Anda di halaman 1dari 28

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM :

OPTIMASI TRANSPOR ZAT WARNA INDIGO BIRU MELALUI


TEKNIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH

BIDANG KEGIATAN:

PKM PENELITIAN

Diusulkan oleh :

YUANOSA (1310411004) Angkatan 2013

UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2016
PENGESAHAN PROPOSAL PKM-PENELITIAN

1. Judul Kegiatan : Optimasi Transpor Zat Warna Indigo


Biru Melalui Teknik Membran Cair
Fasa Ruah
2. Bidang Kegiatan : PKM-P
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Yuanosa
b. NIM : 1310411004
c. Jurusan : Kimia
d. Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Andalas
e. Alamat Rumah dan : Jl.Irigasi Pasar Baru
No.Tel./Hp 085278824978
f. Alamat Email : yuanosa28@gmail.com
4. Anggota Pelaksana : - orang
Kegiatan/Penulis
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Dra. Refinel, M.S
b. NIP : 19601007198903200
c. Alamat Rumah/No.Telp : Padang /08126614727
6. Biaya Kegiatan Total
a. DIKTI : Rp.7.045.500
7. Jangka Waktu Pelaksanaan : 5 bulan

Padang, November 2016

Menyetujui,

Ketua Jurusan Pelaksana Kegiatan

(Dr. Afrizal) (Yuanosa)


NIP : 196002091987031004 NIM:1310411004

Wakil Rektor III Dosen Pendamping

(Dr. Ir. Aprisal, MP) (Dra. Refinel, M.S)


NIP : 196304211990021001 NIP : 19601007198903200
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................ii
DAFTAR ISI ..............................................................................................iii
RINGKASAN ...............................................................................................iv
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................1
1.2. Perumusan Masalah.......................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian.............................................................................................. 2
1.4. Manfaat Penelitian............................................................................................ 3
1.5. Luaran Penelitian..............................................................................................3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................4
2.1. Teknologi membran dan teknik membran cair fasa ruah.............................4
2.2. Zat warna tekstil....................................................................................5
2.3. Indigo Biru ................................................................................................ ......7
2.4. Spektrofotometer UV-Vis.......................................................................9
BAB 3. METODE PENELITIAN....................................................................... 12
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian.........................................................................12
3.2. Alat dan Bahan................................................................................................12
3.2.1. Alat .....................................................................................................12
3.2.2. Bahan...........................................................................................................12
3.3. Pembuatan Reagen Untuk Keperluana Analisis.............................................12
3.3.1. Pembuatan Larutan Fasa Sumber..........................................................12
3.3.2. Pembuatan Larutan Fasa Penerima.....................................................13
3.3.3. Pembuatan Larutan Fasa Membran.....................................................13
3.3.4. Pembuatan Larutan Buffer.................................................................13
3.3.4.1 Pembuatan Larutan Buffer Amonia..........................................................13
3.3.4.2 Pembuatan Larutan Buffer Asetat..............................................................13
3.4 Prosedur Kerja.......................................................................................14
3.4.1 Penentuan Transpor Indigo Biru dengan Teknik Membran Cair
Fasa Ruah...................................................................................................14
3.4.2 Penentapan Konsentrasi Indigo Biru dengan Spektrofotometer
UV-Vis .. ...........................................................................................14
3.4.3 Penentuan Kondisi Optimum Transpor Indigo Biru..............................14
3.4.3.1 Variasi pH Fasa Sumber..................................................................14
3.4.3.2 Variasi pH Fasa Penerima........................................................................ 15
3.4.3.3 Variasi Konsentrasi Indigo Biru pada Fasa Sumber................................15
3.4.3.4 Variasi Waktu Transpor...................................................................15
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN.............................................16
4.1. Anggaran Biaya ...................................................................................16
4.2 Jadwal Kegiatan ..................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................17
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota dan dosen pembimbing.................. .....19
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan...............................................20
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas .........22
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Peneliti..............................................25
RINGKASAN

Dewasa ini industri tekstil banyak menggunakan zat warna sintetis dalam proses
pewarnaan dengan alasan murah, warnanya yang tahan lama, mudah diperoleh
dan digunakan tetapi limbah yang dihasilkan masih berwarna dan sulit
terdegradasi. Sekitar 15-20% zat warna yang digunakan akan tersisa pada air
buangan yang pada akhirnya akan masuk ke dalam lingkungan sekitarnya.
Pelepasan limbah zat pewarna tersebut ke ekosistem merupakan sumber polusi
yang berbahaya. Limbah zat warna ini dalam jangka panjang dapat menyebabkan
kanker apabila limbah langsung dibuang ke lingkungan karena dapat masuk
kedalam rantai makanan. Disamping itu, juga mengurangi nilai estetika
lingkungan perairan terutama pada warna dan kualitas air. Limbah cair merupakan
masalah utama dalam pengendalian dampak lingkungan industri tekstil karena
memberikan dampak yang paling luas, baik dari segi fisik maupun kimianya.
Salah satu metoda pemisahan limbah zat warna yang menarik perhatian yaitu
teknik membran cair fasa ruah, dimana mempunyai berbagai keunggulan
dibandingkan metoda pemisahan yang konvensional, diantaranya proses dapat
dilakukan secara kontinyu, tidak memerlukan zat kimia tambahan, konsumsi
energi rendah, pemisahan dapat dilakukan pada kondisi yang mudah diciptakan,
dapat dilangsungkan pada temperatur rendah sehingga dapat digunakan untuk
pemisahan senyawa yang tidak tahan temperatur tinggi, mudah dalam scale up,
tidak membutuhkan kondisi yang ekstrim (pH dan temperatur).
Penelitian ini bertujuan mempelajari proses transpor zat warna Indigo Biru
yang biasanya digunakan untuk mewarnai celana jeans melalui teknik membran
cair fasa ruah dan menentukan kondisi optimum dari sistem transpor Indigo Biru.
Proses transpor Indigo biru melalui teknik membran cair fasa ruah belum pernah
dilakukan sebelumnya. Oleh karena itu penelitian dilakukan untuk mencari
kondisi optimum berupa pengaruh pH pada fasa sumber, pH pada fasa penerima,
konsentrasi Indigo biru difasa sumber dan waktu dalam proses transpor dengan
Spektrofotometer UV-Vis pada proses transpor zat warna Indigo biru melalui
teknik membran cair fasa ruah.
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini industri tekstil banyak menggunakan zat warna sintetis dalam proses
pewarnaan dengan alasan murah, warnanya yang tahan lama, mudah diperoleh
dan digunakan tetapi limbah yang dihasilkan masih berwarna dan sulit
terdegradasi. Sekitar 15-20% zat warna yang digunakan akan tersisa pada air
buangan yang pada akhirnya akan masuk ke dalam lingkungan sekitarnya
(Chatterjee dkk, 2007). Pelepasan limbah zat pewarna tersebut ke ekosistem
merupakan sumber polusi yang berbahaya. Limbah zat warna ini dalam jangka
panjang dapat menyebabkan kanker apabila limbah langsung dibuang ke
lingkungan karena dapat masuk kedalam rantai makanan. Disamping itu, juga
mengurangi nilai estetika lingkungan perairan terutama pada warna dan kualitas
air. Limbah cair merupakan masalah utama dalam pengendalian dampak
lingkungan industri tekstil karena memberikan dampak yang paling luas, baik dari
segi fisik maupun kimianya (Ahmad, 2004).
Namun seiring dengan meningkatnya standar lingkungan internasional yang
semakin memperhatikan kualitas lingkungan, berbagai sistem teknologi atau
metode-metode untuk menanggulangi limbah yang dilepaskan oleh industri-
industri limbah zat pewarna juga telah dikembangkan. Penanganan limbah tekstil
sangat rumit dan memerlukan beberapa langkah sampai limbah tersebut benar-
benar aman untuk dilepas ke lingkungan perairan (Dian dan Tien, 2014).
Beberapa metode yang dapat dilakukan untuk meminimalisir kandungan zat
warna dalam limbah industri tekstil antara lain metode biologi, koagulasi,
elektrokoagulasi, adsorpsi, ozonisasi, dan klorinasi. Namun, metode–metode
tersebut kurang efektif dalam mengatasi limbah zat warna tekstil bahkan
seringkali menimbulkan persoalan baru bagi lingkungan (Modirshahla dkk, 2011).
Molekul zat warna merupakan gabungan dari zat organik yang tidak jenuh,
kromofor sebagai pembawa warna dan auksokrom sebagai pengikat antara warna
dengan serat. Zat warna basa Sering juga disebut zat warna kation karena bagian
yang berwarna mempunyai muatan positif. Warna-warnanya cerah tetapi daya
tahan lunturnya kurang baik (Isminingsih dan Djufri, 1982). Zat warna ini
mempunyai daya serap langsung terhadap serat-serat protein, salah satu contohnya
yaitu zat warna indigo biru. Zat warna indigo biru biasanya digunakan oleh
produsen tekstil celana jeans untuk memperoleh warna biru pada celana.
Salah satu metoda pemisahan limbah zat warna yang menarik perhatian yaitu
teknik membran cair fasa ruah, dimana mempunyai berbagai keunggulan
dibandingkan metoda pemisahan yang konvensional, diantaranya proses dapat
dilakukan secara kontinyu, tidak memerlukan zat kimia tambahan, konsumsi
energi rendah, pemisahan dapat dilakukan pada kondisi yang mudah diciptakan,
dapat dilangsungkan pada temperatur rendah sehingga dapat digunakan untuk
pemisahan senyawa yang tidak tahan temperatur tinggi, mudah dalam scale up,
tidak membutuhkan kondisi yang ekstrim (pH dan temperatur) (Nita dan Septiana,
2012).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka diperoleh perumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah senyawa Indigo Biru berhasil ditranspor dari fasa sumber ke fasa
penerima dengan menggunakan teknik membran cair fasa ruah?
2. Bagaimana proses transpor senyawa Indigo biru dari fasa sumber ke fasa
penerima?
3. Pada saat kapan senyawa Indigo Biru berhasil ditranspor dari fasa sumber ke
fasa penerima dengan menggunakan teknik membran cair fasa ruah?
4. Bagaimana pengaruh pH pada fasa sumber, pH pada fasa penerima, konsentrasi
Indigo Biru difasa sumber dan waktu dalam proses transpor terhadap proses
transpor senyawa indigo biru?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mentranspor senyawa Indigo Biru melalui teknik membrn cair fasa ruah.
2. Mempelajari proses transpor senyawa Indigo Biru melalui teknik membran cair
fasa ruah.
3. Menentukan kondisi optimum sistem transpor senyawa Indigo Biru melalui
teknik membran cair fasa ruah.

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan mampu diaplikasikan dalam proses pemisahan zat warna
dari air limbah industri tekstil yang mengandung zat warna Indigo Biru
menggunakan teknik membran cair fasa ruah.

1.5 Luaran Penelitian


Luaran dari penelitian ini adalah skripsi dan artikel yang dapat dipublikasikan
pada Jurnal Ilmiah Nasional.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teknologi membran dan teknik membran cair fasa ruah


Perkembangan teknologi membran sebagai unit pengolah limbah saat ini
sangat pesat dan banyak digunakan dalam proses pemisahan. Operasi membran
dapat diartikan sebagai proses pemisahan dua atau lebih komponen dari aliran
fluida melalui suatu membran. Membran berfungsi sebagai penghalang (barrier)
tipis yang sangat selektif diantara dua fasa, hanya dapat melewatkan komponen
tertentu dan menahan komponen lain dari suatu aliran fluida yang dilewatkan
melalui membran (Mulder, 1991).
Padatan bukanlah satu-satunya material yang digunakan sebagai membran
dan sangat mungkin untuk menggunakan cairan sebagai membran. Membran
cairan hadir dalam berbagai bentuk dalam keseharian; lapisan minyak pada
permukaan air adalah contoh membran cair organik dari fasa cair tak larut, buih
bir, busa pada sabun, detergen atau larutan surfaktan, lapisan minyak pada
permukaan logam – banyak digunakan untuk perlindungan karat dan lubrikasi
adalah lapisan cair terkenal untuk pemisahan dua fasa (Wenten dkk, 2010).
Teknologi membran cair adalah salah satu metode pemisahan yang paling
efisien. Teknologi ini tidak membutuhkan tekanan atau tegangan karena
permisahannya berdasarkan perbedaan konsentrasi. Difusi pasif (perpindahan
tunggal), perpindahan terfasilitasi atau ganda (counter atau co-) memungkinkan
perpindahan aktif dari komponen dari fasa umpan ke reseptor atau fasa stripping
melalui membran cair. Teknologi membran cair memperlihatkan selektivitas dan
faktor pengkayaan yang tinggi, namun karena masalah stabilitas antarmuka cair-
cair, ada tendensi meningkat akan penanaman membran cair di struktur pori atau
membran padat untuk menjamin stabilitas dalam aplikasinya (Roman dkk, 2010).
Pada membran cair proses transpor tidak dipengaruhi oleh membran atau
material membran, melainkan oleh molekul pembawa (carrier) yang sangat
spesifik. Pembawa yang mengandung membran berada didalam pori membran.
Selektifitas membran bergantung kepada kekhususan molekul pembawa yang
digunakan (Mulder, 1991).
Proses pemisahan dengan membran mempunyai kemampuan memindahkan
salah satu komponen berdasarkan sifat fisik dan kimia dari membran serta
komponen yang dipisahkan. Perpindahan yang terjadi karena adanya gaya dorong
(driving force) dalam umpan yang berupa beda tekanan (∆P), beda konsentrasi
(∆C), beda potensial listrik (∆E) dan beda temperatur (∆T) serta selektifitas
membran yang dinyatakan dengan rejeksi. Pada gambar 2.2 memperlihatkan
skema proses pemisahan dengan membran (Mulder, 1991).

Gambar 2.2. Skema Pemisahan dengan Menggunakan Membran


Teknik membran cair fasa ruah merupakan teknik yang memanfaatkan
membran cair untuk proses pemisahan. Pada teknik ini fasa membran terletak
membentang didasar kedua fasa yang akan dipisahkannya karena densitasnya
lebih besar sehingga antar mukanya dengan fasa yang dibatasi menjadi luas (fasa
ruah) dan tegangan permukaan akan diturunkan dengan memakai surfaktan.
Seluruh permukaannya bertindak sebagai tempat terjadinya transportasi ion. Fasa
cair yang mengandung spesi/senyawa yang akan ditranspor dinamakan dengan
fasa sumber sedangkan fasa cair yang menerima hasil transportasi dinamakan
dengan fasa penerima (Mulder, 1991).

2.2 Zat warna tekstil


Menurut sumber diperolehnya zat warna tekstil digolongkan menjadi 2 yaitu
pertama, Zat Pewarna Alam (ZPA) yaitu zat warna yang berasal dari bahan-bahan
alam pada umumnya dari hasil ekstrak tumbuhan atau hewan. Kedua, Zat
Pewarna Sintesis (ZPS) yaitu zat warna buatan atau sintesis dibuat dengan reaksi
kimia dengan bahan dasar terarang batu bara atau minyak bumi yang merupakan
hasil senyawa turunan hidrokarbon aromatik seperti benzena, naftalena dan
antrasena. Pada awalnya proses pewarnaan tekstil menggunakan zat warna alam.
Seiring kemajuan teknologi dengan ditemukannya zat warna sintetis untuk tekstil
maka penggunaan zat warna alami semakin sedikit (Hapsari dkk, 2016).
Keunggulan zat warna sintetis adalah lebih mudah diperoleh, ketersediaan
warna terjamin, jenis warna bermacam macam, dan lebih praktis dalam
penggunaannya, tetapi penggunaan zat warna sintesis dapat memberikan dampak
yang buruk baik pada lingkungan maupun dalam tubuh manusia. Pencemaran
lingkungan yang diakibatkan dari limbah penggunaan zat warna sintesis
memberikan dampak pada ekosistem air. Disisi lain menggunakan bahan pewarna
sintesis dapat membahayakan kesehatan manusia yang dapat menyebabkan kanker
dan juga penyakit kulit lainnya (Hapsari dkk, 2016).
Industri tekstil biasanya menghasilkan limbah berwarna yang berasal dari
proses pewarnaan, pembilasan/pencucian kain/kapas. Selain warna, kandungan
lainnya yang terdapat dalam limbah tekstil antara lain adalah fenol, minyak dan
lemak, krom, Fe, COD dan BOD tinggi, dan sebagainya. Diantara karakteristik-
karakteristik tersebut, warna merupakan masalah yang masih mendapatkan
perhatian cukup besar. Hal ini disebabkan karena warna yang mencemari badan
air dapat menganggu proses fotosintesis. Limbah warna yang mencemari badan
air dapat mengurangi intensitas cahaya matahari ke dalam air, sehingga dapat
menggangu proses fotosintesis (Laitonjam, 2011).

2.3 Indigo Biru


Zat warna indigo alam merupakan zat warna tertua yang berasal dari daun dan
ranting tanaman Indigofera tinotoria. Tanaman tersebut banyak terdapat di
Indonesia khususnya di daerah Jawa seperti Situbondo, Madiun, Blitar dan
lainnya. Di Indonesia zat warna indigo alam banyak dipakai pada proses
pembatikan dan pencelupan kain blue jeans. Dan saat ini pertumbuhan industri
tekstil sedang berkembang dengan pesat, maka didalam negeri telah berdiri
industri pembuatan zat warna yang berasal dari indigo alam dalam skala kecil
sampai menengah. Untuk memenuhi kebutuhan industri tekstik Indonesia masih
mengimpor zat warna indigo dari Inggris. Hal ini telah berlangsung sejak tahun
1980, dan paling sedikit Indonesia mengimpor ± 11 ton pertahun (Refinel, 1995).
Indigo merupakan senyawa organik dengan rumus kimia C16H10N2O2 dengan
berat molekul 262,269. Indigo mampu menghasilkan warna biru yang khas dan
sangat tahan terhadap cahaya matahari maupun pencucian. Indigo dapat larut
dalam DMSO, kloroform, nitrobenzena, dan asam sulfat. Penggunaan zat warna
indigo dalam suatu proses pewarnaan tekstil menghasilkan limbah cair yang dapat
mencemari lingkungan. Hal ini karena akumulasi dari limbah pewarna ini dalam
konsentrasi besar dapat menghalangi sinar matahari menembus dasar perairan,
sehingga mengakibatkan terganggunya kehidupan biota air. Selain itu, pewarna
indigo juga bersifat toksik bagi manusia karena memiliki potensi karsinogenik
(penyebab kanker) (Margiyani dkk, 2014).

Gambar 2.3 Struktur molekul Indigo Biru


Sintesis indigo dimulai dari anilin. Tahap pertama anilin dikondensasi dengan
formaldehid-natrium bisulfat dan natrium sianida untuk memberikan N-
cyanomethyl-aniline. Senyawa antara ini dihidrolisis menjadi natrium
phenylglicinate untuk menjadi indoxyl kemudian dioksidasi dalam udara menjadi
indigo (Suparno, 2010).

Indigo ditemukan menjadi stabil pada rantai media triglyceril oil pada
temperatur sampai 900 0C. Namun untuk degradasi warna sekitar 70% setelah 5
jam terpapar 3x105 lux, sesuai dengan jumlah hasil dari 1,8x10-4 mol Einstein-1
untuk sinar visible dan 1,4x102 mol Einstein-1 untuk UV, sebagai determinasi
untuk sinar monokromatik 600 nm dan 313 nm (Suparno, 2010). Suspensi indigo
yang tidak larut dalam air dihasilkan dari limbah cair sisa pencelupan kain jeans,
yang akan mengganggu terhadap lingkungan (Refinel, 1995). Untuk mengatasi
masalah ini dan mencegah pencemaran perairan akibat limbah zat warna indigo
dari industri tekstil, dilakukan transpor zat warna indigo buru melalui teknik
membran cair fasa ruah yang lebih ekonomis dibandingkan metoda lain.
2.4 Spektrofotometri UV-Vis
Semua molekul dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-Vis karena molekul
mempunyai elektron yang dapat dieksitasikan ke tingkat yang lebih tinggi.
Panjang gelombang dimana absorbsi itu terjadi bergantung pada kekuatan
elektron yang terikat dalam molekul tersebut, dengan kata lain panjang
gelombang berbanding terbalik dengan energi radiasi (Suparno, 2010).
Elektron dalam suatu ikatan kovalen tunggal terikat dengan kuat, sehingga
agar elektron tersebut dapat bereksitasi diperlukan radiasi yang besar dengan
memberikan panjang gelombang yang kecil. Elektron dalam ikatan tunggal
bereksitasi dari 𝜎 ke 𝜎 *. Jika suatu molekul mengandung sebuah atom yang
mempunyai elektron bebas, sebuah elektron tidak terikat (nonbonding) dapat
tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi, karena elektron nonbonding tidak
terikat terlalu kuat seperti elektron bonding 𝜎, maka absorpsinya terjadi pada
panjang gelombang yang lebih panjang. Transisi yang terjadi disini adalah n- 𝜎*
untuk menunjukkan bahwa sebuah elektron nonbonding dinaikkan ke orbital
antibonding 𝜎*. Pada ikatan rangkap 2 maupun rangkap 3 mempunyai elektron 𝜋,
yang dapat dieksitasikan ke tingkat 𝜋*. Dalam molekul terkonjugasi (yaitu
molekul yang memiliki ikatan-ikatan rangkap berselang-seling dengan ikatan
tunggal) absorpsi bergeser ke panjang gelombang yang lebih panjang. Geseran ke
panjang gelombang yang lebih panjang mencerminkan fakta bahwa elekron dalam
suatu sistem terkonjugasi kurang kuat terikat daripada sistem tak terkonjugasi,
karena energi yang dibutuhkan untuk mengeksitasikan elektron dalam ikatan
tersebut kecil. Kebanyakan penerapan spektrofotometri ultraviolet dan visible
pada senyawaan organik didasarkan pada transisi n- 𝜋* ataupun 𝜋- 𝜋* dan
karenanya diperlukan hadirnya gugus kromofor dalam molekul itu.
Spektrofotometri UV-Vis biasanya beroperasi dari 175 atau 200 sampai 1000 nm.
Spektrofotometer UV beroperasi dari 175 sampai 400 nm. Sedangkan
spektrofotometer visible (tampak) beroperasi dari 400 sampai 1000 nm. Warna
dapat memudahkan kita untuk menunjukkan bagian – bagian tertentu dari
spektrum (Suparno, 2010). Pengelompokkan warna dan panjang gelombang
secara kasar ditunjukkan pada Tabel 2.4
Tabel 2.4 Spektrum tampak dan warna-warna komplementer

Panjang
Warna Warna komplementer
Gelombang (nm)
400 - 435 Ungu Kuning-kehijauan

435 - 480 Biru Kuning


480 - 490 Hijau-kebiruan Oranye
490 - 500 Biru-kehijauan Merah
500 - 560 Hijau Merah-ungu
560 - 580 Kuning-kehijauan Ungu
580 - 595 Kuning Biru
595 - 610 Oranye Hijau-kebiruan
610 - 750 Merah Biru-kehijauan

Spektrofotometri adalah suatu cara analisis yang didasarkan pada


pengukuran intensitas sinar oleh spektrofotometer. Sinar yang digunakan adalah
sinar yang mempunyai panjang gelombang tunggal (monokromatik). Hukum yang
mendasari analisis ini adalah hukum Lambert-Beer yang menyatakan hubungan
antara absorbansi dengan konsentrasi, tebal media, dan sifat spesifik zat yang
mengadsorpsi dengan persamaan :

A = - log T = log Po/P


di mana : A = Absorbansi
T = Transmitan
Po = Besarnya radiasi yang masuk
P = Besarnya radiasi yang diteruskan
Besarnya absorbansi suatu larutan sebanding dengan panjang larutan yang
ditempuh oleh radiasi dan konsentrasi spesies yang mengadsorpsi (Suparno,
2010), sehingga :
A=axbxc
di mana : A = Absorbansi
a = konstanta perbandingan dan disebut absortivitas
b = tebal media dalam cm
c = konsentrasi dinyatakan dalam g/L
Senyawa Indigo biru yang tertranspor kefasa penerima dan sisa difasa
sumber diukur absorbannya dengan menggunakan Spektrofotometer Visible pada
panjang gelombang maksimum 640 nm (Refinel, 1995).
BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilaksanakan mulai Bulan Januari - Mei 2017 bertempat di
Laboratorium Kimia Fisika Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spektrofotometer UV-Vis
(Genesys 20). pH meter (Methrom 827), Neraca Analitik (ALJ 220-4NM), sel
membran cair fasa ruah, magnetik stirrer (AGIMATIC REV-E), dan alat-alat
gelas kimia lainnya.
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan keluaran Merck antara lain: Aseton (C3H6O), Indigo
biru (C16H10N2O2), natrium asetat (CH3COONa), Amonium Hidroksida (NH4OH),
Amonium Klorida (NH4Cl), natrium hidroksida (NaOH), asam asetat glasial 98%
(CH3COOH), dan akuades.

3.3 Pembuatan Reagen Untuk Keperluan Analisis


3.3.1 Pembuatan Larutan Fasa Sumber
Larutan induk Indigo biru (Mr = 262,269 g/mol) dengan konsentrsi 0,1 M
disiapkan dengan melarutkan 1,3113 g Indigo biru dengan akuades dalam gelas
piala dan diencerkan sampai tanda batas dengan akuades kedalam labu ukur 50
mL. Larutan induk Indigo biru 0,1 M diambil 2,5 mL diencerkan dalam labu 25
ml dengan akuades, terbentuk larutan Indigo biru 10-2 M. Kemudian dari larutan
Indigo biru 10-2 M diambil 10 mL diencerkan dalam labu 100 mL dengan
akuades, terbentuk larutan Indigo biru 10-3 M. Selanjutnya larutan Indigo biru 10-3
M diambil sebanyak 10 mL kemudian ditambahkan 5 mL larutan buffer 0,01 N
untuk mengatur pH, diencerkan dengan akuades kedalam labu ukur 50 mL
sehingga diperoleh larutan Indigo biru 1,0 x 10-4 M.
3.3.2 Pembuatan Larutan Fasa Penerima
Dari larutan NaOH 37 % (12,04 M) diambil 20 mL dan diencerkan dalam labu
ukur 50 mL dengan akuades, terbentuk larutan NaOH 5 N. Dari larutan NaOH 5
N diambil 10 mL dan diencerkan dalam labu ukur 50 mL dengan akuades,
terbentuk larutan NaOH 1 N. Kemudian, dari larutan NaOH 1 N diambil 10 mL
dan diencerkan dalam labu ukur 100 mL dengan akuades, terbentuk larutan NaOH
0,1 N. Selanjutnya, dari larutan NaOH 0,1 N diambil 10 mL dan diencerkan
dalam labu ukur 100 mL dengan akuades, terbentuk larutan NaOH 0,01 N.
3.3.3 Pembuatan Larutan Fasa Membran
Larutan yang digunakan sebagai fasa membran adalah Aseton sebanyak 30 mL.

3.3.4 Pembuatan Larutan Buffer


3.3.4.1 Pembuatan Larutan Buffer Amoniak pH 7, 8, 9 dan 10
Larutan stok A : 0,1 M larutan Amonium Hidroksida (NH4OH) dengan larutan
stok B : 0,1 M larutan Amonium Klorida (NH4Cl) dicampurkan dengan
perbadingan volume :
Tabel 1 Pembuatan buffer pH 7-10

NH4OH (mL) NH4Cl (mL) pH

80,90 15,10 10

35,98 64,02 9

5,32 94,68 8

0,56 99,44 7

3.3.4.2 Pembuatan Larutan Buffer Asetat pH 6


Larutan stok A : 0,1 M larutan Natrium Asetat (CH3COONa) dengan larutan stok
B : 0,1 M larutan Asam Asetat (CH3COOH) dicampurkan dengan perbandingan
volume : 5,26 mL larutan B : 94,74 mL larutan stok B.
3.4 Prosedur Kerja
3.4.1 Penentuan Transpor Indigo Biru dengan Teknik Membran Cair Fasa
Ruah
Proses transpor dilakukan seperti percobaan Savafi. Disiapkan beker gelas 100 ml
dan dimasukkan 30 mL Aseton sebagai fasa membran. Dalam larutan fasa
membran ini dicelupkan sebuah tabung kaca silindris dan dipipetkan 6 mL larutan
fasa sumber berupa larutan Indigo biru 1,0 x 10-4 M dengan pH tertentu. Diluar
tabung gelas dipipetkan 12 mL fasa penerima NaOH 0,01 N. Teknis operasi
dilakukan melalui pengadukan dengan memakai magnetik stirrer pada kecepatan
250 rpm selama 1 jam. Setelah 15 menit, fasa penerima dan fasa sumber diambil
untuk diukur jumlah Indigo biru yang terkandung didalamnya dengan
spektrofotometer UV-Vis (Genesya 20).

3.4.2 Penentuan Konsentrasi Indigo Biru dengan Spektrofotometer UV-Vis


Konsentrasi Indigo Biru di dalam fasa sumber dan fasa penerima sesudah operasi
ditentukan dengan Spektrofotometer UV-Vis (Genesys) dengan menggunakan
metoda kurva kalibrasi. Pengukuran dilakukan dengan panjang gelombang Indigo
Biru λmaks= 640 nm. Kurva kalibrasi dibuat dari pengukuran absorban konsentrasi
larutan standar 0,05 x 10-4 M; 0,1 x 10-4 M; 0,2 x 10-4 M; 0,4 x 10-4
M; 0,6 x 10-4
M; 0,9 X 10-4 M; 1,2 X 10-4 M. Setelah itu, absorban sampel yang diperoleh baik
pada fasa sumber maupun pada fasa penerima akan dibandingkan dengan
absorban larutan standar yang digunakan sehingga diperoleh konsentrasi dari
Indigo biru.

3.4.3 Penentuan Kondisi Optimum Transpor Indigo Biru


3.4.3.1 Variasi pH pada Fasa Sumber
Percobaan sama seperti 3.4.1 dengan variasi pH fasa sumber dari pH 8-12.
Menaikkan pH dengan HCl 0,01 N
3.4.3.2 Variasi pH Fasa Penerima
Percobaan sama seperti 3.4.1 dengan variasi pH NaOH pada fasa penerima yang
digunakan adalah 7-9. Fasa sumber digunakan pH optimum yang diperoleh dari
percobaan 3.4.3.1.
3.4.3.3 Variasi konsentrasi Indigo Biru pada Fasa Sumber
Percobaan sama seperti 3.4.1 variasi konsentrasi dari fasa sumber 1,0 x 10-4; 1,5 x
10-4; 2,0 x 10-4; 2,5 x 10-4; 3,0 x 10-4. Pada fasa sumber digunakan pH optimum
yag diperoleh dari percobaan 3.4.3.1 dan fasa penerima digunakan pH optimum
yang diperoleh pada percobaan 3.4.3.2
3.4.3.4 Variasi Waktu Transpor
Percobaan sama seperti 3.4.1 dengan variasi waktu transpor 1 jam sampai 6 jam.
Pada fasa sumber digunakan pH dan konsentrasi optimum yang diperoleh dari
percobaa 3.4.3.1 dan 3.4.3.3. Pada fasa penerima digunakan pH optimum yang
diperoleh pada percobaan 3.4.3.2.
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1. Anggaran Biaya


No. Jenis Pengeluaran Biaya(Rp)
1. Bahan habis pakai/bahankimia 3.190.000,-
2. Alat penunjang, penggunaan labor 1.940.000,-
3. Pengukuran sampel 600.000,-
4. Pengeluaran lain-lain
a. Penyusunan laporan dan foto kopi 1.015.500,-
b. Biaya Tak terduga 300.000,-

Jumlah keseluruhan biaya 7.045.500,-

4.2 Jadwal Kegiatan

No Nama Kegiatan Bulan ke-


I II III IV V
1 2 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan Alat dan
Bahan
2. Pembuatan reagen
untuk keperluan
analisis
3. Penentuan transpor
Indigo biru
4. Penentuan
konsentrasi Indigo
biru dengan
spektrofotometer
UV-Vis
6. Penentua kondisi
optimum transpor
Rhodamin B
7. Analisis Data
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, R., 2004, Kimia Lingkungan, Penerbit Andi, Yogyakarta.


Chatterjee D., R.P., Vidya, & S., Anindita, 2007, Kinetics of The Decoloration of
Reactive Dyes Over Visible LightIrradiated TiO2 Semiconductor Photocatalyst,
Journal of Hazardous Materials, Vol. 156, 435-441.
Dian,W.D dan Tien Setyaningtyas, 2014, Fotodegradasi Zat Warna Tartrazin
Limbah Cair Industri Mie menggunakan Fotokatalis TiO2-Sinar Matahari,
Molekul, Vol.9. No.1, 56 – 62.
Hapsari, N.T, dan Nainggolan, K.M., 2016, Pemungutan Zat Warna Biru dari
Tanaman Nila (Indigofera) dengan Enzim Amilase serta Aplikasinya pada
Pewarnaan Batik, Skripsi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Negeri
Semarang, Hal : 1-2.
http://www.scielo.br/img/revistas/bjce/v24n1/10f1-gif
Isminingsih, Rasjid Djufri, Soeprijono. 1982. Pengantar Kimia Zat Warna.
Bandung : Institut Teknologi Bandung.
Laitonjam W.S. dan Wangkheirakpam S.D, 2011, Comparative Study of the
Major Components of the Indigo Dye Obtained from Strobilanthes Flaccidifolius
Nees and Indigofera tinctoria Linn”, International Journal of Plant Physiology
and Biochemistry, Vol(7): 108-116.
Maruyama, K., Tsukube,H., Araki,T., 1990, New Membrane Carrier for Selective
Transport of Metal Ions, J.Am.Chem.Soc., 102:9, 3246-3247.
Modirshahla, Aydin Hassani, Nasser, Behnajady, Mohammad A., and Rahbarfam,
Rajab, 2011, Effect of Operational Parameters on Decolorization of Acid Yellow
23 from Wastewater by UV Irradiation Using ZnO and ZnO/SnO Photocatalysts,
Desalination, 187-19.
Mulder, M., 1991, Basic Principles of Membran Technology, Netherlands,
Khewer Academic Publisher.
Nita, K. dan Septiana Tania, 2012, Pembuatan dan Uji Kemampuan Membran
Kitosan sebagai Membran Ultrafiltrasi untuk Pemisahan Zat Warna Rhodamin B,
Molekul, Vol.7. No.1, 43 – 52.
Refinel, 1995, Studi Tentang Polarisasi Konsentrasi dan Penyumbatan Pori-Pori
Membran pada Proses Mikrofiltrasi Larutan Indigobiru, Tesis Magister Kimia
Institut Teknologi Bandung, Hal : 25 – 28.
San Román, M.F., Bringas, E., Ibañez, R. & Ortiz, I, 2010, Liquid Membrane
Technology: Fundamentals and Review of its Applications, Journal of Chemical
Technology & Biotechnology, 85(1), 2-10.
Suparno, 2010, Degradasi Zat Warna Indigosol dengan Metode Oksidasi
Katalitik menggunakan Zeolit Alam Teraktivasi dan Ozonas, Tesis Magister
Kimia Universitas Indonesia, Hal : 6 – 19.
Wenten, Gede, Khoiruddin Khoiruddin, Aryanti P.T.P, A.N. Hakim, 2010,
Pengantar Teknologi Membran, Institut Teknologi Bandung.
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pendamping
Biodata Ketua

A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap Yuanosa

2. Jenis Kelamin Perempuan

3. Program Studi Kimia

4. NIM 1310411004

5. Tempat dan Tanggal Lahir Sikabau, 28 Agustus 1995

6. E-mail yuanosa28@gmail.com

7. Nomor Telepon/HP 085278824978

B. Riwayat Pendidikan

SD SMP SMA

SDN 14 Pulau SMPN 2 Pulau SMAN 1


Nama Institusi
Punjung Punjung Sitiung

Jurusan - - IPA

Tahun Masuk-Lulus 2000 – 2006 2007 – 2010 2010 – 2013

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Hibah Proposal Program Kreativitas Mahasiswa-
Penelitian.

Padang, November 2016

Pengusul
( Yuanosa)
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Penelitian

1. Bahan Habis Pakai


Material Kuantitas Harga Bahan
Habis Pakai (Rp)
- Aseton 300 mL 470.000,-
- Indigo Biru 1 kg 400.000,-
- Amoniak 500 mL 350.000,-
- Amonium klorida 500 mL 270.000,-
- Natrium hidroksida 500 mL 500.000,-
- Asam asetat glasial 250 mL 250.000,-
- Akuades 300 Liter 500.000,-
- Natrium asetat 100 mL 450.000,-

SUB TOTAL (Rp) 3.190.000

2. Peralatan Penunjang
Material Justifikasi Kuantitas Harga Bahan
Pemakaian Habis Pakai (Rp)
- Kaca Arloji tempat sampel 2 bh 50.000,-
- Spatula mengambil sampel 4 bh 50.000,-
- Labu semprot tempat akuades 1 bh 100.000,-
- Batang Pengaduk mengaduk 3 bh 40.000,-
- Magnetic Bar stirer 2 bh 50.000,-
- pH meter menghitung pH 2 bh 300.000,-
- Sel membran cair sebagai sel 1 bh 400.000,-
membran 2 bh 300.000,-
- Gelas Piala 500 mL tempat sampel 3 bh 150.000,-
- Gelas Piala 100 mL wadah sampel 3 bh 150.000,-
- Labu ukur 50 pengenceran 1 bh 100.000,-
larutan
- Labu ukur 100 pengenceran 2 bh 150.000,-
larutan
- Tabung kaca tempat sel 1 bh 100.000,-
silindris

Sub Total (Rp) 1.940.000


3. Pengukuran
Alat Justifikasi Total Biaya (Rp)
Spektrofotometer UV- Penentuan konsentrasi 600.000
Vis Indigo Biru

4. Lain lain
Kegiatan Justifikasi Kuantitas Harga Tital Biaya
Satuan (Rp)
(Rp)
Presentasi Proposal,laporan, 700.000
Seminar dan Artikel
Dokumentasi
penjilidan, Proposal, laporan, 315.500
print, Artikel
perbanyakan
Lain-lain Tak terduga 300.000
Sub Total (Rp) 1.315.500
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas

No. Nama / NIM Program Bidang Alokasi Uraian


Studi Ilmu Waktu Tugas
(jam/minggu)
1. Yuanosa Kimia Kimia 12 jam Penelitian
(1310411004) Fisika dan
pengambilan
data
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Peneliti/Pelaksana

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

Universitas Andalas
KANTOR PUSAT TATA USAHA, LIMAU MANIS PADANG - 25163
Telp/PABX : 0751-71181, 71175, 71086, 71087, 71699 ; Fax.71085, 71301
http : www.unand.ac.id e-mail : rektor@unand.ac.id

SURAT PERNYATAAN KETUA PENELITI/PELAKSANA


Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Yuanosa
NIM : 1310411004
Program Studi : Kimia
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan alam
Dengan ini menyatakan bahwa usulan PKM-Penelitian saya dengan judul:
Optimasi Transpor Zat Warna Indigo Biru Melalui Teknik Membran Cair
Fasa Ruah yang diusulkan untuk tahun anggaran 2016 bersifat original dan
belum pernah dibiayai oleh lembaga atau sumber dana lain.
Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini,
maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dan mengembalikan seluruh biaya penelitian yang sudah diterima ke kas negara.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-
benarnya.
Padang, November 2016
Mengetahui, Yang menyatakan,
Pembantu Rektor/Ketua
Bidang kemahasiswaan,

(Dr. Ir. Aprisal, MP) (Yuanosa)


NIP : 19630421 199002 1001 NIM : 1310411004

Anda mungkin juga menyukai