhan

ekonomi yang lebih rendah akan berpindah menuju negara yang memiliki tingkat

pertumbuhan perekonomi, dan upah yang lebih tinggi, kondisi lingkungan yang

lebih baik, dan kesempatan kerja yang lebih besar.

Jumlah tenaga kerja di Indonesia dengan pendidikan hanya sebatas tamat

SD, SMP, dan SMA sudah cukup banyak dibandingkan dengan latar belakang

pendidikan diploma atau sarjana. Hal ini menguntungkan bagi Indonesia karena

dengan latar belakang pendidikan yang rendah upah yang ditawarkan juga rendah,

sedangkan upah yang ditawarkan luar negeri untuk pekerja sektor informal (yang

tidak membutuhkan keahlian khusus) cenderung lebih tinggi. Harapan penduduk

setelah melakukan migrasi ke luar negeri adalah berubahnya kualitas kehidupan

menjadi lebih baik.

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Tingkat 8,320 8,681 8,7,345 7,411 7,245 7,561 7,032

Pengangguran

Sumber: adb.org

Tingginya jumlah pengangguran di Indonesia dan menyempitnya lapangan

pekerjaan, membuat sebagian besar penduduk memilih untuk bermigrasi keluar

negeri guna mendapatkan pekerjaan. Terlihat dari data di atas bahwa walaupun

angka tingkat kemiskinan terus berkurang tetapi angka tersebut masih terbilang
cukup tinggi dan membuat sebagian masyarakat Indonesia bermigrasi untuk

mendapatkan kehidupan yang lebih layak.

Kondisi pembangunan ekonomi negara-negara berkembang dalam

beberapa dasawarsa ini tidak sanggup menyediakan kesempatan kerja yang lebih

banyak daripada pertambahan penduduk, sehinga masalah pengangguran dari

tahun ke tahun semakin serius. Apabila hal tersebut tidak segera diatasi dan dicari

jalan keluarnya, maka akan dapat menimbulkan kerawanan sosial dan berpotensi

menambah tingkat kemiskinan. (Siswosoemarto, 2012:460-461)

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, pokok permasalahan yang akan

diangkat dalam penelitian ini adalah :

 apakah jumlah penduduk miskin berpengaruh secara spasial terhadap

dinamika migrasi ?

 apakah jumlah pengangguran berpengaruh secara parsial terhadap

dinamika migrasi ?

3. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja yang menjadi

faktor dalam pemilihan negara di kawasan Intra Asia Tenggara dalam bermigrasi,

bagaimana posisi Indonesia dalam migrasi Intra Asia Tenggara, dan menganalisis

apakah jumlah pengangguran, kualitas pendidikan, dan jumlah penduduk miskin

berpengaruh secara parsial terhadap dinamika migrasi.


4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan masukan kepada pembuat

kebijakan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan pengiriman

tenaga kerja ke luar negeri. Mengkaji posisi Indonesia dalam migrasi Intra Asia

Tenggara. Dan memberikan sumbangan infomasi kepada pemerintah bagaimana

meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia agar bisa lebih bersaing

dengan negara luar.


BAB II
Studi Kepustakaan

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Migrasi Michael P. Todaro

Todaro berpendapat bahwa motivasi utama seseorang untuk mengambil keputusan

bermigrasi adalah karena motif ekonomi. Di dalam Expected Income model of

rural-urban migration beliau menyebutkan bahwa motivasi tersebut sebagai

pertimbangan ekonomi yang rasional, dimana mobilitas ke kota mempunyai dua

harapan, yaitu harapan untuk memperoleh pekerjaan dan harapan untuk

memperoleh pendapatan yang lebih tinggi daripada yang diperoleh di desa.

Penghasilan yang diharapkan diukur dengan perbedaan dalam penghasilan rill

antara pekerjaan di desa dan di kota. Dengan kata lain bahwa para migran akan

melakukan migrasi bila penghasilannya lebih besar daripada biaya yang

dikeluarkan. ( Todaro, 2003 : 383-385)

2.1.2 Teori Heckser-Ohlin

Teori Heckser-Ohlin menyatakan bahwa suatu wilayah sebaiknya

berspesialisasi pada barang yang wilayah tersebut mempunyai kandungan

(abundance) faktor produksi yang lebih besar dibandingkan dengan wilayah

lainnya. Karena produksi menggunakan sumber daya mempunyai kandungan

besar pada suatu wilayah akan cenderung lebih murah, maka wilayah tersebut

juga akan lebih diuntungkan bila mengekspor barang tersebut kepada wilayah lain

yang biaya produksinya lebih mahal. Misalnya, wilayah kurang maju (Less
Developed Region) biasanya mempunyai kandungan sumber daya tanah dan

tenaga kerja yang besar, sehingga dapat memproduksi dan mengekspor barang

hasil produksi pertanian atau barang-barang yang diproduksi dengan Teknologi

Padat Karya (Labor Intensive Technology) sehingga biaya produksinya menjadi

murah. Sebaliknya, wilayah maju (Developed Region) biasanya mempunyai

kandungan sumber daya modal yang lebih besar sehingga memungkinkannya

untuk menghasilkan dan mengekspor barang hasil produksi industri yang

menggunakan Teknologi Padat Modal (Capital Intensive Technology) dengan

lebih murah. Dengan demikian, terlihat bahwa perdagangan akan memberikan

keuntungan dan kesejahteraan (welfare) kepada kedua wilayah yang terlibat.

(Sjafrizal, 2012:70)

2.1.3 Teori Keuntungan Komparatif

Teori keuntungan komparatif disusun atas dasar asumsi bahwa mobilitas

sumber daya antar wilayah adalah tidak lancar (inmobile). Akan tetapi,

adakalanya para ahli ekonomi wilayah cenderung mengasumsikan bahwa

mobilitas sumber daya antar wilayah tersebut adalah cukup lancar. Hal ini terjadi

karena analisis ekonomi wilayah lebih banyak memerhatikan mobilitas sumber

daya antar wilayah dalam satu negara yang umumnya memang lebih lancar

dibandingkan mobilitas antar negara, sebagaimana yang dilakukan dalam analisis

keuntungan komparatif. Hal ini terlihat dalam kegiatan perdagangan antar wilayah

dimana jarang sekali ada wilayah yang diperbolehkan mengenakan bea masuk

terhadap barang yang masuk ke wilayahnya dan sebaliknya. Dalam keadaan

mobilitas antar wilayah lancar, maka faktor produksi akan bergerak (pindah)
menuju wilayah yang dapat memberikan kompensasi dan tingkat pengembalian

modal (rate of return) yang lebih tinggi. (Sjafrizal, 2012:65)

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Allo (2016) tentang perkiraan pola migrasi antar

provinsi di Indonesia: pendekatan demografi-ekonomi dengan menggunakan

metode kuantitatif, memperoleh hasil yang menyatakan bahwa Kecenderungan

migrasi penduduk di Indonesia dibagi dalam dua tipe yaitu: migrasi antar-pulau

dan migrasi dalam pulau. Tujuan utama migrasi antar pulau masih didominasi

oleh Pulau Jawa (Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan DKI Jakarta) dan

Bali. Sedangkan migrasi di dalam pulau lebih disebabkan oleh jarak dan

kedekatan budaya antar provinsi dalam satu pulau. Hal ini menunjukkan bahwa

Pulau Jawa masih merupakan daerah tujuan utama dari para migran. Hal ini

mengindikasikan bahwa pemerataan pembangunan antar- provinsi di Indonesia

belum baik. Dengan demikian, sangat penting untuk melakukan percepatan

terhadap program-program dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan

Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Selain itu, hasil penelitian juga

menunjukkan bahwa masyarakat di Provinsi DI Yogyakarta memiliki

kecenderungan untuk tidak melakukan migrasi, di mana dalam penelitian ini tidak

diteliti secara mendalam. Dengan demikian, perlu untuk melakukan penelitian

mendalam terkait dengan faktor yang mempengaruhi kecenderungan tersebut.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kusreni (2017) yang berjudul

faktor-faktor yang mempengaruhi migrasi tenaga kerja ke luar negeri berdasarkan


provinsi di Indonesia dengan menggunakan metode regresi data panel,

memperoleh hasil yang menyatakan bahwa variabel pengangguran, PDRB per

kapita, pendidikan, dan kemiskinan secara bersama-sama mempunyai pengaruh

positif dan signifikan terhadap migrasi tenaga kerja keluar berdasarkan provinsi di

Indonesia pada tahun 2010 hingga 2014. Berdasarkan uji F-statistik yang telah

dilakukan sebelumnya. Berdasarkan hasil uji t menunjukan bahwa pengangguran

dan jumlah penduduk miskinmempunyai pengaruh yang positif dan signifikan

terhadap migrasi tenaga kerja keluar berdasarkan provinsi di Indonesia pada tahun

2010 hingga 2014. Rata-rata lama menempuh pendidikan dan PDRB per kapita

memilki pengaruh yang negatif atau tidak signifikan terhadap migrasi tenaga kerja

keluar berdasarkan provinsi di Indonesia pada tahun 2010 hingga 2014.

Penelitian yang dilakukan oleh Wafirotin (2013) yang berjudul dampak

migrasi terhadap kondisi sosial ekonomi keluarga YKI di kecamatan Badadan

kabupaten Ponorogo dengan menggunakan metode kuantitatif yang memperoleh

hasil adanya dampak sosial ekonomi yang dirasakan oleh keluarga TKI antara lain

peningkatan pengetahuan dan pendidikan anggota keluarga TKI, peningkatan

pendapatan keluarga, serta peningkatan status kepemilikan barang berharga yang

dimiliki oleh keluarga TKI. Sedangkan faktor yang menyebabkan migrasi tenaga

kerja asal kecamatan Babadan kabupaten Ponorogo menjadi TKI ke luar negeri

disebabkan beberapa faktor pendorong yang berasal dari daerah asal yaitu

pendapatan yang rendah, sempitnya lapangan pekerjaan,. Sedangkan faktor

penarik yang berasal dari daerah negara tujuan yaitu gaji tinggi, dan peluang kerja

di negara tujuan yang masih luas.


Penelitian yang dilakukan oleh Tajuddin (2015) dengan judul migrasi

internasional perilaku pekerja migran di Malaysia dan perempuan ditinggal

migrasi di Lombok Timur dengan menggunakan metode studi kasus dan

memperoleh hasil yang menyatakan pengaruh pendapatan terhadap perilaku

pekerja migran relatif besar, terlihat dari mode berpakaian, pola konsumsi,

kebutuhan hiburan dan sifat konsumtif. Pola hidup konsumtif terlihat nyata dan

relatif sama, sedangkan untuk pemenuhan kebutuhan seksual pekerja migran

memilih menikah sesama pekerja dengan alasan lebih aman, irit dan takut tertular

penyakit. Pada bagian lain tugas utama PADMI tidak hanya pemenuhan

kebutahan hidup, tetapi menjaga dan mempertahankan keutuhan rumah

tangganya. Kecendrungan PADMI mendapat gangguan pihak ketiga sangat besar

dan tidak jarang berakhir di meja pengadilan. Tanpa mengabaikan dampak

ekonomis, tingginya angka cerai gugat di daerah pengirim membuktikan aktivitas

migrasi merusak konstruksi rumah tangga pekerja migran.

Penelitian yang dilakukan oleh Prihanto (2013) yang berjudul pengaruh

status pekerjaan dan negara penempatan terhadap remitansi pekerja negara migran

Indonesia dengan menggunakan metode kuantitatif dan memperoleh hasil yang

menyatakan bahwa Pekerja migran Indonesia selama periode tahun 2009-2011

mengalami penurunan rata rata sebesar angka 0,2 persen per tahun. Pada tahun

2009, pekerja migran yang bekerja di sekor informal sebesar 83,6 persen, namun

pada tahun 2011 jumlah pekerja migran yang bekerja di sektor informal berkurang

menjadi 61,9 persen. Hasil analisis regresi linier berganda membuktikan, bahwa

terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara besarnya pekerja migran
sektor Formal, besarnya pekerja migran sektor Informal, dan Negara Penempatan

pekerja terhadap remitan yang dikirimkan.

2.3 Kerangka Pikir

Dinamika Migrasi
Interasional

Faktor-faktor yang
mempengaruhi migrasi

Kualitas pengangguran
Jumlah
pendidikan
penduduk
miskin

Kebijakan pemerintah
dalam meningkatkan
kualitas SDM

Migrasi internasional dipengaruhi oleh faktor rendahnya upah didalam

negeri yang dikarenakan rendahnya kualitas pendidikan, selain itu migrasi

internasional juga dipengaruhi oleh tingginya tingkat pengangguran dan angka

kemiskinan yang membuat masyarakat yang ingin merubah kualitas hidupnya

bermigrasi ke luar negeri. Melalui penelitian ini maka diharapkan agar penelitian

ini dapat membantu memberikan informasi kepada pemerintah mengenai

bagaimana cara meningkatkan kualitas SDM yang ada di Indonesia sehingga bisa

membuat Indonesia lebih bersaing dengan negara luar.


2.4 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah, pemikiran terdahulu, dan kerangka pikir maka

dapat diambil hipotesa :

“Dinamika migrasi internasional dipengruhi oleh rendahmya kualitas pendidikan,

banyaknya pengangguran dan tingginya angka kemiskinan yang ada di

Indonesia.”
BAB III
Metode Penelitian
3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Indonesia dalam lingkup analisis dinamika migrasi

internasional terhadap tingkat kemiskinan dan pengangguran dari Indonesia ke

kawasan Intra Asia Tenggara. Objek penelitian yang dijadikan unit analisis adalah

jumlah migran yang bermigrasi ke kawasan Intra Asia Tenggara.

3.2 Rancangan Penelitian

untuk memulai penelitian ini maka hal yang harus dilakukan terlebih dahulu

adalah mencari data yang berupa data sekunder di BPS. Data-data tersebut terdiri

dari jumlah migran yang bermigrasi ke kawasan Intra asia Tenggara, tingkat

pengangguran dan jumlah penduduk miskin. Setelah itu maka akan dilakukan

teknis analisis menggunakan teknik analisis regresi linear berganda, dan

melakukan restricted F-test (uji statistik F) yang bertujuan memilih antara Pooled

Least Square (PLS) atau Fixed Effect Model (FEM). Kedua, menggunakan uji

Hausman untuk memilih antara Fixed Effect Model atau Random Effect Model

(REM).

3.3 Jenis dan Sumber Data

Untuk menganalisis masalah dalam penelitian ini maka dibutuhkan sejumlah data.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang didapatkan

dari instansi-instansi pemerintah seperti BPS dll. Data ini meliputi, jumlah migran
yang bermigrasi ke kawasan Intra Asia Tenggara, tingkat pengangguran, dan

jumlah penduduk miskin yang ada di Indonesia.

3.4 Teknik Analisis

3.4.1 Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau

lebih variabel independen (X1, X2,….Xn) dengan variabel dependen (Y). Analisis

ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau

negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel

independen mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan biasanya

berskala interval atau rasio.

Persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:

Y’ = a + b1X1+ b2X2+…..+ bnXn

Keterangan:

Y’ = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)

X1 dan X2 = Variabel independen

A = Konstanta (nilai Y’ apabila X1, X2…..Xn = 0)

B = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)

3.4.2 Analisis korelasi

Yaitu analisis yang mencari seberapa besar pengaruh hubugan antara variabel

independen dan variabel dependen.


3.4.3 Uji Asumsi Klasik

Regresi linear berganda harus memenuhi asumsi-asumsi yang ditetapkan agar

menghasilkan nilai-nilai koefisien sebagai penduga yang tidak bias.Adapun

asumsi-asumsi yang dimaksud adalah sebagai berikut.

1. Variabel tak bebas dan variabel bebas memiliki hubungan linear atau

hubungan beruba garis lurus

2. Variabel tak bebas haruslah bersifat kontinu atau setidaknya berskala

interval

3. Keragaman dari selisih nilai pengamatan dan pendugaan harus sama untk

semua pendugaan Y. jadi, (Y – Y’) kira-kira harus sama untuk semua nilai

Y’. apabila konsidi ini tidak terpenuhi maka disebut heteroskedastisitas

dan residu yang dihitung dari pengamatan (Y –Y’) harus menyebar normal

dengan rata-rata nol.

4. Pengamatan-pengamatan variabel tak bebas berikutnya harus tidak

berkorelasi. Pelanggaran asumsi ini disebut autokorelasi yang biasanya

terjadi pada data time series (runtun waktu)

5. Tidak adanya korelasi yang sempurna antara variabel bebas yang satu

dengan variabel bebas yang lain. Apabila asumsi ini dilanggar disebut

multikolinearitas.

3.4.4 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji data variabel bebas(independen) dan

variabel terikat(dependen) pada persamaan regresi yang dihasilkan, apakah

terdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal. Pengujian dapat dilakukan


dengan menggunakan histogram dan uji konglomorov-smirnov.Adapun kriteria

uji : jika probabilitas signifikan > 0,05 maka data terdistribusi secara normal.

3.4.4.1 Uji Gejala Heteroskedastisitas

Gejala heteroskedastisitas diuji dengan metode Glejser dengan cara menyusun

regresi antara nilai absolur residual dengan variabel bebas. Apabila masing-

masing variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap absolute residual (α

= 0,05) maka dalam model regresi tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.

3.4.4.2 Uji Gejala Autokorelasi

Uji autokorelasi merupakan pegujian asumsi dalam regresi dimana variabel

dependen tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri.Maksud korelasi dengan diri

sendiri adalah bahwa nilai dari variabel dependen tidak berhubungan dengan

variabel itu sendiri, baik nilai periode sebelumnya maupun nilai periode

sesudahnya.Cara mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan uji Durbin-

Watson (DW test). Hasil perhitungan Durbin-Watson (d) dibandingkan dengan

nilai dtabel pada α = 0,05. Tabel d memiliki dua nilai, yaitu nilai batas atas (dU) dan

nilai batas bawah (dL) untuk berbagai nilai n dan k.

Jika d < dL; maka terjadi autokorelasi positif

d> 4 - dL; maka terjadi autokorelasi negatif

du< d < 4 - dU; maka tidak terjadi autokorelasi

dL≤ d ≤ dU atau 4 - dU ≤ d ≤ 4 - dL; maka pengujian tidak

meyakinkan.
3.4.4.3 Uji Stasioner

 Uji correlogram

Analisis korelogram (correlogram) merupakan teknik identifikasi kestasioneran

data time series melalui fungsi autokorelasi (ACF) merupakan partial

autocorrelation function (PACF). Fungsi ini bermanfaat untuk menjelaskan suatu

proses stokastik, dan memberikan informasi korelasi data-data yang berdekatan.

Secara grafis terjadinya autokorelasi parsial ditunjukkan oleh keluarnya plot dari

garis putus – putus sebagai band atau batas (marka) yang dikenalkan oleh Barlet

dan kemudian Box dan Pierce, memperkenalkan uji dengan statistic Q atau (Q-

Statistik). Jika nilai probabilitas statistic Q < 0,05 maka tidak signifikan menolak

H0 yang menyatakan Pk = 0. Sedangkan Ha menyatakan paling tidak Pk ≠ 0.

 Uji Akar Unit (Unit Root Test)

Selain korelogram, stasioner juga dapat dilihat dengan menggunakan sebuah uji

formal yang dinamakan Uji Akar Unit (unit root test). Sebuah model Yt = p Yt-1 +

ut. jika p =1 maka model mengalami random walk (fluktuasi) tanpa trend, dimana

data Yt tidak stasioner.

3.4.4.4 Uji Gejala Multikolinieritas

Multikolinieritas digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan linier diantara

veriabel-variabel bebas dalam model regresi.Jika variabel-variabel bebas

berkorelasi secara sempurna, maka metode kuadrat terkecil tidak bias

digunakan.variable-variabel yang tidak berkorelasi dikatakan orthogonal, yang

menunjjukan bahwa tidak ada masalah multikolonieritas. Akibat adanya


multikolonieritas adanya koefisien-koefisien regresi menjadi tidak bias ditaksir

dengan nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tidak terhingga.

Adanya multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance yang lebih kecil dari

0,1 atau Variance Inflation Factor (VIF) yang lebih besar dari 10.

3.4.5 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) seringpula disebut dengan koefisien determinasi

majemuk (multiple coffecient of determination) yang hamper sama dengan

koefisin r2. R juga hamper serupa dengan r, tetapi keduanya berbeda dalam fungsi

(kecuali regresi linear sederhana). R2 menjelaskan proporsi variasi variabel terikat

(Y) yang dijelaskan oleh variabel bebas (lebih dari sati variabel: Xi; i=1,2,3,4 …,

k) secara bersama-sama. Sementara itu, r2 mengukur kebaikan sesuai (goodness of

fit) dari persamaan regresi, yaitu memberikan persentase variasi total dalam

variabel terikat )Y) yang dijelaskan oleh hanya satu variabel bebas (X). Lebih

lanjut, r adalah koefisien korelasi yang menjelaskan keeratan hubungan linear di

antara dua variabel, nilainya dapat negatif dan positif.Sementara, R adalah

koefisien korelasi majemuk yang mengukur tingkat hubungan antara variabel

terikat (Y) dengan semua variabel bebas yang menjelaskan secara bersama-sama

dan nilainya selalu positif.

Persamaan regresi linear berganda semakin baik apabila nilai koefisien

determinasi (R2) semakin besar (mendekati 1) dan cenderung meningkat nilainya

sejalan dengan peningkatan jumlah variabel bebas.Dalam tabel ANOVA, nilai

koefisien determinasi (R2) dihitung dengan rumus berikut.


𝑆𝑆𝑅
𝑅2 =
𝑆𝑆𝑇

Dalam praktiknya, nilai koefisien determinasi yang digunakan untuk analisis

adalah nilai R2 yang telah disesuaikan (R2adjusted) yang dihitung dengan

menggunakan rumus berikut.

2
𝑛−𝑖
𝑅𝑎𝑑𝑗𝑢𝑠𝑡𝑒𝑑 = 1 − (1 − 𝑅 2 )
𝑛−𝑘

Nilai koefisien determinasi (R2) memiliki hubungan dengan nilai Fhitung. Dimana

Fhitung dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

𝑅 2 /𝑘
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
(1 − 𝑅 2 )/[𝑛 − (𝑘 + 1)]

3.4.6 Uji Hipotesis

Uji hipotesis sama artinya dengan menguji signifikansi koefisien regresi linear

berganda secara parsial yang sekait dengan pernyataan hipotesis penelitian. Model

yang dibangun dari hasil perhitungan koefisien regresi untuk masing-masing

variabel bebas termasuk konstantanya.Pengujian hipotesis untuk kasus ini

dilakukan dengan uji student “t” (uji t).dimana langkah-langkah pengujian ini

adalah sebagai berikut.

1. Merumuskan hipotesis nol dan hipotesis alternatif.

H0 : b1 = b2 = b3 = 0

H1 : minimal satu koefisien dari b1≠0

𝑏
2. Menghitung nilai t dengan menggunakan rumus 𝑡 = 𝑆 𝑖 .
𝑏𝑖
3. Membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel yang tersedia pada paraf

nyata tertentu, misailnya 1%; df; n- (k+1)

4. Mengambil keputusan dengan kriteria berikut.

Jika -ttabel≤ thitung ≤ ttabel ; maka H0 diterima

thitung< -ttabel atau thitung> ttabel ; makan H0 ditolak, atau

Nilai Pr ≥ α = 1%; maka H0 diterima

Nilai Pr < α = 1%; maka H0 ditolak.

3.5 Definisi Operasional Variabel

Operasional variabel adalah aspek penelitian yang memberikan informasi

tentang bagaimana caranya mengukur variabel secara operasional, secara praktik,

secara nyata dalam lingkup obyek penelitian/obyek yang diteliti. Adapun variabel

operasional dalam penelitian ini adalah:

 Migran merupakan masyarakat Indonesia yang berpindah atau bermigrasi

dari Indonesia ke kawasan Intra Asia Tenggara

 Tingkat pengangguran merupakan jumlah atau tingginya pengangguran

yang ada di Indonesia

 Jumlah penduduk miskin merupakan banyaknya penduduk miskin yang

ada di Indonesia
BAB IV
Hasil dan Pembahasan

5.1 Hasil Penelitian

Tabel Tingkat Kemiskinan, Migrasi dan Pengangguran di Indonesia 2005-

2016

Tahun Migrasi Kemiskinan Pengangguran


2005 45.9 15.2 10327
2006 46.7 13.7 11356
2007 47.5 11.2 12020
2008 48.3 11.8 13100
2009 49.1 11.2 14002
2010 49.9 12.4 15956
2011 50.7 11.91 15971
2012 51.5 11.7 17329
2013 52.3 11.84 18452
2014 53 11.83 18421
2015 53.7 12.87 17939
2016 54.5 12.4 19459
Sumber: adb.org & bps indonesia

Uji korelasi

MIGRASI KEMISKINAN PENGANGGURAN


MIGRASI 1 -0.3702779161724272 0.9810443891375092
KEMISKINAN -0.3702779161724272 1 -0.4161703927414358
PENGANGGURAN 0.9810443891375092 -0.4161703927414358 1

Uji autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.547742 Prob. F(2,7) 0.6012


Obs*R-squared 1.623844 Prob. Chi-Square(2) 0.4440

Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 02/17/18 Time: 09:06
Sample: 2005 2016
Included observations: 12
Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.755700 2.948228 0.256323 0.8051


KEMISKINAN -0.037094 0.185118 -0.200382 0.8469
PENGANGGURAN -2.15E-05 7.30E-05 -0.294464 0.7769
RESID(-1) 0.334781 0.374157 0.894762 0.4006
RESID(-2) -0.360902 0.544923 -0.662299 0.5290

R-squared 0.135320 Mean dependent var 7.49E-16


Adjusted R-squared -0.358782 S.D. dependent var 0.534682
S.E. of regression 0.623261 Akaike info criterion 2.186636
Sum squared resid 2.719184 Schwarz criterion 2.388680
Log likelihood -8.119814 Hannan-Quinn criter. 2.111832
F-statistic 0.273871 Durbin-Watson stat 2.058534
Prob(F-statistic) 0.885889

Berdasarkan tabel diatas probabilitas chi-square pada Obs*R-Squared yaitu

sebesar 0,4440. Oleh karena itu nilai p value 0,4440> 0.05 maka H0 diterima atau

dengan anggapan berarti model regresi tidak mengalami autokorelasi.

Uji stasioner

ANALISIS CORRELOGRAM

Data Perubahan Pada Migrasi


Berdasarkan plot dengan korelagram, data migrasi tidak mengalami

penyimpangan karena tidak keluar pada lag1, sehinggan data migrasi tidak

mengalami autokorelasi dan parsial autokorelasi pada lag1. Oleh karena itu data

migrasi stasioner pada tingkat 1st different. Buktinya, probabilitas q-stat semuanya

tidak signifikan atau > 0,05

Data Tingkat kemiskinan

Berdasarkan plot dengan korelagram, data tingkat kemiskinan tidak mengalami

penyimpangan karena tidak keluar pada lag1, sehinggan data tingkat kemiskinan

tidak mengalami autokorelasi dan parsial autokorelasi pada lag1. Oleh karena itu

data tingkat kemiskinan stasioner pada tingkat level. Buktinya, probabilitas q-stat

semuanya tidak signifikan atau > 0,05.


Data Tingkat pengangguran

Berdasarkan plot dengan korelagram, data tingkat pengangguran tidak mengalami

penyimpangan karena tidak keluar pada lag1, sehinggan data tingkat

pengangguran tidak mengalami autokorelasi dan parsial autokorelasi pada lag1.

Oleh karena itu data tingkat pengangguran stasioner pada tingkat 1st different.

Buktinya, probabilitas q-stat semuanya tidak signifikan atau > 0,05.

UJI AKAR UNIT

Variabel migrasi

Tingkat Level

Null Hypothesis: MIGRASI has a unit root


Exogenous: Constant
Lag Length: 2 (Automatic - based on SIC, maxlag=2)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.732051 0.3853


Test critical values: 1% level -4.420595
5% level -3.259808
10% level -2.771129

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.


Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations
and may not be accurate for a sample size of 9
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(MIGRASI)
Method: Least Squares
Date: 02/16/18 Time: 11:26
Sample (adjusted): 2008 2016
Included observations: 9 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

MIGRASI(-1) -0.013393 0.007732 -1.732051 0.1438


D(MIGRASI(-1)) 0.441964 0.424154 1.041990 0.3452
D(MIGRASI(-2)) -1.093750 0.466064 -2.346782 0.0658
C 1.975446 0.679411 2.907585 0.0335

R-squared 0.655612 Mean dependent var 0.777778


Adjusted R-squared 0.448980 S.D. dependent var 0.044096
S.E. of regression 0.032733 Akaike info criterion -3.699783
Sum squared resid 0.005357 Schwarz criterion -3.612128
Log likelihood 20.64902 Hannan-Quinn criter. -3.888943
F-statistic 3.172840 Durbin-Watson stat 2.130952
Prob(F-statistic) 0.122981

Variabel kemiskinan

Tingkat level

Null Hypothesis: KEMISKINAN has a unit root


Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=2)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.955272 0.0146


Test critical values: 1% level -4.200056
5% level -3.175352
10% level -2.728985

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.


Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations
and may not be accurate for a sample size of 11

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(KEMISKINAN)
Method: Least Squares
Date: 02/16/18 Time: 11:27
Sample (adjusted): 2006 2016
Included observations: 11 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.


KEMISKINAN(-1) -0.715953 0.181012 -3.955272 0.0033
C 8.574451 2.241736 3.824915 0.0041

R-squared 0.634802 Mean dependent var -0.254545


Adjusted R-squared 0.594225 S.D. dependent var 1.074880
S.E. of regression 0.684704 Akaike info criterion 2.243306
Sum squared resid 4.219377 Schwarz criterion 2.315650
Log likelihood -10.33818 Hannan-Quinn criter. 2.197702
F-statistic 15.64417 Durbin-Watson stat 2.583383
Prob(F-statistic) 0.003328

Tingkat 1st Difference

Null Hypothesis: D(KEMISKINAN) has a unit root


Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=2)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.096540 0.0595


Test critical values: 1% level -4.297073
5% level -3.212696
10% level -2.747676

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.


Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations
and may not be accurate for a sample size of 10

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(KEMISKINAN,2)
Method: Least Squares
Date: 02/17/18 Time: 10:06
Sample (adjusted): 2007 2016
Included observations: 10 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(KEMISKINAN(-1)) -1.012867 0.327096 -3.096540 0.0147


C -0.132998 0.358995 -0.370473 0.7206

R-squared 0.545159 Mean dependent var 0.103000


Adjusted R-squared 0.488304 S.D. dependent var 1.550842
S.E. of regression 1.109363 Akaike info criterion 3.222306
Sum squared resid 9.845496 Schwarz criterion 3.282823
Log likelihood -14.11153 Hannan-Quinn criter. 3.155919
F-statistic 9.588559 Durbin-Watson stat 2.071008
Prob(F-statistic) 0.014743
Tingkat 2nd Difference

Null Hypothesis: D(KEMISKINAN,2) has a unit root


Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=2)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.955131 0.0005


Test critical values: 1% level -4.420595
5% level -3.259808
10% level -2.771129

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.


Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations
and may not be accurate for a sample size of 9

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(KEMISKINAN,3)
Method: Least Squares
Date: 02/17/18 Time: 10:08
Sample (adjusted): 2008 2016
Included observations: 9 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(KEMISKINAN(-1),2) -1.787283 0.256973 -6.955131 0.0002


C 0.447744 0.377983 1.184563 0.2748

R-squared 0.873587 Mean dependent var -0.056667


Adjusted R-squared 0.855527 S.D. dependent var 2.927896
S.E. of regression 1.112880 Akaike info criterion 3.244909
Sum squared resid 8.669511 Schwarz criterion 3.288737
Log likelihood -12.60209 Hannan-Quinn criter. 3.150329
F-statistic 48.37385 Durbin-Watson stat 1.068116
Prob(F-statistic) 0.000220

Variabel pengangguran

Tingkat level

Null Hypothesis: PENGANGGURAN has a unit root


Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=2)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.076529 0.6838


Test critical values: 1% level -4.200056
5% level -3.175352
10% level -2.728985
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations
and may not be accurate for a sample size of 11

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(PENGANGGURAN)
Method: Least Squares
Date: 02/16/18 Time: 11:28
Sample (adjusted): 2006 2016
Included observations: 11 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

PENGANGGURAN(-1) -0.083337 0.077413 -1.076529 0.3097


C 2079.273 1180.805 1.760894 0.1121

R-squared 0.114079 Mean dependent var 830.1818


Adjusted R-squared 0.015643 S.D. dependent var 732.5189
S.E. of regression 726.7669 Akaike info criterion 16.17805
Sum squared resid 4753712. Schwarz criterion 16.25040
Log likelihood -86.97930 Hannan-Quinn criter. 16.13245
F-statistic 1.158916 Durbin-Watson stat 2.468383
Prob(F-statistic) 0.309700

Tingkat 1st Difference

Null Hypothesis: D(PENGANGGURAN) has a unit root


Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=2)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.471156 0.0340


Test critical values: 1% level -4.297073
5% level -3.212696
10% level -2.747676

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.


Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations
and may not be accurate for a sample size of 10

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(PENGANGGURAN,2)
Method: Least Squares
Date: 02/17/18 Time: 10:10
Sample (adjusted): 2007 2016
Included observations: 10 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(PENGANGGURAN(-1)) -1.249619 0.360001 -3.471156 0.0084


C 1000.310 371.2839 2.694192 0.0273

R-squared 0.600976 Mean dependent var 49.10000


Adjusted R-squared 0.551098 S.D. dependent var 1182.384
S.E. of regression 792.1986 Akaike info criterion 16.36436
Sum squared resid 5020629. Schwarz criterion 16.42487
Log likelihood -79.82179 Hannan-Quinn criter. 16.29797
F-statistic 12.04892 Durbin-Watson stat 2.045788
Prob(F-statistic) 0.008428

Tingkat 2nd Difference

Null Hypothesis: D(PENGANGGURAN,2) has a unit root


Exogenous: Constant
Lag Length: 2 (Automatic - based on SIC, maxlag=2)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.977249 0.0842


Test critical values: 1% level -4.803492
5% level -3.403313
10% level -2.841819

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.


Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations
and may not be accurate for a sample size of 7

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(PENGANGGURAN,3)
Method: Least Squares
Date: 02/17/18 Time: 10:11
Sample (adjusted): 2010 2016
Included observations: 7 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(PENGANGGURAN(-1),2) -4.476997 1.503736 -2.977249 0.0587


D(PENGANGGURAN(-1),3) 2.179924 1.170438 1.862486 0.1594
D(PENGANGGURAN(-2),3) 0.818370 0.600268 1.363341 0.2661
C -325.3401 450.3854 -0.722359 0.5223

R-squared 0.877425 Mean dependent var 311.4286


Adjusted R-squared 0.754849 S.D. dependent var 2250.839
S.E. of regression 1114.452 Akaike info criterion 17.16567
Sum squared resid 3726007. Schwarz criterion 17.13476
Log likelihood -56.07985 Hannan-Quinn criter. 16.78365
F-statistic 7.158239 Durbin-Watson stat 1.213109
Prob(F-statistic) 0.070113
Tabel hasil pengujian stasioner data variabel migrasi, kemiskinan, dan

pengangguran

Pengujian Data Level 1st different 2nd different keterangan


Migrasi Stasioner pada Stasioner pada Stasioner pada
Lampiran...
α=5% α = 5% α = 5%
Kemiskinan Stasioner pada Stasioner pada Stasioner pada
Lampiran...
α=5% α = 5% α = 5%
pengangguran Stasioner pada Stasioner pada Stasioner pada
Lampiran....
α = 5% α = 5% α = 5%

Uji Asumsi Klasik

Dependent Variable: MIGRASI


Method: Least Squares
Date: 02/16/18 Time: 11:18
Sample: 2005 2016
Included observations: 12

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 34.89877 2.677317 13.03498 0.0000


KEMISKINAN 0.113863 0.171834 0.662635 0.5242
PENGANGGURAN 0.000908 6.30E-05 14.41867 0.0000

R-squared 0.964195 Mean dependent var 50.25833


Adjusted R-squared 0.956238 S.D. dependent var 2.825680
S.E. of regression 0.591113 Akaike info criterion 1.998698
Sum squared resid 3.144730 Schwarz criterion 2.119925
Log likelihood -8.992191 Hannan-Quinn criter. 1.953816
F-statistic 121.1805 Durbin-Watson stat 1.372414
Prob(F-statistic) 0.000000

Dari hasil perhitungan regresi dengan menggunakan model diatas diperoleh

persamaan sebagai berikut:

migrasi = 34,89877+ 0,113863+0,000908

Hasil uji regresi yang menggunakan migrasi sebagai variabel dependen

menghasilkan persamaan diatas dimana nilai konstanta positif sebesar 34,89877

menunjukan jika nilai kemiskinan dan pengangguran sama dengan 0 maka

kenaikan migrasi yang akan terjadi sebesar 34,89877. Sedangkan koefisien

kemiskinan mempunyai nilai 0,113863, nilai parameter ini mempunyai arti bahwa
apabila terjadi kenaikan 1% pada tingkat kemiskinan maka akan menyebabkan

peningkatan pada migrasi sebesar 0,113863 persen, hasil sesuai dengan teori dan

hipotesa yang diajukan karena secara teori apabila tingkat kemiskinan meningkat

maka migrasi internasional ikut meningkat. Sedangkan koefisien pengangguran

mempunyai nilai 0,000908, nilai parameter ini mempunyai arti bahwa apabila

terjadi kenaikan sebesar 1% pada tingkat pengangguran maka akan menyebabkan

kenaikan pada tingkat migrasi sebesar 0,000908 persen, hasil ini sesuai dengan

teori karena secara teori apabila tingkat pengangguran meningkat maka tingkat

migrasi internasional juga akan meningkat

Koefisien korelasi dari taksiran dan kuadrat dari koefisien korelasi

(koefisien determinasi) menjelaskan bahwa persentasi dari variabel total

disebabkan oleh variabel bebas, koefisien determinasi menjelaskan

proporsi/persentase sumbangan variabel independet terhadap naik dan turunnya

variabel dependen, dari hasil regresi didapatkan nilai R square sebesar 0.964195

atau 96%, hal ini berarti sebesar 96% tingkat migrasi periode 2005-2016

dipengaruhi oleh kemiskinan dan pengangguran, dan sisanya 4% dipengaruhi oleh

faktor lain di luar model. Hal ini terjadi karena peningkatan migrasi yang

terbilang cukup tinggi dan cenderung secara terus-menerus mengalami

peningkatan yang tinggi, sehingga ketika tingkat kemiskinan meningkat maka

tingkat migrasi juga akan meningkat.

Nilai probabilitasnya adalah untuk variabel kemiskinn sebesar 0,5242 yang

menunjukan bahwa variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel dependen, dan untuk varibel penagngguran sebesar 0,0000 yang


menunjukkan bahwa variabel independen tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel dependen.

Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey

F-statistic 1.542907 Prob. F(2,9) 0.2654


Obs*R-squared 3.063903 Prob. Chi-Square(2) 0.2161
Scaled explained SS 1.482277 Prob. Chi-Square(2) 0.4766

Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 02/16/18 Time: 11:31
Sample: 2005 2016
Included observations: 12

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -1.655852 1.551190 -1.067472 0.3136


KEMISKINAN 0.075627 0.099558 0.759627 0.4669
PENGANGGURAN 6.41E-05 3.65E-05 1.756365 0.1129

R-squared 0.255325 Mean dependent var 0.262061


Adjusted R-squared 0.089842 S.D. dependent var 0.358986
S.E. of regression 0.342480 Akaike info criterion 0.907113
Sum squared resid 1.055635 Schwarz criterion 1.028340
Log likelihood -2.442680 Hannan-Quinn criter. 0.862231
F-statistic 1.542907 Durbin-Watson stat 3.064852
Prob(F-statistic) 0.265369

Berdasarkan tabel diatas probabilitas chi-square pada Obs*R-Squared yaitu

sebesar 0,2161. Oleh karena itu nilai p value 0,2161 > 0.05 maka H0 diterima atau

dengan anggapan berarti model regresi bersifat homoskedastisitas atau dengan

kata lain tidak ada masalah asumsi non heterokedastisitas.


4
Series: Residuals
Sample 2005 2016
Observations 12
3
Mean 7.49e-16
Median -0.022116
Maximum 1.039039
2 Minimum -0.905980
Std. Dev. 0.534682
Skewness 0.078278
Kurtosis 2.720132
1
Jarque-Bera 0.051418
Probability 0.974619

0
-1.00 -0.75 -0.50 -0.25 0.00 0.25 0.50 0.75 1.00 1.25
Asumsi normalitas diatas 5 persen berarti data terdistribusi secara normal

Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data 11 tahun

terakhir, data hasil regresi menggunakan e-views terlihat bahwa histogram di atas

nilai Jarque-Bera 0,051418 dan probabilitynya 0.974619 dimana > 0.05 sehingga

H0 diterima atau dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal.

Uji Multikolinieritas

Variance Inflation Factors


Date: 02/16/18 Time: 11:33
Sample: 2005 2016
Included observations: 12

Coefficient Uncentered Centered


Variable Variance VIF VIF

C 7.168028 246.1728 NA
KEMISKINAN 0.029527 155.5623 1.209479
PENGANGGURAN 3.97E-09 33.37832 1.209479

Di atas menunjukan bahwa nilai Centered VIF baik kemiskinan maupun

pengangguran adalah 1,209479 dimana nilai tersebut lebih kecil dari 10, maka
dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat masalah multikoliniearitas dalam model

prediksi.

20,000

16,000

12,000
KEMISKINAN
PENGANGGURAN
8,000

4,000

0
44 46 48 50 52 54 56

MIGRASI

4.2 Analisis

Berdasarkan hasil dan pembahasan regresi dengan metode OLS diatas, maka:

1. Tingkat kemiskinan berpengaruh nyata terhadap migrasi di kawasan intra asia

tenggara. Namun, tingkat kemiskinan meningkat, pertambahan jumlah

migrasi juga meningkat. Variabel tingkat kemiskinan memiliki hubungan

positif terhadap jumlah migrasi. Hal ini sama dengan teori migrasi Todaro,

yang menyatakan bahwa motivasi utama seseorang untuk mengambil

keputusan bermigrasi adalah karena motif ekonomi. Di dalam Expected

Income model of rural-urban migration beliau menyebutkan bahwa motivasi

tersebut sebagai pertimbangan ekonomi yang rasional, dimana mobilitas ke

kota mempunyai dua harapan, yaitu harapan untuk memperoleh pekerjaan

dan harapan untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi daripada yang
diperoleh di desa. Dan pada varibel tingkat pengangguran mempunyai

hubungan positif terhadap migrasi hal ini sudah sesuai dengan teori.

2. Variabel tingkat kemiskinan 96% dapat menjelaskan variabel migrasi, dan 4

persen dijelaskan oleh variabel lain. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi

migrasi seperti, kualitas pendidikan, kecilnya upah yang didapatkan di

Indonesia, kurangnya keterampilan khusus masyarakat dalam bekerja.

- Kualitas pendidikan : kurangnya pendidikan akan menyababkan

masyarakat tidak mampu bersaing dalam dunia kerja di Indonesia, hal ini

membuat sebagian masyarakat untuk bermigrasi demi mendapatkan

pekerjaan

- Kurangnya keterampilan khusus masyarakat dalam bekerja: masyarakat

yang tidak memiliki keterampilan khusus akan lebih memilih untuk

bermigrasi karena di luar negeri mereka bisa mendapatkan upah yang

cukup tinggi untuk sebuah pekerjaan yang tidak membutuhkan

keterampilan khusus.
BAB V
Kesimpulan

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil regresi data time series dengan menggunakan metode OLS.

Variabel tingkat kemiskinan dan pengangguran berpengaruh secara nyata terhadap

dinamika migrasi Indonesia terhadap negara Intra Asia Tenggara dan hal ini tidak

bertentangan dengan teori atau sesuai dengan teori yang ada. Dan variabel tingkat

kemiskinan dan tingkat pengangguran 96% dapat menjelaskan variabel migrasi,

4% sisanya dijelaskan oleh variabel lain yaitu kualitas pendidikan, tingkat upah

dalam negeri yang kecil dan kurangnya kualitas khusus masyarakat sehingga

membuat mayarakat sulit bersaing di dunia kerja dalam negeri.

5.2 Saran
LAMPIRAN
Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Indonesia 2010-2016 (dalam persen)

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Tingkat 8,320 8,681 8,7,345 7,411 7,245 7,561 7,032

Pengangguran

Sumber: adb.org

Tabel 4.1 Tingkat Pngangguran, Migrasi dan Kemiskinan di Indonesia 2005-2016

Tahun Migrasi Kemiskinan Pengangguran


2005 45.9 15.2 10327
2006 46.7 13.7 11356
2007 47.5 11.2 12020
2008 48.3 11.8 13100
2009 49.1 11.2 14002
2010 49.9 12.4 15956
2011 50.7 11.91 15971
2012 51.5 11.7 17329
2013 52.3 11.84 18452
2014 53 11.83 18421
2015 53.7 12.87 17939
2016 54.5 12.4 19459
Sumber: adb.org & bps indonesia

Tabel 4.2 Uji Korelasi

MIGRASI KEMISKINAN PENGANGGURAN


MIGRASI 1 -0.3702779161724272 0.9810443891375092
KEMISKINAN -0.3702779161724272 1 -0.4161703927414358
PENGANGGURAN 0.9810443891375092 -0.4161703927414358 1

tabel 4.3 Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.547742 Prob. F(2,7) 0.6012


Obs*R-squared 1.623844 Prob. Chi-Square(2) 0.4440
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 02/17/18 Time: 09:06
Sample: 2005 2016
Included observations: 12
Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.755700 2.948228 0.256323 0.8051


KEMISKINAN -0.037094 0.185118 -0.200382 0.8469
PENGANGGURAN -2.15E-05 7.30E-05 -0.294464 0.7769
RESID(-1) 0.334781 0.374157 0.894762 0.4006
RESID(-2) -0.360902 0.544923 -0.662299 0.5290

R-squared 0.135320 Mean dependent var 7.49E-16


Adjusted R-squared -0.358782 S.D. dependent var 0.534682
S.E. of regression 0.623261 Akaike info criterion 2.186636
Sum squared resid 2.719184 Schwarz criterion 2.388680
Log likelihood -8.119814 Hannan-Quinn criter. 2.111832
F-statistic 0.273871 Durbin-Watson stat 2.058534
Prob(F-statistic) 0.885889

Tabel 4.4 Uji stasioner menggunakan analisis correlogram pada data perubahan

pada migrasi
Tabel 4.5 Uji stasioner menggunakan analisis correlogram pada data tingkat

kemiskinan

Tabel 4.6 Uji stasioner menggunakan analisis correlogram pada data tingkat

pengangguran
Tabel 4.7 Uji akar unit terhadap variabel migrasi pada tingkat level

Null Hypothesis: MIGRASI has a unit root


Exogenous: Constant
Lag Length: 2 (Automatic - based on SIC, maxlag=2)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.732051 0.3853


Test critical values: 1% level -4.420595
5% level -3.259808
10% level -2.771129

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.


Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations
and may not be accurate for a sample size of 9

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(MIGRASI)
Method: Least Squares
Date: 02/16/18 Time: 11:26
Sample (adjusted): 2008 2016
Included observations: 9 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

MIGRASI(-1) -0.013393 0.007732 -1.732051 0.1438


D(MIGRASI(-1)) 0.441964 0.424154 1.041990 0.3452
D(MIGRASI(-2)) -1.093750 0.466064 -2.346782 0.0658
C 1.975446 0.679411 2.907585 0.0335

R-squared 0.655612 Mean dependent var 0.777778


Adjusted R-squared 0.448980 S.D. dependent var 0.044096
S.E. of regression 0.032733 Akaike info criterion -3.699783
Sum squared resid 0.005357 Schwarz criterion -3.612128
Log likelihood 20.64902 Hannan-Quinn criter. -3.888943
F-statistic 3.172840 Durbin-Watson stat 2.130952
Prob(F-statistic) 0.122981

Tabel 4.8 Uji akar unit terhadap variabel tingkat kemiskinan pada tingkat level

Null Hypothesis: KEMISKINAN has a unit root


Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=2)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.955272 0.0146


Test critical values: 1% level -4.200056
5% level -3.175352
10% level -2.728985
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations
and may not be accurate for a sample size of 11

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(KEMISKINAN)
Method: Least Squares
Date: 02/16/18 Time: 11:27
Sample (adjusted): 2006 2016
Included observations: 11 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

KEMISKINAN(-1) -0.715953 0.181012 -3.955272 0.0033


C 8.574451 2.241736 3.824915 0.0041

R-squared 0.634802 Mean dependent var -0.254545


Adjusted R-squared 0.594225 S.D. dependent var 1.074880
S.E. of regression 0.684704 Akaike info criterion 2.243306
Sum squared resid 4.219377 Schwarz criterion 2.315650
Log likelihood -10.33818 Hannan-Quinn criter. 2.197702
F-statistic 15.64417 Durbin-Watson stat 2.583383
Prob(F-statistic) 0.003328

Tabel 4.9 Uji akar unit terhadap variabel tingkat kemiskinan pada tingkat 1st

difference

Null Hypothesis: D(KEMISKINAN) has a unit root


Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=2)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.096540 0.0595


Test critical values: 1% level -4.297073
5% level -3.212696
10% level -2.747676

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.


Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations
and may not be accurate for a sample size of 10

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(KEMISKINAN,2)
Method: Least Squares
Date: 02/17/18 Time: 10:06
Sample (adjusted): 2007 2016
Included observations: 10 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.


D(KEMISKINAN(-1)) -1.012867 0.327096 -3.096540 0.0147
C -0.132998 0.358995 -0.370473 0.7206

R-squared 0.545159 Mean dependent var 0.103000


Adjusted R-squared 0.488304 S.D. dependent var 1.550842
S.E. of regression 1.109363 Akaike info criterion 3.222306
Sum squared resid 9.845496 Schwarz criterion 3.282823
Log likelihood -14.11153 Hannan-Quinn criter. 3.155919
F-statistic 9.588559 Durbin-Watson stat 2.071008
Prob(F-statistic) 0.014743

Tabel 4.10 Uji akar unit terhadap variabel tingkat kemiskinan pada tingkat 2nd

Difference

Null Hypothesis: D(KEMISKINAN,2) has a unit root


Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=2)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.955131 0.0005


Test critical values: 1% level -4.420595
5% level -3.259808
10% level -2.771129

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.


Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations
and may not be accurate for a sample size of 9

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(KEMISKINAN,3)
Method: Least Squares
Date: 02/17/18 Time: 10:08
Sample (adjusted): 2008 2016
Included observations: 9 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(KEMISKINAN(-1),2) -1.787283 0.256973 -6.955131 0.0002


C 0.447744 0.377983 1.184563 0.2748

R-squared 0.873587 Mean dependent var -0.056667


Adjusted R-squared 0.855527 S.D. dependent var 2.927896
S.E. of regression 1.112880 Akaike info criterion 3.244909
Sum squared resid 8.669511 Schwarz criterion 3.288737
Log likelihood -12.60209 Hannan-Quinn criter. 3.150329
F-statistic 48.37385 Durbin-Watson stat 1.068116
Prob(F-statistic) 0.000220
Tabel 4.11 Uji akar unit terhadap variabel tingkat pengangguran pada tingkat level

Null Hypothesis: PENGANGGURAN has a unit root


Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=2)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.076529 0.6838


Test critical values: 1% level -4.200056
5% level -3.175352
10% level -2.728985

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.


Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations
and may not be accurate for a sample size of 11

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(PENGANGGURAN)
Method: Least Squares
Date: 02/16/18 Time: 11:28
Sample (adjusted): 2006 2016
Included observations: 11 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

PENGANGGURAN(-1) -0.083337 0.077413 -1.076529 0.3097


C 2079.273 1180.805 1.760894 0.1121

R-squared 0.114079 Mean dependent var 830.1818


Adjusted R-squared 0.015643 S.D. dependent var 732.5189
S.E. of regression 726.7669 Akaike info criterion 16.17805
Sum squared resid 4753712. Schwarz criterion 16.25040
Log likelihood -86.97930 Hannan-Quinn criter. 16.13245
F-statistic 1.158916 Durbin-Watson stat 2.468383
Prob(F-statistic) 0.309700

Tabel 4.12 Uji akar unit terhadap variabel tingkat pengangguran pada tingkat 1st

Difference

Null Hypothesis: D(PENGANGGURAN) has a unit root


Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=2)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.471156 0.0340


Test critical values: 1% level -4.297073
5% level -3.212696
10% level -2.747676
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations
and may not be accurate for a sample size of 10

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(PENGANGGURAN,2)
Method: Least Squares
Date: 02/17/18 Time: 10:10
Sample (adjusted): 2007 2016
Included observations: 10 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(PENGANGGURAN(-1)) -1.249619 0.360001 -3.471156 0.0084


C 1000.310 371.2839 2.694192 0.0273

R-squared 0.600976 Mean dependent var 49.10000


Adjusted R-squared 0.551098 S.D. dependent var 1182.384
S.E. of regression 792.1986 Akaike info criterion 16.36436
Sum squared resid 5020629. Schwarz criterion 16.42487
Log likelihood -79.82179 Hannan-Quinn criter. 16.29797
F-statistic 12.04892 Durbin-Watson stat 2.045788
Prob(F-statistic) 0.008428

Tabel 4.13 Uji akar unit terhadap variabel tingkat pengangguran pada tingkat 2nd

Difference

Null Hypothesis: D(PENGANGGURAN,2) has a unit root


Exogenous: Constant
Lag Length: 2 (Automatic - based on SIC, maxlag=2)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.977249 0.0842


Test critical values: 1% level -4.803492
5% level -3.403313
10% level -2.841819

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.


Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations
and may not be accurate for a sample size of 7

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(PENGANGGURAN,3)
Method: Least Squares
Date: 02/17/18 Time: 10:11
Sample (adjusted): 2010 2016
Included observations: 7 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.


D(PENGANGGURAN(-1),2) -4.476997 1.503736 -2.977249 0.0587
D(PENGANGGURAN(-1),3) 2.179924 1.170438 1.862486 0.1594
D(PENGANGGURAN(-2),3) 0.818370 0.600268 1.363341 0.2661
C -325.3401 450.3854 -0.722359 0.5223

R-squared 0.877425 Mean dependent var 311.4286


Adjusted R-squared 0.754849 S.D. dependent var 2250.839
S.E. of regression 1114.452 Akaike info criterion 17.16567
Sum squared resid 3726007. Schwarz criterion 17.13476
Log likelihood -56.07985 Hannan-Quinn criter. 16.78365
F-statistic 7.158239 Durbin-Watson stat 1.213109
Prob(F-statistic) 0.070113

Tabel 4.14 Hasil pengujian stasioner data variabel migrasi, kemiskinan, dan

pengangguran

Pengujian Data Level 1st different 2nd different keterangan


Migrasi Stasioner pada Stasioner pada Stasioner pada
Lampiran...
α=5% α = 5% α = 5%
Kemiskinan Stasioner pada Stasioner pada Stasioner pada
Lampiran...
α=5% α = 5% α = 5%
pengangguran Stasioner pada Stasioner pada Stasioner pada
Lampiran....
α = 5% α = 5% α = 5%

Tabel 4.15 Uji Asumsi Klasik

Dependent Variable: MIGRASI


Method: Least Squares
Date: 02/16/18 Time: 11:18
Sample: 2005 2016
Included observations: 12

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 34.89877 2.677317 13.03498 0.0000


KEMISKINAN 0.113863 0.171834 0.662635 0.5242
PENGANGGURAN 0.000908 6.30E-05 14.41867 0.0000

R-squared 0.964195 Mean dependent var 50.25833


Adjusted R-squared 0.956238 S.D. dependent var 2.825680
S.E. of regression 0.591113 Akaike info criterion 1.998698
Sum squared resid 3.144730 Schwarz criterion 2.119925
Log likelihood -8.992191 Hannan-Quinn criter. 1.953816
F-statistic 121.1805 Durbin-Watson stat 1.372414
Prob(F-statistic) 0.000000
Tabel 4.16 Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey

F-statistic 1.542907 Prob. F(2,9) 0.2654


Obs*R-squared 3.063903 Prob. Chi-Square(2) 0.2161
Scaled explained SS 1.482277 Prob. Chi-Square(2) 0.4766

Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 02/16/18 Time: 11:31
Sample: 2005 2016
Included observations: 12

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -1.655852 1.551190 -1.067472 0.3136


KEMISKINAN 0.075627 0.099558 0.759627 0.4669
PENGANGGURAN 6.41E-05 3.65E-05 1.756365 0.1129

R-squared 0.255325 Mean dependent var 0.262061


Adjusted R-squared 0.089842 S.D. dependent var 0.358986
S.E. of regression 0.342480 Akaike info criterion 0.907113
Sum squared resid 1.055635 Schwarz criterion 1.028340
Log likelihood -2.442680 Hannan-Quinn criter. 0.862231
F-statistic 1.542907 Durbin-Watson stat 3.064852
Prob(F-statistic) 0.265369

Tabel 4.17 Uji Multikolinieritas

Variance Inflation Factors


Date: 02/16/18 Time: 11:33
Sample: 2005 2016
Included observations: 12

Coefficient Uncentered Centered


Variable Variance VIF VIF

C 7.168028 246.1728 NA
KEMISKINAN 0.029527 155.5623 1.209479
PENGANGGURAN 3.97E-09 33.37832 1.209479
Grafik 4.1 Uji normalitas
4
Series: Residuals
Sample 2005 2016
Observations 12
3
Mean 7.49e-16
Median -0.022116
Maximum 1.039039
2 Minimum -0.905980
Std. Dev. 0.534682
Skewness 0.078278
Kurtosis 2.720132
1
Jarque-Bera 0.051418
Probability 0.974619

0
-1.00 -0.75 -0.50 -0.25 0.00 0.25 0.50 0.75 1.00 1.25

grafik 4.2

20,000

16,000

12,000
KEMISKINAN
PENGANGGURAN
8,000

4,000

0
44 46 48 50 52 54 56

MIGRASI
DAFTAR PUSTAKA
Allo, Albertus Girik. 2016. Perkiraan Pola Migrasi Antar Provinsi di Indonesia:

Pendekatan Demografi-Ekonomi. jurnal fakultas ekonomi universitas negeri

Papua. 06(1), 1-112.

Kusreni, Sri. 2017. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Migrasi Tenaga Kerja

Keluar Negeri Berdasarkan Provinsi di Indonesia. Jurnal fakultas ekonomi

dan bisnis universitas Airlangga. 02(1), 49-64.

Prihanto, Purwaka Hari. 2013. Pengaruh Status Pekerja dan Negara Penempatan

Terhadap Remitansi Pekerja Migran Indonesia. 1(7).

Salvatore, D. 1997. Ekonomi Internasional. Edisi kelima jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Hal 494.

Sjafrizal, 2012. Ekonomi Wilayah dan Perkotaan. Rajawali Pers. Jakarta. 65-70.

Siswosoemarto, Rubijanto. 2012. Intelejen Ekonomi : Teori dan Aplikasi. Jakarta:

Kedua. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI.

Sukirno, Sadono. 2006. Ekonomi Pembangunan Proses Masalah dan Dasar

Kebijaksanaan. Penerbit Barta Gorad:Medan.

Todaro, Michael. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, terjemahan,

penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta. Edisi ke delapan jilid I.

Wafirotin, Khusnatul Zulfa. 2013. Dampak Migrasi Terhadap Kondisi Sosial

Ekonomi Keluarga TKI di Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo. Jurnal

fakultas ekonomi universitas Muhammadiyah Ponorogo. 11(2).

Tajddin, Lalu. 2015. Migrasi Internasional Perilaku Pekerja Migran di Malaysia

dan Perempuan Ditinggal Migrasi di Lombok. Jurnal fakultas keguruan dan


ilmu pendidikan universitas Muhammadiyah Mataram – Nusa Tenggara

Barat. 5(3), 221-328.

Adb.org

Bps.go.id

Anda mungkin juga menyukai