DISUSUN OLEH :
NADYA SORAYA
01021281520182
EKONOMI PEMBANGUNAN
besar harus pula didukung kualitasnya yang baik. Penduduk yang besar dan
satu tempat ke tempat yang lain dalam jangka waktu tertentu (kusreni, 2017:1).
tempat baru lebih tinggi daripada yang mereka peroleh dari tempat asalnya.
Dengan pendapatan yang lebih tinggi itu mereka akan memperoleh standar hidup
yang lebih baik. Mereka juga dapat menyediakan pendidikan, peluang kerja serta
masalah tenaga kerja di Indonesia. Pada situasi tingkat pengangguran yang terus
negeri, yaitu dapat mengurangi atau mengatasi masalah pengangguran yang ada di
Indonesi dan pengiriman tenaga kerja ke luar negeri bisa membuat keluarga yang
negara dengan negara lain. Tenaga kerja dari negara dengan tingkat pertumbuhan
ekonomi yang lebih rendah akan berpindah menuju negara yang memiliki tingkat
pertumbuhan perekonomi, dan upah yang lebih tinggi, kondisi lingkungan yang
SD, SMP, dan SMA sudah cukup banyak dibandingkan dengan latar belakang
pendidikan diploma atau sarjana. Hal ini menguntungkan bagi Indonesia karena
dengan latar belakang pendidikan yang rendah upah yang ditawarkan juga rendah,
sedangkan upah yang ditawarkan luar negeri untuk pekerja sektor informal (yang
Pengangguran
Sumber: adb.org
negeri guna mendapatkan pekerjaan. Terlihat dari data di atas bahwa walaupun
angka tingkat kemiskinan terus berkurang tetapi angka tersebut masih terbilang
cukup tinggi dan membuat sebagian masyarakat Indonesia bermigrasi untuk
beberapa dasawarsa ini tidak sanggup menyediakan kesempatan kerja yang lebih
tahun ke tahun semakin serius. Apabila hal tersebut tidak segera diatasi dan dicari
jalan keluarnya, maka akan dapat menimbulkan kerawanan sosial dan berpotensi
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, pokok permasalahan yang akan
dinamika migrasi ?
dinamika migrasi ?
3. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja yang menjadi
faktor dalam pemilihan negara di kawasan Intra Asia Tenggara dalam bermigrasi,
bagaimana posisi Indonesia dalam migrasi Intra Asia Tenggara, dan menganalisis
tenaga kerja ke luar negeri. Mengkaji posisi Indonesia dalam migrasi Intra Asia
meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia agar bisa lebih bersaing
antara pekerjaan di desa dan di kota. Dengan kata lain bahwa para migran akan
besar pada suatu wilayah akan cenderung lebih murah, maka wilayah tersebut
juga akan lebih diuntungkan bila mengekspor barang tersebut kepada wilayah lain
yang biaya produksinya lebih mahal. Misalnya, wilayah kurang maju (Less
Developed Region) biasanya mempunyai kandungan sumber daya tanah dan
tenaga kerja yang besar, sehingga dapat memproduksi dan mengekspor barang
(Sjafrizal, 2012:70)
sumber daya antar wilayah adalah tidak lancar (inmobile). Akan tetapi,
mobilitas sumber daya antar wilayah tersebut adalah cukup lancar. Hal ini terjadi
daya antar wilayah dalam satu negara yang umumnya memang lebih lancar
keuntungan komparatif. Hal ini terlihat dalam kegiatan perdagangan antar wilayah
dimana jarang sekali ada wilayah yang diperbolehkan mengenakan bea masuk
mobilitas antar wilayah lancar, maka faktor produksi akan bergerak (pindah)
menuju wilayah yang dapat memberikan kompensasi dan tingkat pengembalian
Penelitian yang dilakukan oleh Allo (2016) tentang perkiraan pola migrasi antar
migrasi penduduk di Indonesia dibagi dalam dua tipe yaitu: migrasi antar-pulau
dan migrasi dalam pulau. Tujuan utama migrasi antar pulau masih didominasi
oleh Pulau Jawa (Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan DKI Jakarta) dan
Bali. Sedangkan migrasi di dalam pulau lebih disebabkan oleh jarak dan
kedekatan budaya antar provinsi dalam satu pulau. Hal ini menunjukkan bahwa
Pulau Jawa masih merupakan daerah tujuan utama dari para migran. Hal ini
kecenderungan untuk tidak melakukan migrasi, di mana dalam penelitian ini tidak
positif dan signifikan terhadap migrasi tenaga kerja keluar berdasarkan provinsi di
Indonesia pada tahun 2010 hingga 2014. Berdasarkan uji F-statistik yang telah
terhadap migrasi tenaga kerja keluar berdasarkan provinsi di Indonesia pada tahun
2010 hingga 2014. Rata-rata lama menempuh pendidikan dan PDRB per kapita
memilki pengaruh yang negatif atau tidak signifikan terhadap migrasi tenaga kerja
hasil adanya dampak sosial ekonomi yang dirasakan oleh keluarga TKI antara lain
dimiliki oleh keluarga TKI. Sedangkan faktor yang menyebabkan migrasi tenaga
kerja asal kecamatan Babadan kabupaten Ponorogo menjadi TKI ke luar negeri
disebabkan beberapa faktor pendorong yang berasal dari daerah asal yaitu
penarik yang berasal dari daerah negara tujuan yaitu gaji tinggi, dan peluang kerja
pekerja migran relatif besar, terlihat dari mode berpakaian, pola konsumsi,
kebutuhan hiburan dan sifat konsumtif. Pola hidup konsumtif terlihat nyata dan
memilih menikah sesama pekerja dengan alasan lebih aman, irit dan takut tertular
penyakit. Pada bagian lain tugas utama PADMI tidak hanya pemenuhan
status pekerjaan dan negara penempatan terhadap remitansi pekerja negara migran
mengalami penurunan rata rata sebesar angka 0,2 persen per tahun. Pada tahun
2009, pekerja migran yang bekerja di sekor informal sebesar 83,6 persen, namun
pada tahun 2011 jumlah pekerja migran yang bekerja di sektor informal berkurang
menjadi 61,9 persen. Hasil analisis regresi linier berganda membuktikan, bahwa
terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara besarnya pekerja migran
sektor Formal, besarnya pekerja migran sektor Informal, dan Negara Penempatan
Dinamika Migrasi
Interasional
Faktor-faktor yang
mempengaruhi migrasi
Kualitas pengangguran
Jumlah
pendidikan
penduduk
miskin
Kebijakan pemerintah
dalam meningkatkan
kualitas SDM
bermigrasi ke luar negeri. Melalui penelitian ini maka diharapkan agar penelitian
bagaimana cara meningkatkan kualitas SDM yang ada di Indonesia sehingga bisa
Indonesia.”
BAB III
Metode Penelitian
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
kawasan Intra Asia Tenggara. Objek penelitian yang dijadikan unit analisis adalah
untuk memulai penelitian ini maka hal yang harus dilakukan terlebih dahulu
adalah mencari data yang berupa data sekunder di BPS. Data-data tersebut terdiri
dari jumlah migran yang bermigrasi ke kawasan Intra asia Tenggara, tingkat
pengangguran dan jumlah penduduk miskin. Setelah itu maka akan dilakukan
melakukan restricted F-test (uji statistik F) yang bertujuan memilih antara Pooled
Least Square (PLS) atau Fixed Effect Model (FEM). Kedua, menggunakan uji
Hausman untuk memilih antara Fixed Effect Model atau Random Effect Model
(REM).
Untuk menganalisis masalah dalam penelitian ini maka dibutuhkan sejumlah data.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang didapatkan
dari instansi-instansi pemerintah seperti BPS dll. Data ini meliputi, jumlah migran
yang bermigrasi ke kawasan Intra Asia Tenggara, tingkat pengangguran, dan
Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau
lebih variabel independen (X1, X2,….Xn) dengan variabel dependen (Y). Analisis
ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel
negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel
Keterangan:
Yaitu analisis yang mencari seberapa besar pengaruh hubugan antara variabel
1. Variabel tak bebas dan variabel bebas memiliki hubungan linear atau
interval
3. Keragaman dari selisih nilai pengamatan dan pendugaan harus sama untk
semua pendugaan Y. jadi, (Y – Y’) kira-kira harus sama untuk semua nilai
dan residu yang dihitung dari pengamatan (Y –Y’) harus menyebar normal
5. Tidak adanya korelasi yang sempurna antara variabel bebas yang satu
dengan variabel bebas yang lain. Apabila asumsi ini dilanggar disebut
multikolinearitas.
uji : jika probabilitas signifikan > 0,05 maka data terdistribusi secara normal.
regresi antara nilai absolur residual dengan variabel bebas. Apabila masing-
sendiri adalah bahwa nilai dari variabel dependen tidak berhubungan dengan
variabel itu sendiri, baik nilai periode sebelumnya maupun nilai periode
nilai dtabel pada α = 0,05. Tabel d memiliki dua nilai, yaitu nilai batas atas (dU) dan
meyakinkan.
3.4.4.3 Uji Stasioner
Uji correlogram
Secara grafis terjadinya autokorelasi parsial ditunjukkan oleh keluarnya plot dari
garis putus – putus sebagai band atau batas (marka) yang dikenalkan oleh Barlet
dan kemudian Box dan Pierce, memperkenalkan uji dengan statistic Q atau (Q-
Statistik). Jika nilai probabilitas statistic Q < 0,05 maka tidak signifikan menolak
Selain korelogram, stasioner juga dapat dilihat dengan menggunakan sebuah uji
formal yang dinamakan Uji Akar Unit (unit root test). Sebuah model Yt = p Yt-1 +
ut. jika p =1 maka model mengalami random walk (fluktuasi) tanpa trend, dimana
dengan nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tidak terhingga.
Adanya multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance yang lebih kecil dari
0,1 atau Variance Inflation Factor (VIF) yang lebih besar dari 10.
koefisin r2. R juga hamper serupa dengan r, tetapi keduanya berbeda dalam fungsi
(Y) yang dijelaskan oleh variabel bebas (lebih dari sati variabel: Xi; i=1,2,3,4 …,
fit) dari persamaan regresi, yaitu memberikan persentase variasi total dalam
variabel terikat )Y) yang dijelaskan oleh hanya satu variabel bebas (X). Lebih
terikat (Y) dengan semua variabel bebas yang menjelaskan secara bersama-sama
2
𝑛−𝑖
𝑅𝑎𝑑𝑗𝑢𝑠𝑡𝑒𝑑 = 1 − (1 − 𝑅 2 )
𝑛−𝑘
Nilai koefisien determinasi (R2) memiliki hubungan dengan nilai Fhitung. Dimana
𝑅 2 /𝑘
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
(1 − 𝑅 2 )/[𝑛 − (𝑘 + 1)]
Uji hipotesis sama artinya dengan menguji signifikansi koefisien regresi linear
berganda secara parsial yang sekait dengan pernyataan hipotesis penelitian. Model
dilakukan dengan uji student “t” (uji t).dimana langkah-langkah pengujian ini
H0 : b1 = b2 = b3 = 0
𝑏
2. Menghitung nilai t dengan menggunakan rumus 𝑡 = 𝑆 𝑖 .
𝑏𝑖
3. Membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel yang tersedia pada paraf
secara nyata dalam lingkup obyek penelitian/obyek yang diteliti. Adapun variabel
ada di Indonesia
BAB IV
Hasil dan Pembahasan
2016
Uji korelasi
Uji autokorelasi
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 02/17/18 Time: 09:06
Sample: 2005 2016
Included observations: 12
Presample missing value lagged residuals set to zero.
sebesar 0,4440. Oleh karena itu nilai p value 0,4440> 0.05 maka H0 diterima atau
Uji stasioner
ANALISIS CORRELOGRAM
penyimpangan karena tidak keluar pada lag1, sehinggan data migrasi tidak
mengalami autokorelasi dan parsial autokorelasi pada lag1. Oleh karena itu data
migrasi stasioner pada tingkat 1st different. Buktinya, probabilitas q-stat semuanya
penyimpangan karena tidak keluar pada lag1, sehinggan data tingkat kemiskinan
tidak mengalami autokorelasi dan parsial autokorelasi pada lag1. Oleh karena itu
data tingkat kemiskinan stasioner pada tingkat level. Buktinya, probabilitas q-stat
Oleh karena itu data tingkat pengangguran stasioner pada tingkat 1st different.
Variabel migrasi
Tingkat Level
t-Statistic Prob.*
Variabel kemiskinan
Tingkat level
t-Statistic Prob.*
t-Statistic Prob.*
t-Statistic Prob.*
Variabel pengangguran
Tingkat level
t-Statistic Prob.*
t-Statistic Prob.*
t-Statistic Prob.*
pengangguran
kemiskinan mempunyai nilai 0,113863, nilai parameter ini mempunyai arti bahwa
apabila terjadi kenaikan 1% pada tingkat kemiskinan maka akan menyebabkan
peningkatan pada migrasi sebesar 0,113863 persen, hasil sesuai dengan teori dan
hipotesa yang diajukan karena secara teori apabila tingkat kemiskinan meningkat
mempunyai nilai 0,000908, nilai parameter ini mempunyai arti bahwa apabila
kenaikan pada tingkat migrasi sebesar 0,000908 persen, hasil ini sesuai dengan
teori karena secara teori apabila tingkat pengangguran meningkat maka tingkat
variabel dependen, dari hasil regresi didapatkan nilai R square sebesar 0.964195
atau 96%, hal ini berarti sebesar 96% tingkat migrasi periode 2005-2016
faktor lain di luar model. Hal ini terjadi karena peningkatan migrasi yang
Uji Heteroskedastisitas
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 02/16/18 Time: 11:31
Sample: 2005 2016
Included observations: 12
sebesar 0,2161. Oleh karena itu nilai p value 0,2161 > 0.05 maka H0 diterima atau
0
-1.00 -0.75 -0.50 -0.25 0.00 0.25 0.50 0.75 1.00 1.25
Asumsi normalitas diatas 5 persen berarti data terdistribusi secara normal
terakhir, data hasil regresi menggunakan e-views terlihat bahwa histogram di atas
nilai Jarque-Bera 0,051418 dan probabilitynya 0.974619 dimana > 0.05 sehingga
Uji Multikolinieritas
C 7.168028 246.1728 NA
KEMISKINAN 0.029527 155.5623 1.209479
PENGANGGURAN 3.97E-09 33.37832 1.209479
pengangguran adalah 1,209479 dimana nilai tersebut lebih kecil dari 10, maka
dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat masalah multikoliniearitas dalam model
prediksi.
20,000
16,000
12,000
KEMISKINAN
PENGANGGURAN
8,000
4,000
0
44 46 48 50 52 54 56
MIGRASI
4.2 Analisis
Berdasarkan hasil dan pembahasan regresi dengan metode OLS diatas, maka:
positif terhadap jumlah migrasi. Hal ini sama dengan teori migrasi Todaro,
dan harapan untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi daripada yang
diperoleh di desa. Dan pada varibel tingkat pengangguran mempunyai
hubungan positif terhadap migrasi hal ini sudah sesuai dengan teori.
masyarakat tidak mampu bersaing dalam dunia kerja di Indonesia, hal ini
pekerjaan
keterampilan khusus.
BAB V
Kesimpulan
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil regresi data time series dengan menggunakan metode OLS.
dinamika migrasi Indonesia terhadap negara Intra Asia Tenggara dan hal ini tidak
bertentangan dengan teori atau sesuai dengan teori yang ada. Dan variabel tingkat
4% sisanya dijelaskan oleh variabel lain yaitu kualitas pendidikan, tingkat upah
dalam negeri yang kecil dan kurangnya kualitas khusus masyarakat sehingga
5.2 Saran
LAMPIRAN
Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Indonesia 2010-2016 (dalam persen)
Pengangguran
Sumber: adb.org
Tabel 4.4 Uji stasioner menggunakan analisis correlogram pada data perubahan
pada migrasi
Tabel 4.5 Uji stasioner menggunakan analisis correlogram pada data tingkat
kemiskinan
Tabel 4.6 Uji stasioner menggunakan analisis correlogram pada data tingkat
pengangguran
Tabel 4.7 Uji akar unit terhadap variabel migrasi pada tingkat level
t-Statistic Prob.*
Tabel 4.8 Uji akar unit terhadap variabel tingkat kemiskinan pada tingkat level
t-Statistic Prob.*
Tabel 4.9 Uji akar unit terhadap variabel tingkat kemiskinan pada tingkat 1st
difference
t-Statistic Prob.*
Tabel 4.10 Uji akar unit terhadap variabel tingkat kemiskinan pada tingkat 2nd
Difference
t-Statistic Prob.*
t-Statistic Prob.*
Tabel 4.12 Uji akar unit terhadap variabel tingkat pengangguran pada tingkat 1st
Difference
t-Statistic Prob.*
Tabel 4.13 Uji akar unit terhadap variabel tingkat pengangguran pada tingkat 2nd
Difference
t-Statistic Prob.*
Tabel 4.14 Hasil pengujian stasioner data variabel migrasi, kemiskinan, dan
pengangguran
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 02/16/18 Time: 11:31
Sample: 2005 2016
Included observations: 12
C 7.168028 246.1728 NA
KEMISKINAN 0.029527 155.5623 1.209479
PENGANGGURAN 3.97E-09 33.37832 1.209479
Grafik 4.1 Uji normalitas
4
Series: Residuals
Sample 2005 2016
Observations 12
3
Mean 7.49e-16
Median -0.022116
Maximum 1.039039
2 Minimum -0.905980
Std. Dev. 0.534682
Skewness 0.078278
Kurtosis 2.720132
1
Jarque-Bera 0.051418
Probability 0.974619
0
-1.00 -0.75 -0.50 -0.25 0.00 0.25 0.50 0.75 1.00 1.25
grafik 4.2
20,000
16,000
12,000
KEMISKINAN
PENGANGGURAN
8,000
4,000
0
44 46 48 50 52 54 56
MIGRASI
DAFTAR PUSTAKA
Allo, Albertus Girik. 2016. Perkiraan Pola Migrasi Antar Provinsi di Indonesia:
Prihanto, Purwaka Hari. 2013. Pengaruh Status Pekerja dan Negara Penempatan
Hal 494.
Sjafrizal, 2012. Ekonomi Wilayah dan Perkotaan. Rajawali Pers. Jakarta. 65-70.
Adb.org
Bps.go.id